Oleh: KELOMPOK 5
Kelas : 3 F (PGSD)
SRI IRSAMAYORI (200102239)
MAULIANA HARTATI (200102224)
HERIL BISRI (200102217)
RIRQI FARABI AL-FARUQ (200102
2
KATA PENGANTAR
i
DAFTAR ISI
Halaman Depan...........................................................................................i
Kata Pengantar...........................................................................................ii
Daftar Isi...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................3
B. Aliran-Aliran Epistemologi...........................................................5
1. Realisme...................................................................................5
2. Idealisme....................................................................5
3. Empirisme................................................................................8
4. Rasionalisme............................................................................8
5. Kritisisme...............................................................................10
6. Positivisme.............................................................................11
7. Eksistensialisme.....................................................................11
8. Pragmatisme...........................................................................13
BAB III PENUTUP.............................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................15
B. Saran...........................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia hidup didunia tidak hanya memerlukan kebutuhan pokok saja. Akan
tetapi manusia juga memerlukan informasi untuk mengetahui keadaan di
lingkungan sekitar mereka. Dalam upaya untuk memperoleh informasi, manusia
seringkali melakukan komunikasi ataupun cara-cara lain yang bisa digunakan.
Salah satu informasi yang didapat dari komunikasi adalah pengetahuan.
Pengetahuan sangat diperlukan bagi kehidupan manusia karena dapat memberikan
manfaat yang sangat besar bagi kehidupan. Dalam mencari pengetahuan, tak
jarang manusia harus mempelajari Epistemologi. Epistemologi disebut juga
sebagai teori pengetahuan karena mengkaji seluruh tolok ukur ilmu-ilmu manusia,
termasuk ilmu logika dan ilmu-ilmu manusia yang bersifat gamblang, merupakan
dasar dan pondasi segala ilmu dan pengetahuan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Epistemologi ?
2. Apa saja aliran- aliran yang ada dalam Epistemologi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Epistemologi.
2. Untuk mengetahui aliran-aliran yang ada dalam Epistemologi
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Epistemologi
3
Secara terminology epistemology adalah teori mengenai hakikat
ilmu pengetahuan atau ilmu filsafat tentang pengetahuan. Masalah utama
dari epistemologi adalah bagaimana cara memperoleh pengetahuan,
Sebenarnya seseorang baru dapat dikatakan berpengetahuan apabila telah
sanggup menjawab pertanyaan-pertanyaan epistemolog iartiny
apertanyaan epistemologi dapat menggambarkan manusia mencintai
pengetahuan. Hal ini menyebabkan eksistensi epistemologi sangat urgen
untuk menggambar manusia berpengetahuan yaitu dengan jalan menjawab
dan menyelesaikan masalah-masalah yang dipertanyakan dalam
epistemologi. Makna pengetahuan dalam epistemologi adalah nilai tahu
manusia tentang sesuatu sehingga ia dapat membedakan antara satu ilmu
dengan ilmu yang lainnya.
4
B. Aliran-Aliran Epistemologi
1. Realisme
2. Idealisme
5
oleh alam. Manusia dapat mengetahui suatu objek melalui indra dan akal fikiran
mereka. Proses mengetahui terdiri dari dua tahap yaitu perasaan dan gambaran.
Pertama, orang yang mengetahui melihat objek dan panca indra merekam data di
dalam pikiran seperti warna, ukuran, berat atau bunyi. Pikiran memilah data ke
dalam suatu sifat yang selalu muncul dalam objek. Dengan mengidentifikasi sifat-
sifat yang dibutuhkan manusia membentuk konsep dari benda dan mengenalinya
ke dalam kelas-kelas tertentu. Klasifikasi ini akan membuat manusia memahami
bahwa objek atau benda membagi sifat tertentu dengan anggota lain dalam satu
kelompok tetapi tidak dengan objek dari kelompok yang berbeda.
2. Ontologi Realisme
Menurut Smith , bagi kaum realis, realitas berhubungan dengan apa yang
disebut filsuf sebagai ‘alam’ atau pola invarian dalam realitas yang memberikan
berbagai macam contoh yang tidak terbatas dari berbagai macam hal. Seperti
menjelaskan berbagai macam partikel menggunakan satu atau beberapa bentuk
sumum, membuat ilmu menjadi mungkin.
Loux menyatakan bahwa realis berpendapat hanya sebutan dari ilmu fisika
dan bentuk-bentuk abstrak yang terhubung dengan gaya acuan. Pada akhirnya
realis menerima pendapat yang kuat dari ilmuwan realisme yang menganggap
IPA, termasuk fisika memberikan kriteria utama. Berdasarkan filsuf-filsuf
tersebut, pertanyaan “ Semesta seperti apa yang ada disana?” adalah pertanyaan
empiris yang harus dijawab oleh fisikawan : semesta tersebut dibutuhkan untuk
memformulasikan teori fisika terbaik yang ada.
