Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

“KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN”

IAIN PALOPO

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK IV

AFIF ZAIDI AHNAF : 2002010036


NIHMA UTARI : 2002010046
TIRDA SAFITRI : 2002010041

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALOPO
2022

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh

Alhamdulillah segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah


melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Kerangka Berpikir Dan Hipotesis
Penilitian”. Sholawat serta salam, semoga selalu tercurahkan kepadajunjungan kita
Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan orang-orangyang senantiasa
istiqomah di jalan-Nya.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Muhammad


Zuljalal Al Hamdany, S.Pd., M.Pd Selaku dosen pengampu mata kuliah
Penelitian Tindakan Kelas yang telah memberikan tugas ini serta membantu
memberikan masukan dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penyusun berharap
adanya kritik dan saran demi kesempurnaan. Semoga makalah ini bermanfaat.
Aamiin

Palopo, 05 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah.............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 3

A. Hipotesis .............................................................................................. 3
B. Kerangka Berpikir ............................................................................. 5

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 9

A. Kesimpulan ......................................................................................... 9
B. Saran ................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA……………………………...……………………….10

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan dilakukan
penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Dengan mempunyai rasa keingintahuan tentang
sesuatu, mendorong manusia untuk meneliti dan menghasilkan kebenaran. Untuk
melakukan penelitian maka harus melewati berbagai tahapan terlebih dahulu, ini
sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu sendiri yakni menjawab masalah
berdasarkan metode yang sitematis. Salah satu hal yang penting yang dilakukan
pertama dalam penelitian kuantitatif adalah merumuskan hipotesis.

Salah satu kerangka teoritis adalah kerangka berpikir. Kerangka berpikir


adalah pokok utama untuk menentukan suatu masalah atau merencanakan suatu
masalah yang akan dikaji. Adapun kerangka befikir akan mempermudah sutau
penelitian. Dan juga tidak semua peneliti mapu menyusun dengan baik terurama
peneliti pemula. Masih banyak terdapat keslahan dalam menyusun hipotesis. Untuk
meyusun hipotesin yang baik setidaknya peneliti mengacu pada kriteria perumusan
hipotesis bagaimana bentuk/pola hubungan dalam penelitian, bagaiamana pola
berpikir dalam meyusun hipotesis dan jenis hipotesis maka dari itu di maklah ini
akan di bahas cara merumuskan hipotesis dan kerangka berpikir untuk
mempermudah penelitian.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Dan Kedudukan Hipotesis?
2. Apa Saja Kegunaan, Karakteristik, Macam-Macam Serta Cara
Merumuskan Hipotesis?
3. Bagaimana Manfaat Kerangka Berpikir?
4. Bagiamana Pengertian Kerangka Berpikir?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dan Kedudukan Hipotesis
2. Untuk Mengetahui Kegunaan, Karakteristik, Macam-Macam Serta
Cara Merumuskan Hipotesis
3. Untuk Mengetahui Manfaat Kerangka Berpikir
4. Untuk Mengetahui Pengertian Kerangka Berpikir

2
Bab II

Pembahasan

A. Hipotesis Penilitian
1. Pengertian dan kedudukan hipotesis Penelitian
Prof. Drs. Sutrisno Hadi MA (Arikunto, 2010), Hipotesis adalah suatu jawaban
yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data
yang terkumpul. Fungsi hipotesis yaitu menguji teori , untuk mendorong teori dan untuk
menerangkan fenomena sosial. Kegunaan hipotesis yaitu untuk meberikan kejelasan
sementara tentang gejala-gejala serta mempermudah perluasan pengetahuan dalam
suatu bidang. Kegunaan lain yaitu memberikan suatu peryataan hubungan yang
langsung dapat di uji dalam penelitian, serta memberikan kerangka untuk melaporkan
kesimpulan penyelidikan.
Berdasarkan kutipan pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi MA tentang pemecahan
masalah, peneliti seringkali tidak dapat memecahkan permasalahannya hanya dengan
sekali jalan. Permasalah itu akan diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan
pertanyaan-pertanyaan untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawabannya melalui penelitian
yang dilakukan. Jawaban terhadap permasalahan ini di bedakan antara 2 hal sesuai taraf
pencpaiannya yaitu:
1. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoritik dicapai melalui
membaca.
2. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktik, dicapai setelah
penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap data.

