Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puja dan puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas karunia-Nya kami bisa menyelesaikan tugas tentang “Hipotesa dan Uji
Hipotesa” ini tepat waktu. Tak lupa juga saya mengucapkan banyak terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam penyelesaian tugas ini.

Dengan selesainya makalah ini semoga makalah ini bermanfaat baik bagi
pendidikan kesehatan ataupun masyarakat luas. Seperti pepatah bilang tiada
gading yang tak retak semoga kesalahan-kesalahan baik dalam penulisan ataupun
isi dapat dimaklumi terimakasih.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 03 April 2018

Penulis

DAFTAR ISI

i
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI...........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3

A. Pengertian......................................................................................................3

B. Syarat-syarat Pengujian Hipotesa.................................................................5

C. Jenis-Jenis Pengujian Hipotesis....................................................................7

BAB III PENUTUP..............................................................................................16

A. Kesimpulan.................................................................................................16

B. Saran............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan


dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus
dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu
sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu
hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif adalah
merumuskan hipotesis.

Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat


tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama,
Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat
dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan diteliti.
Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui teori mengenai
konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan kemungkinan benar atau
tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah alat yang besar dayanya
untuk memajukan pengetahuan karena membuat ilmuwan dapat keluar dari
dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji untuk menunjukkan benar atau
salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan pendapat peneliti yang menyusun dan
mengujinya.

Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik terutama
peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun hipotesis.
Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus mengacu pada
kriteria perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis dalam penelitian,
maupun pemahaman tentang penelitian tanpa menggunakan hipotesis. Selain itu
seorang peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara menguji hipotesis agar
terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam pengujian hipotesis.
(Arikunto, 2006). Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini akan

1
membahas mengenai hakikat hipotesis hingga kekeliruan yang mungkin terjadi
dalam pengujian hipotesis.

B. Rumusan Masalah

1) Apakah itu Hipotesia ?


2) Apakah itu Uji Hipotesia ?

C. Tujuan

1) Untuk mengetahui apakah itu hipotesa


2) Untuk mengetahui apakah itu uji hipotesa

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Hipotesis (hypo = sebelum; thesis = pernyataan, pendapat) adalah suatu


pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi
memungkinkan untuk diuji dalam kenyataan empiris. Hipotesis memungkinkan

2
kita menghubungkan teori dengan pengamatan, atau pengamatan dengan teori.
Hipotesis mengemukakan “pernyataan tentang harapan peneliti mengenai
hubungan-hubungan Antara variabel-variabel di dalam persoalan. (W.Gulo, 2002).

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap


suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu
kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris. Hipotesis kadang bias
merupakan kesimpulan sementara yang harus diuji kebenarannya. Dalam suatu
penelitian, hipotesis merupakan arah atau pedoman untuk membatasi variable
yang digunakan, meskipun tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
Penelitian yang bersifat eksploratif tidak memerlukan hipotesis karena pada
penelitian ini, peneliti menggali informasi dan data.

Berdasarkan kutipan pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi MA (dalam buku


Arikunto, 2006), tentang pemecahan masalah, peneliti seringkali tidak dapat
memecahkan permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan
diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk
tiap-tiap segi, dan mencari jawabannya melalui penelitian yang dilakukan.
Jawaban terhadap permasalahan ini dibedakan atas 2 hal sesuai dengan taraf
pencapaiannya yaitu:

a. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoretik, dicapai


melalui membaca.

b. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktik, dicapai


setelah penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap data.

Sehubungan dengan pembatasan pengertian tersebut maka hipotesis dapat


diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.

Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya dengan seksama


serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat suatu teori sementara, yang
kebenarannya masih perlu di uji (dibawah kebenaran). Inilah hipotesis.
Selanjutnya peneliti akan bekerja berdasarkan hipotesis. Peneliti mengumpulkan
data-data yang paling berguna untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data
yang terkumpul, peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskan dapat

3
naik status menjadi tesa, atau sebaliknya, tumbang sebagai hipotesis, apabila
ternyata tidak terbukti. Berkaitan dengan hipotesis yang di rumuskan peneliti
dapat bersikap dua hal:

a. Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya tidak


terbukti (pada akhir penelitian).

b. Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data yang


terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat penelitian
berlangsung).

Untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain:

a. Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara variabel
penyebab dan variabel akibat.

b. Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada, memang


ditimbulkan oleh penyebab itu.

c. Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain yang bias
menimbulkan akibat tersebut.

Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang dirumuskan
mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian. Namun tidak selalu semua
penelitian harus berorientasikan hipotesis, walaupun hipotesis ini sangat penting
sebagai pedoman kerja dalam penelitian. Jenis penelitian eksploratif, survei, atau
kasus, dan penelitian development biasanya justru tidak berhipotesis karena tujuan
penelitian jenis ini bukan untuk menguji hipotesis tetapi mempelajari tentang
gejala-gejala sebanyak-banyaknya (Arikunto, 2006).

B. Syarat-syarat Pengujian Hipotesa

Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam


penelitian. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut kemampuannya untuk
dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas. Borg dan Gall (dalam buku
Arikunto,2006) mengajukan adanya persyaratan untuk hipotesis sebagai berikut:

1) Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.

4
Harus dinyatakan secara jelas dan tidak bermakna ganda, artinya rumusan
hipotesis harus bersifat spesifik dan mengacu pada satu makna tidak boleh
menimbulkan penafsiran lebih dari satu makna. Jika hipotesis dirumuskan secara
umum, maka hipotesis tersebut tidak dapat diuji secara empiris. Harus dapat diuji
secara empiris, maksudnya ialah memungkinkan untuk diungkapkan dalam
bentuk operasional yang dapat dievaluasi berdasarkan data yang didapatkan secara
empiris.

2) Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara dua atau
lebih variabel.

Maksudnya dalam merumuskan hipotesis seorang peneliti harus setidak-


tidaknya mempunyai dua variable yang akan dikaji. Kedua variable tersebut
adalah variable bebas dan variable tergantung. Jika variabel lebih dari dua, maka
biasanya satu variable tergantung dua variabel bebas.

3) Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau
hasil penelitian yang relevan.

Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:

a. Hipotesis kerja, atau disebut dengan hipotesis alternative, disingkat Ha.


Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau
adanya perbedaan antara dua kelompok.

Rumusan hipotesis kerja:

Jika……………………maka…………………

Contoh: Jika orang banyak makan, maka berat badannya akan naik.

Ada perbedaan antara……… ….dan

5
Contoh: Ada perbedaan anatar penduduk kota dan penduduk desa dalam cara
berpakaian.

Ada pengaruh………………terhadap…………

Contoh: Ada pengaruh makanan terhadap berat badan.

b. Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho

Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena biasanya dipakai
dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan perhitungan sttistik.
Hipotesis nol menyatakan tidak adanya perbedaan antara dua variabel, atau tidak
adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Pemberian nama “hipotesis nol”
atau “hipotesis nihil” dapat dimengerti dengan mudah karena tidak ada perbedaan
antara dua variabel. Dengan kata lain, selisish verbal pertama dengan variabel
kedua adalah nol atau nihil.

Rumusan hipotesis nol:

Tidak ada perbedaan antara…………..dengan………..

Contoh: Tidak ada perbedaan antara mahasiswa tingkat I dan mahasiswatingkat


II dalam disiplin kuliah.

Tidak ada pengaruh…………..terhadap…………..

Contoh: Tidak ada pengaruh jarak dari rumah kesekolah terhadap kerajinan
mengikuti kuliah.

Dalam pembuktian hipotesis alternative (Ha) diubah menjadi Ho, agar peneliti
tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti diharapkan jujur, tidak terpengaruhi
pernyataan Ha. Kemudian dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir
pengetesan hipotesis.

C. Jenis-Jenis Pengujian Hipotesis

1) Jenis Hipotesis Secara umum

6
Secara umum hipotesis dapat diuji melalui dua cara, yaitu mencocokkan
dengan fakta, atau dengan mempelajari konsistensi logis.

a. Menguji hipotesis dengan konsistensi logis

Penggunaan logika memang berperan penting dalam menguji hipotesis dengan


konsistensi logis. Logika adalah ilmu yang mempelajari cara memberi alas an.
Karena cara memeberi alas an adalah berkenaan dengan berfikir tentang berfikir.
Secara lebih luas, logika adalah studi tentang operasional memberi alasan, dengan
mana fakta-fakta diamati, bukti-bukti dikumpulkan, dan kesimpulan yang wajar
diambil. Dengan demikian, logika tidak lain adalah metode memberi alasan. Cara
penarikan kesimpulan dengan berfikir secara valid dinamakan berfikir secara
logis.

