Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH FALSAFAH DAN TEORI KEPERAWATAN

ILMU KEPERAWATAN DARI ASPEK


ONTOLOGI, EPISTOMOLOGI, AKSIOLOGI
Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah Falsafah Dan Teori Keperawatan

Dosen pembimbing:
Ahmad Syamsul Bahri,S.Kep,M.Kes
Disusun Oleh:
1.
2.
3.
4.

Biyan Mahfudz Abrory Saputra


Popy Astriani
Risno Sahafin
Yuni Sarah

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS SAHID SURAKARTA
2014

DAFTAR ISI

Halaman Judul ....................................................................................................i


Daftar Isi ............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................4
C. Tujuan Penulisan...............................................................................4
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................5
A. Ontologi............................................................................................5
B. Epistomologi.....................................................................................8
C. Asiologi............................................................................................15
BAB III PENUTUP...........................................................................................18
A. Kesimpulan......................................................................................18
B. Saran ...............................................................................................19

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filsafat adalah akar dari segala pengetahuan manusia

baik

pengetahuan ilmiah maupun pengetahuan non ilmiah. Dalam buku


Filsafat ilmu sebuah pengantar populer dijelaskan bahwa, seandainya
seseorang berkata kepada kita bahwa dia tahu bagaimana cara bermain
gitar, maka seorang lainnya mungkin bertanya, apakah pengetahuan anda
itu merupakan ilmu? Tentu saja dengan mudah dia dapat menjawab bahwa
pengetahuan bermain gitar itu bukanlah ilmu, melainkan seni. Demikian
juga sekiranya seseorang mengemukakan bahwa sesudah mati semua

manusia akan dibangkitkan kembali, akan timbul pertanyaan serupa


apakah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat transcendental yang
menjorok ke luar batas pengalaman manusia dapat disebut ilmu? Tentu
jawabnya adalah bukan, sebab hal itu termasuk dalam agama. (onto
epis)
Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia dewasa ini tidak
terlepas dari peran ilmu. Bahkan perubahan pola hidup manusia dari
waktu ke waktu sesungguhnya berjalan seiring dengan sejarah kemajuan
dan perkembangan ilmu. Tahap-tahap itu kita menyebut dalam konteks ini
sebagai priodesasi sejarah perkembangan ilmu; sejak dari zaman klasik,
zaman pertengahan, zaman modern dan zaman kontemporer.Kemajuan
ilmu dan teknologi dari masa ke masa ibarat mata rantai yang tidak
terputus satu sama lain. Hal-hal baru yang ditemukan suatu masa menjadi
unsur penting bagi penemuan-penemuan lainnya di masa berikutnya. Satu
hal yang tak sulit untuk disepakati, bahwa hampir semua sisi kehidupan
manusia modern telah disentuh oleh berbagai efek perkembangan ilmu
dan teknologi, sektor ekonomi, politik, pertahanan dan keamanan, sosial
dan budaya, komunikasi dan transportasi, pendidikan, seni, kesehatan, dan
lain-lain, semuanya membututuhkan dan mendapat sentuhan teknologi.
Satu hal lain yang menjadi karakter spesifik ilmu kontemporer, dan
dalam konteks ini dapat kita temukan secara relatif lebih mudah pada
bidang-bidang sosial, yaitu bahwa ilmu kontemporer tidak segan-segan
melakukan dekontruksi dan peruntuhan terhadap teori-teori ilmu yang
pernah ada untuk kemudian menyodorkan pandangan-pandangan baru

dalam rekontruksi ilmu yang mereka bangun. Dalam hal inilah penyebutan
potmodernisme dalam bidang ilmu dan filsafat menjadi diskursus yang
akan cukup banyak ditemukan.
Semua kemajuan tersebut adalah buah dari perkembangan ilmu
pengetahuan yang tak pernah surut dari pengkajian manusia. Pengetahuan
berawal dari rasa ingin tahu kemudian seterusnya berkembang menjadi
tahu. Manusia mampu mengembangkan pengetehuan disebabkan oleh dua
hal utama; yakni, pertama manusia mempunyai bahasa yang mampu
mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatarbelakangi
informasi

tersebut.