Sehubungan dengan pembatasan pengertian tersebut maka hipotesis dapat


diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Berdasarkan arti katanya, hipotesis berasal dari dua kata penggalan kata yaitu
"hypo" yang artinya "di bawah" dan "thesa" yang artinyaa "kebenaran". Jadi hipotesis
yang kemudian cara menulisnya disesuaikan dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi
hipotesa, dan berkembang menjadi hipotesis.

Apa bila peneliti telah mendalami permasalahannya penelitiannya dengan


seksama serta menetapkan anggapan dasar. Maka lalu membuat sutu teori sementara,
yang kebenarannya masih perlu di uji (di bawah kebenaran). Inilah hipotesis.
Selanjutnya peneliti akan bekeja bedasarkan hipotesis. Peneliti mengumpulkan data-
data yang paling berguna untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang
terkumpul peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskan dapat naik status
menjadi tesa, atau sebaliknya , tumbang sebagai hipotesis, apa bila teryata tidak
terbukti.

Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan, peneliti dapat bersikap dua hal:

3
1. Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak terbukti
(pada akhir penelitian)
2. Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang terkumpul
tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian berlangsung).

Untk mengetahui kedudukan terbuktinya hipotesis antara lain:

1. Perlu diuji apakah ada data yang menujukkan adanya hubungan antara variable
penyebab dan variable akibat.
2. Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang ditimbulakn oleh
penyebab itu.
3. Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bisa
menimbulkan akibat tersebut

Apa bila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan
mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian. Namun tidak selalu semua
penelitan harus berorientasikan hipotesis, walaupun hipotesis ini sangat penting sebagai
pedoman kerja dalam penelitian. Jenis penelitin eksploratif, survei, atau kasus, dan
penelitian development biasa justru tidak berhipotesis karena tujuan penelitian jenis ini
bukan untuk menguji hipotesis tetapi mempelajari tentang gejala-gejala sebanyak-
banyaknya. G.E.R Brurrough mengatakan bahwa penelitian berhipotesis penting
dilakukan bagi:
1. Penelitian menghitung banyaknya sesuatu (magnitude)
2. Penelitian tentang perbedaan (differencies)
3. Penelitian hubungan (relationship)

Hipotesis merupakan suatu peryataan yang penting kedudukannya dalam


penelitian. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat
merumuskan hipotesis ini dengan jelas. Borg & Gall (1979: 61) mengajukan adanya
persyaratan untuk hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis harus diumuskan dengan singkat tetapi jelas
2. Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau lebih
variabel.
3. Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau
hasil penelitian yang relevan.

Pendapat pertama mengatakan, semua penelitian pasti berhipotesis. Semua


peneliti harap menentukan jawaban sementara, yang akan diuji berdasarkan data yang
diperoleh. Hipotesis harus ada karena jawaban penelitian juga harus ada, dan butir-
butirnya sudah disebut dalam problematika maupun tujuan penelitian. Pendapat kedua
mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika yang dipermasalahkan menunjukkan
hubungan antara dua variabel atau lebih. Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya
deskriptif, tidak perlu dihipotesikan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih

4
dicari dan sungkar diduga, tentu sungkar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin
dihipotesiskan.
Berdasarakan pendapat kedua ini maka mungkin sekali didalam sebuah
penelitian, banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya problematika dan tujuan
penelitian. Contoh : Hubugan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja para
karyawan kantor A.
Problematika 1: Seberapa tinggi motivasi berprestasi karyawan A? (tidak
dihipotesiskan)
Problematika 2: Seberapa tinggi etos kerja karyawan kantor A? (tidak
dihipotesiskan)
Problematika 3: Apakah ada dan seberapa tinggi hubungan antara motivasi
berprestasi dengan etos kerja karyawan kantor A?
Hipoteisis: Ada hubungan yang tinggi antara motivasi berprestasi dengan etos kerja
karyawan A.

Mungkin problematika unsur 1 dan 2 yang sifatnya deskriptif tidak diikuti dengan
hipotesis, tetapi problrmatika nomor 3 di hipotesiskan.