Logika adalah cara menalar dimana data diamati dan dibagi-bagi, buktinya
dicari dan dipertimbangkan, dan kemudian kesimpulan diambil. Ada dua cara
dalam memberi alasan, yaitu cara deduktif, (dari umum menjadi spesifik), dan
cara induktif, (dari spesifik menuju umum).

a) Alasan deduktif

Alasan deduktif adalah cara memberi alasan dengan berfikir dan bertolak dari
pernyataan yang bersifat umum dan menarik kesimpulan yang bersifat khusus
atau spesifik. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya dengan jalan
menggunakan pola berfikir yang disebut sillogisma. Sillogisma berasal dari kota
Yunani yang berarti sama-sama. Suatu sillogisma terdiri dari tiga kalimat, dimana
dua kalimat pertama adalah dua proposisi atau premis dan kalimat terakhir adalah
suatu kesimpulan. Premis-premis gunanya untuk memberikan dasar atau alsan
agar memperoleh esimpulan pada kalimat ketiga.

b) Alasan induktif

Alasan induktif adalah cara berfikir untuk memberi alasan yang dimulai
dengan pernyataan-pernyataan yang spesifik untuk menyusun suatu argumentasi
yang bersifat umum. Alasan secara induktif banyak digunakan untuk menjajaki
aturan-aturan alamiah dari suatu fenomena. Alasan-alasan induktif banyak
digunakan dalam pembuktiannya.

7
Dalam alasan induktif, suatu kesimpulan umum ditarik dari pernyataan
spesifik. Misalnya, dari pengamatan bahwa ikan ada mulut, kodok ada mulut,
ayam ada mulut, kuda ada mulut, kambing ada mulut, burung ada mulut, maka
ditarik kesimpulan bahwa semua binatang ada mulut.

Dalam menguji hipotesis seacara konsistensi logis, tidak ada suatu ketentuan
apakah seorang peneliti harus menggunakan alasan deduktif atau induktif. Dengan
perkataan lain, dalam proses pengujian hipotesis peneliti tidak mempunyai
batasan yang nyata dalam memberikan alasan untuk menguji, mengutak-ngatik
data, serta variabel khas untuk menguji hipotesis ataupun dari suatu hal yang
umum diturunkannya ke sifat-sifat khas untuk menguji hipotesis.

Alasan deduktif sering digunakan oleh si peneliti untuk menguji hipotesis.


Dari hubungan-hubungan yang kompleks dari fenomena dapat ditarik suatu
proposisi sebagai suatu factor penyebab dalam pengujian hipotesis. Dalam hal ini,
si peneliti menyaring dari perilaku yang kompleks sebuah ide yang cocok dengan
hipotesisnya. Cara deduksi memberi tiga keuntungan (Cohen, 1931).

a) Menolong menemukan beberapa asumsi yang benar serta memperbanyak


hipotesis alternative sebagai hipotesis pendamping.

b) Deduksi serta akibat-akibatnya akan memperjelas arti hipotesis sehingga akan


menolong proses pengujian hipotesis.

c) Proses induksi dalam cara berfikir dapat membantu menghindari hal-hal yang
tidak relevan, dan induksi merupakan kunci untuk menyelesaikan teka-teki.

Penggunaan alasan induksi dalam menguji hipotesis mempunyai dua macam


keuntungan. Pertama, pernyataan atau kesimpulan yang diambil yang mempunyai
sifat umum, lebih ekonomis. Berbagai fakta mempunyai hubungan dan
pengumpulan fakta tesebut dapat merupakan satu esensi yang menyeluruh. Kedua,
pernyataan yang bersifat umum tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk
memberikan alasan lebih lanjut, baik secara induktif maupun deduktif. Secara
induktif, dari pernyataan yang bersifat umum dapat disimpulkan menjadi sifat
yang lebih umum lagi. Misalnya, karena binatang mempunyai mulut, dan manusia
mempunyai mulut, maka disimpulkan bahwa semua mahkluk Tuhan mempunyai
mulut.