Kedua,

yang

menyebabkan

manusia

mampu

mengembangkan pengetahuannya dengan cepat adalah kemampuan


berfikir menurut suatu alur kerangka berfikir tertentu.
Pengetahuan (knowlodge atau ilmu) adalah bagian yang esensial-aksiden
manusia, karena pengetahuan adalah buah dari berfikir. Berfikir (atau
natiqiyyah) adalah sebagai differentia (atau fashl) yang memisahkan
manusia dari sesama genus-nya, yaitu hewan. Dan sebenarnya kehebatan
manusia dan barangkali keunggulannya dari spesies-spesies lainnya
karena pengetahuannya. Kemajuan manusia dewasa ini tidak lain karena
pengetahuan yang dimilikinya. Lalu apa yang telah dan ingin diketahui
oleh manusia? Bagaimana manusia berpengetahuan? Apa yang ia lakukan
dan dengan apa agar memiliki pengetahuan? Kemudian apakah yang
diketahui itu benar? Dan apa yang menjadi tolak ukur kebenaran?
Bagaimana kebenaran itu diaplikasikan?
Sederetan pertanyaan-pertanyaan di atas sebenarnya sederhana sekali
karena pertanyaan ini sudah terjawab dengan sendirinya ketika manusia

sudah masuk ke alam realita. Namun ketika masalah-masalah itu diangkat


dan dibedah dengan pisau ilmu, maka akan ada aturan yang harus
diperhatiakan dalam mengkajinya melalui landasan-landasan atau dasardasar ilmu, yaitu landasan ontologi, landasan epistemologi, dan landasan
aksiologi. Dengan demikian dapat memberikan pemahaman tentang suatu
kerangka pendekatan pencarian kebenaran, proses yang ditempuh dalam
pencarian kebenaran tersebut dan sejauhmana kebenaran itu dapat
dikatakan bermanfaat bagi kehidupan manusia.
(http://suksespend.blogspot.com/2009/06/makalah-landasan-ontologiepistemologi.html)

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka penulis mendapatkan
rumusan masalah yaitu:
1. Apa itu ontologi ?
2. Apa itu epistomologi ?
3. Apa itu aksiologi ?
4. Objek dan manfaat ontologi , epistomologi, aksiologi ?
5. Bagaimana hubungan Antara ontologi, epistomologi, aksiologi ?

C. Tujuan Penulisan
Dari perumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui makna ontologi
2. Untuk mengetahui makna epistemologi
3. Untuk mengetahui makna aksiologi
4. Untuk mengetahui hubungan ke tiga makna tersebut

BAB II
PEMBAHASAN
A. Ontologi
Pembicaraan

tentang

Ontologi

berkisar

pada

persoalan

bagaimanakah kita menerangkan tentang hakekat dari segala sesuatu?


Perbincangan tentang hakekat berarti tentang kenyataan yang
sebenarnya, bukanlah kenyataan semu ataupun kenyataan yang mudah
berubah-ubah. Para filosof terutama era klasik dan pertengahan
berbicara mengenai pengertian apa itu Ontologi? Secara etimologi,
Ontologi berasal dari kata Yunani, On=being, dan Logos=logic.
Sehingga Ontologi dapat dipahami sebagai ilmu yang membahas
tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ia
berusaha mencari inti dari setiap kenyataan.
(http://sophiasciencia.wordpress.com/2010/10/25/landasan-filsafatilmu-ontologi-epistemologi-aksiologi/)
Objek telaah ontologi adalah yang ada. Studi tentang yang ada,
pada dataran studi filsafat pada umumnya di lakukan oleh filsafat
metaphisika. Istilah ontologi banyak di gunakan ketika kita membahas
yang ada dlaam konteks filsafat ilmu.
Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu
perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada yang
universal, menampilkan pemikiran semesta universal. Ontologi
berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan, atau
dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi
semua realitas dalam semua bentuknya.

Pemikiran Ontologi (Metafisika Umum) yang berkisar pada


hakikat dari yang Ada, telah mengelompokkan para filosof dalam
beberapa kelompok, di antaranya;
1.
Monisme; yang mempercayai bahwa hakikat dari segala sesuatu
yang ada adalah satu saja, baik yang asa itu berupa materi
maupun ruhani yang menjadi sumber dominan dari yang
lainnya. Para filosof pra-Socrates seperti Thales, Demokritos,
dan Anaximander termasuk dalam kelompok Monisme, selain
juga Plato dan Aristoteles. Sementara filosof Modern seperti I.
Kant dan Hegel adalh penerus kelompok Monisme, terutama
2.

pada pandangan Idealisme mereka.


