Anda di halaman 1dari 20

DAYA TARIK TEMPAT WISATA DAN PERMASALAHNNYA

“WISATA GUNUNG”

ANGGOTA KELOMPOK :

 Komang Pande Dewi Ayuni (P07120216001)

 Putu Indah Praptika Suci (P07120216002)

 Kadek Dwi Dharma Pradnyani (P07120216003)

 Eka Wahyu Rifani Meilia Dewi (P07120216004)

 Ni Komang Sri Ardina (P07120216005)

 Ni Luh Putu Desy Trisna Ekayanti (P07120216006)

 Ni Luh Putu Intan Sari (P07120216007)

KELAS 4-A

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

1
KATA PENGATAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan
Yang Maha Esa. karena berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Selain itu penulis juga
mengucapkan banyak terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan tugas dan membimbing kami. Penulis membuat makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah ASKEP GADAR 3 tentang “DAYA TARIK
TEMPAT WISATA DAN PERMASALAHANNYA : WISATA GUNUNG”.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka
penulis berharap kritik dan saran dari pembaca . Semoga makalah ini
memberikan informasi bagi pembacat dan bermanfaat untuk pengembangan
wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan kita semua.

Denpasar, September 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGATAR ......................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ..................................................................................................................... 3
BAB I ................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ............................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
1.3 Tujuan Masalah ........................................................................................................ 5
1.4 Manfaat .................................................................................................................... 5
BAB II ............................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ............................................................................................................... 6
A. Daya Tarik Objek Wisata ........................................................................................ 6
2.1 Pengertian Daya Tarik Wisata secara umum ........................................................... 6
2.2 Pengertian Daya Tarik Wisata Menurut Undang-Undang Pariwisata dan Pendapat
para ahli .......................................................................................................................... 6
2.3 Syarat –syarat Daya Tarik Wisata ............................................................................. 8
2.4 Unsur-Unsur Daya Tarik Pariwisata ........................................................................ 11
2.5 Daya Tarik Wisata Di Gunung ................................................................................. 13
B. Permasalahan Di Tempat Wisata ......................................................................... 14
BAB III ............................................................................................................................ 19
PENUTUP ....................................................................................................................... 19
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 19
3.2 Saran....................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sektor pariwisata sebagai kegiatan perekonomian telah menjadi andalan
dan prioritas pengembangan bagi sejumlah Negara, terlebih bagi Negara
berkembang seperti Indonesia yang memiliki potensi wilayah yang luas
dengan adanya daya tarik wisata cukup besar, banyaknya keindahan alam,
aneka warisan sejarah budaya dan kehidupan masyarakat. Untuk
meningkatkan peran kepariwisataan, sangat terkait antara barang berupa
objek wisata sendiri yang dapat dijual dengan sarana dan prasarana yang
mendukungnya yang terkait dalam industri pariwisata. Usaha
mengembangkan suatu daerah tujuan wisata harus memperhatikan berbagai
faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan suatu daerah tujuan wisata.
Objek wisata yang ada di Indonesia merupakan kekayaan alam yang patut
untuk dibanggakan. Setiap daerah di Indonesia memiliki keunikan baik dari
segi keindahannya maupun adat istiadat yang ada di daerah tersebut sehingga
menarik minat wisatawan untuk mengunjunginya. Negara Indonesia memiliki
banyak objek daya tarik wisata yang sangat potensial dan tidak kalah
indahnya dengan Pulau Bali. Namun masih banyak wisatawan baik domestik
maupun mancanegara yang belum mengetahuinya karena banyak masyarakat
Indonesia yang kurang mengerti tentang cara mengembangkan objek wisata,
apa saja persyaratan dari objek wisata yang harus dimiliki untuk bisa menarik
banyak wisatawan.
Oleh karena itu perlu adanya penjelasan kepada khalayak umum
mengenai Objek Daya Tarik Wisata. Pengetahuan ini tidak hanya penting
bagi pengusaha di bidang pariwisata namun juga diperlukan untuk para
generasi muda yang kelak akan mewarisi sebagai pengelola pariwisata
Indonesia di Masa depan.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian daya tarik wisata secara umum?
2. Apa saya pengertian daya tarik wisata menurut para ahli?
3. Apa saja syarat-syarat daya tarik wisata?
4. Apa saja unsur-unsur daya tarik pariwisata?
5. Apa saja daya tarik wisata gunung?
6. Apa saja permasalahan yang timbul di tempat wisata?

