Anda di halaman 1dari 86

EPISTEMOLOGI

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DARI ZAMAN KE ZAMAN

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Epistemologi

Dosen Pengampu : Andi Sulastri, M.Pd

Oleh : Kelompok 4 (kelas 3E)

1. Reza Yana Alumi (200102193) 6. Helida Nurbayanti (200102176)

2. Khoirunnisa Yusuf (200102181) 7. Siti Marlina (200102196)

3. Ria Nadiatul Soleha 8. Juwita (200102179)


(200102194)
9. Apriliani Sinta (200102163)
4. Hatimul Qais Zain (200102175)
10. Muhammad Rizki (200102331)
5. Yani Purnawati (200102201)
11. Siti Maya Sopya Ningsih
(200102197)

12. Riadatun Idapi (200102195)

13. Ardian Suandika (200102164)

14. Kariyatin Zakiah (200102180)

15. Naely Amalia (200102186)


16. Siti Rabiatul A. (200102198)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan
taufik-Nya, sehingga kami dapat menyeselesaikan tugas makalah ini. Shalawat beserta salam
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa mukjizat dan banyak perubahan
terhadap umat manusia.

Adapun tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk menjelaskan kepada kita
tentang Perkembangan Ilmu Pengetahuan dari Zaman ke Zaman, harapan kami dengan
adanya makalah ini bisa membantu dalam pembelajaran Epistemologi. Apabila terdapat
kesalahan dalam penyusunan makalah ini kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar penyusunan makalah kedepannya lebih baik.

Pancor, 21 Oktober 2021


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................i


DAFTAR ISI ........................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN

A. LatarBelakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................
C. Tujuan Penulisan Makalah........................................................................................
BAB II. PEMBAHASAN

A. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi....................................................


B. Pendekatan Ilmu Pengetahuan...................................................................................
a) Pendekatan Proses ..................................................................................
b) Pendekatan Kultural..................................................................................
c) Pendekatan Kreativitas ..................................................................................
d) Pendekatan Peradaban ..................................................................................
e) Pendekatan Sejarah ..................................................................................
C. Era kebangkitaan ilmu pengetahuan .......................................................
a) Yunani Kuno ..................................................................................
b) Abad Pertengahan ..................................................................................
c) Eropa Modern ..................................................................................
d) Tokoh-Tokoh Ilmu Pengetahuan Dalam Masa Yunani Kuno, Abad Pertengahan,
Zaman Modern ...............................................................................
a. Masa Yunani Kuno..................................................................................
1. Socrates ..................................................................................
2. Plato ..................................................................................
3. Aristoteles ..................................................................................
b. Abad Pertengahan ..................................................................................
1. Ibnu Sina ..................................................................................
2. Ibnu Hayyan ..................................................................................
c. Zaman Modern ..................................................................................
1. Albert Einstein ..................................................................................
2. Isaac Newton ..................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Eksistensi ilmu pengetahuan tidak lepas dari sejarah perkembangannya yang


merupakan sebuah proses panjang tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan itu sendiri.
Pada setiap fase perkembangan ilmu pengetahuan muncul sesuatu yang baru dan memilki
karakteristik di setiap masanya. Karakteristik tersebut adalah hasil dari sebuah pergumulan
budaya yang terjadi dalam dinamika sosial. Tentu hal itu tidak bisa lepas dari berbagai
pengaruh sosial, budaya, dan politik yang berkembang seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan itu sendiri. Dengan demikian perkembangan ilmu pengetahuan dapat
diperiodesasikan sesuai dengan dinamika yang ada yaitu periode Yunani kuno, periode Islam,
periode renaisans dan modern, dan periode kontemporer.

Dalam konsepsi agama ilmu pengetahuan lahir sejak diciptakannya manusia pertama
yaitu Adam, kemudian berkembang menjadi sebuah ilmu atau ilmu pengetahuan. Pada
hakekatnya ilmu pengetahuan lahir karena hasrat ingin tahu dalam diri manusia. Hasrat ingin
tahu ini timbul oleh karena tuntutan dan kebutuhan dalam kehidupan yang terus berkembang.
Secara teoritis perkembangan ilmu pengetahuan selalu mengacu kepada peradaban Yunani.
Hal ini didukung oleh beberapa faktor, di antaranya adalah mitologi bangsa Yunani,
kesusastraan Yunani, dan pengaruh ilmu pengetahuan pada waktu itu yang sudah sampai di
Timur Kuno. Terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan di setiap periode ini dikarenakan
pola pikir manusia yang mengalami perubahan dari mitos-mitos menjadi lebih rasional.
Manusia menjadi lebih proaktif dan kreatif menjadikan alam sebagai objek penelitian dan
pengkajian. Oleh Karena itu, dalam makalah yang singkat ini, penulis akan menjelaskan
tentang sejarah perkembangan ilmu pengetahuan tersebut sesuai dan kemampuan yang
penulis miliki, tentunya penulis yakin hal ini masih jauh dari kesempurnaan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Perkembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi?

2. Apa saja pendekatan ilmu pengetahuan dari zaman ke zaman?

3. Bagaimana Era kebangkitaan ilmu pengetahuan?


4. Siapa saja Tokoh-Tokoh Ilmu Pengetahuan Dalam Masa Yunani Kuno, Abad Pertengahan
dan Zaman Modern?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana Perkembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi.

2. Untuk mengetahui pendekatan yang digunakan dalam ilmu pengetahuan dari zaman ke
zaman.

3. Mengetahui tentang Era kebangkitaan ilmu pengetahuan.

4. Untuk mengetahui dan mengenal nama-nama Tokoh pada masa Yunani Kuno, Abad
pertengahan dan zaman modern.
BAB II

PEMBAHASAN

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DARI ZAMAN KE ZAMAN

A. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi

Manusia sejak awal mulai melakukan aktivitas dengan pemikiran yang mereka miliki.
Secara tidak sadar mereka telah mengembangkan sesuatu yang bisa disebut sebagai
teknologi. Bahkan, teknologi yang hanya disadari beberapa kalangan ini berlanjut hingga saat
ini. Berikut penjelasan zaman perkembangan IPTEK.

1) Zaman Purba (4 Juta Tahun Silam)

Periode ini disebut juga sebagai masa praaksara atau prasejarah. Ilmu saat itu
berkembang dan dapat dilihat dari cara manusia purba yang mulai mampu mengamati,
membedakan, memilih, mencoba, dan menyadari kesalahan. Kita sebut saja ketika itu
manusia purba masih berkelana mencari makanan dan hidup berpindah tempat (nomaden).
Ketika mereka sudah menyadari bisa tinggal di suatu tempat dengan bercocok tanam, mereka
punya pengetahuan baru. Bahkan, teknologi-teknologi yang menyokong mereka melakukan
kegiatan tersebut pun lahir.

Masa akhir ini dimulai ketika manusia dahulu sudah mengenal tulisan dan bisa
berhitung. Ketika itu, mereka mulai mencatat bagaimana sistem kalender dan perbintangan
(dilakukan orang Mesir Kuno, Sumeria, dan Babilonia).

2) Zaman Yunani (600-200 SM)

Fase ini ditandai dengan kemajuan berpikir manusia, Yunani disebut sebagai pusatnya
ketika itu. Manusia yang sebelumnya tidak menyadari perihal eksistensi segala yang ada di
dunia mulai berpikir kritis. Hal-hal tabu yang tidak bisa dijelaskan sebelumnya pun akhirnya
terungkap. Tokoh-tokoh terkenal dari Yunani ini bernama Pythagoras (teori pitagoras),
Socrates (metode berpikir kritis dan ilmu etika), Plato (teori di balik alam ada sebuah ide),
Aristoteles (Logika, Biologi, dan Metafisika), Archimedes (hukum alam), Ptolomeus
(penyusun peta bumi), dan lain-lain.

3) Zaman Pertengahan (31 SM-628 M)


IPTEK yang sudah berkembang sebelumnya akhirnya menurun pada awal abad
pertengahan. Hal ini disebabkan oleh berkembangnya agama Kristen di Eropa yang mengatur
segala hukum dengan embel aturan Tuhan. Oleh karena itu, Gereja tidak mengizinkan
masyarakat untuk berpikir kritis ketika itu. Sedangkan di Timur, Islam yang berkembang
malah memberikan kemajuan yang begitu pesat pada IPTEK. Mereka yang mengembangkan
IPTEK ketika itu antara lain Al Khawarizmi (teori Al Jabar), Omar Khayyam (ahli sastra dan
matematikawan). Selain itu, ada Al Razi, Ibnu Sina, dan Abu Qasim yang berfokus pada
bidang kedokteran. Terakhir, terdapat Ibnu Rusyd yang menerjemahkan buku hasil karya
Aristoteles di zaman IPTEK sebelumnya.

4) Zaman Modern (658 M-Sekarang)

Kendati zaman kegelapan pernah terjadi di Eropa, perkembangan IPTEK di sana


akhirnya meningkat kembali berkat Renaissance (zaman pencerahan). Pengetahuan pun
berkembang pesat kembali, mulai dari Leonardo Pisa yang meneruskan penelitian mengenai
ilmu aljabar hingga pengembangan pengetahuan akan tata surya (Copernicus, Galileo, dan
Kepler). Di zaman pencerahan ini, ternyata pengetahuan dan teknologi benar-benar melesat
karena memprioritaskan kemampuan akal. Mereka yang sebelumnya terbatas pikirannya
karena dogma agama pada zaman ini mulai lepas dan berpikir sekreatif serta selogis
mungkin.

Zaman sekarang atau modern ini, ilmu pengetahuan dan teknologi rupanya sudah
tumbuh sangat jauh dari manusia-manusia dahulu. Saat ini, kita dapat melihat perkembangan
sebelumnya mempengaruhi teknologi saat ini. Contohnya, kini sudah ada teknologi informasi
dan komunikasi yang lebih memudahkan manusia dalam berinteraksi.

B. Pendekatan ilmu pengetahuan

a. Pendekatan Proses

George j. mouly mengemukakan sudut pandangnya tentang perkembangan ilmu


pengetahuan dengan menggunakan proses sebagai pendekatan. Menurut pendapat George j.
mouly, perkembangan ilmu pengetahuan berawal dari animisme. Sejak tahap awal ini, ilmu
pengetahuan terus berkembang hingga mencapai tahap pengakuan sebagai ilmu pengetahuan.
Menurutnya ada 3 tahapan dalam perkembangan itu, yakni animisme ke tahap ilmu empiris,
dan ilmu teoretis. Selanjutnya George j. Mouly menjelaskan proses perkembangan pada
tahap-tahap yang di maksud sebagai berikut

 Animisme

Tugas manusia pada dasarnya adalah mengerti segenap gejala yang ditemuinya dalam
kehidupan untuk mampu menghadapi masalah-masalah yang ditimbulkannya (George j.
mouly dalam jujun S. suriasumantri, 1984:91). Di masyarakat primitif masalah-masalah ini
dihubungkan dengan hal-hal yang bersifat gaib. Gejala alam dianggap sebagai perbuatan
makhluk halus. Dimitoskan makhluk-makhluk halus masih memiliki peranan penting dalam
kehidupan manusia primitif. Pada tahap ini ilmu pengetahuan masih dihubungkan dengan
unsur-unsur mitos.

Selanjutnya dikemukakan George j. mouly, gejala dan fenomena alam seperti petir
ataupun banjir dihubungkan dengan perbuatan dewa-dewa. Dalam masyarakat primitif para
dewa ini tampaknya memainkan peranan yang penting dalam kehidupan. Sampai-sampai,
bangsa Indian misalnya, mengubungkan sakit, kelaparan, dan berbagai bencana dengan
makhluk-makhluk halus yang sedang perang. Keadaan yang bersifat gaib atau fase animistis
ini belum sepenuhnya berlalu, bahkan pada beberapa golongan yang beradab. Cerita rakyat
bangsa irlandia. Bahkan di Negara maju seperti amerika serikat, kepercayaan gaib akan
kucing hitam dan mengguna-guna lewat boneka, masih dijumpai (George j, Mouly:91).

 Ilmu empiris

Dalam fase berikutnya, gejala alam tidak lagi dihubungkan dengan alam gaib. Menurut
(George j, Mouly, lambat laun manusia menyadari bahwa gejala alam dapat diterangkan
sebab-musababnya. Dan fase ini merupakan suatu langkah yang paling penting dalam
menandai permulaan ilmu pengetahuan sebagai suatu pendekatan sistematis dalam
pemecahan masalah. Dalam prosesnya langkah-langkah ini dilakukan melalui observasi yang
lebih sistematis dan kritis, pengujian hipotesis secara sistemastis dan teliti di bawah control.
Ilmu pengetahuan pada tingkat empiris ini adalah untuk mengungkapkan mengapa berbagai
gejala bisa terjadi. (George j, Mouly:91). Proses dimaksud tersusun secara sistematis melalui
pengalaman,Klasifikasi,Kuantifikasi, Penemuan hubungan-hubungan dan Perkiraan
kebenaran.

 Ilmu teoritis
Tingkat yang paling akhir dari ilmu adalah ilmu teoritis, di mana hubungan dan gejala
yang ditemukan dalam ilmu empiris diterangkan dengan dasar suatu kerangka pemikiran
tentang sebab-musabab sebagai langkah untuk meramalkan dan menentukan cara untuk
mengontrol kegiatan agar hasil yang diharapkan dapat dicapai (George j, Mouly:96). Ilmu
teoritis dapat memperpendek proses untuk sampai pada pemecahan masalah dan ilmu teoritis
merupakan susunan kerangka teori (George j, Mouly:97). Dalam perkembangan ilmu
pengetahuan, teori dapat digunakan untuk meramal dan mengarahkan penemuan fakta-fakta
empiris, misalnya bom atom tidaklah dibuat secara empiris. Einstein dan rekan-rekan
sejawatnya, mula-mula mengembangkannya secara teoritis. Baru sesudah itu berpaling pada
pengujian secara empiris. Ini pun dilakukan hanya untuk menghilangkan kekurangan dalam
pengoperasiannya (George j, Mouly:97-98).

Memang menurut George ada displin ilmu yang hampir seluruhnya merupakan ilmu
pengetahuan yang empiris, seperti pendidikan. Kegagalan untuk menyusun kerangka teoritis
hingga dapat disintesiskan dengan penemuan bersifat empiris. Ilmu-ilmu sosial umumnya
masih menitikberatkan pada aspek empiris dan melalaikan aspek teoritis. Akhir-akhir ini
timbul kesadaran, bahwa empirisme merupakan tahap keilmuan yang belum lengkap dan
memerlukan orientasi yang lebih besar terhadap teori (George j, Mouly:98).

Berangkat dari pendekatan proses, penjelasan George j, Mouly telah membuat rangkaian
perkembangan ilmu pengetahuan. Mulai dari pengalaman yang dihubungkan dengan unsur-
unsur mitologi, hingga ke tingkat ilmiah. Dalam pandangannya, tingkat tertinggi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan adalah pada tingkat teoritis.

b. Pendekatan Kultural

Conny R. Semiawan menggambarkan perkembangan dimaksud dalam hubungan dengan


babakan sejarah kehidupan manusia itu sendiri.Tekanan utamanya adalah pada dimensi
kreatif, yang disebutnya sebagai peranan ciri kreativitas manusia. Berdasarkan pendekatan ini
ia membagi latar belakang sejarah perkembangan itu dalam empat zaman, yaitu:

a) Zaman Purba

Rentang zaman purba ini tampaknya cukup panjang. Berlangsung dalam suatu
periode yang lama, dan oleh Conny R.Semiawan zaman purba ini dibagi kedalam dua
periode, yakni :
1. Masa Prasejarah (20.000 SM-10.000 SM)
Menurut Conny R. Semiawan, rentang masa ini disebut masa prasejarah karena
warisan yang ditinggalkan oleh masa itu tidak “membicarakan” apapun mengenai
dirinya. Segala yang diketahui tentang masa itu hanyalah merupakan kesimpulan
dari para ahli dari hasil penelitian terhadap peninggalan yang ada. Peninggalan
yang ditemukan antara lain berupa: alat-alat dari batu dan tulang, gambar dalam
gua-gua, tempat-tempat penguburan, serta fosil-fosil manusia purba dan hewan.
Masa ini disebut juga zaman batu.
Perkembangan pengetahuan manusia zaman ini ditandai oleh pengetahuan apa dan
bagaimana (Know, How). Pengetahuan ini diperoleh dari :
1) Kemampuan mengamati
2) Kemampuan membeda-bedakan
3) Kemampuan memilih
4) Kemampuan melakukan percobaan berdasarkan prinsip trial and error

Atas dasar pengalaman yang berulang kali dari kegagalan dan keberhasilan
ini kemudian diperoleh berbagai pengetahuan. Proses ini menunjukkan bahwa
pengetahuan manusia semasa itu tidak sekali jadi, suatu kebenaran yang diperoleh
dari berbagai kegagalan, maupun melainkan melalui suatu kesalahan.

2. Masa Sejarah (15.000 SM-600 M)

Pada periode ini manusia sudah mengalami kemajuan.Selain mewarisi dan


mengembangkan kemampuan dan keterampilan para pendahulunya, juga terjadi
peningkatan kemampuan baru.Kemajuan khusus yang dicapai dimasa ini adalah
kemampuan membaca, menulis dan berhitung.
Connymengemukakan bahwa dengan kemampuan baca-tulis dan berhitung,
perkembangan ilmu berjalan lebih cepat dan lebih pasti dari masa
sebelumnya.Pencatatan sistematis dan pengumpulan data dikembangkan ke
penemuan baru seperti peta perbintangan.Dalam kehidupan sehari-hari ditemukan
siklus mingguan, bulanan, siklus matahari yang jadi dasar pembuatan bermacam-
macam kalender.
Meskipun sudah dilakukan pengamatan, pengumpulan data, dan sebagainya
namun fakta-fakta hanya diolah sekedarnya.Hal ini menunjukkan bahwa manusia
purba masih berada pada tingkat intelek untuk menerima segala peristiwa
sebagaimana adanya.Jadi belum dilanjutkan dengan pendalaman ilmiah. Ciri-ciri
orang pintar dizaman purba ialah sikap mental dan penalaran yang represif dan
empiris.

b) Zaman Penalaran dan Menyelidiki (600 SM - 200 M)

Zaman ini bermula dari rasa ingin tahu. Manusia pada zaman ini memiliki rasa
ingin tahu yang berkembang, atau kemampuan berfikir ( nalar). Ciri-ciri zaman
iniyaitu :
a. Orang memiliki kebebasan untuk mengungkapkan ide atau pendapat
b. Masyarakat tidak lagi mempercayai mitologi, yang dianggap sebagai sesuatu
bentuk pseudi-rstional
c. Masyarakat tidak dapat menerima pada sikap menerima begitu saja, melainkan
menumbuhkan sikap yang senang menyelidiki sesuatu secara kritis.