Dualisme; kelompok ini meyakini sumber asal segala sesuatu
terdiri dari dua hakikat, yang spirit dan jasad. Asal yang materi
berasal dari yang ruh, dan yang ruh berasal dari yang materi.
Descartes adalah contoh filosof Dualis dengan istilah dunia

3.

kesadaran (ruhani) dan dunia ruang (kebendaan).


Pluralisme; kelompok ini berpandangan bahwa

hakikat

kenyataan ditentukan oleh kenyataan yang jamak/berubah-ubah.


Filosof Klasik, Empedokles, adalah tokoh Pluralis yang
mengatakan bahwa kenyataan tersusun oleh banyak unsur
(tanah, air, api, dan udara). Tokoh Pragmatisme, William James
juga seorang Pluralis yang berpendapat karena pengalaman kita
selalu berubah-ubah, maka tidak ada kebenaran hakiki kecuali
kebenaran-kebenaran yang selalu diperbarui oleh kebenaran
selanjutnya.

4.

Nihilisme; kelompok Nihilis diprakarsai oleh kaum Sofis di era


Klasik. Mereka menolak kepercayaan tentang realitas hakiki.
Realitas, menurut mereka adalah tunggal sekaligus banyak,
terbatas sekaligus tidak terbatas, dan tercipta sekaligus tidak
tercipta. Selain tokoh Sofis, Friedrich Nietzsche adalah tokoh
filosof Eropa yang sangat bernuansa Nihilisme, hingga ia

5.

meniadakan keberadaan Tuhan Allah sudah mati.


Agnostisisme; pada intinya Agnostisisme adalah paham yang
mengingkari bahwa manusia mampu mengetahui hakikat yang
ada baik yang berupa materi ataupun yang ruhani. Aliran ini
juga

menolak

pengetahuan

manusia

tentang

hal

yang

transenden. Contoh paham Agnostisisme adalah para filosof


Eksistensialisme, seperti Jean Paul Sartre yang juga seorang
Ateis. Sartre menyatakan tidak ada hakikat ada (being) manusia,
tetapi

yang

ada

adalah

keberadaan

(on

being)-nya.

http://sophiasciencia.wordpress.com/2010/10/25/landasanfilsafat-ilmu-ontologi-epistemologi-aksiologi/
Objek dari ontologi adalah objek filsafat pada umumnya, yaitu
objek material dan objek formal. Objek material ialah segala
sesuatu

yang

menjadi

masalah,

segala

sesuatu

yang

dipermasalahkan oleh filsafat. Lapangan kerjanya bukan main


luasnya, Louis Kattsoff menyatakan meliputi segala pengetahuan
manusia serta segala sesuatu yang ingin diketahui manusia.
Berdasarkan uraian di atas, Saefuddin Anshari menyebutkan objek

material filsafat (ontologi) ialah sarwa yang ada, yang pada garis
besarnya

terbagi

atas

tiga

persoalan

pokok:

a. Hakikat Tuhan
b. Hakikat Alam
c. Hakikat Manusia.

Sedangkan objek formal ontologi adalah objek formal filsafat ilmu


yaitu mencari keterangan secara radikal (sedalam-dalamnya,
sampai ke akar-akarnya) tentang objek material.
Fungsi dan manfaat mempelajari ontologi sebagai cabang filsafat
ilmu antara lain: Pertama berfungsi sebagai refleksi kritis atas objek
atau bidang garapan, konsep-konsep, asumsi-asumsi dan postulatpostulat ilmu. Di antara asumsi dasar keilmuan antara lain:

(1)

dunia ini ada, dan kita dapat mengetahui bahwa dunia ini benar-benar
ada. (2) dunia empiris itu dapat diketahui oleh manusia dengan
pancaindera. (3) fenomena yang terdapat di di dunia ini berhubungan
satu

dengan

lainnya

secara

kausal.