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui pengertian daya tarik wisata secara umum.
2. Untuk mengetahui pengertian daya tarik wisata menurut para ahli.
3. Untuk mengetahui syarat-syarat daya tarik wisata.
4. Untuk mengetahui unsur-unsur daya tarik wisata.
5. Untuk mengetahui daya tarik wisata gunung.
6. Untuk mengetahui permasalahan yang timbul pada tempat wisata .

1.4 Manfaat
1. Sebagai bahan untuk menambah wawasan tentang daya tarik wisata.
2. Sebagai bahan untuk menambah wawasan tentang daya tarik wisata
gunung.
3. Sebagai bahan untuk menambah wawasan dalam mengetahui permasalan
yang timbul pada tempat wisata.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Daya Tarik Objek Wisata


2.1 Pengertian Daya Tarik Wisata secara umum
Destinasi Pariwisata adalah area atau kawasan geografis yang
berbeda dalam suatu atau lebih wilayah administratif yang di dalamnya
terdapat unsur: daya tarik wisata, fasilitas pariwisata, aksesibilitas,
masyarakat serta wisatawan yang saling terkait dan melengkapi untuk
terwujudnya kegiatan kepariwisataan.
Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan merupakan
sumber daya potensial dan belum dapat disebut daya tarik wisata,
sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Objek dan daya tarik
wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tarik
di suatu daerah atau tempat tertentu kepariwisataan sulit untuk
dikembangkan.
Daya Tarik Wisata sejatinya merupakan kata lain dari obyek
wisata namun sesuai peraturan pemerintah Indonesia tahun 2009 kata
obyek wisata sudah tidak relevan lagi untuk menyebutkan suatu daerah
tujuan wisatawan maka digunakanlah kata “ Daya Tarik Wisata.”
2.2 Pengertian Daya Tarik Wisata Menurut Undang-Undang
Pariwisata dan Pendapat para ahli
a. Pengertian menurut Undang-undang Pariwisata
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun
2009, Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang
memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa
keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.

6
b. Pengertian daya tarik wisata menurut pendapat para ahli
1) A. Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata” tahun
1985 menyatakan bahwa daya tarik wisata atau “tourist
attraction”, istilah yang lebih sering digunakan, yaitu segala
sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk
mengunjungi suatu daerah tertentu
2) Nyoman S. Pendit dalam bukunya “ Ilmu Pariwisata” tahun
1994 mendefiniskan daya tarik wisata sebagai segala sesuatu
yang menarik dan bernilai untuk dikunjungi dan dilihat.
1. Macam-macam/jenis-jenis Daya Tarik Wisata
1. Dalam UU No. 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan
bahwa daya tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata
terdiri atas :
a. Daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang
berwujud keadaan alam, flora dan fauna.
b. Daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum,
peninggalan sejarah, seni dan budaya, wisata agro, wisata buru,
wisata petualangan alam, taman rekreasi dan komplek hiburan.
c. Daya tarik wisata minat khusus, seperti : berburu, mendaki
gunung, gua, industri dan kerajinan, tempat perbelanjaan,
sungai air deras, tempat-tempat ibadah, tempat ziarah dan lain-
lain.
2. Daya tarik wisata menurut Direktoral Jendral Pemerintahan di bagi
menjadi tiga macam, yaitu :
a. Daya Tarik Wisata Alam
Daya Tarik Wisata Alam adalah sumber daya alam yang
berpotensi serta memiliki daya tarik bagi pengunjung baik
dalam keadaan alami maupun setelah ada usaha budi daya.
Potensi wisata alam dapat dibagi menjadi 4 kawasan yaitu :
1. Flora fauna