Adapun tokoh-tokoh yang mempolopori perkembangan ilmu pengetahuan pada masa


ini adalah:
 Pythagoras (580-500 SM)
 Socrates (470- 399 SM
 Aristoteles (384-322 SM)
 Plato (429- 347 SM)

c) Abad Pertengahan (500 M - 1500 M)

Kehadiran abad pertengahan diawali oleh suatu proses terentang selama


sepuluh abad. Bearawal dari masa penerjemahan karya Yunani ke dalam bahasa arab.
Dan stelah tahun 1300 M diperoleh oleh bangsa-bangsa Eropa.terjemahan ini antara
lain meliputi ilmu pasti, astronomi, fisika, kedokteran, biologi, farmasi, dan ilmu
kimia. Disamping mnerjemahkan, para ilmuan arab juga melengkapi dengan
perluasan pengamatan dan mempertajamnya. Jadi sudah dilakukan semacam
penyempurnaan terhadap karya-karya terjemahan mereka.
Adapun tokoh-tokoh yang mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan pada
abad ini adalah :
 Al-Khawarismi (825)
 Omar Kayyam (1043-1132)
 Ibn Rusyd (1126-1198)
 Al-Idrisi (1100-1166)
 Roger Bacon (1214 M- 1294 M)
 Thomas Aquinas (1225 M- 1274 )
 Gerard van Cremona (1114 M- 1187 M)

d) Zaman Modern (Abad ke-14)

Zaman ini sebenarnya sudah terintis mulai dari abad 15 M. Tetapi, indikator
yang nyata terlihat jelas pada abad 17 M dan berlangsung hingga abad 20 M. Hal ini
ditandai dengan adanya penemuan-penemuan dalam bidang ilmiah. Zaman ini juga
dikenal sebagai masa rasionalisme yang tumbuh di zaman modern karena munculnya
berbagai penemuan ilmu pengetahuan.
Zaman modern dilatar belakangi adanya ide kratif yang bersifat inovatif di
eropa yang mendobrak tradisi yang baku, baik dari penafsiran/penalaran. Sehingga
pada masa ini seorang ahli filsafat membentuk mata rantai terhadap perkembangan
ilmu,mampu meletakkan dasar-dasar disiplin yang dikenal sebagai filsafat ilmu.
Tokoh-tokoh yang melopori zaman Modern adalah:

 Isaac Newton (1643 M-1727 M ),


 Rene Descartes (1596 M-1650 M)
 Charles Robert Darwin(1809 M-1882 M)

c. Pendekatan Kreativitas

1. Pengertian Kreativitas

Menurut kamus Webster dalam Anik Pamilu (2007:9) kreativitas adalah kemampuan
seseorang untuk mencipta yang ditandai dengan orisinilitas dalam berekspresi yang bersifat
imajinatif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:599), kreativitas adalah kemampuan
untuk mencipta, perihal berkreasi dan kekreatifan.

Menurut Supriadi dalam Yeni Rachmawati (2005:15) mengutarakan bahwa kreativitas


adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan
maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada. Kreativitas merupakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang mengimplikasikan terjadinya eskalasi dalam
kemampuan berpikir, ditandai oleh suksesi, diskontinuitas, diferensiasi, dan integrasi antara
tahap perkembangan. Kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau daya cipta
(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990: 456), kreativitas juga dapat bermakna sebagai kreasi
terbaru dan orisinil yang tercipta, sebab kreativitas suatu proses mental yang unik untuk
menghasilkan sesuatu yang baru, berbeda dan orisinil. Kreativitas merupakan kegiatan otak
yang teratur komprehensif, imajinatif menuju suatu hasil yang orisinil.

Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa kreativitas
merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun
produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, fleksibel, suksesi, dan diskontinuitas, yang
berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah. Jadi kreativitas
merupakan bagian dari usaha seseorang. Kreativitas akan menjadi seni ketika seseorang
melakulan kegiatan. Dari pemikiran yang sederhana itu, penulis melakukan semua aktivitas
yang bertujuan untuk memacu atau menggali kreativitas.

2. Ciri-ciri Kreativitas

Menurut Slameto (2003:17) dalam Supriadi mengatakan bahwa ciri-ciri kreativitas


dapat dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan non kognitif. Ciri kognitif di
antaranya orisinilitas, fleksibelitas, kelancaran, dan elaborasi. Sedangkan ciri non kognitif di
antaranya motivasi sikap dan kepribadian kreatif kreatif. Kedua ciri ini sama pentingnya,
kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan apapun.
Kreativitas hanya dapat dilahirkan dari orang cerdas yang memiliki kondisi psikologi yang
sehat. Kreativitas tidak hanya perbuatan otak saja namun variabel emosi dan kesehatan
mental sangat berpengaruh terhadap lahirnya sebuah karya kreatif. Kecerdasan tanpa mental
yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif.

Menurut Sri Narwati (2011:11) ciri-ciri guru kreatif adalah

a. Guru yang fleksibel

Kecerdasan majemuk, keragaman gaya belajar, dan perbedaan karakter siswa menuntut
guru harus fleksibel. Guru harus luwes menghadapi segala perbedaan ini agar mampu
menumbuhkan segala potensi siswa.

b. Guru yang optimis


Guru harus optimis bahwa setiap siswa memang memiliki potensi dan setiap anak adalah
pribadi yang unik. Keyakinan guru bahwa interaksi yang menyenangkan dalam pembelajaran
akan mampu memfasilitasi siswa berubah menjadi lebih baik dan akan berdampak pada
perkembangan karakter siswa yang positif.

c. Guru yang respect

Kita tidak bisa meminta siswa berlaku hormat, tetapi guru tidak memperlakukan siswa
pula. Guru hendaknya senantiasa menumbuhkan rasa hormat di depan siswa sehingga mampu
memacu siswa lebih mudah memahami materi pembelajaran sekaligus hal-hal lain yang
dipelajarinya.

d. Guru yang cekatan

Anak-anak yang selalu aktif dan dinamis harus diimbangi oleh guru yang aktif dan
dinamis pula, sehingga bisa muncul saling pemahaman yang kuat dan akan berdampak positif
bagi proses dan hasil pembelajaran.

3.Tujuan Pengembangan Kreativitas

Menurut Utami Munandar (2002:60) yang dituangkan pada salah satu bukunya
Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini, ada alasan mengapa kreativitas penting untuk
dimunculkan, dipupuk dan dikembangkan dalam diri anak, antara lain :

• Pertama, dengan berkreasi anak dapat mewujudkan dirinya. Perwujudan diri adalah salah
satu kebutuhan pokok manusia.

• Kedua, kemampuan berpikir kreatif dapat melihat berbagai macam penyelesaian suatu
masalah. Mengekspresikan pikiran-pikiran yang berbeda dari orang lain tanpa dibatasi pada
hakikatnya akan mampu melahirkan berbagai macam gagasan.

• Ketiga, bersibuk secara kreatif akan memberikan kepuasan kepada individu tersebut. Hal ini
penting untuk diperhatikan karena tingkat ketercapaian kepuasan seseorang akan
mempengaruhi perkembangan sosial emosinya.

• Keempat, dengan kreativitas memungkinkan manusia meningkatkan kualitas hidupnya.


Gagasan-gagasan baru sebagai buah pemikiran kreatif akan sangat diperlukan untuk
menghadapi masa depan yang penuh tantangan.
Jadi tujuan mengembangkan kreativitas anak adalah sebagai berikut :

~ Mengenal cara mengekspresikan diri melalui hasil karya dengan menggunakan teknik-
teknik yang dikuasainya.

~ Mengenalkan cara dalam menemukan alternatif pemecahan masalah.

~ Membuat anak memiliki sikap keterbukaan terhadap berbagai pengalaman dengan tingkat
kelenturan dan toleransi yang sangat tinggi terhadap ketidak pastian.

~ Membuat anak memiliki kepuasan diri terhadap apa yang dilakukannya dan sikap
menghargai hasil karya orang lain.

4. Fungsi pengembangan kreativitas pada anak

Menurut Mundandar (2004:55) Pelaksanaan pengembangan kreativitas pada anak


merupakan salah satu sarana pembelajaran yang menunjang mengembangkan kreativitas
anak. Hal ini dapat dilihat dari fungsi pengembangan kreativitas pada anak sebagai berikut :

• Fungsi pengembangan kreativitas terhadap perkembangan kognitif anak. Melalui


pengembangan kreativitas anak memperoleh kesempatan untuk memenuhi kebutuhan
berekspresi menurut caranya sendiri, menciptakan sesuatu yang lain dan baru. Kegiatan yang
menghasilkan sesuatu ini dapat memupuk sikap untuk terus sibuk diri dengan kegiatan kreatif
akan memacu perkembangan kognitif atau ketrampilan berpikir.

• Fungsi pengembangan kreativitas terhadap kesehatan jiwa. Pengembangan kreativitas


mempunyai nilai terapis karena dalam kegiatan berekspresi itu anak dapat menyalurkan
perasaan-perasaan yang dapat menyebabkan ketegangan-ketegangan pada dirinya, seperti
perasaan lebih, kecewa, khawatir, takut dan lain-lain yang mungkin tidak dapat dikatakannya.

• Fungsi pengembangan kreativitas terhadap perkembangan estetika. Selain kegiatan


berekspresi yang bersifat mencipta anak juga dibiasakan dan dilatih untuk menghayati
bermacam-macam keindahan seperti keindahan alam, lukisan tarian, musik dan sebagainya.

d. Pendekatan Peradaban

Pendekatan peradaban untuk mempelajari sejarah, itu adalah salah satu metode
terpaksa oleh pikiran untuk mengklarifikasi isu-isu penting dari jalannya peristiwa dalam
proses sejarah era yang berbeda. Studi tentang jalannya peristiwa sejarah skala global
memungkinkan untuk mengikuti dan memahami bagaimana beragam proses ini, dan
bagaimana banyak pilihan untuk mencapai masyarakat yang ditandai dengan tidak hanya
keuntungan, tetapi juga kerugian. Pendekatan peradaban ada di samping formational,
perbedaan utama adalah bahwa dasar dari studi adalah hubungan sosial dan ekonomi yang
independen dari kehendak manusia.Mereka ada untuk alasan-alasan obyektif. Peradaban juga
menempatkan seseorang dengan mempertimbangkan aturan perilaku, estetikadan pndangan
etika di jantung dari semua proses.

Konsep “peradaban” muncul di zaman kuno, namun pada abad 18 menjadi bagian
dari kosakata sejarah menyeluruh.Sejak saat itu, peradaban mulai aktif menggunakan
perwakilan dari ilmu pengetahuan. Selanjutnya, untuk periode ini karakterisrtik dan
penampilan teori peradaban yang berbeda. Perlu diingat bahwa konsep “peradaban” di
zaman kuno menentang konsep Latin lainnya yang berarti “kebiadaban”.Bahkan di hari awal-
awal, orang melihat perbedaan antara masyarakat biadab dan hidup pada umumnya.Kembali
ke teori, dua yang utama adalah tahapan dan lokal. Sesuai dengan yang pertama, peradaban
adalah proses sesuai dengan tahapan perkembangan tertentu. Mulai hal ini dapat dianggap
saat disintegrasi masyarakat primitif, di mana manusia telah melewati tahap dunia yang
beradab.peradaban seperti ini dapat dikaitkan dengan yang utama, karena mereka tidak
memiliki kemampuan untuk menggunakan tradisi peradaban yang didirikan di lain waktu.
Mereka menciptakan mereka sendiri, memberikan buah diikuti oleh formasi.Pendekatan lokal
peradaban meneliti aspek sejarah munculnya masyarakat di daerah tertentu, yang ditandai
dengan karakteristik sosial-ekonomi, budaya dan politik sendiri.sifat lokal dari peradaban
dapat eksis dalam keadaan tertentu, dan dengan menggabungkan beberapa negara.

Peradaban spesies lokal - adalah sebuah sistem yang terdiri dari berbagai komponen
yang saling terkait: sistem politik, situasi ekonomi, geografi, agama dan banyak lainnya.
Semua komponen ini serta mungkin mencerminkan keunikan peradabantertentu.Pendekatan
peradaban, serta stadial membantu pada sudut yang berbeda untuk melihat kejadian
historis.Untuk pendekatan tahap-bijaksana ditandai dengan pertimbangan perkembangan
umat manusia sesuai dengan seragam dan hukum umum. Teori peradaban lokal didasarkan
pada individualitas dan keragaman proses sejarah. Oleh karena itu sangat sulit untuk
mengatakan mana teori lebih baik atau lebih buruk. Mereka berdua memiliki hak untuk
hidup, karena mereka saling melengkapi satu sama lain, memiliki keuntungan sendiri. Angka
ilmu sejarah berulang kali berusaha untuk mempelajari hubungan dari kedua metode, tapi
sejauh ini belum terjadi, dan belum mengembangkan sistem umum yang bersatu untuk kedua
teori.Untuk meringkas, perlu dicatat bahwa pendekatan peradaban membantu untuk
memahami hukum-hukum dasar dan arah pembentukan dan pembentukan peradaban dunia,
keunikan peradaban individu, tetapi juga memungkinkan untuk membandingkan proses
pembangunan dari berbagai peradaban.

1. Ilmu dalam Peradaban Zaman Kuno

a. Ilmu pada Zaman Yunani

Di dalam banyak literatur menyebutkan bahwa periode Yunani merupakan tonggak


awalberkembangnnya ilmu pengetahuan dalam sejarah peradaban umat
manusia.Perkembangan ilmu ini dilatarbelakangi dengan perubahan paradigma dan pola pikir
yang berkembang saat itu. Sebelumnya bangsa Yunani masih diselemuti oleh pola pikir
mitosentris, namun pada abad ke 6 SM di Yunani lahirlah filsafat yang dikenal dengan   the
greek miracle. Dengan paradigma ini, ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat karena
menjawab persoalan disekitarnya dengan rasio dan meninggalkan kepercayaan terhadap
mitologi atau tahayul yang irrasional.Sebagaimana yang dikatakan oleh George J. Mouly, dia
membagi perkembangan ilmu pada tahap animisme, ilmu empiris dan ilmu teoritis.Pada
tahap animisme, manusia menjelaskan gejala yang ditemuinya dalam kehidupan sebagai
perbuatan dewa-dewi, hantu dan berbagai makhluk halus.Pada tahap inilah pola pikir
mitosentris masih sangat kental mewarnai pemikiran bangsa Yunani sebelum berubah
menjadi logosentris.Seiring dengan berkembangannya jaman, filsafat dijadikan sebagai
landasan berfikir oleh bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan, sehingga
berkembang pada generasi-generasi setelahnya.Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam
disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Karena itu, periode perkembangan
filsafat Yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia.Inilah
titik awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya
dan alam jagad raya.Jones dalam A History of Western, mengatakan bahwa awal dan akar
kebangkitan filsafat dan sains Barat seperti sekarang ini adalah warisan intelektual Yunani
kuno.

b. Ilmu pada Zaman Romawi

Ilmu pengetahuan yang pernah ditorehkan oleh Bangsa Romawi tidak bisa dilepaskan
dari bangunan ilmu pengetahuan yang telah disumbangkan oleh bangsa Yunani.Di dalam
banyak literatur yang ada, disebutkan bahwa bangsa Romawi merupakan bangsa yang
pertama kali mengaplikasikan teori-teori yang pernah dirumuskan oleh bangsa Yunani,
sehingga mata rantai kelimuan yang mulai memudar yang seolah-olah putus dalam sejarah
perkambangan ilmu pengetahuan bangsa Yunani menjadi tumbuh kembali. Sehingga di
dalam lapangan inovasi ilmu pengetahuan,  bangsa Romawi tidak banyak melahirkan para
pemikir yang ulung, konseptor yang handal, dan perumus teori dalam rangka melebarkan
sayap ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, bangsa ini tidak menekankan soal-soal praktis dan
mengabaikan teori ilmiah, sehingga pada masa ini tidak muncul ilmuwan yang terkemuka.
Memang ada dua ilmuan yang sangat besar yang hidup selama pemerintahan Marcus
Aurelius pada abad kedua masehi, namun keduanya adalah bangsa Yunani.Namun yang perlu
dicatat bahwa bangsa Romawi membuat pemikiran spekulatif Yunani menjadi praktis dan
dapat diterapakan dengan mudah.Kendati demikian, bangsa Romawi bukan berarti tidak
memiliki kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan.  Sejarah mencatat bahwa
bangsa Romawi memiliki kemahiran dalam kemampuan keinsinyuran dan keterampilan
ketatalaksanaan serta mengatuur hukum dan pemerintahan.Sumbangan terbesar bangsa
Romawai kepada peradaban manusia terutama dalam bidang pemikiran sistem hukum dan
lembaga-lembaga politik, ada tiga bentuk pemikiran hukum Romawi yang banyak diadopsi
para pemikir Barat, antara lain : Ius Civile, Ius Gentium, Ius Naturale. Dari segi pemikiran
ilmu politik, Romawi memberikan pemahaman tentang teori imperium, antara lain
:Kekuasaan dan otoritas Negara, equal rights (Persamaan hak politik), Governmental
Contract (Kontrak Pemerintah), Pengadaptasian kekuasaan dan keagamaan.

2. Ilmu dalam Peradaban Abad Pertengahan

Dominasi para teolog pada masa ini mewarnai aktivitas ilmiah pergerakan ilmu
pengetahuan.Hal ini dapat dilihat dari semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini
adalah ancillla theologia atau abdi agama. Atau dengan kata lain, kegiatan ilmiah diarahkan
untuk mendukung kebenaran agama. Agama Kristen menjadi problema kefilsafatan karena
mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran sejati. Inilah yang dianggap
sebagai salah satu penyebab masa ini disebut dengan Abad gelap (dark age). Usaha-usaha
menghidupkan kembali keilmuan hanya sesekali dilakukan oleh raja-raja besar seperti Alfred
dan Charlemagne.Namun di Timur terutama di wiayah kekuasaan Islam justru terjadi
perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat.Di saat Eropa pada zaman Pertengahan lebih
berkutat pada isu-isu keagamaan, maka peradaban dunia Islam melakukan penterjemahan
besar-besaran terhadap karya-karya filosof Yunani, dan berbagai temuan di lapangan ilmiah
lainnya.

a. Potret lmu Pengetahuan Periode Islam

Menurut Harun Nasution, keilmuan berkembang pada zaman Islam klasik (650-1250
M). Keilmuan ini dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal
seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadis. Persepsi ini bertemu dengan persepsi yang
sama dari Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat peradaban
Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur (Irak),
Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia). W. Montgomery Watt menambahkan lebih rinci bahwa
ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh, ilmu pengetahuan
dan filsafat Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar. Terdapat sebuah sekolah
terkenal di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian dipindahkan pertama kali ke Syiria, dan
kemudian –pada sekitar tahun 900 M– ke Baghdad.

Sekitar abad ke 6-7 Masehi obor kemajuan ilmu pengetahuan berada di pangkuan
perdaban Islam. Dalam lapangan kedokteran muncul nama-nama terkenal seperti : Al-Ḥāwī
karya al-Rāzī (850-923)  merupakan sebuah ensiklopedi mengenai seluruh perkembangan
ilmu kedokteran sampai masanya. Rhazas mengarang suatu Encyclopedia ilmu kedokteran
dengan judul Continens, Ibnu Sina (980-1037) menulis buku-buku kedokteran (al-Qonun)
yang menjadi standar dalam ilmu kedokteran di Eropa.Al-Khawarizmi (Algorismus atau
Alghoarismus) menyusun buku Aljabar pada tahun 825 M, yang menjadi buku standar
beberapa abad di Eropa.Ia juga menulis perhitungan biasa (Arithmetics), yang menjadi
pembuka jalan penggunaan cara desimal di Eropa untuk menggantikan tulisan Romawi. Ibnu
Rushd (1126-1198) seorang filsuf yang menterjemahkan dan mengomentari karya-karya
Aristoteles.Al Idris (1100-1166) telah membuat 70 peta dari daerah yang dikenal pada masa
itu untuk disampaikan kepada Raja Boger II dari kerajaan Sicilia.Dalam bidang kimia ada
Jābir ibn Ḥayyān (Geber) dan al-Bīrūnī (362-442 H/973-1050 M).Sebagian karya Jābir ibn
Ḥayyān memaparkan metode-metode pengolahan berbagai zat kimia maupun metode
pemurniannya.Sebagian besar kata untuk menunjukkan zat dan bejana-bejana kimia yang
belakangan menjadi bahasa orang-orang Eropa berasal dari karya-karyanya. Sementara itu,
al-Bīrūnī mengukur sendiri gaya berat khusus dari beberapa zat yang mencapai ketepatan
tinggi.Selain disiplin-disiplin ilmu di atas, sebagian umat Islam juga menekuni logika dan
filsafat. Sebut saja al-Kindī, al-Fārābī (w. 950 M), Ibn Sīnā atau Avicenna (w. 1037 M), al-
Ghazālī (w. 1111 M), Ibn Bājah atau Avempace (w. 1138 M), Ibn Ṭufayl atau Abubacer (w.
1185 M), dan Ibn Rushd atau Averroes (w. 1198 M). Menurut Felix Klein-Franke, al-Kindī
berjasa membuat filsafat dan ilmu Yunani dapat diakses dan membangun fondasi filsafat
dalam Islam dari sumber-sumber yang jarang dan sulit, yang sebagian di antaranya kemudian
diteruskan dan dikembangkan oleh al-Fārābī. Al-Kindī sangat ingin memperkenalkan filsafat
dan sains Yunani kepada sesama pemakai bahasa Arab, seperti yang sering dia tandaskan,
dan menentang para teolog ortodoks yang menolak pengetahuan asing. Menurut Betrand
Russell, Ibn Rushd lebih terkenal dalam filsafat Kristen daripada filsafat Islam.Dalam filsafat
Islam dia sudah berakhir, dalam filsafat Kristen dia baru lahir.Pengaruhnya di Eropa sangat
besar, bukan hanya terhadap para skolastik, tetapi juga pada sebagian besar pemikir-pemikir
bebas non-profesional, yang menentang keabadian dan disebut Averroists.Di Kalangan
filosof profesional, para pengagumnya pertama-tama adalah dari kalangan Franciscan dan di
Universitas Paris.Rasionalisme Ibn Rushd inilah yang mengilhami orang Barat pada abad
pertengahan dan mulai membangun kembali peradaban mereka yang sudah terpuruk berabad-
abad lamanya yang terwujud dengan lahirnya zaman pencerahan atau renaisans.Pada zaman
itu bangsa Arab juga menjadi pemimpin di bidang Ilmu Alam.Istilah zenith, nadir, dab azimut
membuktikan hal itu.Angka yang masih dipakai sampai sekarang, yang berasal dari India
telah dimasukkan ke Eropa oleh bangsa Arab. Sumbangan sarjana Islam dapat
diklasifikasikan ke dalam tiga bidang, yaitu :Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan
menyebarluaskan sedemikian rupa, sehingga dapat dikenal dunia Barat seperti sekarang ini,
Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu
kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan, Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar
aljabar.