Ke dua: Ontologi membantu ilmu untuk menyusun suatu pandangan


dunia yang integral, komphrehensif dan koheren. Ilmu dengan ciri
khasnya mengkaji hal-hal yang khusus untuk dikaji secara tuntas
yang pada akhirnya diharapkan dapat memperoleh gambaran tentang
objek telaahannya, namun pada kenyataannya kadang hasil temuan
ilmiah berhenti pada simpulan-simpulan yang parsial dan terpisah-

pisah. Jika terjadi seperti itu, ilmuwan berarti tidak mampu


mengintegrasikan pengetahuan tersebut dengan pengetahuan lain.
Ke tiga: Ontologi memberikan masukan informasi untuk mengatasi
permasalahan yang tidak mampu dipecahkan oleh ilmu-ilmu khusus.
Pembagian objek kajian ilmu yang satu dengan lainnya kadang
menimbulkan berbagai permasalahan, di antaranya ada kemungkinan
terjadinya konflik perebutan bidang kajian, misalnya ilmu bioetika itu
masuk disiplin etika atau disiplin biologi. Kemungkinan lain adalah
justru terbukanya bidang kajian yang sama sekali belum dikaji oleh
ilmu apa pun. Dalam hal ini ontologi berfungsi membantu memetakan
batas-batas kajian ilmu. Dengan demikian berkembanglah ilmu-ilmu
yang dapat diketahui manusia itu dari tahun ke tahun atau dari abad
ke abad.
(https://plus.google.com/111276199303520579310/posts/PoBWytEdL
YB))

B. Epistomologi
Epistemologi adalah landasan ilmu yang mempersoalkan hakikat
dan ruang lingkup dari pengetahuan. Ia berasal dari istilah Yunani
episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang artinya teori;
jadi epistemologi secara terminologi dapat dipahami sebagai teori
tentang

pengetahuan.

Epistemologi

10

mempertanyakan

berbagai

persoalan seputar pengetahuan, seperti: Apa sumber pengetahuan dan


dari mana pengetahuan itu didapatkan? Apa sifat dasar dari
pengetahuan? Serta apakah pengetahuan itu benar, atau bagaimanakah
kita membedakan yang benar dari pengetahuan salah?
(http://sophiasciencia.wordpress.com/2010/10/25/landasan-filsafatilmu-ontologi-epistemologi-aksiologi/)
Epistemologi meliputi sumber, sarana, dan tatacara menggunakan
sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan
mengenai pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya
mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita
pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft), pengalaman, atau
kombinasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang
dimaksud dengan epistemologik, sehingga dikenal dengan adanya
model-model

epiostemologik

seperti:

rasionalisme,

empirisme,

kritisisme atau rasinalisme kritis, positivisme, fenomonologis dengan


berbagai variasinya.
(http://suksespend.blogspot.com/2009/06/makalah-landasan-ontologiepistemologi).
Metode-metode untuk memperoleh pengetahuan
1. Empirisme
Empirisme adalah suatu cara/metode dalam filsafat yang
mendasarkan cara memperoleh pengetahuan dengan melalui
pengalaman. John Locke, bapak empirisme Britania, mengatakan
bahwa pada waktu manusia di lahirkan akalnya merupakan jenis
catatan yang kosong (tabula rasa),dan di dalam buku catatan itulah
dicatat pengalaman-pengalaman inderawi. Menurut Locke, seluruh

11

sisa pengetahuan kita diperoleh dengan jalan menggunakan serta


memperbandingkan ide-ide yang diperoleh dari penginderaan serta
refleksi yang pertama-pertama dan sederhana tersebut.
Ia memandang akal sebagai sejenis tempat penampungan,yang
secara pasif menerima hasil-hasil penginderaan tersebut. Ini berarti
semua pengetahuan kita betapapun rumitnya dapat dilacak kembali
sampai kepada pengalaman-pengalaman inderawi yang pertamatama, yang dapat diibaratkan sebagai atom-atom yang menyusun
objek-objek material. Apa yang tidak dapat atau tidak perlu di
lacak kembali secara demikian itu bukanlah pengetahuan, atau
setidak-tidaknya bukanlah pengetahuan mengenai hal-hal yang
faktual.
2.

Rasionalisme
Rasionalisme

berpendirian

bahwa

sumber

pengetahuan

terletak pada akal. Bukan karena rasionalisme mengingkari nilai


pengalaman, melainkan pengalaman paling-paling dipandang
sebagai

sejenis

perangsang

bagi

pikiran.

