Anda di halaman 1dari 13

Makalah Metodologi Penelitian

MUHAJIRIN
171050801018
KELAS 02

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan. Dengan
dilakukan penelitian maka dihasilkan berbagai macam ilmu pengetahuan yang
dapat dimanfaatkan oleh manusia. Untuk melakukan penelitian maka harus
dilewati berbagai tahapan. Hal ini sesuai dengan pengertian penelitian ilmiah itu
sendiri yakni menjawab masalah berdasarkan metode yang sistematis. Salah satu
hal penting yang dilakukan terutama dalam penelitian kuantitatif adalah
merumuskan hipotesis.
Hipotesis merupakan elemen penting dalam penelitian kuantitatif. Terdapat
tiga alasan utama yang mendukung pandangan ini, di antaranya: Pertama,
Hipotesis dapat dikatakan sebagai piranti kerja teori. Hipotesis ini dapat dilihat
dari teori yang digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang akan
diteliti. Misalnya, sebab dan akibat dari konflik dapat dijelaskan melalui
teori mengenai konflik. Kedua, Hipotesis dapat diuji dan ditunjukkan
kemungkinan benar atau tidak benar atau difalsifikasi. Ketiga, hipotesis adalah
alat yang besar dayanya untuk memajukan pengetahuan karena membuat
ilmuwan dapat keluar dari dirinya sendiri. Artinya, hipotesis disusun dan diuji
untuk menunjukkan benar atau salahnya dengan cara terbebas dari nilai dan
pendapat peneliti yang menyusun dan mengujinya.
Namun tidak semua peneliti mampu menyusun hipotesis dengan baik
terutama peneliti pemula. Masih banyak terdapat kesalahan dalam menyusun
hipotesis. Untuk menyusun hipotesis yang baik setidaknya peneliti harus
mengacu pada kriteria perumusan hipotesis, bagaimana jenis-jenis hipotesis
dalam penelitian, maupun pemahaman tentang penelitian tanpa menggunakan
hipotesis. Selain itu seorang peneliti juga harus mengetahui bagaimana cara
menguji hipotesis agar terhindar dari kekeliruan yang mungkin terjadi dalam
pengujian hipotesis. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka makalah ini akan
membahas mengenai hakikat hipotesis hingga kekeliruan yang mungkin terjadi
dalam pengujian hipotesis.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Apa pengertian hipotesis?
2. Apa saja persyaratan untuk hipotesis
3. Apa saja tipe-tipe hipotesis?
4. Apa saja jenis-jenis hipotesis?
5. Apa saja kekeliruan yang terjadi dalam pengujian hipotesis?
6. Bagaimana cara menguji hipotesis?
7. Apakah semua penelitian harus berhipotesis?