2. Kegunaan, Karakteristik, Macam-Macam Dan Cara Merumuskan Hipotesis


Menurut Nurul Zuriah (2009) hipotesis didefinisikan sebagai alternatif dugaan
jawaban yang dibuat oleh peneliti bagi problematika yang diajukan dalam
penelitiannya. Dugaan jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya
sementara yang akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui
penelitian,. Dengan kedudukan itu maka hipotesis dapat berubah menjadi kebenaran,
tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran. Hal ini sejalan dengan istilah dari
hipotesis itu sendiri yang berasal dari gabungan kata hipo yang berarti dibawah dan
tesis yang artinya kebenaran. Jadi hipotesis berarti dibawah kebenaran, artinya
kebenaran yang masih berada di bawah (belum tentu benar) dan baru dapat diangkat
menjadi suatu kebenaran jika memang disertai dengan bukti-bukti.
Ciri-ciri hipotesis yang baik menurut Widi, Restu Kartika (2010) antara lain
sebagai berikut:
1. Hipotesis harus mempunyai daya penjelas yang mungkin mengenai apa yang
seharusnya dijelaskan atau diterangkan.
2. Hipotesis harus menyatakan hubungan yang diharapkan ada diantara variabel-
variabel.
3. Suatu hipotesis harus memprediksi hubungan antara dua atau lebih variabel
4. Hipotesis harus dapat diuji.
5. Hipotesis yang diajukan peniliti harus bersifat testability, artinya terdapat
kemampuan yang dapat diuji.
Jenis-jenis hipotesis peneltian diantaranya:
1. Hipotesis Alternatif
Hipotesis kerja kerap juga disebut hipotesis alternative (Ha). Namun ada kalanya
hipotesis disimbolkan dengan H1. Jadi hipotesis kerja ini berfungsi untuk
menyatakan hubungan antara variabel X dan Y. hipotesis ini juga biasa

5
menunjukkan adanya perbedaan antra dua kelompok. Hipotesis ini menjelaskan
adanya hubungan antara variabel dengan variabel lain. Contohnya: Ada hubungan
antara tingkat kemiskinan dan ketersediaan lowongan pekerjaan.
2. Hipotesis Nol
Hipotesis nol (null hypotheses) biasanya disimbolkan dengan Ho. Nama lain
hipotesis ini adalah hipotesis statistik. Dinamai demikian karena sering dipakai
dalam penelitian kuantitatif yang membutuhkan perhitungan statistik.Kebalikannya
dengan hipotesis Ho menerangkan tidak ada hubungannya atau pengaruh antara
variabel dengan variabel lain. Contohnya: Tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan mahasiswa dengan peluang mencari kerja Sedangkan macam-macam
hipotesis menurut bentuknya ialah:

1. Hipotesis Relasional atau Asosiatif

Hipotesis ini diartikan sebagai jawaban sementara atas hubungan antara dua
variabel atau lebih. jadi, hipotesis ini dirumuskan berdasarkan rumusan masalah
yang asosiatif atau menggambarkan suatu hubungan. Dalam pengertian lain,
hipotesis asosiatif secara eksplisit atau terang menunjukkan hubungan antara
dua variabel atau lebih. Contoh hipotesisnya adalah orang yang telah menikah
memiliki tingkat kepercayaan diri yang lebih tinggi ketimbang orang yang
belum menikah. Contoh tersebut menunjukkan dengan jelas kalau ada
hubungan antara status perkawinan dan tingkat kepercayaan diri seseorang.
Selain itu, hipotesis tersebut tergolong hipotesis relasional karena hubungan
kedua variabel dideskripsikan secara eksplisit. Dengan membaca hipotesis
penelitian relasional, kita dengan mudah mengetahui adanya hubungan antara
kedua variabel tersebut. Kita pun tahu apa saja variabel yang dipakai dalam
suatu penelitian.
2. Hipotesis Deskriptif

Berbeda dengan hipotesis asosiatif, hipotesis deskriptif justru menunjukkan


hubungan antar variabel secara implisit. Sehingga hubungan tersebut cenderung
tersembunyi, tidak jelas seperti hipotesis penelitian. Jadi hipotesis deskriptif
hanya memberi gambaran tentang sampel penelitian. Contohnya, setengah
penduduk pulau Jawa adalah petani. Contoh lainnya adalah mahasiswa yang
aktif berorganisasi memiliki IPK yang tinggi. Pada contoh pertama variabel
penelitian yang ditemukan yakni jumlah penduduk dan pekerjaan. Sementara

6
itu, variabel dari contoh kedua adalah tingkat keaktifan berorganisasi dan IPK.