Para

penganut

rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak di


dalam ide kita, dan bukannya di dalam diri barang sesuatu. Jika
kebenaran mengandung makna mempunyai ide yang sesuai
dengan atau menunjuk kepada kenyataan, maka kebenaran hanya
dapat ada di dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh dengan
akal budi saja.
Rasionalisme dikenalkan pertama kali dalam studi filsafat
dengan tokohnya yang terkenal adalah Rene Descrates. Aliran

12

rasionalisme beranggapan bahwa sumber pengetahuan adalah


rasio. Karena kebenaran berasal dari ratio (akal). Namun dalam
studi

hubungan

internasional,

rasionalisme

baru

mulai

diperkenalkan pada tahun 1950 oleh Andrew Linklater, dalam


bukunya yang berjudul Rationalism. Menurutnya, rasionalis
awalnya diperkenalkan dari sebuah asosiasi penulis klasik seperti
Gratius dan Vattel. Sedangkan pemikir modernnya adalah Hadley
Bull, Vincent, dan Watson. Rasionalis merupakan pemikiran yang
berada diantara teori realisme dan idealisme. Dalam bukunya,
Linklater mengatakan bahwa rasionalisme mengakui bahwa
negara melakukan paksaan untuk keamanannya di dalam kondisi
anarkhi, tidak seperti individu-individu dalam masyarakat sipil.
Dan bahwa kompetensi dan konflik sering mengikuti usahanya
untuk realisme objektifnya.
Rasionalisme diambil

berdasarkan

teori

realisme

dan

idealisme, dimana realis memiliki argumen bahwa negara


memaksa

masyarakat

internasional

dibawah

kepentingan

nasionalnya yang egois. Dua poin penting mengenai rasionalisme


yang ada dalam buku ini, menyebutkan bahwa rasionalis
meyakinkan bahwa tekanan realis dalam bagaimana negara
mengeluarkan maneuver, control, dan mencari kekuatan lebih dari
yang lainnya. Kemudian, tuntutan rasionalis, bahwa kepentingan
internasional harusnya tidak berdasarkan pada jaminan, setelah

13

pencapaian berbahaya yang dapat memusnahkan dari kekuatan


politik agresif atau revolusioner.
Pemisahan antara pengetahuan dan kepentingan manusiawi
yang terwujud dalam pemisahan teori dan praksis, seperti yang
dianut

oleh

ilmu

pengetahuan

modern,

bertujuan

untuk

membersihkan teori dari kepentingan, dimana hal ini berlangsung


dalam dua jalur. Pada jalur pertama tokoh yang berdiri ialah Plato,
Rene Descartes, Malebrache, Spinoza, Leibniz, dan Wolff.
Mereka percaya, bahwa pengetahuan murni hanya dapat
diperoleh melalui rasio manusia itu sendiri (rasionalisme). Dalam
hal ini, plato sangat menekankan pada peran intuisi. Di jalur
kedua, dengan Aristoteles, Hobbes, Locke, Berkeley, dan Hume
berdiri sebagai tokohnya, percaya bahwa hanya dengan melalui
pengamatan empiris terhadap objek pengetahuan, pengetahuan
murni dapat diperoleh (empirisme).
Pengetahuan empiris analitis yang kemudian menjadi ilmuilmu alam, direfleksikan secara filosofis sebagai pengetahuan
yang sahih tentang kenyataan, dan ditangan Francis Bacon, yang
menggunakan pisau Rasionalisme dan Empirisme, ilmu-ilmu
alam memperkembangkan konsep teori murni, yakni pembebasan
pengetahuan dari kepentingan. Kemudian pada titik inilah lahir
pemikiran positivisme, yang menjadi puncak pembersihan
pengetahuan dari kepentingan, serta sebagai awal pencapaian citacita untuk memperoleh pengetahuan demi pengetahuan, yaitu
teori yang terpisah dan praksis.

14

3. Positivisme
Dalam bidang ilmu sosiologi, antropologi, dan bidang ilmu
sosial lainnya, istilah positivisme sangat berkaitan erat dengan
istilah naturalisme dan dapat dirunut asalnya ke pemikiran
Auguste Comte pada abad ke-19. Comte berpendapat, positivisme
adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan
sains. Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya ada
sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam,
karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan
aturan-aturan, demikian juga alam.
Dalam bidang ilmu sosiologi, antropologi, dan bidang ilmu
sosial lainnya, istilah positivisme sangat berkaitan erat dengan
istilah naturalisme dan dapat dirunut asalnya ke pemikiran
Auguste Comte pada abad ke-19. Comte berpendapat, positivisme
adalah cara pandang dalam memahami dunia dengan berdasarkan
sains. Penganut paham positivisme meyakini bahwa hanya ada
sedikit perbedaan (jika ada) antara ilmu sosial dan ilmu alam,
karena masyarakat dan kehidupan sosial berjalan berdasarkan
4.

aturan-aturan, demikian juga alam.