Realisme secara ontologi diartikan bahwa semua benda di alam ini tidak
ada yang mempunyai roh.
3. Aksiologi Realisme
6
menyatakan bahwa nilai bersifat absolut, abadi namun tetap mengikuti hukum
alam yang berlaku.
B. Jenis-Jenis Realisme
Aliran realisme dibagi menjadi dua yaitu realisme rasional dan realisme
alam (Musdiani, 2011). Aliran realisme rasional yang berasal dari Aristoteles
dibagai menjadi dua yaitu :
1. Realisme klasik
2. Realisme religius
Realisme ini berasal dari pandangan Thomas Aquina, yaitu filsafat agama Kristen
yang lebih dikenal dengan aliran Thomisme. Aliran ini menganggap bahwa jiwa
itu penting walaupun tidak nyata seperti badan. Sehingga aliran ini mempercayai
bahwa jiwa dan badan diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Pengetahuan
didapat dari wahyu, berpikir dan pengalaman. Aturan-aturan keharmonisan alam
semesta ini merupakan ciptaan Tuhan yang harus dipelajari.
7
konsep-konsep dan penemuan-penemuan dari ilmu pengetahuan yang bermacam-
macam. Menurut aliran ini alam bersifat tetap. Meskipun ada perubahan di alam
namun perubahan tersebut sesuai dengan hukum-hukum alam yang sudah berlaku
sehingga alam semesta terus berlangsung dengan teratur.
3. Empirisme
Kata empiris berasal dari kata yunani empieriskos yang berasal dari kata
empiria, yang artinya pengalaman. Menurut aliran ini manusia memperoleh
pengetahuan melalui pengalamannya. Dan bila dikembalikan kepada kata
yunaninya, pengalaman yang dimaksud ialah pengalaman inderawi. Manusia tahu
es dingin karena manusia menyentuhnya, gula manis karena manusia
mencicipinya.
John locke (1632-1704) bapak aliran ini pada zaman modern mengemukakan
teori tabula rusa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya ialah bahwa
manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya
mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki pengetahuan. Mula- mula
tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama-lama sulit, lalu tersusunlah
pengetahuan berarti.berarti, bagaimanapun kompleks (sulit)-nya pengetahuan
manusia, ia selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang
tidak dapat diamati dengan indera bukan pengetahuan yang benar. Jadi,
pengalaman indera itulah sumber pengetahuan yang benar.
Karena itulah metode penelitian yang menjadi tumpuan aliran ini adalah metode
eksperimen. Kesimpulannya bahwa aliran empirisme lemah karena keterbatasan
indera manusia. Misalnya benda yang jauh kelihatan kecil, sebenarnya benda itu
kecil ketika dilihat dari jauh sedangkan kalau dilihat dari dekat benda itu besar.
4. Rasionalisme
Rasionalisme adalah faham atau aliran yang berdasar rasio, ide-ide yang
masuk akal. Selain itu, tidak ada sumber kebenaran yang hakiki. Zaman
rasionalisme berlangsung dari pertengahan abad ke-XVII sampai akhir abad ke-
XVIII. Pada zaman ini hal yang khas bagi ilmu pengetahuan adalah penggunaan
8
yang eksklusif daya akal budi (ratio) untuk menemukan kebenaran. Ternyata,
penggunaan akal budi yang demikian tidak sia-sia, melihat tambahan ilmu
pengetahuan yang besar sekali akibat perkembangan yang pesat dari ilmu-ilmu
alam.
9
sama sekali. Jadi, akal dapat juga menghasilkan pengetahuan tentang objek yang
betul-betul abstrak.
Indra dan akal yang bekerja sama belum juga dapat dipercaya mampu
mengetahui bagian-bagian tertentu tentang suatu objek. Manusia mampu
menangkap keseluruhan objek beserta intuisinya. Jika yang bekerja hanya rasio,
yang menjadi andalan rasionalisme, maka pengetahuan yang diperoleh ialah
pengetahuan filsafat. Dan pengetahuan filsafat itu sendiri ialah pengetahuan logis
tanpa didukung data empiris. Jadi, pengetahuan filsat ialah pengetahuan yang
sifatnya logis saja.
5. Kritisisme
Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana seseorang
ahli pemikir yang cerdas mencoba menyelesaikan pertentangan antara
rasionalisme dengan empirisme. Seorang ahli pikir jerman Immanuel Kant (1724-
18004) mencoba menyelesaikan persoalan diatas, pada awalnya, kant mengikuti
rasionalisme tetapi terpengaruh oleh aliran empirisme. Akhirnya kant mengakui
peranan akal harus dan keharusan empiris, kemudian dicoba mengadakan
sintesis. Walaupun semua pengetahuan bersumber pada akal (rasionalisme),
tetapi adanya pengertian timbul dari pengalaman (empirime).