C. Tujuan
Bertolak dari rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian hipotesis
2. Untuk mengetahui persyaratan untuk hipotesis
3. Untuk mengetahui tipe-tipe hipotesis
4. Untuk mengetahui jenis-jenis hipotesis
5. Untuk mengetahui kekeliruan yang terjadi dalam pengujian hipotesis
6. Untuk mengetahui cara menguji hipotesis
7. Untuk mengetahui penelitian yang harus mempunyai hipotesis atau penelitian
yang tidak mempunyai hipotesi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Hipotesis
Berdasarkan kutipan pendapat Prof. Drs. Sutrisno Hadi MA tentang
pemecahan masalah, peneliti seringkali tidak dapat memecahkan
permasalahannya hanya dengan sekali jalan. Permasalahan itu akan
diselesaikan segi demi segi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan
untuk tiap-tiap segi, dan mencari jawabannya melalui penelitian yang
dilakukan. Jawaban terhadap permasalahan ini dibedakan atas 2 hal sesuai
dengan taraf pencapaiannya yaitu:
1. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf teoretik,
dicapai melalui membaca.
2. Jawaban permasalahan yang berupa kebenaran pada taraf praktik,
dicapai setelah penelitian selesai, yaitu setelah pengolahan terhadap
data.
Sehubungan dengan pembatasan pengertian tersebut maka hipotesis
dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan arti katanya, hipotesis berasal dari 2 penggalan kata,
yaitu “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya
“kebenaran”. Jadi hipotesis yang kemudian cara menulisnya disesuaikan
dengan Ejaan Bahasa Indonesia menjadi hipotesa, dan berkembang
menjadi hipotesis.
Apabila peneliti telah mendalami permasalahan penelitiannya
dengan seksama serta menetapkan anggapan dasar, maka lalu membuat
suatu teori sementara, yang kebenarannya masih perlu di uji (di bawah
kebenaran). Inilah hipotesis. Selanjutnya peneliti akan bekerja
berdasarkan hipotesis. Peneliti mengumpulkan data-data yang paling
berguna untuk membuktikan hipotesis. Berdasarkan data yang terkumpul,
peneliti akan menguji apakah hipotesis yang dirumuskan dapat naik status
menjadi tesa, atau sebaliknya, tumbang sebagai hipotesis, apabila ternyata
tidak terbukti.
Terhadap hipotesis yang sudah dirumuskan, peneliti dapat bersikap
dua hal:
1. Menerima keputusan seperti apa adanya seandainya hipotesisnya
tidak terbukti (pada akhir penelitian).
2. Mengganti hipotesis seandainya melihat tanda-tanda bahwa data
yang terkumpul tidak mendukung terbuktinya hipotesis (pada saat
penelitian berlangsung)

Untuk mengetahui kedudukan hipotesis antara lain:


1. Perlu diuji apakah ada data yang menunjuk hubungan antara
variabel penyebab dan variabel akibat.
2. Adakah data yang menunjukkan bahwa akibat yang ada,
memang ditimbulkan oleh penyebab itu.
3. Adanya data yang menunjukkan bahwa tidak ada penyebab lain
yang bisa menimbulkan akibat tersebut.
Apabila ketiga hal tersebut dapat dibuktikan, maka hipotesis yang
dirumuskan mempunyai kedudukan yang kuat dalam penelitian.
Namun tidak selalu semua penelitian harus berorientasikan hipotesis,
walaupun hipotesis ini sangat penting sebagai pedoman kerja dalam
penelitian. Jenis penelitian eksploratif, survei, atau kasus, dan penelitian
development biasanya justru tidak berhipotesis karena tujuan penelitian
jenis ini bukan untuk menguji hipotesis tetapi mempelajari tentang gejala-
gejala sebanyak-banyaknya.
B. Syarat-syarat Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya
dalam penelitian. Oleh karena itulah maka dari peneliti dituntut
kemampuannya untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas.
Borg dan Gall (1979: 61) mengajukan adanya persyaratan untuk
hipotesis sebagai berikut:
1. Hipotesis harus dirumuskan dengan singkat tetapi jelas.
2. Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan antara
dua atau lebih variabel.
3. Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh
para ahli atau hasil penelitian yang relevan.