Intusionisme
Menurut Bergson, intuisi adalah
mengetahui

suau

sarana

secara langsung dan seketika. Analisa,

untuk
atau

pengetahuan yang diperoleh dengan jalan pelukisan, tidak akan


dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung dari
pengetahuan intuitif.

15

Salah satu di antara unsut-unsur yang berharga dalam


intuisionisme Bergson ialah, paham ini memungkinkan adanya
suatu bentuk pengalaman di samping pengalaman yang dihayati
oleh indera. Dengan demikian data yang dihasilkannya dapat
merupakan bahan tambahan bagi pengetahuan di samping
pengetahuan yang dihasilkan oleh penginderaan. Kant masih tetap
benar dengan mengatakan bahwa pengetahuan didasarkan pada
pengalaman, tetapi dengan demikian pengalaman harus meliputi
baik pengalaman inderawi maupun pengalaman intuitif.
Hendaknya diingat, intusionisme tidak mengingkati nilai
pengalaman inderawi yang biasa dan pengetahuan yang
disimpulkan darinya. Intusionisme setidak-tidaknya dalam
beberapa bentuk-hanya mengatakan bahwa pengetahuan yang
lengkap di peroleh melalui

intuisi, sebagai lawan dari

pengetahuan yang nisbi-yang meliputi sebagian saja-yang


diberikan oleh analisa. Ada yang berpendirian bahwa apa yang
diberikan oleh indera hanyalah apa yang menampak belaka,
sebagai lawan dari apa yang diberikan oleh intuisi, yaitu
kenyataan. Mereka mengatakan, barang sesuatu tidak pernah
merupakan sesuatu seperti yang menampak kepada kita, dan
hanya intuisilah yang dapat menyingkapkan kepada kita
keadaanya yang senyatanya.
(http://fathurdbarcelonista.blogspot.com/2011/12/makalahpengertian-epistemologi.html)

16

Untuk Objek dan Tujuan Epistomologi Tidak jarang pemahaman


objek disamakan dengan tujuan sehingga pengertianya menjadi
rancu bahkan kabur.jika diamati secara cermat, sebenarnya objek
tidak sama dengan tujuan.objek sama dengan sasaran sedangkan
tujuan hamper sama dengan harapan meskipun berbeda Dalam
kehidupan masyarakat sehari-hari, tidak jarang pemahaman objek
disamakan dengan tujuan, sehingga pengertiannya menjadi rancu
bahkan kabur. Jika diamati secara cermat, sebenarnya objek tidak
sama dengan tujuan. Objek sama dengan sasaran, sedang tujuan
hampir sama dengan harapan. Meskipun berbeda, tetapi objek dan
tujuan memiliki hubungan yang berkesinambungan, sebab
objeklah yang mengantarkan tercapainya tujuan
Objek epistemologi ini menurut Jujun S.Suriasumatri
berupa segenap proses yang terlibat dalam usaha kita untuk
memperoleh

pengetahuan.

Proses

untuk

memperoleh

pengetahuan inilah yang menjadi sasaran teori pengetahuan dan


sekaligus berfungsi mengantarkan tercapainya tujuan, sebab
sasaran itu merupakan suatu tahap pengantara yang harus dilalui
dalam mewujudkan tujuan. Tanpa suatu sasaran, mustahil tujuan
bisa terealisir, sebaliknya tanpa suatu tujuan, maka sasaran
menjadi tidak terarah sama sekali.
Jacques Martain mengatakan: Tujuan epistemologi
bukanlah hal yang utama untuk menjawab pertanyaan, apakah
saya dapat tahu, tetapi untuk menemukan syarat-syarat yang
memungkinkan saya dapat tahu. Hal ini menunjukkan, bahwa
epistemologi bukan untuk memperoleh pengetahuan kendatipun
keadaan ini tak bisa dihindari, akan tetapi yang menjadi pusat
perhatian dari tujuan epistemologi adalah lebih penting dari itu,
yaitu ingin memiliki potensi untuk memperoleh pengetahuan.
(https://plus.google.com/111276199303520579310/posts/PoBWyt
EdLYB )