3. Hipotesis Komparatif

Macam hipotesis yang terakhir, hipotesis komparatif. Menurut Sugiyono,


hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai dalam
satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda. Sedangkan menurut Ridwan
hipotesis komparatif dirumuskan untuk memberikan jawaban pada
permasalahan yang bersifat membedakan. Secara ringkas, hipotesis komparatif
adalah dugaan tentatif dari rumusan masalah yang komparatif. Artinya
variabelnya sama, hanya saja populasi, sampel, atau keadaan yang berbeda.
Sugiono (2004) menyatakan bahwa keberhasilan suatu hipotesis atau
manfaatnya terhadap ilmu pengetahuan bukan terletak pada diterimanya
kebenarannya, atau karena kekuatannya untuk menggantikan, menguatkan atau
mengurangi ide dari pendahulu, namun lebih pada perannya dan kemampuannya
dalam menstimulasi atau merangsang penelitian yang hendak menjelaskan suatu
dugaan, perkiraan dan suatu bentuk kesamaran dan ketidakjelasan. Setiap hipotesis
yang baik dan bermanfaat selalu dapat memperkirakan sesuatu secara logis dan
ilmiah. Hipotesis dapat memperkirakan suatu dampak dan hasil dari penelitian baik
secra eksperimental di laboratorium, observasi maupun secara alami. Manfaat
penting hipotesis terletak pada kemampuan hipotesis tersebut untuk memberikan
arahan, kekhususan dan fokus pada tujuan penelitian yang hendak dicapai. Secara
khusus, hipotesis memberikan informasi pada peneliti tentang apa saja yang harus
dikumpulkan dan dianalisis. Hipotesis sangat penting dalam hal membawa kejelasan
terhadap masalah penelitian, hipotesis dapat bermanfaat dalam hal :
1. Penyusunan hipotesis membuat studi atau penelitian lebih fokus. Hipotesis
mengarahkan secara lebih spesifik terhadap permasalahan penelitian yang
diselediki.

2. Hipotesis dapat memberikan arahan tentang data apa yang harus dikumpulkan dan
data apa yang tidak perlu dikumpulkan, sehingga sekali lagi akan memberikan
manfaat agar peneliti fokus terhadap studinya.
3. Karena studi atau penelitiannya fokus, penyusunan hipotesis meningkatkan
obyektifitas penelitian.
4. Adanya hipotesis memungkinkan seseorang untuk menambahkan suatu rumusan
teori.

7
5. Adanya hipotesis memungkinkan seseorang menyimpulakan secara spesifik
tentang apa yang benar dan apa yang salah.

Untuk membuat hipotesis, seorang peneliti harus menggali banyak sumber


informasi. Jadi, peneliti haru punya informasi yang banyak mengenai masalah yang
akan dipecahkan. Caranya dengan membaca banyak sumber literature. Kedua,
peneliti harus mampu membaca keterangan atau informasi yang didapatkan. tak
hanya itu, penelitian harus mampu menemukan benang merah antara satu informasi
dengan informasi lainnya. Ketiga, peneliti harus punya kemampuan untuk
menghubungkan setiap fenomena yang ditemukan dan menyesuaikannya dengan
teori. Sumber informasi yang bisa dirujuk oleh peneliti untuk merumuskan hipotesis
diantaranya:
1. Ilmu pengetahuan mendalam yang berkaitan dengan masalah atau fenomena
yang diteliti
2. Wawasan mendalam
3. Bacaan literatur yang valid
4. Pengalaman individu
5. Data empiris
6. Analogi atau kesamaan. Bisa juga menggunakan imajinasi atas masalah atau
fenomena yang hendak diteliti
B. Kerangka Berpikir
1. Pengertian Dan Mafaat Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah pemahaman yang paling mendasar yang


mendukung pemahaman selanjutnya. Suatu tolak ukur yang paling mudah adalah
apakah kita telah memahami pemahaman yang paling mendasar tersebut, atau
pertanyaan sebelum itu, apakah kita telah mengetahui pemahaman apa yang
mendasari pemahaman-pemahaman selanjutnya. Harus diingat kerangka berpikir
pada dasarnya adalah sebuah pemahaman, layaknya sebuah pemahaman maka
pemahaman tersebut dapat salah, kurang, atau tidak sempurna. Ini penting karena
kadang terdapat orang-orang yang memiliki kerangka berpikir yang salah yang pada
akhirnya melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang salah pula.
Sebuah kerangka berpikir yang salah konsekuensinya akan semakin besar
dibandingkan pemahaman yang salah, karena kerangka berpikir biasanya akan