C. Tipe-tipe Hipotesis
Hipotesis dibagi menurut tingkat eksplanasi hipotesis yang akan diuji, maka
rumusan hipotesis dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu hipotesis
deskriptif (pada satu sampel atau variabel mandiri/tidak dibandingkan dan
dihubungkan), komparatif dan hubungan.
1. Hipotesis Deskriptif
Hipotesis deskriptif adalah dugaan tentang nilai suatu variabel mandiri, tidak
membuat perbandingan atau hubungan. Dalam perumusan hipotesis statistik,
antara hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha) selalu berpasangan, bila
salah satu ditolak, maka yang lain pasti diterima sehingga dapat dibuat keputusan
yang tegas, yaitu kalau H0 ditolak pasti Ha diterima. Hipotesis statistik
dinyatakan melalui simbol-simbol.
Contoh pernyataan yang dapat dirumuskan hipotesis deskriptif-statistiknya :Suatu
perusahaan minimum harus mengikuti ketentuan, bahwa salah satu unsur kimian
hanya boleh dicampurkan paling banyak 1%. Dengan demikian rumusan
hipotesis statistik adalah :
Ho: µ ≤ 0,01
Ha: µ > 0,01
Suatu bimbingan tes menyatakan bahwa murid yang dibimbing di lembaga itu,
paling sedikit 90% dapat diterima di Perguruan Tinggi Negeri. Rumusan hipotesis
statistik adalah :
Ho: µ ≥ 0,01
Ha: µ < 0,01
Seorang peneliti menyatakan bahwa daya tahan lampu merk A = 450 jam dan B =
600 jam. Hipotesis statistiknya adalah :
Lampu A : Lampu B:
Ho: µ = 450 jam Ho: µ = 600 jam
Ha: µ ≠ 450 jam Ha: µ ≠ 600 jam
Hipotesis pertama dan kedua diuji dengan uji satu pihak (one tail) dan ketiga
dengan dua pihak (two tail).

2. Hipotesis Komparatif
Hipotesis komparatif adalah pernyataan yang menunjukkan dugaan nilai dalam
satu variabel atau lebih pada sampel yang berbeda.
Contoh rumusan masalah komparatif dan hipotesisnya :
Apakah ada perbedaan daya tahan lampu merk A dan B ?
Rumusan Hipotesis adalah :
1) Tidak terdapat perbedaan daya tahan lampu antara lampu merk A dan B.
2) Daya tahan lampu merk B paling kecil sama dengan lampu merk A.
3) Daya tahan lampu merk B paling tinggi sama dengan lampu merk A.
Hipotesis statistiknya adalah :
 H0: 𝜇1 = 𝜇2
Rumusan uji hipotesis dua pihak
Ha: 𝜇1 = 𝜇2
 H0: 𝜇1 ≥ 𝜇2
Rumusan uji hipotesis satu pihak
Ha: 𝜇1 < 𝜇2
 H0: 𝜇1 ≤ 𝜇2
Rumusan uji hipotesis satu pihak
Ha: 𝜇1 > 𝜇2