3. Ilmu pada Zaman Renainsans (14-16 M)

Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang
mengandung arti bagi perkembangan ilmu.Orang pertama yang menggunakan istilah
renaisans adalah Michelet.Para sejarahwan biasanya menggunakan istilah ini untuk menunjuk
berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia
sepanjang abad ke-15 dan ke-16.Renaisans adalah periode perkembangan peradaban yang
terletak di ujung atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern.Renaisans
merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti
bagi perkembangan ilmu.Ciri utama renaisans yaitu humanisme, individualisme, sekulerisme,
empirisisme, dan rasionalisme.Ravertz menuturkan bahwa kemajuan Islam pada abad 12
dengan peradaban yang lebih tinggi yang terdapat di Spanyol dan Palestina dan sebagian lagi
disebabkan perkembangan kota berbagai kota dengan kelas atanya sangat memberikan
pengaruh besar munculnya renaisans ditengah-tengah abad gelap yang melanda Eropa. Dari
pergaulan dengan peradaban Islam ini, muncullah karangan-karangan spekulatif sederhana
tentang filsafat ilmiah.Abad ke-13 menyaksikan berdirinya universitas dan zaman kebesaran
pengetahuan skolastik. Thomas Aquinas, seorang teolog terkemuka dan Roger Bacon,
penganjur metode eksperimental, termasuk dalam zaman ini.Ilmu pengetahuan yang
berkemang maju pada masa ini adalah bidang astronomi. Tokoh-tokohnya yang terkenal
antara lain  : Roger Bacon, Copernicus, Galileo Galilei. Bacon berpendapat bahwa
matematika meruakan syarat mutlak untuk mengolah semua pengetahuan. Sekalipun ia
menganjurkan pengalaman sebagai basis ilmu pengetahuan, namun ia sendiri tidak
meninggalkan tulisan atau karya yang cukup berarti bagi ilmu pengetahuan.Pendapat
Copernicus berkenaan di bidang astronomi yaitu bumi dan planet semuanya mengelilingi
matahari, sehingga matahari menjadi pusat (heliosentrisisme).Pendapat ini berlawanan
dengan pendapat umum yang berasal dari Hippaarchus dan Ptolomeus yang menganggap
bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (geosentrisisme).Berkenaan dengan pendapat di atas,
Galileo Galilei menerima pendapat tentang prinsip tata surya yang heliosentrisisme. Selain
itu, ia membuat sebuah teropong bintang yang terbesar pada masa itu dan mengamati bebeapa
peristiwa angkasa secara langsung. Ia menemukan beberapa peristiwa penting dalam bidang
astronomi. Ia melihat planet Venus dan Mercurius menunjukkan perubahan-perubahan seperti
halnya bulan, sehingga menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah memancarkan cahaya
sendiri.Langkah-langkah yang dilakukan oleh Galileo dalam bidang ini menanamkan
pengaruh yang kuat bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern, karena menunjukkan
beberapa hal seperti : pengamatan (observation), penyingkiran (elimination), segalaa hal yang
tidak termasuk dalam peristiwa yang diamati, peristiwa tersebut, pengamalan (prediction),
pengukuran (measurement), dan percobaan (experiment) untuk menguji teori yang didasarkan
pada ramalan matematik.

4. Ilmu pada Zaman Modern (17-19 M)

Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesunguhnya sudah dirintis
pada masa Ranaissance, yaitu pada abad XIV, dan dimatangkan oleh ‘gerakan’ Aufklaerung
di abad ke-18. Di dalamnya ada dua indikasi yaitu, pertama, semakin berkurangnya
kekuasaan Gereja, kedua, semakin bertambahnya kekuasaan ilmu pengetahuan.Sehingga
dengan demikian, membawa benua Eropa sebagai basis perkembangan ilmu pengetahuan.

5. Ilmu pada Zaman Kontemporer

Zaman kontemporer adalah era perkembangan terakhir yang terjadi dari abad 20-an
hingga sekarang. Perkembangan ilmu di zaman ini mengalami kemajuan pesat, sehingga
spesialisasi ilmu semakin meningkat.  Hampir seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu
sosial seperti sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, hukum, dan politik serta ilmu-ilmu
eksakta seperti fisika, kimia, dan biologi serta aplikasi-aplikasinya di bidang teknologi
rekayasa genetika, informasi, dan komunikasi.Menurut sejumlah pengamat perkembangan
ilmu pengetahuan bahwa zaman kontemporer identik dengan rekonstruksi, dekonstruksi, dan
inovasi-inovasi teknologi di berbagai bidang. Sasaran rekonstruksi dan dekonstruksi biasanya
teori-teori ilmu sosial, eksakta, dan filsafat yang ada sudah ada sebelumnya,sementara
inovasi-inovasi teknologi semakin hari semakin cepat seperti yang kita saksikan dan nikmati
sekarang ini. Teknologi merupakan buah dari perkembangan ilmu pengetahuan yang
dikembangkan dari generasi ke generasi.Komputer merupakan hasil pengembangan dari
perkembangan listrik (elektronika) yang pada awal penemuannya oleh Faraday belum
diketahui kegunaannya.Penemuan bola lampu oleh Edison disusul oleh penemuan radio,
televisi, dan komputer. Dari komputer berkembang ke PC (private computer), lap top, dan
terakhir simuter yaitu komputer jenis PDA (personal digital assistans).Perkembangan IPTEK
pada zaman ini ditandai oleh adanya rentetan temuan-temuan baru seperti temuan tentang
listrik (Michael Faraday), gaya elektromagnetik (James Clerk Maxwell, 1870) dalil temuan
Sinar-X (Henry Bacquerel). Dengan adanya penemuan tersebut maka banyak masalah praktis
dalam kehidupan manusia yang dapat diselesaikan dengan cepat dan tepat.Di awal zaman
kontemporer ini, ilmu pengetahuan banyak dihasilkan oleh ilmuan Barat. Hal ini mulai
mencuat ketika Barat berhasil menciptakan born atom yang dianggap merupakan salah satu
“produk gemilang” IPTEK, dan menelan korban ratusan ribu jiwa manusia di Hiroshima dan
Nagasaki pada tahun 1945.Namun seiring dengan waktu berjalan, peredaran ilmu
pengetahuan mulai tidak saja berkiblat ke Barat saja, tetapi kini ilmu pengetahuan mulai
dikembangkan di berbagai Negara, khususnya Negara-negara Asia, seperti Jepang, Cina,
Korea, India, dan Iran.

e. Pendekatan Sejarah
Secara garis besar, Amsal Bakhtiar membagi periodisasi sejarah perkembangan ilmu
pengetahuan menjadi empat periode: pada zaman Yunani kuno, pada zaman Islam, pada
zaman renaisans dan modern, dan pada zaman kontemporer. Menurut George J. Mouly,
permulaan ilmu dapat diusut sampai pada permulaan manusia. Tak diragukan lagi bahwa
manusia purba telah menemukan beberapa hubungan yang bersifat empiris yang
memungkinkan mereka untuk mengerti keadaan dunia. Masa manusia purba dikenal juga
dengan masa pra-sejarah.

Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai awal periodisasi ilmu di atas, dapat
ditarik kesimpulan bahwa ilmu lahir seiring dengan adanya manusia di muka bumi, hanya
saja penamaan ilmu-ilmu itu biasanya muncul belakangan. Dalam hal ini, George J. Mouly
berbicara asal muasal ilmu kaitannya dengan manusia, setidaknya ia memaparkan hubungan
antara ilmu dan manusia seperti ayam dan telur. Amsal Bakhtiar memilih untuk memulai
berbicara riwayat ilmu sejak ilmu mulai mudah “terindetifikasi”. Dibawah ini akan
memaparkan perkembangn ilmu pengetahuan sejak diputuskannya penamaan ilmu, yaitu
sejak zaman Yunani.

1. Ilmu dalam Peradaban Zaman Kuno

a. Ilmu pada Zaman Yunani

Di dalam banyak literatur menyebutkan bahwa periode Yunani merupakan tonggak


awal berkembangnnya ilmu pengetahuan dalam sejarah peradaban umat manusia.
Perkembangan ilmu ini dilatarbelakangi dengan perubahan paradigma dan pola pikir yang
berkembang saat itu. Sebelumnya bangsa Yunani masih diselemuti oleh pola pikir
mitosentris, namun pada abad ke 6 SM di Yunani lahirlah filsafat yang dikenal dengan
the greek miracle. Dengan paradigma ini, ilmu pengetahuan berkembang sangat pesat
karena menjawab persoalan disekitarnya dengan rasio dan meninggalkan kepercayaan
terhadap mitologi atau tahayul yang irrasional.

Sebagaimana yang dikatakan oleh George J. Mouly, dia membagi perkembangan ilmu
pada tahap animisme, ilmu empiris dan ilmu teoritis. Pada tahap animisme, manusia
menjelaskan gejala yang ditemuinya dalam kehidupan sebagai perbuatan dewa-dewi, hantu
dan berbagai makhluk halus. Pada tahap inilah pola pikir mitosentris masih sangat kental
mewarnai pemikiran bangsa Yunani sebelum berubah menjadi logosentris.
Seiring dengan berkembangannya jaman, filsafat dijadikan sebagai landasan berfikir
oleh bangsa Yunani untuk menggali ilmu pengetahuan, sehingga berkembang pada
generasi-generasi setelahnya. Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu
yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Karena itu, periode perkembangan filsafat
Yunani merupakan entri poin untuk memasuki peradaban baru umat manusia. Inilah titik
awal manusia menggunakan rasio untuk meneliti dan sekaligus mempertanyakan dirinya
dan alam jagad raya. Jones dalam A History of Western, mengatakan bahwa awal dan akar
kebangkitan filsafat dan sains Barat seperti sekarang ini adalah warisan intelektual Yunani
kuno.

Para ahli pada zaman itu, mencoba membuat konsep tentang asal muasal alam. Corak
dan sifat dari pemikiranya untuk membangun merangkai bangunan ilmu bersifat mitologik
(keteranganya didasarkan atas mitos dan kepercayaan saja). Namun setelah adanya
demitologisasi oleh para pemikir alam seperti Thales (624-548 SM), Anaximenes (590-
528 SM), Phitagoras (532 SM), herakliotos (535-475 SM), Parminides (540-475 SM) serta
banyak lagi pemikir lainya, maka pemikiran filsafat berkembang secara cepat kearah
puncaknya.

Thales, yang dikenal dengan filosof tertua, mengucapakan “semua adalah air”, dengan
kata lain, dia berpendapat bahwa asal alam adalah air. Anaximandros mencoba
menjelaskan bahwa substansi pertama itu bersifat kekal, ada dengan sendirinya. Dia
mengatakan itu udara, udara merupakan sumber segala kehidupan. Heraklitos melihat
alam semesta selalu dalam keadaan berubah. Baginya kosmos tidak pernah berhenti
(diam); ia selalu berubah, dan bergerak. Pernyataan “semua mengalir” berarti semua
berubah bukanlah pernyataan sederhana.

Bertolak belakang dengan Heraklitos, Parmenides berpendapat bahwa realitas


merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah. Phytagoras
berusaha menemukan kunci bagi harmoni universal, baik yang bersifat alamiah maupun
sosial, dan personalitas bilangan. Ia berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama alam
dan sekaligus menjadi ukuran. Unsur-unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas
dan tidak terbatas. Jasa Phytagoras sangat besar dalam pengembangan ilmu, terutama ilmu
pasti dan ilmu alam. Ilmu yang dikembangkan kemudian hari sampai hari ini sangat
bergantung pada pendekatan matematika.
Jadi setiap filosof mempunyai pandangan berbeda mengenai seluk beluk alam
semesta. Perbedaan pandangan bukan selalu berarti negatif, tetapi justru merupakan
kekayaan khazanah keilmuan. Terbukti sebagian pandangan mereka mengilhami generasi
setelahnya.

Ravertz dalam bukunya Filsafat Ilmu menyebutkan, paling tidak ada dua bidang
kelimuan yang dipelajari yang pada waktu itu mendekati kemapanannya, pertama, ilmu
kedokteran, praktek yang setidaknya mencoba menerapkan metode yang menekankan
observasi, dan kedua, geometri yang sedang mengumpulkan setumpukan hasil di seputar
hubungan-hubungan antara ilmu hitung yang disusun secara khusus.

Masa keemasan kelimuan bangsa Yunani terjadi pada masa Aristoteles (384-322 SM).
Ia adalah murid Plato, walaupun ia tidak sepakat dengan gurunya mengenai soal-soal
mendasar. Khususnya, ia menganggap matematika sebagai suatu abstraksi dari kenyataan
ilmiah. Dan ia berhasil menemukan pemecahan persoalan-persoalan besar filsafat yang
dipersatukannya dalam satu sistem: logika, matematika, fisika, dan metafisika. Logika
Aristoteles berdasarkan pada analisis bahasa yang disebut silogisme. Pada dasarnya
silogisme terdiri dari tiga premis:

1. Semua manusia akan mati (premis mayor).

2. Socrates seorang manusia (premis minor).

3. Socrates akan mati (konklusi).

b. Ilmu pada Zaman Romawi

Ilmu pengetahuan yang pernah ditorehkan oleh Bangsa Romawi tidak bisa dilepaskan
dari bangunan ilmu pengetahuan yang telah disumbangkan oleh bangsa Yunani. Di dalam
banyak literatur yang ada, disebutkan bahwa bangsa Romawi merupakan bangsa yang
pertama kali mengaplikasikan teori-teori yang pernah dirumuskan oleh bangsa Yunani,
sehingga mata rantai kelimuan yang mulai memudar yang seolah-olah putus dalam sejarah
perkambangan ilmu pengetahuan bangsa Yunani menjadi tumbuh kembali. Sehingga di
dalam lapangan inovasi ilmu pengetahuan, bangsa Romawi tidak banyak melahirkan para
pemikir yang ulung, konseptor yang handal, dan perumus teori dalam rangka melebarkan
sayap ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, bangsa ini tidak menekankan soal-soal praktis
dan mengabaikan teori ilmiah, sehingga pada masa ini tidak muncul ilmuwan yang
terkemuka. Memang ada dua ilmuan yang sangat besar yang hidup selama pemerintahan
Marcus Aurelius pada abad kedua masehi, namun keduanya adalah bangsa Yunani.
Namun yang perlu dicatat bahwa bangsa Romawi membuat pemikiran spekulatif Yunani
menjadi praktis dan dapat diterapakan dengan mudah.

Kendati demikian, bangsa Romawi bukan berarti tidak memiliki kontribusi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan. Sejarah mencatat bahwa bangsa Romawi memiliki
kemahiran dalam kemampuan keinsinyuran dan keterampilan ketatalaksanaan serta
mengatuur hukum dan pemerintahan.

Sumbangan terbesar bangsa Romawai kepada peradaban manusia terutama dalam


bidang pemikiran sistem hukum dan lembaga-lembaga politik, ada tiga bentuk pemikiran
hukum Romawi yang banyak diadopsi para pemikir Barat, antara lain : Ius Civile, Ius
Gentium, Ius Naturale. Dari segi pemikiran ilmu politik, Romawi memberikan
pemahaman tentang teori imperium, antara lain :

A. Kekuasaan dan otoritas negara

B. equal rights (Persamaan hak politik)

C. Governmental Contract (Kontrak Pemerintah)

D. Pengadaptasian kekuasaan dan keagamaan

Para sejarawan berspekulasi tentang penyebab kegagalan orang Romawi di bidang


pengembangan ilmu. Ada yang mencoba melihat perbudakan yang menghambat dorongan
bagi industri, sebagai penyebabnya.

2. Ilmu dalam Peradaban Abad Pertengahan

Dominasi para teolog pada masa ini mewarnai aktivitas ilmiah pergerakan ilmu
pengetahuan. Hal ini dapat dilihat dari semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa ini
adalah ancillla theologia atau abdi agama. Atau dengan kata lain, kegiatan ilmiah
diarahkan untuk mendukung kebenaran agama. Agama Kristen menjadi problema
kefilsafatan karena mengajarkan bahwa wahyu Tuhanlah yang merupakan kebenaran
sejati. Inilah yang dianggap sebagai salah satu penyebab masa ini disebut dengan Abad
gelap (dark age). Usaha-usaha menghidupkan kembali keilmuan hanya sesekali dilakukan
oleh raja-raja besar seperti Alfred dan Charlemagne.
Namun di Timur terutama di wiayah kekuasaan Islam justru terjadi perkembangan
ilmu pengetahuan yang pesat. Di saat Eropa pada zaman Pertengahan lebih berkutat pada
isu-isu keagamaan, maka peradaban dunia Islam melakukan penterjemahan besar-besaran
terhadap karya-karya filosof Yunani, dan berbagai temuan di lapangan ilmiah lainnya.

 Potret lmu Pengetahuan Periode Islam

Menurut Harun Nasution, keilmuan berkembang pada zaman Islam klasik (650-1250
M). Keilmuan ini dipengaruhi oleh persepsi tentang bagaimana tingginya kedudukan akal
seperti yang terdapat dalam al-Qur`an dan hadis. Persepsi ini bertemu dengan persepsi
yang sama dari Yunani melalui filsafat dan sains Yunani yang berada di kota-kota pusat
peradaban Yunani di Dunia Islam Zaman Klasik, seperti Alexandria (Mesir), Jundisyapur
(Irak), Antakia (Syiria), dan Bactra (Persia). W. Montgomery Watt menambahkan lebih
rinci bahwa ketika Irak, Syiria, dan Mesir diduduki oleh orang Arab pada abad ketujuh,
ilmu pengetahuan dan filsafat Yunani dikembangkan di berbagai pusat belajar. Terdapat
sebuah sekolah terkenal di Alexandria, Mesir, tetapi kemudian dipindahkan pertama kali
ke Syiria, dan kemudian –pada sekitar tahun 900 M– ke Baghdad.

Sekitar abad ke 6-7 Masehi obor kemajuan ilmu pengetahuan berada di pangkuan
perdaban Islam. Dalam lapangan kedokteran muncul nama-nama terkenal seperti : Al-
Ḥāwī karya al-Rāzī (850-923) merupakan sebuah ensiklopedi mengenai seluruh
perkembangan ilmu kedokteran sampai masanya. Rhazas mengarang suatu Encyclopedia
ilmu kedokteran dengan judul Continens, Ibnu Sina (980-1037) menulis buku-buku
kedokteran (al-Qonun) yang menjadi standar dalam ilmu kedokteran di Eropa. Al-
Khawarizmi (Algorismus atau Alghoarismus) menyusun buku Aljabar pada tahun 825 M,
yang menjadi buku standar beberapa abad di Eropa. Ia juga menulis perhitungan biasa
(Arithmetics), yang menjadi pembuka jalan penggunaan cara desimal di Eropa untuk
menggantikan tulisan Romawi. Ibnu Rushd (1126-1198) seorang filsuf yang
menterjemahkan dan mengomentari karya-karya Aristoteles. Al Idris (1100-1166) telah
membuat 70 peta dari daerah yang dikenal pada masa itu untuk disampaikan kepada Raja
Boger II dari kerajaan Sicilia.