8
membentuk pola sikap dan pola pikir bagi yang memiliki kerangka berpikir tersebut.
Oleh karena itu kadang-kadang banyak orang memulai ‘belajar’ untuk menciptakan
kerangka berpikir tersebut justru pada saat dia telah bekerja, karena pada saat bekerja
dia bertemu fakta permasalahan secara langsung, dia coba kaitkan dengan teori-teori
yang pernah dia pahami, kemudian dari beberapa kali usahanya menyelesaikan
permasalahan-permasalahan tersebut barulah dia mendapatkan pemahaman. Dari
pemahaman-pemahaman yang didapatnya itu dia akan memikirkan sebenarnya apa
yang mendasari permasalahan-permasalahan tersebut, maka terbentuklah kerangka
berpikir dia mengenai permasalahan tersebut.
Kerangka berpikir adalah pola pikir yang diterapkan untuk mendapatkan
gambaran/fokus perhatian sebuah penelitian. Hasil dari kerangka berfikir, meliputi :
1. Perumusan masalah.
2. Latar belakang masalah
3. Pendekatan terhadap masalah.
4. Cara mengatasi masalah.
5. Langkah-langkah yang ditempuh dalam mengatasi masalah.
6. Hipotesa diajukan jika sudah ditetapkan akar masalah dan cara pengatasan
masalah.
7. Desain penelitian : metode dan cara pengumpulan data yang akan dilakukan
untuk mendukung hepotesa yang diajukan.
8. Teknik pengolahan data disesuaikan dengan pendekatan yang dilakukan.

9. Penarikan kesimpulan harus tetap konsisten dengan apa yang tertera/tercantum


dalam data, inkonsistensi penarikan kesimpulan akan menghasilkan antithesa
alias "Penelitian Amburadul"

Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori


berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang
penting (Sekaran, 1992). Kerangka berfikir harus menjelaskan pertautan secara
teoritis antar variabel yang akan diteliti. Jadi harus dijelaskan hubungan antara
variabel independent dan variabel dependen, dan jika ada kedudukan variabel
moderator dan intervening dalam penelitian. Kerangka berfikir perlu dikemukakan
apabila dalampenelitian tersebut berkenaan dua variable atau lebih.
Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran dapat meyakinkan sesama
ilmuwan adalah alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka berfikir

9
yang membuahkan kesimpulan berupa hipotesis. Dapat dikeetahui bahwa Kerangka
berfikir yang baik dapat meliputi:
1. Variabel-variabel yang diteliti harus jelas
2. Diskusi dalam kerangka berfikir harus menjelaskan hubungan/pertautan antar
variabel yang diteliti dan teori yang mendasari
3. Diskusi harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar
variabel itu positif atau negative, berbentuk simetris, kausal, atau interaktif (timbal
balik)
4. Kerangka berfikir tersebut dinyatakan dalam diagram (paradigma penelitian),
sehingga mudah dipahami.

10
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas mengenai Hipotesis dan Kerangka berpikir dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Hipotesis didefinisikan sebagai alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh peneliti
bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Oleh karena peneliti dituntut
kemampuannya untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas.
2. Jenis-jenis hipotesis penelitian ada dua yaitu hipotesis alternatif dan hipotesis nol.
Sedangkan macam-macam hipotesis menurut bentuknya ialah hipotesis relasional,
hipotesis deskriptif, dan komparatif
3. Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai masalahyang
penting. Kerangka berfikir perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut
berkenaan dua variable atau lebih.

B. SARAN
Makalah ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan bahan ajar atau
materi yang dapat digunakan pembaca untuk menjadi salah satu acuan dalam penelitian.
Selain itu kami menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan dan kekurangan baik dalam penulisan, pemahaman, dan sumber
rujukan. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan kritik serta saran yang
mambangun untuk dapat memperbaiki makalah penulis selanjutnya. Semoga makalah
ini bermanfaat untuk semuanya amin.

11
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
RinekaCipta.

Ali, Muhammad. 1987. Metodologi Penelitian. Bandung: Angkasa.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan Strategi, Metode, dan Tekniknya.

Jakarta: Raja Grafindo Persada.


Sekaran, Uma. 1992. Research Methods for Busuness. Third Edition. Southern lllionis
University.

Sugiono, 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.Widi, Restu Kartika, 2010. Asas Metodologi Peneliti. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Zuriah, Nurul, 2009. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : Bumi
Akasara.

12

Anda mungkin juga menyukai