7
a) Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya eksistem pantai
dan ekosistem hutan bakau
b) Gejala alam,misalnya kawah, sumber air panas, air terjun
dan danau
c) Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan,
peternakan, usaha perikanan
b. Daya Tarik Wisata Sosial Budaya
Daya Tarik Wisata Sosial Budaya dapat dimanfaatkan dan
dikembangkan sebagai onjek dan daya tarik wisata meliputi
museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni pertunjukan
dan kerajinan.
c. Daya Tarik Wisata Minat Khusus
Daya Tarik Wisata Minat Khusus merupakan jenis wisata yang
baru dikembangkan di Indonesia. Wisata ini lebih diutamakan
pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus. Dengan
demikian, biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian.
Contohnya: berburu mendaki gunung, arung jeram, tujuan
pengobatan, agrowisata, dll. Perencanaan dan pengelolaan Daya
tarik wisata alam, sosial budaya maupun objek wisata minat
khusus harus berdasarkan pada kebijakan rencana
pembangunan nasional maupun regional. Jika kedua kebijakan
rencana tersebut belum tersusun, tim perencana pengembangan
daya tarik wisata harus mampu mengasumskan rencana
kebijakan yang sesuai dengan area yang bersangkutan

2.3 Syarat –syarat Daya Tarik Wisata


Suatu Daya Tarik Wisata dapat menarik untuk dikunjungi oleh
wisatawan harus memenuhi syarat-syarat untuk pengembangan
daerahnya, menurut Maryani (1991:11) syarat-syarat tersebut adalah :

8
1. What to see
Di tempat tersebut harus ada objek dan atraksi wisata yang berbeda
dengan yang dimiliki daerah lain. Dengan kata lain daerah tersebut
harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi budaya yang dapat
dijadikan “entertainment” bagi wisatawan. What to see meliputi
pemandangan alam, kegiatan, kesenian dan atraksi wisata.
2. What to do
Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan,
harus disediakan fasilitas rekreasi yang dapat membuat wisatawan
betah tinggal lama ditempat itu.
3. What to buy
Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja
terutama barang souvenir dan kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh
untuk di bawa pulang ke tempat asal.
4. What to arrived
Di dalamnya termasuk aksesbilitas, bagaimana kita mengunungi daya
tarik wisata tersebut, kendaraan apa yang akan digunakan dan berapa
lama tiba ketempat tujuan wisata tersebut.
5. What to stay
Bagaimana wisatawan akan tingggal untuk sementara selama dia
berlibut. Diperlukan penginapan-penginapan baik hotel berbintang
atau hotel non berbintang dan sebagainya.
Selain itu pada umunya daya tarik wisata suatu objek wisata
berdasarkan atas :
a. Adanya sunber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah,
nyaman dan bersih.
b. Adanya aksesibilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.
c. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.
d. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para
wisatawan yang hadir.

9
e. Punya daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk
atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung
dalam suatu objek buah karya manusia pada masa lampau.
Suatu daerah dikatakan memiliki daya tarik wisata bila memiliki sifat
a. Keunikan, contoh: bakar batu (di Papua) sebuah cara masak
tradisional mulai dari upacara memotong hewan (babi) sampai
membakar daging, sayuran dan umbi/talas yang disekam dalam
lubang, ditutup batu lalu dibakar, serta keunikan cara memakan
masakan tersebut.
b. Keaslian, alam dan adat yang dilakukan sehari-hari, dalam berpakaian
dan kehidupan keluarga dimana seorang perempuan lebih
mengutamakan menggendong babi yang dianggapnya sangat
berharga dari pada menggendong anak sendiri.
c. Kelangkaan, sulit ditemui di daerah/negara lain.
d. Menumbuhkan semangat dan memberikan nilai bagi wisatawan.
Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan
bersumber pada potensi daya tarik yang dimiliki objek tersebut dengan
mengacu pada ceritera keberhasilan pengembangan yang meliputi
berbagai kelayakan, yaitu diantaranya adalah:
1. Kelayakan Finansial
Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dan
pembangunan objek wisata tersebut. Perkiraan untung-rugi sudah
harus diperkirakan dari awal. Berapa tenggang waktu yang
dibutuhkan untuk kembali modal pun sudah harus diramalkan.
2. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional
Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang
ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan
memiliki dampak sosial ekonomi secara regional; dapat
menciptakan lapangan kerja berusaha, dapat meningkatkan
penerimaan devisa, dapat meningkatkan penerimaan pada sektor
yang lain seperti pajak, perindustrian, perdagangan, pertanian, dan