Dalam bidang kimia ada Jābir ibn Ḥayyān (Geber) dan al-Bīrūnī (362-442 H/973-
1050 M). Sebagian karya Jābir ibn Ḥayyān memaparkan metode-metode pengolahan
berbagai zat kimia maupun metode pemurniannya. Sebagian besar kata untuk
menunjukkan zat dan bejana-bejana kimia yang belakangan menjadi bahasa orang-orang
Eropa berasal dari karya-karyanya. Sementara itu, al-Bīrūnī mengukur sendiri gaya berat
khusus dari beberapa zat yang mencapai ketepatan tinggi.

Selain disiplin-disiplin ilmu di atas, sebagian umat Islam juga menekuni logika dan
filsafat. Sebut saja al-Kindī, al-Fārābī (w. 950 M), Ibn Sīnā atau Avicenna (w. 1037 M),
al-Ghazālī (w. 1111 M), Ibn Bājah atau Avempace (w. 1138 M), Ibn Ṭufayl atau Abubacer
(w. 1185 M), dan Ibn Rushd atau Averroes (w. 1198 M). Menurut Felix Klein-Franke, al-
Kindī berjasa membuat filsafat dan ilmu Yunani dapat diakses dan membangun fondasi
filsafat dalam Islam dari sumber-sumber yang jarang dan sulit, yang sebagian di antaranya
kemudian diteruskan dan dikembangkan oleh al-Fārābī. Al-Kindī sangat ingin
memperkenalkan filsafat dan sains Yunani kepada sesama pemakai bahasa Arab, seperti
yang sering dia tandaskan, dan menentang para teolog ortodoks yang menolak
pengetahuan asing. Menurut Betrand Russell, Ibn Rushd lebih terkenal dalam filsafat
Kristen daripada filsafat Islam. Dalam filsafat Islam dia sudah berakhir, dalam filsafat
Kristen dia baru lahir. Pengaruhnya di Eropa sangat besar, bukan hanya terhadap para
skolastik, tetapi juga pada sebagian besar pemikir-pemikir bebas non-profesional, yang
menentang keabadian dan disebut Averroists. Di Kalangan filosof profesional, para
pengagumnya pertama-tama adalah dari kalangan Franciscan dan di Universitas Paris.
Rasionalisme Ibn Rushd inilah yang mengilhami orang Barat pada abad pertengahan dan
mulai membangun kembali peradaban mereka yang sudah terpuruk berabad-abad lamanya
yang terwujud dengan lahirnya zaman pencerahan atau renaisans.

Pada zaman itu bangsa Arab juga menjadi pemimpin di bidang Ilmu Alam. Istilah
zenith, nadir, dab azimut membuktikan hal itu. Angka yang masih dipakai sampai
sekarang, yang berasal dari India telah dimasukkan ke Eropa oleh bangsa Arab.
Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang, yaitu :

1. Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskan sedemikian


rupa, sehingga dapat dikenal dunia Barat seperti sekarang ini.

2. Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi,


ilmu kimia, ilmu bumi, dan ilmu tumbuh-tumbuhan.

3. Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar.

3. Ilmu pada Zaman Renainsans (14-16 M)


Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang
mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Orang pertama yang menggunakan istilah
renaisans adalah Michelet. Para sejarahwan biasanya menggunakan istilah ini untuk
menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya di Eropa, dan lebih khusus
lagi di Italia sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Renaisans adalah periode perkembangan
peradaban yang terletak di ujung atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad
modern. Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan
yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Ciri utama renaisans yaitu humanisme,
individualisme, sekulerisme, empirisisme, dan rasionalisme.

Ravertz menuturkan bahwa kemajuan Islam pada abad 12 dengan peradaban yang
lebih tinggi yang terdapat di Spanyol dan Palestina dan sebagian lagi disebabkan
perkembangan kota berbagai kota dengan kelas atanya sangat memberikan pengaruh besar
munculnya renaisans ditengah-tengah abad gelap yang melanda Eropa. Dari pergaulan
dengan peradaban Islam ini, muncullah karangan-karangan spekulatif sederhana tentang
filsafat ilmiah. Abad ke-13 menyaksikan berdirinya universitas dan zaman kebesaran
pengetahuan skolastik. Thomas Aquinas, seorang teolog terkemuka dan Roger Bacon,
penganjur metode eksperimental, termasuk dalam zaman ini.

Ilmu pengetahuan yang berkemang maju pada masa ini adalah bidang astronomi.
Tokoh-tokohnya yang terkenal antara lain : Roger Bacon, Copernicus, Galileo Galilei.
Bacon berpendapat bahwa matematika meruakan syarat mutlak untuk mengolah semua
pengetahuan. Sekalipun ia menganjurkan pengalaman sebagai basis ilmu pengetahuan,
namun ia sendiri tidak meninggalkan tulisan atau karya yang cukup berarti bagi ilmu
pengetahuan.

Pendapat Copernicus berkenaan di bidang astronomi yaitu bumi dan planet


semuanya mengelilingi matahari, sehingga matahari menjadi pusat (heliosentrisisme).
Pendapat ini berlawanan dengan pendapat umum yang berasal dari Hippaarchus dan
Ptolomeus yang menganggap bahwa bumi sebagai pusat alam semesta (geosentrisisme).

Berkenaan dengan pendapat di atas, Galileo Galilei menerima pendapat tentang


prinsip tata surya yang heliosentrisisme. Selain itu, ia membuat sebuah teropong bintang
yang terbesar pada masa itu dan mengamati bebeapa peristiwa angkasa secara langsung. Ia
menemukan beberapa peristiwa penting dalam bidang astronomi. Ia melihat planet Venus
dan Mercurius menunjukkan perubahan-perubahan seperti halnya bulan, sehingga
menyimpulkan bahwa planet-planet tidaklah memancarkan cahaya sendiri.

Langkah-langkah yang dilakukan oleh Galileo dalam bidang ini menanamkan


pengaruh yang kuat bagi perkembangan ilmu pengetahuan modern, karena menunjukkan
beberapa hal seperti : pengamatan (observation), penyingkiran (elimination), segalaa hal
yang tidak termasuk dalam peristiwa yang diamati, peristiwa tersebut, pengamalan
(prediction), pengukuran (measurement), dan percobaan (experiment) untuk menguji teori
yang didasarkan pada ramalan matematik.

4. Ilmu pada Zaman Modern (17-19 M)

Perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman modern ini sesunguhnya sudah dirintis
pada masa Ranaissance, yaitu pada abad XIV, dan dimatangkan oleh ‘gerakan’
Aufklaerung di abad ke-18. Di dalamnya ada dua indikasi yaitu, pertama, semakin
berkurangnya kekuasaan Gereja, kedua, semakin bertambahnya kekuasaan ilmu
pengetahuan. Sehingga dengan demikian, membawa benua Eropa sebagai basis
perkembangan ilmu pengetahuan.

a. Abad ke-17 sampai 18 (abad klasik-Aufklaerung)

Pada abad ke-17 terjadi perumusan kembali yang radikal terhadap objek-objek dan
fungsi-fungsi pengetahuan alamiah. Pada abad ini, wacana epistemologi pada ilmu
pengetahuan mendapat perhatian penting dalam sejarahnya. Untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang bersifat epistimologis ini, maka dua aliran filsafat yang memberikan
jawaban berbeda, bahkan saling bertentangan. Aliran filsafat tersebut ialah rasionalisme
dan emperisme.

Menjelang abad k-18, mulailah revolusi industri yang mentransformasikan Eropa dari
masyarakat agraris menjadi masyarakat perkotaan; pada akhir abad inilah terjadi Revolusi
Perancis, aktivitas ilmu mengalami perubahan-perubahan yang sedemikian rupa. Gaya
dominan ilmu di zaman revolusi adalah matematis. Dalam penerapannya, metode-metode
yang digunakan beruapa rasionalisasi

Selanjutnya tokoh penemu di bidang sains pada zaman modern, khususnya pada abad
ke-17-18 M, yaitu : Sir Isaac Newton (1643-1727 M), Leibniz (1646-1716 M), Joseph
Black (1728-1799 M), Joseph Prestley (1733-1804 M), Antonie Laurent Lavoiser (1743-
1794 M), dan J.J. Thompson (1897 M). Newton adalah penemu teori gravitasi,
perhitungan calculus, dan optika yang mendasari ilmu alam. Pada masa Newton, ilmu
yang berkembang adalah matematika, fisika, dan astronomi. J.J. Thompson menemukan
elektron. Dengan penemuannya ini, maka runtuhlah anggapan bahwa atom adalah bahan
terkecil dan mulailah ilmu baru dalam kerangka kimia-fisika yaitu fisika nuklir.

b. Abad ke-19

Selama abad ke-19, bangsa-bangsa industri maju Eropa membaurkan akibat-akibat


revolusi industri dengan revolusi Perancis. Satu demi satu disiplin ilmiah mengalami
kemajuan serupa dalam pencapaian sistem yang sistematis dan dalam penciptaan lembaga-
lembaga pengembangan aktivitas ilmiah.

Abad ke-19 merupakan abad emas dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Ilmu
meluas menjadi bidang-bidang penelitian dan sangat berhasil. Perluasan itu meliputi
penggabungan matemaika dengan eksperimen fisika, penerapan teori kepada eksperimen
dalam kimia, dan eksperimen yang terkendali dalam biologi.

Edisi-edisi Encyclopedia Britannica yang terbit di penghujung abad ini, dengan paparan
historisnya yang panjang mengenai tiap ilmu, adalah monumen bagi abad ini dan
merupakan sumber informasi yang sangat berharga bagi para pelajar. Perkembangan ilmu
pada abad ke-18 telah melahirkan ilmu seperti taksonomi, ekonomi, kalkulus, dan statistika,
sementara pada abad ke-19 lahirlah pharmakologi, geofisika, geomophologi, palaentologi,
arkeologi, dan sosiologi. Pada tahap selanjutnya, ilmu-ilmu zaman modern memengaruhi
perkembangan ilmu zaman kontemporer.

5. Ilmu pada Zaman Kontemporer

Zaman kontemporer adalah era perkembangan terakhir yang terjadi dari abad 20-an
hingga sekarang. Perkembangan ilmu di zaman ini mengalami kemajuan pesat, sehingga
spesialisasi ilmu semakin meningkat. Hampir seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-
ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, hukum, dan politik serta
ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, kimia, dan biologi serta aplikasi-aplikasinya di bidang
teknologi rekayasa genetika, informasi, dan komunikasi.

Menurut sejumlah pengamat perkembangan ilmu pengetahuan bahwa zaman


kontemporer identik dengan rekonstruksi, dekonstruksi, dan inovasi-inovasi teknologi di
berbagai bidang. Sasaran rekonstruksi dan dekonstruksi biasanya teori-teori ilmu sosial,
eksakta, dan filsafat yang ada sudah ada sebelumnya,sementara inovasi-inovasi teknologi
semakin hari semakin cepat seperti yang kita saksikan dan nikmati sekarang ini.
Teknologi merupakan buah dari perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan
dari generasi ke generasi. Komputer merupakan hasil pengembangan dari perkembangan
listrik (elektronika) yang pada awal penemuannya oleh Faraday belum diketahui
kegunaannya. Penemuan bola lampu oleh Edison disusul oleh penemuan radio, televisi,
dan komputer. Dari komputer berkembang ke PC (private computer), lap top, dan terakhir
simuter yaitu komputer jenis PDA (personal digital assistans).

Perkembangan IPTEK pada zaman ini ditandai oleh adanya rentetan temuan-temuan
baru seperti temuan tentang listrik (Michael Faraday), gaya elektromagnetik (James Clerk
Maxwell, 1870) dalil temuan Sinar-X (Henry Bacquerel). Dengan adanya penemuan
tersebut maka banyak masalah praktis dalam kehidupan manusia yang dapat diselesaikan
dengan cepat dan tepat.

Di awal zaman kontemporer ini, ilmu pengetahuan banyak dihasilkan oleh ilmuan
Barat. Hal ini mulai mencuat ketika Barat berhasil menciptakan born atom yang dianggap
merupakan salah satu “produk gemilang” IPTEK, dan menelan korban ratusan ribu jiwa
manusia di Hiroshima dan Nagasaki pada tahun 1945.

Namun seiring dengan waktu berjalan, peredaran ilmu pengetahuan mulai tidak saja
berkiblat ke Barat saja, tetapi kini ilmu pengetahuan mulai dikembangkan di berbagai
Negara, khususnya Negara-negara Asia, seperti Jepang, Cina, Korea, India, dan Iran.
Bahkan, Jurnal Newscientist memuat hasil penelitian Science-Metrix, sebuah perusahaan
di Motreal, Kanada yang melakukan evaluasi atas perkembangan dan produk ilmu
pengetahuan serta teknologi di berbagai negara. Dalam laporan hasil penelitiannya,
Science-Metrix menyebutkan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan di negara Iran sebelas
kali lebih cepat dibandingkan negara-negara lainnya di dunia. Perusahaan itu mengamati
adanya “pergeseran geopolitis dalam bidang ilmu pengetahuan dan karya” yang
dihasilkan negara-negara di dunia. Menurut Science-Metrix, banyaknya karya-karya
ilmiah yang dimuat di Web of Science menunjukkan bahwa standar pertumbuhan karya
ilmiah di Timur Tengah, khususnya di Iran dan Turki, nyaris mendekati angka empat kali
lebih cepat dari rata-rata pertumbuhan di dunia.
C. Era kebangkitaan ilmu pengetahuan

a. Yunani kuno

Yunani kuno adalah tempat bersejarah dimana sebuah bangasa memiliki peradaban.
Pada filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah berkembang jauh sebelum para filsof
kelasik yunani menjadi yang sangat brharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada
generasi-enerasi setelahnya.

Seiring berjalannya waktu, filsafat dijadiakan sebagai landasan berfikir oleh bangsa
yunani untuk menggali ilmu pengetahuan, sehingga berkembang sehingga berkembang pada
generasi-generasi setelahnya.

a) Thales [624-545 SM]

Kurang lebih 600 tahun sebelu Nabi Isa [Yesus] terlahir,muncul sosok pertama dari
Tridente Miletus yaitu Thales yang menggebrak cara berfikir mitologis masyarakat
Yunani dalam menjelaskan segala sesuatu.
b) Pyhagoras [580 SM-500 SM]

Pyhagoras dikenal sebagai bapak bialangan, dan salah satu peninggalan pyhagoras
yang terkenal adlah teorema pyhagoras, yang menyangkut bahwa kuadrat hipotenusa
dari suatu segitiga siku-siku adlah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya
[sisi-sisi siku-sikunya].
c) Socrates [469 SM-399 SM]

Sumbangsih socrates yang di kenal sebagai metode elenchos,yang banyak diterapkan


untuk menguji konsep moral, dan jugak filsagat secara umum. Priode setelah socrates
ini disebut dengan zaman keemasan klimuan bangsa yunani, karna pada zaman ini
kajian-kajian kelimuan yang muncul adalah perpaduan antara filsafat alam dan filsafat
tentang manusia.
d) Plato [427 SM-347 SM]

Ia adlah murid socrates dan guru dari Aristotels,karyanya yang paling terkenalal ialah
Republik [politeia] dimana ia menguraikan garis besar pandangannya dengan keadaan
ideal. Didunia ideal semuanya sangat sempurna. Pelato yang hidup diawal abad ke-4
SM, adlah seorang filsuf earliest paling tua yang tulisan-tulisannya masih menghiasi
dunia akadmisi hingga saat ini.
e) Aristoteles [384 SM-322 SM]

Aristotels adalah seorang filsuf yunani, murid dari pelato dan guru dari Alexander
yang agung. Ia memberikan kontribusi di bidang Matafisika ,fisika, etika, politik, ilmu
kedokteran,dan ilmu alam.

b. Abad pertengahan

Sejarah dunia antara abad ke-5 sampai abad ke-15, lihat Sejarah pascaklasik. Abad
Pertengahan dalam sejarah Eropa berlangsung dari abad ke-5 sampai abad ke-15 Masehi.
Abad Pertengahan bermula sejak runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat dan masih berlanjut
manakala Eropa mulai memasuki Abad Pembaharuan dan Abad Penjelajahan. Sejarah Dunia
Barat secara tradisional dibagi menjadi tiga kurun waktu, yakni Abad Kuno, Abad
Pertengahan, dan Zaman Modern. Dengan kata lain, Abad Pertengahan adalah kurun waktu
peralihan dari Abad Kuno ke Zaman Modern. Abad Pertengahan masih terbagi lagi menjadi
tiga kurun waktu, yakni Awal Abad Pertengahan, Puncak Abad Pertengahan, dan Akhir Abad
Pertengahan.

Salib Matilda, sebuah crux gemmata, dibuat untuk Matilda, Abdis Essen (973–1011),
yang ditampilkan sedang berlutut di hadapan Bunda Maria dan kanak-kanak Yesus dalam
lukisan email mini di kaki salib. Sosok Kristus ditambahkan lebih belakangan. Salib yang
kemungkinan besar dibuat di Köln atau di Essen ini memperlihatkan sejumlah teknik kriya
Abad Pertengahan, yakni teknik ukir figuratif, teknik filigrana, teknik pelapisan email, teknik
gilap dan tatah permata, dan pemanfaatan kembali kameo dan ukiran permata klasik.

Penurunan jumlah penduduk, kontraurbanisasi, invasi, dan perpindahan suku-suku


bangsa, yang berlangsung sejak Akhir Abad Kuno, masih berlanjut pada Awal Abad
Pertengahan. Perpindahan-perpindahan penduduk berskala besar pada Zaman Migrasi juga
mencakup perpindahan suku-suku bangsa Jermanik yang mendirikan kerajaan-kerajaan baru
di bekas wilayah Kekaisaran Romawi Barat. Pada abad ke-7, Afrika Utara dan Timur Tengah
—bekas wilayah Kekaisaran Bizantin—dikuasai oleh Khilafah Bani Umayyah, sebuah
kekaisaran Islam, setelah ditaklukkan oleh para pengganti Muhammad. Meskipun pada Awal
Abad Pertengahan telah terjadi perubahan-perubahan mendasar pada tatanan kemasyarakatan
dan politik, pengaruh Abad Kuno belum benar-benar hilang. Kekaisaran Bizantin yang masih
cukup besar tetap sintas di kawasan timur Eropa. Kitab undang-undang Kekaisaran Bizantin,
Corpus Iuris Civilis atau "Kitab Undang-Undang Yustinianus", ditemukan kembali di Italia
Utara pada 1070, dan di kemudian hari mengundang decak kagum dari berbagai kalangan
sepanjang Abad Pertengahan. Sebagian besar dari kerajaan-kerajaan yang berdiri di kawasan
barat Eropa melembagakan segelintir pranata Romawi yang tersisa. Biara-biara didirikan
seiring gencarnya usaha mengkristenkan kaum penganut kepercayaan leluhur di Eropa.
Orang Franka di bawah pimpinan raja-raja wangsa Karoling, mendirikan Kekaisaran
Karoling pada penghujung abad ke-8 dan permulaan abad ke-9. Meskipun berjaya menguasai
sebagian besar daratan Eropa Barat, Kekaisaran Karoling pada akhirnya terpuruk akibat
perang-perang saudara di dalam negeri dan invasi-invasi dari luar negeri, yakni serangan
orang Viking dari arah utara, serangan orang Magyar dari arah timur, dan serangan orang
Sarasen dari arah selatan.