10
aliran tersebut. Yang pada dasarnya kedua aliran tersebut saling melengkapi.
Tokoh yang menggagas aliran ini adalah Immanuel Kant.
6. Positivisme
11
Menurut positivisme Comte, kita harus menjahui diri dari pertanyaan yang
melampai bidang-bidang ilmu positif. Positivisme ingin mengetahui tentang
gejala, bukan hakikat kenyataan. Hubungan antara gejala-gejala disebut comte
sebagai. “ konsep-konsep” atau “hukum-hukum” dan hukum-hukum itu bersifat
positif. Pandangan metafisis dan spekulatif di pandangan oleh comte sebagai tidak
positif, tapi negatif. Karena itu filsafat comte bersifat anti matematika.
Tokoh aliran ini di antaranya August Comte, yang memiliki pandangan sejarah
perkembangan pemikiran umat manusia dapat dikelompokkan menjadi tiga tahap,
yaitu:
12
b. Tahap Metafisis, yaitu pemikiran manusia berusaha memahami dan
memikirkan kenyataan, tetapi belum mampu membuktikan dengan fakta.
7. Eksistensialisme
13
filsafat ini memberi tekanan pada pengalaman yang konkret yang berbeda-beda.
Martin Heidegger (1889—1976) memberi tekanan pada kematian, yang
menyuramkan segala sesuatu. Dikatakan oleh Heidgger bahwa di dalam
kesibukan dan kecintaan untuk memelihara manusia merasa cemas akan ketiadaan
karena ketiadaan ini mengancam ada. Kematian ini adalah akhir yang selalu hadir,
maka eksistensi manusia adalah eksistensi yang menuju ke kematian. Gabriel
Marcel (1889 –1973) memberi tekanan pada pengalaman keagamaan dan hal yang
transendental. Ini ditunjukkan melalui ajarannya mengenai adanya "Engkau yang
tertinggi", yang tidak dapat dijadikan obyek oleh manusia. Karl Jaspers (1883—
1969) memberi tekanan pada pengalaman saling pertentangan dalam eksistensi
yang sulit didamaikan. Eksistensi masih mengandung di dalamnya hal-hal yang
baik dan yang jahat, yang benar dan yang salah.
14
8. Pragmatisma
15
Anak didik memiliki bekal untuk menghadapi dan memecahkan problematika-
problematika.Maka dalam pembelajarannya, pendidikan pragmatisme selalu
menekankan pada pengalaman hidup dan cara menghadapi masalah dimanapun
peserta didik itu tinggal, agar nantinya peserta didik dapat berfikir kritis dan
berhasil beradaptasi dengan perubahan-perubahan kehidupan dunia. Peranan guru
dalam pendidikan pragmatisme adalah sebagai pengawas dan pembimbing dalam
pembelajaran pengalaman tanpa mengganggu minat kebutuhan siswa. Dan
sekolah harus mampu menyesuaikan segala aspek, karena perannya sebagai
tempat untuk mengajarkan pengalaman kehidupan yang terus berubah-ubah dan
seharusnya sekolah juga lebih mengedepankan muatan penglaman pembelajaran
dibanding muatan materi dan nilai.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epistemologi adalah teori pengetahuan yang berhubungan dengan
hakikat dari ilmu pengetahuan, pengandaian-pengandaian, dasar-dasarnya
serta pertanggung jawaban atas pertanyaan mengenai pengetahuan yang
dimiliki oleh setiap manusia. Epistemologi pendidikan dipahami secara
beragam menurut pandangan aliran-alirannya.
Pengetahuan dapat diperoleh melalui beberapa hal yaitu:
16
dan suci dari apapun. Aliran yang mempunyai paham ini adalah
aliran empirisme.
B. Saran
Manusia dalam berbuat tentunya terdapat kesalahan yang
sifatnya tersilap dari yang telah ditetapkan atau seharusnya.
Apalagi dalam kegiatan menyusun makalah ini. Untuk itu, penulis
harapkan dari pembaca, mohon kritik dan sarannya guna
perbaikkan penyusunan selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Alfabeta Syadali, Ahmad dan Mudzakir, 1997. Filsafat Umum. Bandung; Pustaka
Setia Admin.
http://www.petuah.com
17
Sadullah, Uyoh, 2007. Pengantar Filsafat Pendidikan.Bandung
https://bunghatta.ac.id/artikel-283-pragmatisme-mahasiswa.html
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Eksistensialisme
http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Eksistensialisme |
Ensiklopedia Sastra Indonesia - Badan Pengembangan dan Pembinaan
Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
https://www.dictio.id/t/apa-saja-aliran-aliran-dalam-epistemologi/129501
18