3. Hipotesis Hubungan (Assosiatif)


Hipotesis asosiatif adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih. Contoh rumusan masalahnya adalah
“Apakah ada hubungan antara Gaya Kepemimpinan dengan Efektifitas Kerja ?”
Rumus dan hipotesis nolnya adalah : Tidak ada hubungan antar gaya
kepemimpinan dengan efektifitas kerja.
Hipotesis statistiknya adalah ;
H0: 𝜌 = 0
Ha: 𝜌 ≠ 0 (𝜌 = simbol yang menunjukkan kuatnya hubungan)
D. Jenis-jenis Hipotesis
Ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian:
1. Ditinjau dari rumusannya, hipotesis dibedakan menjadi :
a) Hipotesis kerja atau alternatif, disingkat Ha.
Hipotesis kerja menyatakan adanya hubungan antara variabel X
dan Y, atau adanya perbedaan antara dua kelompok.
Rumusan hipotesis kerja:
b) Hipotesis nol (null hypotheses) disingkat Ho.
Hipotesis ini menyatakan tidak ada perbedaan antara dua variabel,
atau tidak adanya pengaruh variabel X terhadap variabel Y.
Dengan kata lain, selisih variabel pertama dengan variabel kedua
adalah nol atau nihil. Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis
statistik, karena biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat
statistik, yaitu diuji dengan perhitungan statistik.
Dalam pembuktian, hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi
Ho, agar peneliti tidak mempunyai prasangka. Jadi, peneliti
diharapkan jujur, tidak terpengaruh pernyataan Ha. Kemudian
dikembangkan lagi ke Ha pada rumusan akhir pengetesan hipotesis.
2. Ditinjau dari proses pemerolehannya, hipotesis dibedakan menjadi
a) Hipotesis induktif, yaitu hipotesis yang dirumuskan berdasarkan
pengamatan untuk menghasikan teori baru (pada penelitian
kualitatif)
b) Hipotesis deduktif, merupakan hipotesis yang dirumuskan
berdasarkan teori ilmiah yang telah ada (pada penelitian
kuantitatif).
D. Kekeliruan yang Terjadi dalam Pengujian Hipotesis
Benar dan tidaknya hipotesis tidak ada hubungannya dengan
terbukti dan tidaknya hipotesis tersebut. Seorang peneliti mungkin
merumuskan hipotesis yang isinya benar, tetapi setelah data terkumpul
dan dianalisis ternyata hipotesis tersebut ditolak, atau tidak terbukti.
Sebaliknya mungkin seorang peneliti merumuskan sebuah hipotesis yang
salah, tetapi setelah dicocokkan dengan datanya, hipotesis yang salah
tersebut terbukti.
Dalam hal lain dapat terjadi perumusan hipotesisnya benar tetapi
ada kesalahan dalam penarikan kesimpulan. Kesalahan penarikan
kesimpulan tersebut barangkali disebabkan karena kesalahan sampel,
kesalahan perhitungan ada pada variabel lain yang mengubah hubungan
antara variabel belajar dan variabel prestasi yang pada saat pengujian
hipotesis ikut berperan.
Macam kekeliruan ketika membuat kesimpulan tentang hipotesis:
Keadaan Sebenarnya
Kesimpulan dan Keputusan
Hipotesis benar Hipotesis salah
Terima hipotesis Tidak membuat kekeliruan Kekeliruan macam II
Tolak hipotesis Kekeliruan macam I Tidak membuat kekeliruan

Selanjutnya ditentukan bahwa probabilitas melakukan kekeliruan


macam I

dinyatakan dengan ɑ (alpha), sedangkan melakukan kekeliruan macam


II dinyatakan dengan β (beta). Nama-nama ini akhirnya digunakan untuk
menentukan jenis kesalahan.
Kesalahan tipe I ini disebut taraf signifikansi pengetesan, artinya
kesediaan yang berwujud besarnya probabilitas jika hasil penelitian
terhadap sampel akan diterapkan pada populasi. Besarnya taraf
signifikansi ini pada umumnya sudah diterapkan terlebih dahulu. Untuk
penelitian-penelitian di bidang ilmu pendidikan pada umumnya digunakan
taraf signifikansi 0,05 atau 0,01, sedangkan untuk peneliti obat-obatan
yang resikonya menyangkut jiwa manusia, diambil 0,005 atau 0,001,
bahkan mungkin 0,0001.

E. Cara Menguji Hipotesis


Apabila peneliti telah mengumpulkan dan mengolah data, bahan
pengujian hipotesis tentu akan sampai kepada suatu kesimpulan menerima
atau menolak hipotesis tersebut.
Di dalam menentukan penerimaan dan penolakan hipotesis maka
hipotesis alternatif (Ha) diubah menjadi hipotesis nol (Ho).
Misal dengan asumsi bahwa populasi tergambar dalam kurva
normal. Maka jika kita menentukan taraf kepercayaan 95% dengan
pengetesan 2 ekor, maka akan terdapat dua daerah kritik, yaitu di ekor
kanan dan di ekor kiri kurva, masing-masing 2½

Daerah kritik merupakan daerah penolakan hipotesis (hipotesis


nihil) dan disebut daerah signifikansi. Sebaliknya daerah yang terletak di
antara dua daerah kritis, yang diarsir, dinamakan daerah penerimaan
hipotesis, atau daerah non-signifikansi.
Cara menguji hipotesis, menggunakan daerah kurva normal dan dari
perhitungan
Z-score dengan rumus:
𝑋 − 𝑋̅
𝑍=
𝑆𝐷
Apabila harga Z-score terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha yang
dirumuskan, tidak diterima.