10
lain-lain. Dalam kaitannya dengan hal ini pertimbangan tidak
semata-mata komersial saja tetapi juga memperhatikan dampaknya
secara lebih luas.
3. Layak Teknis
Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggungjawabkan
secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu
memaksakan diri untuk membangun suatu objek wisata apabila daya
dukung objek wisata tersebut rendah. Daya tarik suatu objek wisata
tersebut membahayakan keselamatan para wisatawan.
4. Layak Lingkungan
Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan
kegiatan pembangunan suatu objek wisata. Pembangunan objek
wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan
pembangunannya.
Pebangunan objek wisata bukanlah untuk merusak lingkungan,
tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk kebaikan
manusia dan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia sehingga
terciptanya keseimbangan, keselarasan, dan keserasian hubungan
antara manusia dengan lingkungan alam dan manusia dengan
Tuhannya.

2.4 Unsur-Unsur Daya Tarik Pariwisata


Penentuan Unsur Pengembangan dan Bobot Daya Tarik
Wisata Pariwisatadilandasi oleh pengertian dan konsep disajikan dalam
blog pedoman ini dikembangkan dengan menentukan unsur-unsur yang
berpengaruh terhadap pengembangan destinasi pariwisata dan
memberikan bobot atau nilai penting terhadap masing-masing unsur
tersebut.
Penentuan unsur utamanya berkaitan dengan pengembangan
suatu produk pariwisata di suatu destinasi. Adapun unsur-unsur yang

11
berpengaruh pengembangan produk pariwisata dan bobot masing-
masing unsur adalah sebagai berikut :
1. Daya Tarik Wisata adalah Unsur terkuat dalam sistem pariwista.
Dibanding dengan unsur-unsur lain pembentuk produk pariwisata,
daya tarik wisata merupakan pull factor bagi wisatawan dalam
mempengaruhi pengambilan keputusan mengunjungi suatu destinasi
pariwisata. No Attraction, No Destination.
2. Aksesibilitas merupakan salah satu unsur utama dalam produk
karena mendorong pasar potensial menjadi pasar nyata.
Aksesibilitas mencakup transportasi masuk ke negara, inter dan
intra region (daerah) serta di dalam kawasan, dan kemudahan
memperoleh informasi tentang destinasi.
3. Fasilitas Wisata; pada unsur ini penting pembentuk produk
pariwisata setelah aksesibilitas adalah fasilitas wisata, yang berperan
menunjang kemudahan dan kenyamanan wisatwan, seperti;
ketersediaan sarana akomodasi, prasarana wisata dalam radius
tertentu dan sarana wisata pendukung lainnya.
4. Lingkungan dan Masyarakat; Untuk lingkungan yang terjada,
terpelihara dan sikap atau persepsi masyarakat terhadap
pengembangan pariwisata adalah salah satu unsur yang menentukan
keberhasilan suatu pengembangan pariwisata disamping indikator
tingkat kesejahteraan.
5. Potensi Pasar yang dimaksud mencakup pasar wisatawan nusantara
dan wisatawan mancanegara. Untuk pasar wisatawan nusantara,
utamanya diarahkan berdasarkan jumlah penduduk di radius
tersentu.
6. Pengelolaan dan Pelayanan; Pengelolaan dan pelayanan
membackupkeberatan dokumen pengelolaan seperti rencana
pengembangan dan pengelolaan daya tarik wisata, kemantapan
organisasi pengelolaan mutu pelayanan, dan Pengelolaan, dan

12
pelayanan serta kelengkapan saran pendukung dan perawatan
hubungan dengan Daya Tarik lain.
7. Keberhasilan pengembangan ditentukan pula oleh persaingan antar
daya tarik wiata sejenis.