8
2) Menguji dengan Mencocokkan Fakta

Satu cara lagi menguji hipotesis adalah dengan mencocokkan fakta. Hal ini
sering dilakukan pada penelitian dengan metode percobaan. Si peneliti, dalam hal
ini, mengadakan percobaan untuk mengumpulkan data yang akan digunakan untuk
menguji hipotesisnya. Pada percobaan tersebut si peneliti menggunakan control.
Kontrol dalam suatu percobaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a. Dengan manipulasi fisik

Manuipulasi fisik dapat dilaksanakan dengan berbagai cara dengan


menggunakan berbagai alat. Manipulasi fisik dapat berupa manipulasi mekanis
dengan menggunakan listrik, dengan cara pembedahan, dengan cara farmakologi,
dan sebagainya. Misalnya seorang peneliti ingin melihat pengaruh pemangkasan
terhadap produksi kopi. Si peneliti adan melakukan manipulasi fisik terhadap kopi
percobaannya, yaitu memangkas tanaman kopi secara mekanis, dengan
menggunakan pisau pemangkas. Seorang peneliti lain akan mencoba efekivitas
racun hama, maka ia akan melakukan manipulasi farmakologis dalam percobaan di
laboratorium akan melakukan manipulasi kimiawi. Sering kali, peneliti melakukan
banyak ragam manipulasi dalam satu percobaan

b. Dengan pemilihan bahan atau desain.

Control dalam percobaan juga dapat dikerjakan dengan seleksi, baik seleksi
bahan ataupun seleksi terhadap desain percobaan yang akan digunakan. Dalam
metode percobaan, si peneliti dapat memilih sesuka hati bahan-bahan yang
digunakan asal saja bahan tersebut sesuai dengan tujuan ( apakah menggunakan
cangkul, peptisida, rumpur, pupuk, dan sebagainya), ataupun masalah penelitian
yang dipilih (apakah pemupukan, penyiangan, penyemprotan, dan sebagainya).

Dengan desai percobaan yang dipilih jumlah replikasi dan perlakukan dapat di
atur, dan pengamatan dilakukan untuk menguji hipotesis. Jika data cocok dengan
hipotesis, maka hipotesis diterima. Sebaliknya, jika hasil percobaan tidak cocok
dengan hipotesis, maka hipotesis ditolak atau di simpan.

3) Hipotesis Berdasarkan Arah atau Bentuk Formulasi Hipotesis

9
a. Pengujian Hipotesis Dua Pihak (two tail test)

Pengujian hipotesis dua pihak adalah pengujian hipotesis dimana Hipotesis


Nol (Ho) berbunyi “sama dengan” dan Hipotesis Alternatif (Ha) berbunyi “tidak
sama dengan”.

Ho : β = 0

Ha : β ≠ 0

b. Pengujian Hipotesis Sisi Kiri

Pengujian hipotesis sisi kiri adalah pengujian hipotesis dimana Hipotesis Nol
(Ho) berbunyi “lebih besar atau sama dengan”. Secara simbolis dapat ditulis
sebagai berikut:

Ho : β 1 ≥ 0

Ha : β 1 < 0

c. Pengujian Hipotesis Sisi Kanan

Pengujian hipotesis sisi kanan adalah pengujian hipotesis dimana Hipotesis


Nol (Ho) berbunyi “ lebih kecil atau sama dengan”.

Ho : β 1 ≤ 0

Ha : β 1 > 0

Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan pengujian


hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima atau menolak
hipotesis tersebut. Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis
maka hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho). Misal dengan
asumsi bahwa populasi tergambar dalam kurva normal. Maka jika kita
menentukan taraf kepercayaan 95% dengan pengetesan 2 ekor, maka akan
terdapat

10
dua daerah kritik, yaitu di ekor kanan dan di ekor kiri kurva, masing-masing 2½
%.

Daerah kritik Daerah Penerimaan

2½%. Ho 95% Daerah kritik 2½%.