17

C. Aksiologi
Pengertian aksiologi berasal dari perkataan axios (Yunani) yang
berarti nilai dan logos yang berarti teori. Jadi aksiologi adalah Teori
tentang nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki
manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa yang
dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada
permasalahan etika dan estetika.
Makna etika dipakai dalam dua bentuk arti, pertama, etika
merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap
perbuatan-perbuatan manusia. Arti kedua, merupakan suatu predikat
yang dipakai untuk membedakan hal-hal, perbuatan-perbuatan, atau
manusia-manusia lain.
(http://suksespend.blogspot.com/2009/06/makalah-landasan-ontologiepistemologi.html)
Dalam perjalanannya, Aksiologi atau ilmu tentang nilai terbagi
menjadi beberapa disiplin, yakni Etika dan Estetika. Beberapa filosof
memasukkan pula Logika sebagai bagian dari Aksiologi. Etika adalah
cabang Aksiologi yang mengkhususkan pembahasan pada asas nilai
baik dan buruk. Etika disebut pula Filsafat Moral. Sedangkan Estetika
adalah bidang Aksiologi yang mengkhususkan diri pada pembahasan
asas-asas nilai indah dan yang tidak indah (buruk). Sedangkan Logika

18

memfokuskan obyek formalnya pada hal yang salah dan benar dari
suatu pernyataan.
(http://sophiasciencia.wordpress.com/2010/10/25/landasan-filsafatilmu-ontologi-epistemologi-aksiologi/)
Dalam Encyclopedia of philosophy dijelaskan bahwa aksiologi
disamakan dengan value dan valuation. Ada tiga bentuk value dan
valuation, yaitu :
1. Nilai sebagai suatu kata benda abstrak. Dalam pengertian sempit:
berupa sesuatu yang baik, menarik, dan bagus. Sedangkan dalam
pengertian

luas, berupa:

kewajiban, kebenaran dan kesucian.

Dalam kaitan ini terkait dengan Teori nilai atau aksiologi.


Aksiologi sebagai bagian dari etika. Lewis menyebutkan sebagai
alat untuk mencapai tujuan. Sebagai instrumental atau menjadi
baik atau sesuatu menjadi menarik, sebagai nilai inheren atau
kebaikan seperti estetis dari sebuah karya seni, sebagai nilai
intrinsic atau menjadi baik dalam dirinya sendiri, sebagai nilai
contributor atau nilai yang merupakan pengalaman yang
memberikan kontribusi;
2. Nilai sebagai kata benda konkret, contohnya ketika kita berkata
sebuah nilai atau nilai-nilai, ia seringkali dipakai untuk merujuk
kepada sesuatu yang bernilai, seperti nilainya, nilai dia, dan sistem
nilai. Kemudian dipakai untuk apa-apa yang memiliki nilai atau
bernilai sebagaimana berlawanan dengan apa-apa yang tidak
dianggap baik atau bernilai.
3. Nilai juga digunakan sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai,
memberi nilai dan dinilai. Menilai sama dengan evaluasi yang

19

digunakan untuk menilai perbuatan. Dewey membedakan dua hal


tentang menilai, ia bisa berarti menghargai dan mengevalusi (Paul
Edwards, (ed) dalam Amsal Bakhtiar, 2004: 165).
(http://pendidikansosiologiumm.blogspot.com/2012/11/antologiepistimologi-dan-aksiologi.html)
Aksiologi memberikan manfaat

untuk mengantisipasi

perkembangan kehidupan manusia yang negatif sehingga


ilmu pengetahuan dan teknologi tetap berjalan pada jalur
kemanusiaan. Oleh karena itu daya kerja aksiologi ialah :
1. Menjaga dan memberi arah agar proses keilmuan dapat
menemukan

kebenaran

yang

hakiki,

maka

prilaku

keilmuan perlu dilakukan dengan penuh kejujuran dan


tidak

berorientasi

pada

kepentingan

langsung.

2. Dalam pemilihan objek penelahaan dapat dilakukan


secara etis yang tidak mengubah kodrat manusia, tidak
merendahkan

martabat

manusia,

tidak

mencampuri

masalah kehidupan dan netral dari nilai-nilai yang bersifat


dogmatik, arogansi kekuasaan dan kepentingan politik.
3.