2.5 Daya Tarik Wisata Di Gunung


1. Mendaki Gunung
Pendakian adalah suatu olahraga keras, penuh petualangan, dan
membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan serta daya juang
tinggi. Dalam arti luas, pendakian gunung berarti suatu perjalanan,
mulai dari hill walking sampai dengan ekspedisi pendakian ke puncak-
puncak yang tinggi dan sulit hingga memerlukan waktu yang lama,
bahkan sampai berbulan-bulan. Definisi lainnya adalah sebuah
kegiatan alam bebas yang menggunakan wahana gunung sebagai
sarana kegiatannya.
2. Berkemah (camping)
Berkemah adalah sebuah kegiatan rekreasi di luar ruangan.
Kegiatan ini umumnya dilakukan untuk beristirahat dari
ramainya perkotaan, atau dari keramaian secara umum, untuk
menikmati keindahan alam. Berkemah biasanya dilakukan dengan
menginap di lokasi perkemahan, dengan menggunakan tenda, di
bangunan primitif, atau tanpa atap sama sekali.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kemah (kata benda)
adalah tempat tinggal darurat, biasanya berupa tenda yang ujungnya
hampir menyentuh tanah dibuat dari kain terpal dan
sebagainya. perkemahan (kata benda) 1 hal berkemah; 2 himpunan
kemah (pramuka, pasukan, dsb); tempat berkemah.
Berkemah sebagai aktivitas rekreasi mulai populer pada awal abad
ke-20. Kegiatan ini juga umumnya disertai dengan kegiatan rekreasi
luar ruangan lainnya, seperti mendaki gunung, berenang, memancing,
dan bersepeda gunung.

13
B. Permasalahan Di Tempat Wisata
1. Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan adalah suatu kejadian dimana api melalap bahan
bakar bervegetasi yang terjadi di kawasan hutan yang menjalar secara
bebas dan tidak terkendali. Berbeda dengan kebakaran hutan, jika api
melalap bahan bakar bervegetasi yang menjalar secara bebas dan tidak
terkendali di kawasan bukan hutan maka disebut kebakaran lahan.
Kebakaran hutan dapat dikelompokkan pada tiga tipe.
Pengelompokkan tersebut didasarkan kepada bahan bakar yang
mendominasi kebakaran. Tiga tipe kebakaran (Syaufina 2008), yaitu :
a. Kebakaran bawah (Ground Fire):
Kebakaran bawah yaitu situasi dimana api membakar bahan organik di
bawah permukaan serasah. Penjalaran api yang perlahan dan tidak
dipengaruhi oleh angin menyebabkan tipe kebakaran seperti ini sulit
untuk dideteksi dan dikontrol. Kebakaran bawah adalah tipe kebakaran
yang umum terjadi di lahan gambut.
b. Kebakaran permukaan (Surface fire)
Kebakaran permukaan yaitu situasi dimana api membakar serasah,
tumbuhan bawah, bekas limbah pembalakan dan bahan bakar lain yang
terdapat di lantai hutan. Kebakaran permukaan adalah tipe kebakaran
yang umum terjadi di semua tegakan hutan.
c. Kebakaran tajuk (Crown fire)
Kebakaran tajuk yaitu situasi dimana api menjalar dari tajuk pohon satu
ke tajuk pohon yang lain yang saling berdekatan. Kebakaran tajuk sangat
dipengaruhi oleh kecepatan angin. Kebakaran tajuk sering terjadi di
tegakan hutan konifer dan api berasal dari kebakaran permukaan.
2. Gunung Meletus
Letusan gunung berapi adalah bagian dari aktivitas vulkanik yang
disebut erupsi. Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona
kegempaan aktif. Erupsi dimulai ketika pada batas lempeng bumi terjadi
perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu

14
melelehkan material disekitarnya, yaitu cairan pijar (magma). Magma
akan mengintrusi batuan atau tanah melalui rekahan-rekahan, lalu keluar
mendekati permukaan bumi.
Setiap bencana alam pasti membawa dampak tersendiri yang
dirasakan oleh penduduk yang berada disekitar bencana. Biasanya
bencana alam identik dengan dampak negatif namun tidak demikian
terjadi pada letusan gunung berapi yang justru membawa dampak positif
disamping terdapat juga efek negatifnya. Berikut ini adalah dampak
letusan gunung berapi baik yang positif maupun negatif :
a. Dampak negatif
Berikut adalah penjelasan mengenai dampak negatif mengenai
letusan gunung berapi :
1) Asap dan debu yang banyak keluar saat sebelum ataupun
sesudah letusan dapat menyebabkan ISPA bagi masyarakat
yang tinggal didekat lokasi bencana.
2) Dengan meletusnya gunung berapi, maka otomatis segala
aktivitas penduduk menjadi lumpuh sehingga ekonomi tidak
berjalan dengan semestinya
3) Lava dan lahar akan merusak semua yang dilaluinya seperti
hutan, sungai, lahan pertanian maupun pemukiman penduduk.
4) Karena lahar merusak hutan sekitar maka akan mempengaruhi
ekosistem hayati wilayah tersebut.
5) Terjadinya pencemaran udara karena saat terjadi letusan,
gunung berapi mengeluarkan debu dan gas gas beracun yang
mengandung Sulfur dioksida, Hidrogen sulfida, Nitrogen
dioksida.
6) Menganggu parawisata yang terdapat pada titik tertentu yang
mana sebelum terjadinya bencana menjadi tujuan destinasi
wisata. Dengan letusan gunung berapi, beberapa lokasi wisata
ditutup sehingga menghambat laju ekonomi.
b. Dampak positif

15
Berikut adalah penjelasan mengenai dampak positif pada
letusan gunung berapi :
1) Saat terjadi letusan, banyak batu batu berbagai ukuran yang
dimuntahkan gunung yang mana dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat sekitar sebagai bahan bagunan.
2) Besarnya volume material vulkanik selama letusan
berlangsung ternyata membawa berkah tersendiri bagi
masyarakat sekitar karena memiliki profesi baru yakni sebagai
penambang pasir.
3) Tanah tanah sekitar gunung yang terkena material letusan akan
semakin subur, tentu saja hal ini sangat menguntungkan para
petani dimana mereka tidak perlu mengeluarkan biaya lagi
untuk membeli pupuk.
4) Setelah gunung meletus, biasanya muncul mata air makdani
yaitu mata air yang kaya dengan kandungan mineral.
5) Selain itu muncul pula sumber air panas / geyser baru secara
bertahap dan periodik, hal ini tentu saja dapat dimanfaatkan
masyarakat untuk kesehatan kulit.
6) Pada wilayah yang sering terjadi letusan gunung berapi sangat
potensial untuk dijadikan pembangkit listrik tenaga panas bumi
yang tentu saja bernilai ekonomis.
3. Tanah Longsor
Gerakan massa (mass movement) tanah atau sering disebut tanah
longsor (landslide) merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda
daerah pegunungan di daerah tropis basah. Gerakan massa, umumnya
disebabkan oleh gaya-gaya gravitasi dan kadang-kadang getaran atau gempa
juga menyokong terjadinya tersebut. Gerakan massa yang berupa tanah
longsor terjadi akibat adanya reruntuhan geser disepanjang bidang longsor
yang merupakan batas bergeraknya massa tanah atau batuan (Hardiyatmo,
2006: 2).

16
Gerakan tanah adalah proses perpindahan suatu masa batuan/tanah
akibat gaya gravitasi. Gerakan tanah seringkali disebut sebagai longsoran dari
massa tanah/batuan dan secara umum diartikan sebagai suatu gerakan tanah
dan atau batuan dari tempat asalnya karena pengaruh gaya berat (Noor, 2006:
106).
Adanya gerakan tanah disebabkan oleh faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal yang dapat menyebabkan terjadinya gerakan tanah
adalah daya ikat (kohesi) tanah/batuan yanglemah sehingga butiran-butiran
tanah/batuan dapat terlepas dari ikatannya dan bergerak ke bawah dengan
menyeret butiran lainnya yang ada disekitarnya membentuk masa yang lebih
besar. Lemahnya daya ikat/batuan dapat disebabkan oleh sifat kesarangan
(porositas) dan kelolosan air (permeabilitas) tanah/batuan maupun rekahan
yang intensif dari masa tanah/batuan tersebut.
Sedangkan faktor eksternal yang dapat memicu terjadinya gerakan
tanah terdiri dari berbagai sebab yang kompleks seperti sudut kemiringan
lereng, perubahan kelembaban tanah/batuan karena masuknya air hujan,
tutupan lahan dan pola pengolahan lahan, pengikisan oleh aliran air, ulah
manusia seperti penggalian dan sebagainya.
Gerakan massa (mass movement) merupakan gerakan massa tanah
yang besar di sepanjang bidang longsor kritisnya. Gerakan massa ini bergerak
ke bawah material pembentuk lereng berupa tanah, batu, timbunan buatan
atau campuran dari material lain.
Menurut Cruden dan Varnes (1992) dalam (Hary C Hardiyatmo,
2006:15), karakteristik gerakan massa pembentuk lereng dapat dibagi
menjadi lima macam antara lain; a. Jatuhan (falls)
b. Robohan (topples)
c. Longsoran (slides)
d. Sebaran (spreads)
e. Aliran (flows)