Pada Puncak Abad Pertengahan, yang bermula sesudah tahun 1000 Masehi, populasi
Eropa meningkat pesat berkat munculnya inovasi-inovasi di bidang teknologi dan pertanian
yang memungkinkan berkembangnya perniagaan. Lonjakan populasi Eropa juga disebabkan
oleh perubahan iklim selama periode Suhu Hangat Abad Pertengahan yang memungkinkan
peningkatan hasil panen. Ada dua tatanan kemasyarakatan yang diterapkan pada Puncak
Abad Pertengahan, yakni Manorialisme dan Feodalisme. Manorialisme adalah penertiban
rakyat jelata menjadi pemukim di desa-desa, dengan kewajiban membayar sewa lahan dan
bekerja bakti bagi kaum ningrat; sementara feodalisme adalah struktur politik yang
mewajibkan para kesatria dan kaum ningrat kelas bawah untuk maju berperang membela
junjungan mereka sebagai ganti anugerah hak sewa atas lahan dan tanah pertuanan (bahasa
Inggris: manor). Perang Salib, yang mula-mula diserukan pada 1095, adalah upaya militer
umat Kristen Eropa Barat untuk merebut kembali kekuasaan atas Tanah Suci dari umat Islam.
Raja-raja menjadi kepala dari negara-negara bangsa yang tersentralisasi. Sistem
kepemimpinan semacam ini mengurangi angka kejahatan dan kekerasan, namun membuat
cita-cita untuk menciptakan suatu Dunia Kristen yang bersatu semakin sukar diwujudkan.
Kehidupan intelektual ditandai oleh skolastisisme, filsafat yang mengutamakan keselarasan
antara iman dan akal budi, dan ditandai pula oleh pendirian universitas-universitas. Teologi
Thomas Aquinas, lukisan-lukisan Giotto, puisi-puisi Dante dan Chaucer, perjalanan-
perjalanan Marco Polo, dan katedral-katedral berlanggam Gothik semisal Katedral Chartres,
adalah segelintir dari capaian-capaian menakjubkan pada penghujung kurun waktu Puncak
Abad Pertengahan dan permulaan kurun waktu Akhir Abad Pertengahan.

Akhir Abad Pertengahan ditandai oleh berbagai musibah dan malapetaka yang meliputi
bencana kelaparan, wabah penyakit, dan perang, yang secara signifikan menyusutkan jumlah
penduduk Eropa; antara 1347 sampai 1350, wabah Maut Hitam menewaskan sekitar sepertiga
dari penduduk Eropa. Kontroversi, bidah, dan Skisma Barat yang menimpa Gereja Katolik,
terjadi bersamaan dengan konflik antarnegara, pertikaian dalam masyarakat, dan
pemberontakan-pemberontakan rakyat jelata yang melanda kerajaan-kerajaan di Eropa.
Perkembangan budaya dan teknologi mentransformasi masyarakat Eropa, mengakhiri kurun
waktu Akhir Abad Pertengahan, dan mengawali kurun waktu.

c. Eropa modern

Eropa modern mengacu pada zaman sejarah Eropa antara tahun 1789 atau 1792 (tahun-
tahun awal dan puncak Revolusi Prancis) dan saat ini.

A. Eropa Modern merupakan sebuah masa dalam sejarah Eropa antara akhir Abad
Pertengahan dan awal Revolusi Industri, sekitar akhir abad ke-15 hingga akhir abad ke-18.
Para sejarawan dengan berbagai cara menandai Periode modern awal dengan penemuan
mesin cetak huruf lepas pada 1450-an, kejatuhan Konstantinopel dan akhir Perang Seratus
Tahun pada 1453, akhir Perang Mawar pada 1487, permulaan Renaisans Tertinggi di Italia
pada 1490-an, akhir Reconquista dan selanjutnya Pelayaran Kristoforus Kolumbus ke
Amerika pada 1492, atau awal Reformasi Protestan pada 1517. Tanggal pasti dari titik
akhirnya juga bervariasi dan biasanya dihubungkan dengan permulaan Revolusi Prancis pada
1789 atau dengan awal Revolusi Industri yang lebih ditentukan di Inggris akhir abad ke-18.

Beberapa tren dan peristiwa yang menonjol dari periode modern termasuk reformasi dan
konflik agama yang dipicunya (termasuk) perang agama prancis dan perang tiga puluh
tahun ), kebangkitan kapitalisme dan negara- bangsa modern ,perburuan penyihir yangmeluas
dankolonisasi eropa di amerika.

Periode modern ditandai dengan perubahan besar dalam banyak bidang usaha manusia.
Di antara yang paling penting termasuk pengembanganilmu pengetahuan sebagai praktik
formal, kemajuan teknologi yangsemakin pesat , dan pembentukan politik sipil yangsekular,
pengadilan hukum , dan negara bangsa . ekonomi mulai berkembang dalam bentuk yang baru
lahir, pertama di republik italia utara seperti genoa dan venesia serta di kota-kota negara-
negara rendah , dan kemudian di prancis , jerman dan inggris. Periode modern awal juga
menyaksikan kebangkitan dan keunggulan teori ekonomimerkantilisme. Dengan demikian,
periode modern awal sering kali dengan penurunan dan akhirnya akhirnya (setidaknya
di .)eropa barat ) feodalisme dan perbudakan . reformasiprotestan sangat mengubah
keseimbangan agama susunankristen , menciptakan oposisi baru yang tangguh terhadap
dominasi gereja katolik , khususnya di eropa utara. Periode modern awal juga
menyaksikanpenjelajahan bumi dan pembentukan kontak eropa reguler denganamerikadan
asiaselatan dan timur. Kebangkitan berikutnya dari sistem global exchange ekonomi, budaya
dan intelektual internasional memainkan peran penting dalam perkembangankapitalisme dan
merupakan fase awal globalisasi.

Terlepas dari tanggal tepat yang digunakan untuk menentukan titik awal dan akhir,
periode modern awal umumnya disepakati terdiri dari renaisans , reformasi , revolusi ilmiah ,
dan pencerahan. Dengan demikian, sejarah telah mendasarkan perubahan-perubahan
mendasar untuk periode, peningkatan pesat dariilmu pengetahuan dan teknologi , yang
sekularisasi dari politik , dan pengecilan berwenang mutlak dari gereja katolik romaserta
mengurangi pengaruh semua agama terhadap pemerintah nasional. Banyak sejarah telah
menemukan ide modern awal sebagai zaman di mana individu mulai menganggap diri
mereka sebagai bagian dari pemerintahan nasional — sebuah terobosan penting dari
pertengahan abad pertengahan, yang sebagian besar didasarkan padaagama (milik
kekristenanuniversal). ), bahasa, atau kesetiaan feodal (milik manor atau rumah tangga besar
dariraja atau bangsawan tertentu ).

Awal periode modern awal tidak jelas, tetapi secara umum diterima pada akhir abad ke-
15 atau awal abad ke-16. Tanggal-tanggal penting dalam fase transisi dari abad pertengahan
ke eropa awal modern dapat dicatat:

• 1450

Penemuan proses pencetakantipe bergerakEropa pertama oleh Johannes Gutenberg, sebuah


perangkat yang mendasarkan perubahan sirkulasi informasi. Jenis bergerak, yang mendukung
karakter individu untuk diatur untuk membentuk kata-kata dan yang merupakan terpisah dari
mesin cetak, telah ditemukan sebelumnya di Cina.

• 1453

Penaklukan Konstantinopel oleh Ottoman menandakan berakhirnya kekaisaran Bizantium;


yang Pertempuran Castillon menyimpulkan Perang Seratus Tahun 1485
Raja Plantagenet terakhir dari Inggris, Richard III , mati di Bosworthdan perang
saudaraabad pertengahandari faksi-faksi aristokrat memberi jalan kepada
monarkiTudormodern awal , dalam pribadi Henry VII .

• 1492

Pelayaran Eropa pertama yang menjadi AmerikaOleh penjelajah Genoa Christopher


Columbus; akhir Reconquista , dengan pengusiran terakhir orang-orang Moor dari
Semenanjung Iberia; pemerintah Spanyol mengusir orang-orang Yahudi .

• 1494

Raja Prancis Charles VIII menginvasi Italia, secara drastis mengubah status quo dan
memulai serangkaian perang yang akan menjadi Renaisans Italia .

• 1513

Perumusan pertama politikmodern dengan terbitnya Machiavelli ‘S The Prince .

• 1517

NS Reformasi dimulai dengan Martin Luther memakunya tesis sembilan puluh lima ke
pintu gereja di Wittenberg , Jerman .

• 1526

Ferdinand I, Kaisar Romawi Suci memperoleh mahkota Bohemia dan Hongaria .

• 1545

NS Council of Trent dimulai Kontra-Reformasi dan tanda akhir abad pertengahan Gereja
Katolik Roma.

Tanggal akhir periode modern awal beragam dengan Revolusi Industri , yang dimulai di
Inggris pada sekitar tahun 1750, atau awal Revolusi Prancis pada tahun 1789, yang secara
dramatis mengubah keadaan politik Eropa dan mengantarkan Era Napoleondan modern
Eropa.

Peran bangsawan dalam Sistem Feodal telah menghasilkan gagasan Hak Ilahi Raja
selamat Abad Pertengahan(pada kenyataannya, konsolidasi kekuasaan dari bangsawan
pemilik tanah ke raja tituler adalah salah satu tema yang paling menonjol dari Abad). Di
antara perubahan politik yang paling menonjol termasuk penghapusanperbudakandan
kristalisasi kerajaan menjadi negara-bangsa. Mungkin bahkan lebih signifikan, dengan
munculnyaReformasi , gagasan tentang Susunan Kristensebagai entitas politik yang
bertentangan. Banyak raja dan penguasa menggunakan perubahan radikal dalam pemahaman
dunia ini untuk lebih mengkonsolidasikan mereka atas wilayah mereka. Misalnya, banyak
negara bagian Jerman (dan jugaReformasi Inggris ) beralih ke Protestan dalam upaya untuk
lepas dari genggaman Paus.

Perkembangan intelektual dari periode termasuk penciptaan teori ekonomi


merkantilisme dan publikasi karya yang selalu berpengaruh dalam politik dan sosial filsafat ,
seperti Machiavelli ‘S The Prince (1513) dan Thomas More ‘ S Utopia (1515).

D. Tokoh-Tokoh Ilmu Pengetahuan Dalam Masa Yunani Kuno, Abad Pertengahan,


Zaman Modern

a. Masa Yunani Kuno

1. Socrates

diperkirakan lahir dari ayah yang berprofesi sebagai seorang pemahat patung dari
batu bernama Sophroniskos. Di kemudian hari, Sokrates meneruskan pekerjaan ayahnya,
seperti kebiasaan orang-orang pada masanya. Ibunya bernama Phainarete berprofesi sebagai
seorang bidan, dari sinilah Sokrates menamakan metodenya berfilsafat dengan metode
kebidanan nantinya. Sokrates lahir bukan dari keluarga yang kaya, bahkan cenderung tidak
mampu. Ia hanya mengenyam pendidikan secukupnya, tidak seperti bangsawan-bangsawan
pada masanya. Sokrates beristri seorang perempuan bernama Xantippe dan dikaruniai tiga
orang anak.

Secara historis, filsafat Sokrates mengandung pertanyaan karena Sokrates sendiri


tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Sesuatu yang dikenal sebagai pemikiran
Sokrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan Plato, Xenophone (430-357) SM, dan
siswa-siswa lainnya yang paling terkenal di antaranya adalah penggambaran Sokrates dalam
dialog-dialog yang ditulis oleh Plato. Dalam karya-karyanya, Plato selalu menggunakan nama
gurunya sebagai tokoh utama sehingga sangat sulit memisahkan gagasan Sokrates yang
sesungguhnya dengan gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Sokrates. Nama Plato
sendiri hanya muncul tiga kali dalam karya-karyanya sendiri yaitu dua kali
dalam Apologi dan sekali dalam Phaedrus.[3]
Sokrates dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas
kaki dan berkeliling mendatangi masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan
ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar
seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih
bijak dari Sokrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara
tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada
saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya
inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan yang
membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya
pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut
tentang satu masalah kepada orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap
kali orang yang diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Sokrates
membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling
bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak
pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Anak muda pada masa itu banyak yang tertarik dan mendukung Sokrates. Bahkan,
diceritakan bahwa anak muda pada masa itu lebih memilih untuk mendengarkan Sokrates
ketimbang orangtua nya. Cara berfilsafatnya telah memunculkan rasa sakit hati terhadap
Sokrateskarena setelah penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap
bijak oleh masyarakat ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka ketahui.
Rasa sakit hati inilah yang nantinya akan berujung pada kematian Sokrates melalui peradilan
dengan tuduhan merusak generasi muda. Sebuah tuduhan yang sebenarnya bisa dengan
gampang dipatahkan melalui pembelaannya sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato.
Sokrates pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan cara
meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari pengadilan dengan
hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.
Sokrates sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalam Krito, dengan
bantuan para sahabatnya. Namun, dia menolak atas dasar kepatuhannya pada satu
kesepakatan yang telah dia jalani dengan hukum di kota Athena. Keberaniannya dalam
menghadapi maut digambarkan dengan indah dalam Phaedo karya Plato. Kematian Sokrates
dalam ketidakadilan peradilan menjadi salah satu peristiwa peradilan paling bersejarah
menurut masyarakat Barat setelah peradilan Yesus Kristus.
Peninggalan pemikiran Sokrates yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat
dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu dialektika.
Pengejaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi
para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga
dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah
sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia
ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di kemudian hari.

2. Plato

Plato merupakan seorang filsuf dan Matematikawan Yunani  yang terlahir di Athena
pada tahun 427 SM, dan meninggal pada tahun 347 SM di Athena pada usia 80 tahun. Ia
berasal dari keluarga Aritokrasi yang turun menurun memegang politik penting dalam politik
Athena. Ia bercita-cita menjadi orang negara. Tetapi perkembangan politik dimasanya tidak
memberi kesempatan padanya untuk mengikuti  jalan hidup yang diingininnya itu. Namanya
bermula ialah Aristokles, Plato merupakan nama pemberian gurunya. Ia memperoleh nama
itu berhubung dengan dahi dan bahunya yang amat lebar. Akhirnya nama Plato digunakan
dalam setiap karya yang  ia hasilkan.

Plato adalah sosok dengan perawakan tiggi dan tegap, raut wajahnya, bentuk wajahnya,
serta  parasnya membentuk perawakan  yang nampak bagus dan harmonis. Akhirnya dalam
tubuh besar dan sehat inilah pemikiran-pemikiran yang mendalam dan tajam. Yang
pandangan matanya seolah-oleh menggambarkan ia hendak mengisi dunia ini dengan cita-
citanya. Pelajaran yang diperolehnya dimasa kecil, selain pelajaran umum adalah
menggambar dan melukis disambung dengan belajar musik dan puisi. Sebelum dia dewasa,
dia sudah pandai membuat karangan yang bersajak. Dimasa itu Plato mendapat didikan dari
guru-guru filosofi. Pelajaran filosofi mula-mula diperolehnya dari Kratylos. Kratylos
dahulunya adalah murid Herakleitos yang mengajarkan "semuanya berlalu sepertiair". Sejak
umur 20 tahun Plato mengikuti pelajaran Sokrates yang memberikan kepuasan baginya.

1. KELUARGA DAN MASA KECIL PLATO

Plato lahir dari dalam keluarga Aristokrat yang terpandang pada masa itu, yaknikeluarga
yang turun-temurun memegang peran politik di Athena. Ayah Plato yang bernama Ariston
merupakan seorang yang dikatakan keturunan Raja Athena, Codrus dan Raja Messenia,
Melantus. Sementara itu ibu Plato bernama Perictione berasal dari keluarga terpandang dan
terpelajar, kebanyakan keluarganya adalah penegak hukum dan sastrawan. Plato memiliki 3
saudara kandung, yakni 2 orang saudara lelaki bernama Adeimantus dan Glaucon serta
seorang saudari bernama Potone.

Plato dididik oleh Ayah keduanya Pyrilampes. Pyrilampes ialah paman Plato yang
dinikani ibunya setelah Ariston meninggalsaat Plato masih kecil. Paman yang menjadi ayah
tiri Plato adalah seorang Duta Yunani untuk Persia, dan tokoh yang disegani di Athena.
Pyrilampes pernah menikah dan memiliki seorang anak lelaki yang bernama Demus.

Tidak hanya memiliki fisik yang kuat, Plato juga memiliki otak yang cerdasdan
kerendahan hati yang mulia. Ia dikenalsebagai anak yang cepat tanggap, senang belajar, dan
tidak sombong. Ia mampu menguasai pelajra tata bahasa,music dan olahraga denganbaik
semasa kecilnya. Ia juga sudah mulai menghadiri kelas filosofi sebelum ia mengenal
Socrates. Mula-mula pelajaran filsafat ia terimadari Kratylos, yang merupakan murid dari
Heraclitus yang mengajarkan segala hal dalam kehidupan ini mengalir seperti air.

2. PROFIL DAN BIOGRAFI PLATO

Tidak lama sesudah Sokrates meninggal, Plato pergi dari Athena. Itulah permulaan ia
mengembara 12 tahun lamanya dari tahun 399 SM. Mula-mula ia pergike Megara, tempat
Euklides mengajarkan filosofinya. Ada yang mengatakan bahwa ia disitu mengarang
beberapa dialog, yang mengenai berbagai macam pengertian dalam masalah hidup,
berdasarkan ajaran Sokrates. Dari Megara ia pergi ke Kyrena, diaman ia memperdalam
pengetahuannya tentang matematika pada seorang guru yang bernama Theodoros. Disana ia
juga mengajarkan filosofi dan mengarang buku-buku. Kemudian ia pergi ke Italia Selatan
teruske Sirakusa di pulau sisiria, yang pada waktu itu diperintah oleh seorang tiran yang
bernama Dionysios. Dionysios mengajak Plato tinggal di istananya. Ia merasa bangga kalau
diantara orang-orang yang mengelilinginya terdapat pujangga dari dunia Grik yang kesohor
namanya. Disitulah Plato belajar kenal dengan ipar Raja Dionysios yang masih muda
bernama Dion, yang akhirnya menjadi sahabat karibnya. Diantara mereka berdua terdapat
kata sepakat, supaya Plato mempengaruhi Dionysios dengan ajaran filosofinya, agar supaya
tercapai suatu perbaikan sosial.

Seolah-olah datang baginya untuk melaksanakan teorinya tentang pemerintah yangbaik


dalam praktik. Sudah lama tertanam didalam kalbunya, bahwa kesengsaraan didunia tidak
akan berakhir sebelum filosof menjadi raja atau raja-raja menjadi filosof. Tetapi ajaran Plato
yang dititik-beratkan kepada pengertia moral dalam segala perbuatann, lambat laun
menjemukan Dianysios. Pada tahun 367SM. Setelah Plato 20 tahun menetap dalam
akademia, diterimanya undangan desakan dari Dion untuk datang ke Sirakusa. Dianysios
yang jahat sudah meninggal. Ia digantikan oleh anaknya dengan nama Dionysios II. Dion
berharap supaya plato dapat mendidik dan mengajarkan kepada raja yang masih muda itu
"Pandangan filosofi tentang kewajiban pemerintahan menurut pendapat Plato", tertarik oleh
cita-citanya untuk melaksanakan teori pemerintahannya didalam praktik, Plato berangkat ke
Sirakusa dan ia disambut oleh raja dengan gembira. Tetapi bagi raja itu filosofi tidak begitu
menarik, akhirnya intrigue, fitnah dan hasutan merajalela dalam istana.

3. PEMIKIRAN DAN AJARAN PLATO

Pemikiran yang dicetuskan Plato bahwa intisari dari filosofi Plato ialah pendapatnya
tentang idea. Itu adalah suatu ajaran yang sulit memahamkannya. Salah satu sebabnya yaitu
bahwa  pahamnya tentang idea selalu berkembang. Bermula idea itu dikemukakan sebagai
teori logika kemudian meluas menjadi pandangan hidup Herakleitos, dan alam pengertian
yang abstrak dimana berlaku pandangan Parmenides. Dalam bidang pertama yang ada hanya
kiraan sebab kalau semuanya mengalir dengan tidak berhenti, tiap barang tiap orang pada
setiap waktu hanya berupa seperti yang terbayang dimukanya. Maka manusia menjadi ukuran
dari segalanya, seperti yang dikatakan oleh Protagoras.