F. Penelitian Tanpa Hipotesis


Pendapat pertama mengatakan, semua penelitian pasti
berhipotesis. Semua peneliti diharapkan menentukan jawaban sementara,
yang akan diuji berdasarkan data yang diperoleh. Hipotesis harus ada karena
jawaban penelitian juga harus ada, dan butir- butirnya sudah disebut dalam
problematika maupun tujuan penelitian.
Pendapat kedua mengatakan, hipotesis hanya dibuat jika yang
dipermasalahkan menunjukkan hubungan antara dua variabel atau lebih.
Jawaban untuk satu variabel yang sifatnya deskriptif, tidak perlu
dihipotesiskan. Penelitian eksploratif yang jawabannya masih dicari dan
sukar diduga, tentu sukar ditebak apa saja, atau bahkan tidak mungkin
dihipotesiskan.
Berdasarkan pendapat kedua ini maka mungkin sekali di dalam
sebuah penelitian, banyak hipotesis tidak sama dengan banyaknya
problematika dan tujuan penelitian. Mungkin problematika unsur 1 dan 2
yang sifatnya deskriptif tidak diikuti dengan hipotesis, tetapi problematika
nomor 3 dihipotesiskan.Contoh:Hubungan antara motivasi berprestasi
dengan etos kerja para karyawan kantor A. Problematika 1: Seberapa tinggi
motivasi berprestasi karyawan kantor A? (tidak dihipotesiskan).
Problematika 2: Seberapa tinggi etos kerja karyawan kantor A?
(tidak dihipotesiskan) Problematika 3: Apakah ada dan seberapa tinggi
hubungan antara motivasi berprestasi dengan etos kerja karyawan kantor A?
Hipotesis: Ada hubungan yang tinggi antara motivasi berprestasi
dengan etos kerja karyawan kantor A.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Sebagai pedoman kerja, peneliti menetapkan sebuah hipotesis yang
dijadikan arah dalam menetapkan variabel, mengumpulkan data, mengolah
data dan mengambil kesimpulan. Pada dasarnya, pekerjaan meneliti adalah
usaha untuk membuktikan hipotesis.
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji. Pengujian itu
bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis diterima atau ditolak.
Hipotesis berfungsi sebagai kerangka kerja bagi peneliti, memberi arah kerja,
dan mempermudah dalam penyusunan laporan penelitian.
Ada 2 macam hipotesis, yaitu hipotesis kerja, yang juga disebut hipotesis
alternative (Ha) dan hipotesis nol (Ho) (hipotesis nihil) yang juga disebut
hipotesis statistik. Sehubungan dengan perumusan hipotesis maka ada 2
kekeliruan yang kita buat:
a. Menolak hipotesis yang seharusnya diterima, disebut kekeliruan alpha (ɑ).
b. Menerima hipotesis yang seharusnya ditolak, disebut kekeliruan beta (β).
Cara menguji hipotesis, menggunakan daerah kurva normal. Apabila
harga Z-score terletak di daerah penerimaan Ho, maka Ha yang dirumuskan,
tidak diterima.

B. Saran
Kepada pembaca diharapkan untuk terus meningkatkan kompetensi dan
wawasan yang berhubungan dengan penelitian. Hal ini dikarenakan
penelitian merupakan cara primer manusia dalam mengembangkan kajian
ilmu. Dengan berkembangnya ilmu bimbingan dan konseling tentunya akan
mempermudah personal-personal dalam menghadapi persoalan-persoalan
hidup yang makin kompleks mengikuti perkembangan masa..
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Sudijono, A. (2006). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada

Sugiy ono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta : Bandung


Suryabrata, S. (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta : Raja Grafindo Persada
Siregar,Syofian. 2010. Statistika Deskriptif untuk Penelitian Dilengkapi
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. Jakarta : Rajawali Pers.

Anda mungkin juga menyukai