17
4. Kecelakaan Saat Mendaki
Mendaki gunung merupakan suatu olahraga ekstrem yang penuh
petualangan dan kegiatan ini membutuhkan keterampilan, kecerdasan,
kekuatan, dan daya juang yang tinggi. Bahaya dan tantangan seakan
hendak mengunggulin merupakan daya tarik dari kegiatan ini. Pada
hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji
kemampuan diri dan untuk bisa menyatu dengan alam.
Pada saat mendaki gunung faktor fisik merupakan hal yang utama.
Pendaki yang mempunyai tingkat kebugaran jasmani yang baik dapat
melakukan suatu pendakian tanpa mengalami kelelahan yang berarti.
Banyak pendaki gunung yang belum sadar akan hal ini sehingga
mengakibatkan suatu pendakian terhambat karena kelelahan atau bahkan
terjadi kecelakaan karena hilangnya konsentrasi saat melewati jalur yang
curam karena staminanya telah habis.
Kecelakaan dalam pendakian kerap terjadi di Indonesia.
Kecelakaan terjadi karena berbagai faktor, mulai dari kurangnya
persiapan hingga kondisi alam yang tidak mendukung.

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang
memiliki keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran
atau kunjungan wisatawan berdasarkan Undang-Undang Republik
Indonesia No. 10 tahun 2009. Daya Tarik Wisata dapat menarik untuk
dikunjungi oleh wisatawan degan memenuhi syarat-syarat seperti :
terdapat objek dan atraksi wisata yang berbeda dengan yang dimiliki
daerah lain, disediakan fasilitas rekreasi, fasilitas untuk berbelanja,
fasilitas untuk menuju ke tempat wisata, dan penginapan-penginapan
baik hotel berbintang atau hotel non berbintang dan sebagainya.
Penentuan unsur berkaitan dengan pengembangan suatu produk
pariwisata di suatu destinasi seperti : aksesibilitas, fasilitas wisata,
lingkungan dan masyarakat, potensi pasar, pengelolaan dan pelayanan,
dan persaingan antar daya tarik wiata sejenis. Adapun daya tarik di
wisata gunung adalah para pendaki bisa melakukan mendaki gunung dan
berkemah. Namun dibalik daya tariknya adapun permasalahan obejk
wisata gunung yaitu kebakaran Hutan, gunung Meletus, tanah Longsor
,Kecelakaan Saat Mendaki.

3.2 Saran
Penulis berharap dengan pembuatan makalah ini dapat membantu
meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan bagi pembaca
mengenai daya tarik wisata gunung beserta beberapa permasalahan di
objek wisata gunung .

19
DAFTAR PUSTAKA

http://anekatempatwisata.com/pengertian-wisata-secara-umum/

https://novanherfiyana.wordpress.com/2009/05/20/wisata-selam-fenomena-baru-
pariwisataindonesia/

https://id.wikipedia.org/wiki/Berkemah

https://www.academia.edu/33781115/Makalah_Tanah_Longsor

https://www.academia.edu/16900714/Makalah_Kebakaran_Hutan

https://www.academia.edu/12325397/Makalah_Bencana_Gunung_Meletus

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/12406/BAB%20III.pdf?s
equence=7&isAllowed=y

file:///C:/Users/ACER/Downloads/dokumen.tips_makalah-mendaki-gunung.pdf

20

Anda mungkin juga menyukai