Tetapi pengetahuan memberikan apa  yang tetap adanya, yaitu idea. Berlakunya idea itu
tidak bergantung kepada pandangan dan pendapat orang banyak. Ia timbul semata-mata
karena kecerdasan berfikir. Pokok tinjauan filosofi Plato ialah mencari pengetahuantentang
pengetahuan. Ia bertolak dari ajaran g"urunya Sokrates yang mengatakan "budi ialah tahu".
Budi yang berdasarkan pengetahuan menghendaki suatu ajaran tentang pengetahuan sebagai
dasar filosofi. Pertentangan antara pikiran dan pandangan menjadi ukuran bagi Plato.

Pengertian yang mengandung di dalamnya pengetahuan dan budi, yang dicarinya


bersama-sama dengan Sokrates. Pada hakekatnya dan asalnya berlainan sama sekali dari
pemandangan. Sifatnya tidak diperolah dari pengalaman. Pemandangan hanya alasan untuk
menuju pengertian, ia diperoleh atas usaha akal sendiri. Idea menurut paham Plato tidak
hanya pengertian jenis, tetapi juga bentuk dari pada keadaan yang sebenarnya. Idea bukanlah
suatu pikiran melainkan suatu realita. Pendapat Parmenides tentang adanya suatu yang kekal
dan tidak berubah-ubah. Tetapi yang baru dalam ajaran Plato ialah pendapatnya tentang suatu
dunia yang tidak bertubuh.
Dunia yang bertubuh adalah dunia yang dapat diketahui dengan pandangan dan
pengalaman. Semua bergerak dan berubah senantiasa, tidak ada yang tetap dan kekal. Dari
pandangan dan pengalaman saja tidak akan pernah tercapai pengetahuan pengertian. Dunia
yang tidak bertubuh dari pada idea, yang lebih tinggi tingkatnya dan yang menjadi obyek dan
pengetahuan pengetian. Jadi pengertian dunia yang tidak bertubuh ialah sesuatu yang
diperoleh bentuknya tetap, ia tidak berubah-ubah lagi danbertempat didalam dunia idea. Idea
itulah yang melahirkan pengetahuan yang sebenarnya.. pada gambaran Plato tentang dunia
yang dua itu terdapat tingkat yang mempertalikan buah pikiran filosofi yang lama.

Ajaran Herakleitos tentang semuanya mengalir dimana tidak ada yang tak tetap dapat
ditampung dalam dunia Plato yang bertubuh. Dunia yang kelihatan berisikan badan-badan
yang bertubuh, yang menjadi obyek pemandangan dan pengalaman yang berjenis rupa dan
berubah senantiasa disebutnya dunia Herakleitos yang selalu dalam kejadian. Disitu didapati
terus menerus timbul dan hilang dengan tidak ada yang tetap. Pikiran parmeides yang
bersendi pada adanya satu dan tetap yang meniadakan yang kelihatan banyak dan berubah-
ubah  dapat ditempatkan dalam dunia Plato yang tak bertubuh yaitu dunia idea. Dalam
konsepsi Plato dunia yang bertubuh dan dunia yang tidak bertubuh terpisah, ini kelanjutan
daripada pendapatnya tentang perbedaan antara pikiran dan pandangan.

Dalam ajaran Plato tentang idea ada satu konsepsi yang ganjil rupanya, jika ditinjau dari
cara berfikir. Antara dunia yang bertubuh dan dunia yang tidak bertubuh dibentangkannya
suatu daerah perpisahan yang netral.

4.      SUMBANGAN PLATO BAGI PENGETAHUAN

- Etika Plato

Pendapat Plato seterusnya tentang etika bersendi pada ajaran tentang idea. Dualisme
dunia dalamteori pengetahuan diteruskannya ke dalam praktik hidup. Oleh karena kemauan
seorang bergantung kepada pendapatnya, nilai kemauannya itu ditentukan pula oleh pendapat
itu. Dari pengetahuan yang sebenarnya yang dicapai dengan dialektik timbul budi yang lebih
tinggi daripadayang dibawakan oleh pengetahuan dari pandangan. Jadinya menurutPlato ada
dua macam budi.  Pertama, budi filosofi yang timbul dari pengertahuan dan pengertian.
Kedua, budi biasa yang terbawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap hidup yang dipakai tidak
terbit dari keyakinan, melainkan disesuaikan kepada moral orang banyak dalam hidup sehari-
hari.
- Negara Ideal

Pandangan Plato tentang negara dan luasnya masih terpaut pada masanya. Ia lebih
memangdang kebelakang. Negara Grik di masa itu ialah kota, jumlah penduduknya tidak
lebih dari dua atau tiga ribu jiwa. Penduduk kota ialah orang-orang merdeka, yang
mempunyai hak milik tanah terletak diluar kota yang dikerjakan oleh budak-budaknya.
Diantara mereka terdapat saudagar, tukang, pandai seni, dan penjabat Negara. Menurut
kebiasaan di waktu itu pekerjaan yang kasar dikerjakan oleh budak belin. Mereka itu tidak
dianggap sebagai penduduk sebab mereka tidak merdeka. Plato berpendapat bahwa dalam
tiap-tiap Negara segala golongan dan segala orang-orang, seseorang adalah alat semata-mata
untuk kesejahteraan semuanya.

Kesejahteraan semua itulah yangmenjadi tujuan yang sebenarnya, dan itulah yang
menentukan nilai pembagian pekerjaan. Dalam Negara yang ideal itu golongan penguasa
menghasilkan tetapi tidak memerrintah. Golongan penjaga melindungi tetapi tidak
memerintah. Golongan cerdik pandai, diberi makan dan dilindungi, danmereka memerintah.
Ketiga macam budi yang dimiliki oleh masing-masing golongan, yaitu bijaksana, berani, dan
menguasai diri. Dan menyelenggarakan dengankerjasama budi keempat bagi masyarakat,
yaitu keadilan Sumbangan bagi perkembangan.

- Logika

Pertama karangan-karangan yang ditulis dalam masa mudanya yaitu waktu Sokrates
masih hidup sampai tak lama sesudah ia meninggal. Buku-buku yang di tulisnya pada masa
itu adalah Apologie, Kriton, Ion, Protagoras, Laches, Politei. Dalam seluruh dialog itu plato
berpegang pada pendirian gurunya Sokrates. Dalam buku itu tidak dapat buah pikiran Plato
berpegang pada pendirian gurunya Sokrates.  Cita-cita yang dikemukakannya dalam
tulisannya masa itu ialah pembentukan  pengertian dalam daerah etik. Kedua, buah tangan
yang ditulisnya dalam masa yang teerkenal sebagai"masa peralihan". Masa itu juga disebut
masa Megara.

5.      JASA-JASA PLATO DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Plato adalah murid Socrates. Ia adalah seorang bangsawan. Saat Socrates dijatuhi
hukuman minum racun plato melarikan diri dan mendapat perlindungan dari keluarganya.
System pendidikan yang lengkap dan merupakan bagian dari ajaran ketatanegaraan pertama
disusun oleh Plato,ia adalah seorang pengaarang pertama di Yunani. Tujuan pendidikan
menurut Plato adalah membentuk warga negara secara toritis dan praktis. Setiap manusia
bertugas untuk mengabdikan kepentingannya kepada kepentingan Negara. Oleh sebab itu
pendidikan harus diselenggarakan oleh Negara dan untuk Negara. Dengan prinsip tersebut
plato disebut sebagai pencipta Pendidikan Sosial. Ia berpendapat bahwa kesulittan-kesulitan
politis dapat diatasi apabila ada keadilan. Keadilan akan terwujud bila setiap orang
melaksanakan tugas sebaik-baiknya. Dengan demikian tujuan pendidikan itu selanjutnya
adalah untuk membentuk Negara susila yang berdasarkan keadilan.

Cita-cita pendidikannya:

1.       Bagi Plato tujuan pendidikan ini adalah membentuk warganegara secara teoritis dan
praktis. Plato berpendapat bahwa kesukaran-kesukaran politis dapat diatasi apabila ada
keadilan.

2.       Plato membagi manusia menurut kemampuannya masing-masing.

-          Manusia akal, yang menggunakan akalnya dengan bijaksana

-          Manusia kehendak, yang memiliki sifat-sifat keberanian, sedia melaksanakan


kehendakdan perintah atasannya.

-          Manusia hasrat, yang banyak keinginannya.

3.       Pendidikan adalah alat untuk:

-          Memperoleh bahan manusia yang tepat

-          Mengisi ketiga tingkatan social

Dalam pendidikan moral, plato berpendapat  bahwa anak-anak telah dapat melakukan
suatu perbuatan meskipun mereka belum sanggup menyadari atau memahaminya, sehingga
pendidikanharus dimulai sejak kecil, yaitu dengan pembiasaan dan kemudian pengajarannya.
Pengaruh plato sangat besar, misalnya dalam pemerintahan gereja-gereja abad pertengahan.
Meskipun dipengaruhi oleh bangsa Yahudi, namun pemerintahan gereja sangat platonic.

Pengajarannya:

• Harus mematuhi kebutuhan-kebutuhan warga Negara yang sudah maju.

• Harus sesuai dengan tugas-tugas setiap manusia untuk berbuat kebajikan.


Yang diajarkannya adalah olahraga, seni music, matematika dan dialektika

6. Ciri-ciri karya Plato

- Bersifat Solratik

Dalam karya-karya yang ditulis pada mudanya, Plato selalu menampilkan kepribadian dan
karangan Sokrater sebagai topic utama karangannya.

- Berbentuk dialog

Hamper semua karya Plato ditulis dalam nada dialog. Dalam surat VII, Plato berpendapat
bahwa pena dan tinta membekukan pemikiran sejati yang ditulis dalam huruf-huruf yang
membiisu. Oleh karena itu, menurutnya jika pemikiran itu perlu dituliskan  maka yang paling
cocok adalah tulisan yang berbentuk dialog.

- Adanya mite-mite

Plato menggunakanmite-mite untuk menjelaskan ajarannyayangabstrak dan duniawi.

7. Karya-Karya Plato

 -Masa muda (399-390 SM)

   Hippias Meizon (minor) Ion, laches, Xarmides, Protagoras, Euthypron, Hippias elatton
(mainor), Apologia, Sokratous, Kriton, Gorgias, Menon, Euthydemos, Lysis, Mexenos,
Kratylos.

 -Masa dewasa (385-370 SM)

   Phaidon, Sympoison, Politeria, Phaidros, Republica.

 -Masa tua (370-348 SM)

   Theatetos, Parmenides, Sophistes, Politikos, Timaios, Kritias, Philebos, Nomoi, Surat VII.

3. Aristoteles

Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di Stageira, Yunani Utara. Ayahnya adalah seorang
Dokter pribadi Amyntas II, raja Makedonia. Pada masa mudanya ia hidup di istana raja
Makedonia di kota Pella dan dapat diandaikan pula bahwa ia mewarisi minatnya yang khusus
Untuk ilmu pengetahuan empiris dari ayahnya. Ketika memasuki usia 17 atau 18 tahun
Aristoteles dikirim ke Athena, untuk mengenyam pendidikan di Akademia Plato. Ia tinggal di
Sana sampai Plato meninggal (tahun 348/347 SM); sekitar 20 tahun lamanya. Pada waktu ia

Berada dalam Akademia, Aristoteles menerbitkan beberapa karya. Ia juga mengajar


anggotaanggota Akademia yang lebih muda, rupanya tentang mata pelajaran logika dan
retorika. Sesudah kematian Plato, Speusippos (kemenakan Plato) diangkat menjadi kepala
Akademia. Pada saat itu, Aristoteles bersama Xenokrates (murid Plato) meninggalkan
Athena. Mungkin keduanya tidak setuju dengan pandangan Speusippos yang memiliki
tendensi untuk Menyetarakan filsafat dengan matematika. Mereka bertolak ke Assos, di
pesisir Asia Kecil, di Mana Hermeias berkuasa. Hermeias adalah alumnus Akademia Plato.
Dia pernah meminta Kepada Plato untuk mengirimkan dua murid Akademia, Erastos dan
Koriskos, untuk membuka Sekolah di sana. Aristoteles dan kawannya mulai mengajar di
sana. Aristoteles menikah dengan Pythias, kemenakan dan anak angkat Hermeias. Pada tahun
345 SM, Hermeias ditangkap dan Dibunuh oleh tentara Parsi. Peristiwa pembunuhan itu
membuat Aristoteles dan kawankawannya melarikan diri dari Assos. Ia berangkat ke
Mytilene, di pulau Lesbos yang terletak Tidak jauh dari Assos. Rupanya dia diundang oleh
Theophrastos, murid dan sahabatnya sendiri yang berasal dari pulau itu. Di Assos dan
Mytilene Aristoteles mengadakan riset dalam bidang biologi dan zoologi, yang data-datanya
dikumpulkan dalam buku Historia Animalium.

Tahun 342 SM, Aristoteles diundang oleh raja Philippos dari Makedonia, anak
Amyntas II. Di sana, Aristoteles diberi wewenang untuk mendidik Alexander, putera
Philippos, yang kala itu masih berusia 13 tahun. Boleh diandaikan bahwa Aristoteles banyak
memperkenalkan Homeros dan para penyair Yunani lain kepada muridnya. Pada tahun 340
SM, Aristoteles diangkat menjadi pejabat raja Makedonia. Empat tahun kemudian Alexander
diangkat menjadi raja Makedonia, menggantikan ayahnya. Aristoteles tinggal di istana Pella
hingga tahun 340 SM. Setelah itu dia menetap di Stageira. Di kemudian hari, Aristoteles
mempersembahkan dua karya bagi Alexander, yaitu: “Perihal Monarki” dan “Pendirian
Perantauan.”

Sesudah Alexander dilantik menjadi raja, Aristoteles kembali ke Athena. Akan tetapi,
Aristoteles tidak bergabung kembali dengan Akademia; rupanya pemikiran Aristoteles sudah
berkembang jauh melebihi filsafat Akademia. Berkat bantuan dari Makedonia, Aristoteles
berhasil mendirikan satu sekolah yang diberi nama Lykeion (Latin: Lyceum); karena
lokasinya berdekatan dengan tempat persembahan kepada Dewa Apollo Lykeios. Dengan
gigih para anggota Lykeion mempelajari semua ilmu yang dikenal pada masa itu. Aristoteles
mendirikan satu perpustakaan yang mengoleksi berbagai manuskrip dan peta bumi.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Strabo, seorang sejarawan Yunani-Romawi bahwa
perpustakaan yang didirikan oleh Aristoteles merupakan perpustakaan pertama dalam sejarah
umat manusia. Diceritakan bahwa Aristoteles memerintahkan semua nelayan, pemburu dan
penangkap unggas yang ada di Athena untuk melaporkan kepada Aristoteles mengenai semua
hasil tangkapan yang bisadimanfaatkan untuk observasi ilmiah.

Isterinya, Pythias, meninggal di Athena pada tahun yang tidak diketahui. Perkawinan
pertama ini dikaruniai seorang puteri. Aristoteles menikah lagi dengan Herpyllis yang
melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama Nikomakhos. Suatu kejadian yang sangat
menggelisahkan Lykeion adalah kematian Alexander Agung pada tahun 323 SM. Hal ini
mengakibatkan suatu gerakan anti-Makedonia dengan ikhtiar melepaskan Athena dari
kekuasaan Makedonia. Aristoteles dituduh karena kedurhakaan (asebeia). Dia meletakkan
jabatannya sebagai pemimpin Lykeion ke tangan muridnya, Theophrastos. Aristoteles
melarikan diri ke Khalkis, tempat asal ibunya. Menurut tradisi kuno, Aristoteles melarikan
diri dengan niat agar “Athena tidak berdosa terhadap filsafat untuk kedua kalinya” (dengan
merujuk kepada nasib Sokrates). Satu tahun kemudian, Aristoteles menderita sakit dan
meninggal di tempat pembuangan itu pada usia 62 atau 63 tahun.

 Karya-Karya Aristoteles

Aristoteles telah menghasilkan sejumlah karya. Karya-karya yang dihasilkan terdiri atas
beberapa bagian. Dengan kata lain, Aristoteles tidak hanya menulis karya-karya filsafat,
tetapi dia juga menulis tentang psikologi, ilmu pengetahuan alam, politik, retorika dan juga
puisi. Karya-karya tersebut dikelompokkan menjadi delapan bagian dengan sebutan dan ejaan
bahasa Latin. Untuk itu, penulis akan menyajikan karya-karya Aristoteles berdasarkan
pengelompokkan yang ada.

Pertama, Logika, terdiri atas: Categoriae (Kategori-Kategori); De Interpretatione


(Perihal Penafsiran); Analytica Priora (Analitika yang lebih dahulu); Analytica Posteriora
(Analitika yang kemudian); Topica (terdiri atas delapan buku) dan De Sophisticis Elenchis
(Tentang cara berargumentasi kaum Sofis).
Kedua, Filsafat Alam, terdiri dari: Physica (delapan buku); De Caelo (Perihal Langit:
empat buku); De Generatione et Corruptione (tentang timbul hilangnya makhluk-makhluk
jasmani: dua buku); Meteorologica (ajaran tentang badan-badan jagat raya: empat buku).

Ketiga, Psikologi, terdiri dari: De Anima (Perihal Jiwa: tiga buku); Parva Naturalia
(karangan-karangan kecil mengenai pokok-pokok alamiah: delapan karangan kecil, yakni: De
Sensu et Sensibili, De Memoria et Reminiscentia, De Somno, De Insomniis, De Divinatione
Per Somnum, De Longitudine et Brevitate Vitae, De Vita et Morte, De Respiratione).

Keempat, Biologi, terdiri atas: De Partibus Animalium (Perihal Bagian-Bagian


Binatang); De Incessu Animalium (Tentang Hal Berjalan Binatang-Binatang); De
Generatione Animalium (Perihal Kejadian Binatang-Binatang).

Kelima, Metafisika, terdiri atas 14 buku. Istilah “Metafisika” tidak digunakan oleh
Aristoteles. Aristoteles menyebutnya dengan nama Filsafat Pertama dan juga Theologia.

Keenam, Etika, terdiri dari: Ethica Nicomachea, terdiri dari sepuluh buku; Magna
Moralia (Karangan-Karangan Besar Tentang Moral: dua buku); Ethica Eudemia (tujuh buku).
Ketujuh, Politik dan Ekonomi, terdiri atas: Politica (delapan buku); Economica (tiga buku).
Kedelapan, Retorika dan Poetika, terdiri atas: Rhetorica (tiga buku); Poetica

 Tema-Tema Filsafat Aristoteles

1. Metafisika: Pengetahuan Tentang “Yang Ada” Sejauh “Ada”

Diskursus tentang “yang ada sejauh ada” merupakan salah satu topik yang dibahas oleh
Aristoteles di dalam metafisika. Aristoteles mengembangkan metafisika dengan bertolak pada
“yang ada sejauh ada”. Namun perlu diketahui bahwa, nomenklatur metafisika tidak berasal
dari Aristoteles sendiri. Aristoteles menyebut karyanya itu dengan nama Prima Philosophia
(Filsafat Pertama), karena di dalamnya dibahas tentang sebab-sebab terdalam dari realitas.

Ada berbagai pandangan tentang cikal bakal munculnya nama metafisika. Misalnya,
ada yang mengatakan bahwa nama metafisika diberikan oleh Nikolaus dari Damaskus. Ada
pula yang mengatakan bahwa nama metafisika diberikan oleh Andronikos dari Rhodos.

Titik tolak penyusunan “Filsafat Pertama” berawal dari penyelidikan Aristoteles atas
hal-hal yang berkembang (physis). Di satu sisi, Aristoteles memiliki paham yang serupa
dengan plato untuk mencari kenyataan yang mengatasi dunia fisik yang empiris (ta hyper ta
physika) dan yang membelakangi dunia fisik (ta meta ta physika).27 Di sisi lain, Aristoteles
juga nenentang pendapat gurunya itu yang beranggapan bahwa hanya dunia ide saja (ta
Paradeigmata) yang benar-benar ada dan nyata (ontoos on), sedangkan dunia empiris
merupakan pantulan dari dunia ide yang nyata itu.

Bagi Aristoteles, dunia empiris juga memiliki kenyataan. Maka dari itu, pengetahuan
tentang “yang ada sejauh ada” harus mencakup ta hyper ta physika dan ta physika. Itulah
yang dikenal dengan istilah ta meta ta Physika, di mana fokus penelusurannya dititikberatkan
pada inti terdalam yang ada dalam setiap kenyataan.Pusat penjelajahan kita tentang “yang
ada” tidak terbatas pada apa yang kelihatan, tetapi kita harus menelusuri lebih jauh untuk
menemukan hakekatnya yang paling fundamental.