Daerah kritik merupakan daerah penolakan hipotesis (hipotesis nihil) dan


disebut daerah signifikansi. Sebaliknya daerah yang terletak di antara dua daerah
kritis, yang diarsir, dinamakan daerah penerimaan hipotesis, atau daerah non-
signifikansi. Cara menguji hipotesis, menggunakan daerah kurva normal dan dari
perhitungan Z-score dengan rumus:

Z= X - X

SD

Apabila harga Z-score terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha yang


dirumuskan, tidak diterima.

4) uji hipotesis di SPSS

a. Langka 1: Siapkan data hasil penelitian anda (data harus telah melalui prosedur
pengodean)

11
b. Copy data tersebut dan paste pada program SPSS. Pada program SPSS pilih
variabel view yang terletak pada sisi kiri bawah pada program SPSS.

c. Anda akan melihat menu seperti gambar 1.1. Pada menu “name” pada baris 1
tulis variabel x (independen) dan pada baris 2 variabel y (dependen).
Selanjutnya pilih menu values silahkan masukan kriteria penilaian baik itu
variabel x dan variabel y. lihat gambar 1.2 tekan ok.

12
d. Kembali pada menu “Data View” pada bagian bawah SPSS, secara otomatis
data angka menjadi huruf (sesuai dimasukan pada menu values). Pilih menu
Analyze > Descriptive Statistics > Crosstabs (lihat gambar 3).

e. Masukan variabel x pada rows dan variabel y pada column, pilih statistics
centang chi-square dan correlation > continue > ok

13
f. Berikut output uji hipotesis Chi-square dengan program SPSS

g. Yang harus diperhatikan adalah hasil Chi-Square dan Asymp Sig (taraf
signifikaan) lihat gambar Outpus SPSS pada yang telah diberi lingkaran merah.

14
h. Cara pengambilan keputusan

X2 hitung < X2 tabel Ho diterima ; X2 hitung > X2 tabel Ha diterima

probabilitas > 0.05 Ho diterima ; probabilitas < 0.05 Ha diterima

BAB III

PENUTUP

15
A. Kesimpulan

Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang bersifat sementara terhadap


suatu masalah penelitian yang kebenarannya masih lemah (belum tentu
kebenarannya) sehingga harus diuji secara empiris. Hipotesis berasal dari kata
hypo yang berarti lemah dan thesa yang berarti pernyataan. Pernyataan atau
dugaan tersebut sering disebut sebagai proporsi. Hipotesis kadang bias merupakan
kesimpulan sementara yang harus diuji kebenarannya. Dugaan maupun
kesimpulan sementara yang masih ada kemungkinan benar atau salah, maka harus
diuji kebenarannya agar menghasilkan informasi yang benar dan bermanfaat.
Dalam suatu penelitian, hipotesis merupakan arah atau pedoman untuk membatasi
variable yang digunakan, meskipun tidak semua penelitian memerlukan hipotesis.
Penelitian yang bersifat eksploratif tidak memerlukan hipotesis karena pada
penelitian ini, peneliti menggali informasi dan data.

Satu hipotesis dapat diuji apabila hipotesis tersebut dirumuskan dengan benar.
Kegagalan merumuskan hipotesis akan mengaburkan hasil penelitian. Meskipun
hipotesis telah memenuhi syarat secara proposional, jika hipotesis tersebut masih
abstrak bukan saja membingungkan prosedur penelitian, melainkan juga sukar
diuji secara nyata.

B. Saran

Dengan disusunya makalah ini diharapkan para pembaca khususnya


mahasiswa keperawatan dapat menerapkan ilmu yang diperolehnya dan dapat
mengetahui bagaimana cara menguji hipotesa dan penggunaan SPSS untuk
menguji hipotesa.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta : Rineka Cipta.

Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian.Indonesia. Jakarta : Ghalia

16
Purwanto, Agus, Erwan & Sulistyastuti, Ratih, Dyah. 2007. Metode Penelitian
Kuantitatif. Yogyakarta: Gava Media.

Herlina. Ika. Lehdyane. 2012. Uji Hipotesis. Universitas Brawijaya. [Serial


Online]http://ledhyane.lecture.ub.ac.id/files/2012/11/PENGUJIAN-
HIPOTESIS.pdf (di akses pada tanggal 03 April 2018)

17

Anda mungkin juga menyukai