Pengembangan

pengetahuan

diarahkan

untuk

meningkatkan taraf hidup yang memperhatikan kodrat


dan martabat manusia serta keseimbangan, kelestarian
alam

lewat

pemanfaatan

ilmu

dan

temuan-temuan

universal.

(https://plus.google.com/111276199303520579310/posts/PoB
WytEdLYB)

Menurut Bramel, aksiologi terbagi tiga bagian, yaitu:

20

1. Moral conduct, yaitu tindakan moral, bidang ini melahirkan disiplin


khusus, yaitu etika.
2. Estetic expression, yaitu ekspresi keindahan. Bidang ini melahirkan
keindahan.
3. Sosio-political life, yaitu kehidupan sosial politik, yang akan melahirkan
filsafat sosial politik.
Dari definisi-definisi aksiologi di atas terlihat dengan jelas bahwa
permasalah utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu
yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai prtimbangan tentang apa yang
dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika
dan estetika . Etika menilai perbuatan manusia, maka lebih tepat kalau dikatakan
bahwa objek formal etika adalah norma-norma kesusilaan manusia, dan dapat
dikatakan pula bahwa etika mempelajari tingkah laku manusia ditinjau dari segi
baik dan tidak baik di dalam suatu kondisi yang normative, yaitu suatu kondisi
yang melibatkan norma-norma. Sedangkan estetika berkaitan dengan nilai tentang
pengalaman keindahan yang dimiliki oleh manusia terhadap lingkungan dan
fenomena di sekelilingnya.
(http://berkas-kuliah.blogspot.co.id/2013/02/aspek-ontologi-epistemologidan.html)

21

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada adasarnya ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan
umat manusia. Ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk
meningkatkan taraf hidup manusia dan kesejahteraannya dengan
menitik beratkan pada kodrat dan martabat manusia itu sendiri,
maka

pengetahuan

ilmiah

yang

diperoleh

disusun

dan

dipergunakan secara komunal dan universal.


(http://suksespend.blogspot.com/2009/06/makalah-landasanontologi-epistemologi.html)
Sama halnya dengan ontologi dan epistemologi, aksiologi
juga melakukan beberapa pertanyaan yaitu beputar sekitar pada
pertanyaaan-pertanyaan:

untuk apa pengetahuan ilmiah itu

digunakan? bagaimana kaitan antara cara penggunaan pengetahuan


ilmiah dengan kaidah-kaidah moral? bagaimana penentuan objek
yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? bagaimana kaitan
metode ilmiah yang digunakan dengan norma-norma moral dan
profesional?
(http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aksiologi&action)

B. Saran
Semoga makalah yang kami susun ini sangat bermanfaat
bagi pembaca. Tentu dalam penyusunan makalah ini ada bagianbagian yang tidak sesuai dengan tema diatas. Namun demikian
kami tetap berharap kritik dan saran dari pembaca yang bertujuan

22

membangun dan melengkapi kekurangan makalah ini. Atas


perhatiannya kami sampaikan terima kasih.

Daftar Pustaka
Makalah Ontologi, Epistemologi, Aksiologi [Diakses tanggal 20 Oktober 2014].
http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Aksiologi&action
http://pendidikansosiologiumm.blogspot.com/2012/11/antologi-epistimologi-danaksiologi.html
Sulaiman. Landasan Ontology, Epistemologi, Aksiologi [Diakses tanggal 20
Oktober 2014]
http://suksespend.blogspot.com/2009/06/makalah-landasan-ontologiepistemologi.html
Fatur. Makalah Pengertian Epistemologi, Ontologi, dan Aksiologi [Diakses
tanggal 20 Oktober 2014]
http://fathurdbarcelonista.blogspot.com/2011/12/makalah-pengertianepistemologi.html
Berkas Kuliah. Aspek Ontologi,Epistomoligi,Aksiologi [ Diakses tanggal 24
maret 2016]
http://berkas-kuliah.blogspot.co.id/2013/02/aspek-ontologi-epistemologi-dan.html
Anwar Hidayat. RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU:
ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI DAN AKSIOLOGI [ Diakses tanggal 25 maret
2016 ]
https://plus.google.com/111276199303520579310/posts/PoBWytEdLYB

23

24

Anda mungkin juga menyukai