2. Ajaran Tentang Allah

Selain mempersoalkan tentang “yang ada”, Aristoteles juga membahas tentang Allah.
Semua benda yang bergerak digerakkan oleh penggerak yang lain. Oleh karena semua yang
bergerak digerakkan oleh penggerak yang lain, maka harus ada satu Penggerak Pertama yang
tidak digerakkan oleh yang lain, yakni Allah. Penggerak Pertama bersifat kekal (tidak terikat
oleh waktu), tidak termasuk dalam materi; artinya tidak memiliki potensi untuk bergerak dan
digerakkan. Itu berarti Penggerak Pertama merupakan aktus murni.29 Sebagai aktus murni,
aktivitas Allah hanya berkutat seputar pemikiran. Aktivitas pemikiran dari Penggerak
Pertama tidak memerlukan obyek yang ada di luar dirinya. Obyek pemikiran Allah adalah
pemikiran yang ada di dalam diri-Nya sendiri. Menurut pemikiran Aristoteles, Allah adalah
pemikiran yang memandang pemikiran-Nya.

3. Ajaran Tentang Keutamaan

Keutamaan merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan manusia. Ajaran tentang
keutamaan (arete) merupakan salah satu ajaran yang dibahas oleh Aristoteles dalam Ethica
Nicomachea. Ada ciri khas tersendiri dari penjelasan Aristoteles mengenai keutamaan. Dia
memiliki perbedaan pandangan dengan kedua pendahulunya (Sokrates dan Plato) yang
menekankan pengetahuan sebagai sumber keutamaan. Kalau manusia memiliki pengetahuan
yang baik, pasti kehidupan moralnya akan baik pula. Bagi mereka, antara keutamaan dan
pengetahuan tidak terjadi kontradiksi. Ajaran Aristoteles tentang keutamaan lebih
dititikberatkan pada kualitas manusia sebagai makhluk rasional, bukan kekudusan.
Keutamaan lebih mengarah pada kemampuan mempertimbangkan.
Aristoteles menolak pandangan dari Sokrates dan Plato yang beranggapan bahwa
keutamaan dapat diajarkan. Aristoteles memiliki satu pandangan yang unik tentang
keutamaan. Keutamaan tidak dapat diajarkan. Keutamaan tidak sekadar mengetahui yang
baik dan buruk. Keutamaan harus diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari. Keutamaan
hanya dapat dimiliki jikalau orang melakukan perbuatan-perbuatan “baik” secara obyektif,
artinya perbuatanperbuatan yang oleh publik dilihat sebagai perbuatan yang bersifat baik.
Walaupun Aristoteles tidak sependapat dengan Sokrates dan Plato yang menyamakan
keutamaan dan pengetahuan, namun dia tidak mengabaikan peranan rasio dalam membentuk
keutamaan-keutamaan.

Aristoteles membedakan dua macam keutamaan, yakni keutamaan yang


menyempurnakan rasio itu sendiri dan keutamaan yang berperan dalam mengatur watak
manusia. Keutamaan moral berkaitan dengan pengelolaan nafsu-nafsu dan perasaan-perasaan
manusia untuk membuat manusia menjadi lebih baik.

4. Ajaran Tentang Jiwa

Pandangan kita mengenai jiwa sering dikaitkan dengan manusia. Menurut Nikolas
Driyarkara, manusia merupakan makhluk yang berbadan. Manusia menjadi sadar karena
badannya. Badan manusia bersatu dengan realitas yang ada di sekitarnya. Manusia tidak
sadar tentang jiwa, melainkan tentang aku. Ketika manusia menguraikan kesadarannya, dia
berkata tentang aku dan badan, misalnya: aku sakit, badanku sakit.32 Lantas, bagaimana
dengan kedudukan jiwa? Mengenai jiwa, Aristoteles memiliki pandangan yang istimewa
tentang kedudukan jiwa dan peranannya dalam kehidupan.

Dalam tradisi Aristoteles, setiap makhluk hidup memiliki daya hidup. Daya hidup
Inilah yang dikenal dengan istilah jiwa.33 Jiwa memungkinkan sesuatu untuk hidup. Jikalau
Segala yang hidup dianggap sebagai makhluk yang berjiwa, maka istilah jiwa tidak hanya
dimiliki oleh manusia, tetapi juga berlaku bagi tumbuhan dan hewan. Sesuatu dikategorikan
sebagai makhluk yang hidup apabila memenuhi beberapa ciri seperti: bertumbuh, bernapas,
memerlukan makanan, mengeluarkan zat sisa atau ekskresi dan berkembang biak.

Aristoteles mengatakan bahwa hewan dan tumbuhan juga memiliki jiwa. Dalam
karyanya yang berjudul De Anima, Aristoteles memiliki pandangan yang matang tentang
bidang psikologi. Salah satu pemikirannya yang khas adalah mengenai kesatuan jiwa-badan.
Jiwa dan badan dianggap sebagi dua aspek yang mempunyai satu substansi saja. Dalam De
Anima, Aristoteles mendefinisikan jiwa sebagai “aktus (entelekheia) pertama dari suatu
badan Organis” (“the first entelechy of a natural organic body”).

Aristoteles meninggalkan dualisme jiwa-badan yang dicetuskan oleh Plato. Jikalau dia
meninggalkan dualisme Plato, maka dia menolak kebakaan jiwa. Itu berarti bahwa pada saat
manusia mati, jiwanya juga ikut binasa, sebagaimana halnya dengan jiwa tumbuhan dan
hewan yang turut binasa bersama badan. Sebagai suatu daya yang menghidupkan, jiwa dan
badan tidak dapat dipisahkan. “Jiwa tidak dapat berada tanpa badan, sebagaimana halnya
berjalan tidak mungkin tanpa kaki.”

5. Ajaran Tentang Negara

“Aristoteles memandang negara sebagai ciptaan alam, karena manusia yang hidup
sendirian tidak mampu mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri dan dengan demikian harus
dianggap sebagai suatu bagian dalam hubungan dengan keseluruhan.”Negara dibentuk karena
sosialitas manusia. Manusia sebagai makhluk sosial selalu mendambakan hidup bersama.
Rumusan klasik Aristoteles berbunyi:"Dari kodratnya, manusia adalah makhluk berpolis
(Anthropos physei politikon zoon).”Kata politikon yang dimaksudkan oleh Aristoteles
berkaitan dengan kesosialan manusia yang mencapai realisasinya yang penuh melalui
partisipasi dalam kehidupan negara kota (polis). Untuk menunjang kehidupan dalam polis,
perlu dibangun komunikasi. Peranan bahasa menjadi sangat penting bagi manusia. Adanya
gejala bahasa menunjukkan bahwa manusia memiliki rasio. Dengan itu manusia dapat
berdiskusi untuk mencapai kesejahteraan bersama.

Negara didirikan untuk mencapai kehidupan yang baik dan membahagiakan para
warganya. Warga negara akan berkembang dalam keutamaan-keutamaan apabila negara
mengupayakan kesejahteraan bersama. Tentang penyelenggaraan negara, Aristoteles
memiliki ajaran yang sederhana.38 Negara menjadi baik apabila diarahkan pada kepentingan
umum. Jikalau penguasa hanya memperhatikan kepentingannya, maka negara akan menjadi
buruk.

Oleh karena itu, Aritoteles membedakan tiga bentuk negara yang baik, yakni monarki,
Aristokrasi dan politeia (semacam demokrasi moderat dengan berlandaskan undang-undang
dasar). Namun menurut Aristoteles, pemerintahan yang paling baik adalah politeia.
Alasannya, di dalam politeia warga kelas menengah dapat bergantian memerintah dan
diperintah dengan menggunakan sistem pemilihan secara periodik. Dengan demikian,
keseimbangan warga kelas atas dan warga kelas bawah dapat tercipta.39 Di samping
pemerintahan yang baik, ada bentuk pemerintahan yang merosot, seperti tirani, oligarki dan
demokrasi.

 Metode Filsafat Aristoteles

1. Metode Induksi

Metode induksi (epagogi) merupakan cara menarik konklusi (kesimpulan) yang


bersifat umum dari hal-hal yang bersifat khusus.40 Metode induksi dilihat sebagai salah satu
jalan untuk mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan yang ditelusuri harus bermuara pada
suatu teori. Sebuah teori biasanya dirumuskan dalam bentuk pernyataan umum. Untuk
menetapkan suatu pernyataan umum digunakan metode tertentu. Salah satu metode yang
dipakai adalah metode induksi. Kekhasan metode induksi terletak pada pengumpulan data-
data. Dari data-data tersebut ditarik kesimpulan umum.

Metode induksi melibatkan pengalaman inderawi. Pengalaman inderawi menjadi


sumber data. Pengalaman inderawi menjadi titik tolak untuk membuat suatu kesimpulan
umum. Pengalaman inderawi menetapkan kasus-kasus khusus. Hal-hal khusus tersebut
menjadi jalan untuk menetapkan konklusi. Istilah “induksi” digunakan oleh Aristoteles untuk
menjelaskan proses pemikiran manusia yang bertolak dari hal-hal “khusus”, menyimpulkan
pengetahuan yang “umum”.

2. Metode Deduksi

Metode deduksi (apodiktik) adalah cara menarik konklusi berdasarkan dua kebenaran
yang pasti dan tidak diragukan, yang bertolak dari sifat umum ke khusus.Dua kebenaran
tersebut menjadi acuan untuk menyimpulkan kebenaran ketiga. Metode deduksi berbeda
dengan metode induksi. Metode induksi masih melibatkan pengalaman inderawi dan
pengamatan, sedangkan metode deduksi sama sekali melepaskan diri dari pengetahuan
inderawi. Dalam logika Aristoteles, metode deduksi lebih banyak digunakan daripada metode
induksi.

Aristoteles menganggap metode deduksi sebagai metode terbaik dalam menggapai


pengetahuan. Alasannya adalah karena metode deduksi tidak menggunakan pengetahuan
inderawi. Pengetahuan yang didapatkan melalui pengetahuan inderawi seringkali keliru.
Metode deduksi bertolak dari dua kebenaran yang pasti. Oleh karena itu, metode deduksi
dilihat sebagai cara yang sempurna dalam memperoleh pengetahuan.

3. Metode Silogistis-Deduktif

Aristoteles mengatakan bahwa metode induksi dan deduksi merupakan dua jalan yang
bisa ditempuh untuk menarik konklusi demi memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru.
Dari kedua metode tersebut, deduksi merupakan metode terbaik dalam mencapai
pengetahuan yang benar. Deduksi menjadi salah satu topik yang dibahas dalam logika.
Sebagai suatu jalan untuk menarik kesimpulan demi mencapai kebenaran baru, maka deduksi
harus diterapkan.

Maka dari itu, digunakan silogisme sebagai cara untuk mempraktikkan deduksi.
Silogisme adalah suatu bentuk penyimpulan, di mana dari dua keputusan (premispremis)
disimpulkan suatu keputusan yang baru (kesimpulan). Kesahihan sebuah kesimpulan terletak
pada premis-premisnya. Ada hubungan yang erat antara kesimpulan dan premispremis. Jika
premis-premisnya benar, maka kesimpulan yang dihasilkan juga benar. Sebaliknya, jika
premis-premisnya keliru, maka keputusan yang dihasilkan salah.

Silogisme merupakan bentuk formal dari penalaran deduksi. Silogisme dipandang


sebagai instrumen untuk menarik kesimpulan yang sahih berdasarkan premis-premis yang
benar. Silogisme terkomposisi atas tiga proposisi. Walaupun demikian, silogisme merupakan
bagian dari deduksi. Bagi Aristoteles, deduksi merupakan jalan yang terbaik untuk meraih
pengetahuan dan kebenaran baru. Maka dari itu, metode filsafat Aristoteles lebih dikenal
dengan metode “silogistis-deduktif”.

b. Abad Pertengahan

1. Ibnu sina ( 980- 1037 M)

 Riwayat Hidup

Ibnu Sina mempunyai nama lengkap Abu al-Ali Husein ibn Abdullah ibn al-Hasan ibn
Ali Ibnu Sina atau di dunia Barat dikenal dengan nama Avicenna. Ia dilahirkan pada bulan
Safar di desa Afsana, pada tahun (370-428 H/980-1037 M) sebuah desa dekat dengan
Bukhara (kini termasuk wilayah Uzbekkistan) pada masa sebuah dinasti Persia di Asia
Tengah. Ibunya yang bernama Setareh yang berasal dari Bukhara. Ayahnya bernama
Abbdullah ia adalah seorang sarjana yang dihormati berasal dari Baklan (kini menjadi
wilayah Afganistan), yaitu sebuah kota penting di masa pemerintahan Dinasti Samaniyah.
Abdullah sangat berhati-hati dalam mendidik anaknya Ibnu Sina di (Bukhara).

Sejak kecil, Ibnu Sina memang menunjukan daya intelektualitas tinggi serta ingatan
yang kuat. Maka, bukan hal yang mengherankan jika ia mampu menyerap ilmu dengan lebih
baik dibanding teman-teman sebayanya. Bahkan di usia muda ia telah mampu menyerap ilmu
para gurunya. Dalam hal ini, guru-guru Ibnu Sina berasal dari berbagai kalangan. Sebagai
contoh, ia belajar aritmatika dari seorang pedagang sayuran asal India di pasar. Hampir
semua orang yang berpengetahuan luas didekati oleh Ibnu Sina dan ia belajar dari mereka. Di
sinilah ia belajar (Bukhara), ke pada gurunya yang bernama Abu Abdullah An-Naqili ia
belajar banyak ilmu mulai dari Al-Qur‟an, sastra, manithiq, kedokteran, fisika, metafisika,
astronomi, dan lain-lain.

Sejak usia muda Ibnu Sina telah menguasai disiplin ilmu tersebut. Bahkan saat usia 10
tahun Ibnu Sina telah hafal Al-Qur‟an. Pribadi Ibnu Sina sangat unik. Saat masih remaja, ia
membaca buku metafisika yang di tulis oleh Aristoteles. Hanya saja, ia mengalami kesulitan
untuk memahaminya meskipun telah membacanya sebanyak 40 kali dan sudah
menghafalnya. Akhirnya, ia menemukan buku Al-Farabi yang mengulas tulisan metafisika
Aristoteles. Ia membelinya di sebuah kios kecil. Sina mulai mempelajari ilmu kedokteran
pada usia 16 tahun. Tidak hanya belajar teori, ia juga memperaktikanya, lalu Ibnu Sina pergi
ke desa-desa untuk mengobati orang miskin dan tidak mampu serta menjadi guru bagi anak-
anak mereka. Dari pengalaman itulah ia banyak menemukan metode dan obat-obatan baru. Ia
memperoleh status penuh sebagai dokter yang berkualitas di usia 18 tahun. Di usia yang
masih sangat muda tersebut ia semakin bersemangat mempelajari berbagai bidang
ilmu.Ketenaraan Ibnu Sina sebagai dokter muda segera menyebar dengan cepat. Terlebih, ia
merawat banyak pasien tanpa membayar sedikit pun. Mendengar ketenarannya, pada tahun
997, penguasa Samaniyah yang bernama Nuh II memanggil Ibnu Sina untuk mengobati
penyakitnya. Kemudian, Ibnu Sina berhasil menyembuhkannya. Sebagai hadiah, Ibnu Sina
diberi akses untuk membaca buku-buku di perpustakaan Dinasti Samaniyah. Ketika itu,
selain belajar otodidak Ibnu Sina pun menulis, dan ia juga membantu ayahnya sebagai
pengelola keuangan. Ketika Ibnu Sina berusia 22 tahun, ayahnya meninggal dunia. Dinasti
Samanaiyah kemudian hancur pada bulan desember 1004. Ibnu Sina memutuskan
meninggalkan tanah kelahirannya dengan berjalan ke Urgench (kini berada di Turkmenistan).
Di sana, Ibnu Sina sempat diangkat menjadi penjabat di pemerintahan. Namun, karena hanya
mendapat bayaranya tidak seberapa, ia melepas jabatanya dan kembali mengembara ke
berbagai tempat. Ia berjalan melewati Nishapur dan Merv sampai ke perbatasan Khurasan
demi mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan minatnya. Suatu ketika, Ibnu Sina sampai
di Tabaristan. Ia diterima oleh Qabus (penguasa setempat) sebagai pencari suaka. Namun, tak
lama kemudian, yakni pada tahun 1012, Qabus mati kelaparan akibat ulah pemberontak. Ibnu
Sina sendiri pada waktu itu dilanda penyakit yang cukup parah. Akhiranya, ia mengembara
lagi ke Goran yang merupakan daerah di dekat Laut Kaspia. Di sana, Ibnu Sina bertemu
dengan seorang teman yang baik hati. Teman itu membelikan sebuah hunian sekaligus
membangunkan lembaga pendidikan untuk Ibnu Sina. Di tempat itu, Ibnu Sina memberi
kuliah logika dan astronomi. Di sana pula ia menulis sebagian dari Qanun fi al-Tib. Tak lama
setelah itu, Ibnu Sina kembali mengembara hingga menetap di Rey (kini menjadi bagian dari
kota Teheran, Iran). Di sana, ia disambut oleh Majd ad-Daulah, anak terakhir dari bupati Rey.
Sekitar 30 karya pendek Ibnu Sina di tulis di kota tersebut. Namun, tidak lama setelah itu
terjadi permusuhan anatara bupati Rey dengan putera keduanya bernama Sham al-Daulah.
Hal ini memaksa Ibnu Sina meninggalkan Rey dan mengembara lagi hingga ke Qazvin dan
menetap disana. Lalu Ibnu Sina meneruskan pengembaraannya hingga selatan Hamadan. Ia
memutuskan tinggal di tempat yang sudah dikuasai oleh Sham al-Daulah tersebut. Di sana, ia
menjadi pelayan sebuah keluarga kaya. Namun, penguasa setempat mendengar
kedatangannya. Ia pun di panggil untuk diangkat sebagai petugas medis dan kemudian
penjabat pemerintah. Namun, Ibnu Sina banyak diserang oleh para ilmuan lain dan
masyarakat umum karena pemikirannya di anggap ortodoks. Pada akhirnya, penguasa
memutuskan untuk mengusir Ibnu Sina. Pada masa genting tersebut Ibnu Sina, masih setia
menulis dang mengajar pada malam hari secara diam-diam. Karena keuangannya semakin
menipis, Ibnu Sina menulis surat kepada Abu Ja‟far, penguasa Isfahan, untuk menawarkan
jasa. Lalu penguasa Hamadan mengetahui korespondensi ini dan menemukan tempat
persembunyian Ibnu Sina. Kemudian, ia disekap dan dijebloskkan ke penjara tahun 1024.
Ketika perang usai, Ibnu Sina dikeluarkan dari penjara dan ditunjuk kembali oleh penguasa
Hamadan. Kemudian ibnu Sina melarikan diri Hamadan menuju Isfahan. Di tempat itulah
Ibnu Sina disebut secara terhormat oleh penguasa setempat. Menjelang akhir hayatnya, Ibnu
Sina menjadi pelayan penguasa Kakuyid bernama Muhamad bin Rustam Dushmanziyar. Di
sana, ia diangkat sebagai dokter umum, penasihat sastra dan sains, bahkan sering diikutkan
dalam kampanye-kampanye politik. Suatu ketika, Ibnu Sina diangkat sebagai panglima
militer Isfahan dalam perang melawan Hamadan. Ia ditangkap oleh tentara Hamadan dan
dipukuli secara sadis sampai tidak mampu berdiri. Dan pada saat itu penyakitnya kambuh, di
tengah-tengah yang sakitnya parah kemudian Ibnu Sina melepaskan jabatan resimen militer
dan kembali ke Hamadan dalam kondisinya yang sakit keras, Ibnu Sina sulit mencari tempat
tinggal karena dibenci oleh penguasa Hamadandan teman-temannya menyarankan agar ia
mengambil sikap moderat agar bisa diterima oleh orang-orang istana. Namun, ia menolak
dengan tegas saat sakitnya sudah amat parah, Ibnu Sina memberikan semua harta bendanya
kepada kaum miskin. Dan kemudian ajal betul-betul menjemputnya pada bulan Juni pada
tahun 1037. Lalu ia dimakamkan di Hamadan, Iran. Dan meskipun umurnya hanya 58 tahun,
kontribusi Ibnu Sina bagi perkembangan ilmu pengetahuan termasuk psikologi sangat tidak
ternilai banyaknya.

 Karakteristik Pemikiran Ibnu Sina

Dalam sejarah pemikiran fisafat abad pertengahan, sosok Ibnu Sina banyak hal diantara
para filosof Muslim, ia memperoleh penghargaan yang semakin tinggi hingga masa modern.
Ia adalah satu-satunya filosof besar Islam uang telah berhasil membangun sistem filsafat yang
lengkap dan terperinci suatu sistem yang telah mendominasi tradisi filsafat Muslim selama
beberapa abad, meskipun ada serangan-serangan dari Al-Ghazali, Fakhr al-Din al-Razi dan
sebagainya. Pengaruh ini terwujud, bukan hanya karena ia memiliki sistem, tetapi karena
sistem yang ia miliki itu merupakan keaslian, yang menunjukan jenis jiwa yang jenius dalam
menemukan metode-metode dan alasan-alasan yang diperlukan untuk merumuskan kembali
rasinoal murni dan tradisi intelektual Hellenisme yang ia warisi dalam keagamaan.
Karakteristik paling dasar dari pemikiran Ibnu Sina adalah pencapaian definisi metode
pemisahan dan pembedaan konsep-konsep secara tegas dan keras. Hal ini memberikan
kehalusan yang luar biasa terhadap pemikiran-pemikirannya. Tantanan itu sering memberikan
kompleksitas skolastik yang kuat dan susunan yang sulit dalam penelaran filsafatnya,
sehingga mengusik temperamen modern, tetapi dapat dipastikan, bahwa tatacara ini jugalah
yang diperoleh dalam hampir seluruh doktrin asli para filosof Islam.

 Gagasan Psikologi Ibnu Sina

a. Kecemasan pada kematian ibnu sina menyatakan bahwa kecemasan pada kematian
merupakan inti universal dari semua penyakit mental, seperti depresi, fobia,
kesedihan, dan sebagainya. Menurutnya, ada tiga jenis penyebab kognitif sehingga
seseorang merasa takut pada kematian.

• Pertama, ketidatahuan tentang seperti apa rasanya kematian.

• Kedua, ketidakpastian tentang apa yang terjadi setelah kematian.


• Ketiga mengendalikan bahwa jiwa akan lenyap setelah kematian.

Pada initinya, tingkat kecemasan tersebut berkaitan erat

dengan tingkat pengetahuan seseorang tentang gagasan

kematian.

b. Relasi pikiran dengan tubuh

Ibnu sina mengklasifikasikan keterkaitan antara pikiran dan

tubuh menjadi beberapa bagian. Pertama, ia mempercayai

pikiran manusia berkedudukan seperti cermin. Pikiran

memilki kemampuan untuk mencerminkan pengetahaun

kerena setiap manusia dalam tingkatan tertentu

menggunakan kecerdasan aktifnya. Dengan banyak berpikir,

cermin manusia akan semakin halus dan cerlang sehingga

dapat mengarahkan menuju akuisis pengetahuan yang

benar.

Kedua, Ibnu Sina meyakini pikiran mengendalikan tubuh

terdapat hubungan di antara keduanya. Pikiran mengenadalikan tubuh

melalui emosi dan kehendak. Emosi yang kuat dapat menyebabkan

(pemenuhan diri). Contoh, jika seseorang percaya ia akan gagal maka

kemungkian kegagalan hidupnya akan meningkat. Perilaku tubuh akan

mengarah pada kepercayaannya itu. Ia tidak akan pernah mau mencob

atau berusaha. Sebaliknya, ia cenderung bermalas-malasan dan kerap

stres sendiri.

Kondisi stres dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan


serta fungsi (asupan terhadap makanan). Ibnu Sina menyimpulakan

bahwa pikiran sangat memengaruhi kesehatan. Pikiran sehat akan

menciptakan kondisi fisik yang prima. Sebaliknya pikiran yang sakit

akan mengakibatkan fisik rentan terhadap penyakit. Pemikiran Ibnu

Sina ini sangat mirip dengan bukti ilmiah dalam psikologi modern

tentang pengaruh stress terhadap sistem kekebalan tubuh.

Menurut Ibnu Sina, seseorang harus mampu menguasai dan

mengkontrol pikirannya agar tidak cemas pada kematian. Melalui cara

tersebut segala macam penyakit mental akan menjauhi dirinya.

Ibnu sina percaya bahwa pribadi yang kuat dapat

mengpengaruhi orang lain melalui hiponsis atau di sebut al-wahm al

amil. Semua pemimpin besar mempunyai jiwa yang kuat sehingga

kata-kata dan tindakannya diikuti oleh orang lain. Hal ini disebabkan di

dalam dirinya terdapat potensi hiponsis yang sangat tinggi.

 Karya-karya Ibnu Sina

Ia adalah dokter di Dunia Barat dan ia seorang filsuf, ilmuan

dan kehidupannya merupakan perjuangan yang bisa diteladani

masyarakat awam. Ia hidup pada periode ketika dunia Muslim sedang

mengalami perubahan pesat, dan kegelisahan jiwanya tidak dapat

memberikan kemerdekaan dan kedamaian yang diperlukan oleh

kesibukan pekerjaan intelektual besar seperti yang dikerjakannya. Ia

penyusun ensiklopedia terbesar abad pertengahan, seorang jenius yang

meninggalkan jejak-jejak yang tak ternilai di berbagai cabang ilmu


pengetahuan. Karyanya,meliputi logika, kedokteran, filsafat,

matematika, astronomi, geometri, etika, politik, tafsir, kesusastraan,

dan musik. Konon ia mampu menulis rata-rata 50 halaman per hari, dan

selama hidupnya tidak kurang dari 238 buku dan risalat. Karya-karya

tulisnya dikerjakan di Bukhara pada usia 21 tahun, kemudian

dilanjutkan di Ray Hamadan, dan Isfahan. Karya utamanya di bidang

filsafat, Asy-Sifa dan An-Najat. Ia juga merampungkan karyanya

tentang etika dan Al-Magest, yang kemudian ditambah dengan 10 bab.

Ia menulis risalat tentang geometri, ilmu hisab, dan musik. Ia

mengemukakan hal baru dalam ilmu hisab dan menyangkal sejumlah

teori yang di buat oleh Eucild. Ia menulis dua buku tentang zoology

dan botani selama perjalanan ke Nishapur.

Di Isfahan, ia menulis Danish Namai Alai, Kitab Al-Insaf dan

karya-karya tentang kesusastraan dan leksiografi. Karya raksasanya, Al-

Qannun Fil Tib, terkenal dalam bahasa Latin sebagai Canon,

merupakan puncak dan mahakarya sistematisasi Arab.

Esiklopedia kedokteran ini ditulis dalam lima jilid, memuat 760

obat-obatan, di samping kedokteran umum, obat-obatan sederhana Ibnu

Sina memiliki peranan yang menonjol dalam bidang kedokteran dan

berbagai cabangnya. Ia telah melakukan penelitian yang besar dan

mendapatkan penemuan penting yang diabadikan oleh sejarah

kedokteran. Berikut ini sebagian dari penemuan tersebut:

- Dalam cara pengobatan:


Ibnu Sina adalah orang yang pertama kali menemukan cara

pengobatan bagi orang sakit dengan cara menyuntikkan obat ke bawah

kulit.

- Dalam mengobati orang yang tercekik kerongkongannya:

Ibnu Sina membuat penemuan dari pipa udara yang terbuat dari

emas dan perak, kemudian dimasukkan kedalam mulut dan diteruskan

ke kerongkong untuk mengobati orang yang tercekik dan sulit bernafas.

Cara seperti ini masih tetap dipakai hingga sekarang untuk mengobati

pasien dengan penyakit yang sama. Kemudian alat ini juga

dipergunakan oleh para dokter anaesthesia sekarang untuk memasukan

gas bius dan oksigen ke dada pasien, akan tetapi alatnya dibuat dari

karet atau plastik.

Dr. Musthofa Sahatah menegaskan bahwa cara pengobatan Ibnu

Sina pada kerongkong telah unggul sebelum dengan tingkat akurasi dan

kesembuhan yang tinggi, sebagaiamana ia membuat gambar anatomi

yang tidak jauh berbeda dari apa yang kita ketahui sekarang. Ia juga

menjelaskan bagian-bagian dari anatomi itu dan fungsinya, baik ketika

berbicara, bernafas, mengunyah dan lainnya yang dikenal pada masa

kita sekarang ini dengan sebutan ilmu fungsi anatomi. Dr. Sahatah

menjelaskan secara rinci dengan berbagai macam penemuan Ibnu Sina

dalam hal ini seraya mengatakan, “ia telah mengkhususkan bab ketiga

dari “Kitab Al-Qanun” untuk menjelaskan berbagai macam penyakit

yang menyerang anggota badan, diantaranya adalah tentang penyakit


pada tenggorokan. Ia telah berhasil menemukan penemuan ilmiah yang

besar, yakni untuk pertama kali dalam sejarah ia memamparkan tentang

penyakit tenggorokan dan sebab-sebabnya. Ia juga menjelaskan tentang

gangguan pada tenggorokan, tanda-tandanya, dan cara pengobatannya.

Ia juga berbicara tentang penyakit batuk, macam-macamnya, dan

sebab-sebabnya. Pengetahuan tentang ini masih dipergunakan dibidang

kedokteran hingga sekarang”.

- Dalam mengobati penyakit pada kepala:

Ibnu Sina mengetahui hakekat ilmiah penting bahwa tulang

tempurung kepala apabila pecah tidak dapat melekat kembali seperti

tulang lainnya pada badan, melainkan ia akan tetap terpisah dan hanya

terikat dengan selaput yang kuat. Ia mengatakan tentang hal itu,

“Ketahuilah bahwa tulang kepala berbeda dengan tulang lain apabila

pecah. Ia tidak dapat menyatukan kemabli dengan kuat, karena hanya

diikat oleh selaput sebagaimana selaput lainnya yang mengikat semua

tulang, akan tetapi ini tidak kuat”.

Ibnu Sina membagi pecahnya temperung kepala kepada dua

macam berdasarkan ada atau tidak adanya luka pada kepala:

(1) Pecah tertutup: pecah pada temperung kepala seperti ini

biasanya tidak disertai luka, akan tetapi ini sangat berbahaya

karena ia bisa berubah menjadi tumor dan menyebabkan tertahannya darah dan nanah. Dalam
hal ini Ibnu Sina
mengatakan “kebanyakan tumor terjadi pada kepala yang pecah

tetapi kulitnya tidak terkelupas. Apabila dilakukan pengobatan

pada tumor dan tidak dibelah barangkali ia akan merusak tulang

dari bawah, sehingga si penderita akan kehilangan akan dan

gejala lainnya, sehingga perlu dibelah.”

(2) Pecah terbuka: pecah pada tempurung kepala seperti ini biasnya

disertai luka.parah atau tidaknya tergantung kepada besarnya

luka dan kerasnya benturan pada tulang tempurung kepala yang

menyebabkannya pecah. Berkenaan dengan masalah ini, Ibnu

Sina mengatakan, “ Karena itu, kita perlumemperhatikan

kondisi pecanya dan sejauh mana kekuatan yang

memecahkannya, apakah hanya sebatas di kulit kepala atau

sampai pada tulang.

Ibnu Sina mengkategorikan pecah tempurung kepala kepada

pada beberapa nama dan tingkatan, di antaranya; “sya ‘ ru al-azhmi,” “

ash-shad’u,” dan “al-kasr al-gha’ir.” Ia tidak hanya sebatas

memperhatikan jenis penyakit pecah tempurung kepala dan

gangguannya, melainkan juga menguasai cara pengobatannya.

- Dalam mengobati penyakit dalam Ibnu Sina dapat membedakan antara mulas pada ginjal
dan

mulas pada lambung. Ia juga mampu membedakan antara peradagan

paru-paru dengan peradanagn pada lapisan otak. Ia adalah orang yang

pertama kali mendiagnosa secara akurat antara perdangan pada paru-


paru dan pembekakan pada hati.

penyakit yang menjadi benalu (parasitc):

Ibnu Sina adalah orang yang pertama kali menemukan cacing

Ancylostoma yang juga disebut cacing lingkar. Ini berarti bahwa Ibnu

Sina telah mendahului dokter Itali dalam menemukan jenis cacing ini.

Ibnu Sina juga mendeteksi adanya penyakit gajah (elephantiasis) yang

disebabkan oleh cacing filaria dan bagaimana menjelaskan

peneybarannya di tubuh.

- Dalam kedokteran makanan dan penyakit perut

Ibnu Sina menjelaskan tentang penyakit menular antar (malignant

anthrax) yang dalam bahasa Arab disebut “al-huma al-fa risiyyah”, dan

cara pengobatannya.

- Dalam penyakit ginjal dan saluran kencing

Ibnu Sina menjelaskan tentang gangguan akibat penumpukan zat kapur

pada saluran kencing dan ia mampu membedakan antar batu pada

saluran kencing ini dengan batu ginjal.

- Dalam penyakit khusus wanita

Ibnu Sina membicarakan tentang masalah kemandulan, menjelaskan

tentang demam yang diakibatkan oleh nifas, abrosi (penguguran

kehamilan), kanker yang berserabut, dan tertutupnya saluran pada alat

kelamin wanita. Ibnu Sina telah mengetahui hal itu sejak dulu, sebelum

manusia mengenal mikroskop.

- Dalam penyakit syraf


Ibnu Sina menjelaskan tentang sebagian keadaan yang terjadi pada

orang yang mengidap penyakit saraf. Ia membedakan antara

kelumpuhan saraf wajah yang disebabkan oleh pengaruh otak dan yang

disebabkan oleh pengaruh anggota badan tersebut.

- Dalam penyakit kejiwaan

Ibnu Sina memiliki cara pengobatan yang baik dan efektif

dalam menangani benturan kejiwaan yang diakibatakan oleh putus

cinta.

karya filosofisnya yang terkemuka ialah kitab As-Syifa Al-Najar

(penyelamat) dan (perintah-perintah). Kitab As-Syifa yang mengandung

pengetahuan tak terhingga tentang logika, fisika,dan metafisika,

mempunyai pengaruh luas terhadap filsafat Barat dan Timur.

Karya-karya Ibnu Sina yang terkenal ialah:

1. Asy-Syifa. Buku ini adalah buku filsafat yang terpenting dan

terbesar dari Ibnu Sina, dan terdiri dari empat bagian, yaitu:

logika, fisika, matematika, dan filsafat (ketuhanan). Buku

tersebut mempunyai beberapa naskah yang terbesar di

berbagai-bagai perpustakaan di Barat dan Timur. Bagian

ketuhanan dan fisika pernah di cetak dengan cetakan batu di

Teheran. Pada tahun 1956 M lembaga keilmuan

Cekoslovakia di Praha menerbitkan pasal keenam dari

bagian fisika yang khusus menegani ilmu jiwa, dengan

terjemahannya kedalam bahasa Prancis,di bawah asuhan Jean


Pacuch. Bagian logika diterbitkan di Kairo pada tahun 1954

M, dengan nama Burhan, di bawah asuhan Dr.

Abdurrahman Badawi.

2. An-Najat. Buku ini merupakan ringkasan buku as-Syifa,

daan perna diterbitkan bersama-sama dengan buku al-

Qanun dalam ilmu kedokteran pada tahun 1593 M di Roma

dan pada tahun 1331 M di Mesir.

3. Al-Isyarat wat-Tanbiat. Buku ini adalah buku terakhir dan

yang paling baik, dan pernah diterbitkan di Leiden pada

tahun 1892 M, dan sebaginya diterjemahkan ke dalam

bahasa Prancis. Kemudian diterbitkan di Kairo lagi pada

tahun 1947di bawah asuhan Dr. Sulaiman Dunia.

4. Al-Hikmat al-Masyriqiyyah. Buku ini banyak dibicarakjkan

orang, karena memuat bagian logika. Ada yang mengatakan

bahwa isi buku tersebut mengenai tasawuf, tetapi menurut

Carlos Nallino, berisi filsafat Timur sebagian imbangan dari

filsafat Barat.

5. Al-Qanun, atau Canon of Medicine, menurut penyebutan

orang-orang Barat. buku ini pernah diterjemahkan ke dalam

bahasa Latin dan pernah menjadi buku standar universitas-

universitas Eropa sampai akhir abad 17 M. buku tersebut

pernah diterbitkan di Roma tahun 1593 M, dan di India

tahun 1323 H. Risalah-risalah lain yang banyak jumlahnya


dalam lapangan filsafat, etika, logika, dan psikologi.

Ibnu Abi Ushaiba‟ah dalam „Uyun al-Anba berkata, “Ibnu Sina

memiliki buku-buku seperti yang kami temukan selain yang pernah

disebutkan oleh Abi „Ubaid al-Jurzjani.” Ushaiba‟ah menuliskan daftar

buku karya Ibnu Sina yang terdiri dari 102 risalah, tetapi hanya

menyebutkan sampai rislah ke-92.

Inilah risalah-risalah tentang jiwa yang disebut al-Kasyi berikut

penomorannya:

82. Maqalah fi an-Nafs yang lebih dikenal dengan al-Fushul.

83. Fushul fi an-Nafs wa ath-Thabi’yyat.

Sementara dalam „Uyun al-Anba urutan penomorannya sebagai berikut:

81. Maqalah fi an-Nafs yang dikenal dengan al-Fushul.

85. Fushul fi an-Nafs100

Adapun dalam tawarikh al-Hukama‟ karya Syamsuddin asy-

Syik-rizuri, disebutkan daftar karya Ibnu Sina yang diberi nomor

sebanyak 116 judul. Inilah judul risalah-risalah tentang jiwa yang

disebutkan dengan nomor-nomornya seperti yang tercantum dalam

manuskrip, dan semuanya ada delam risalah:

29. Al-Jumal min al-Adillah al-Muhaqqiqah li Baqa’ an-Nafs an-

Nathiqah.

31. Zubdah Quwa al-Hayawaniyyah.

33. Maqalah fi al-Quwa al-Insaniyyah wa Idrakatiha.

46. Risalah fi an-Nafs al-Falaki.


63. Risalah fi al-Quwa al-Jismaniyyah.

93. Risalah fi an-Nafs.

94. Risalah fi an-Nafs.

95. Rislah fi an-Nafs.

2. Ibnu Hayyan

Mengenal Ibnu Hayyan Sang Bapak Kimia Modern

Jauh sebelum berkembang pesat seperti sekarang, ilmu kimia telah dikenal luas masyarakat
abad pertengahan. Saat itulah awal mula cabang ilmu eksakta ini ada.

Abu Musa Jabir Ibn Hayyan (721-815 H) disebut sebagai ilmuwan Muslim pertama
yang menemukan dan mengenalkan disiplin ilmu kimia. Lahir di pusat peradaban Islam
klasik, Kuffah (Irak), ilmuwan Muslim ini lebih dikenal dengan nama Ibnu Hayyan, dan di
Barat disebut dengan nama Ibnu Geber.

Ayahnya, seorang penjual obat, meninggal sebagai ‘syuhada’. Jabir kecil menerima
pendidikannya dari raja bani Umayyah, Khalid ibnu Yazid ibnu Muawiyyah, dan imam
terkenal, Jakfar Sadiq. Ia juga pernah berguru pada Barmaki Vizier pada masa kekhalifahan
Abbasiyah pimpinan Harun Al Rasyid. Ditemukannya kimia oleh Hayyan ini membuktikan,
bahwa ulama di masa lalu tidak melulu lihai dalam ilmu-ilmu agama, tapi sekaligus juga
menguasai ilmu-ilmu umum.

“Sesudah ilmu kedokteran, astronomi, dan matematika, bangsa Arab memberikan


sumbangannya yang terbesar di bidang kimia,” tulis sejarawan Barat, Philip K Hitti, dalam
History of The Arabs.

Berkat penemuannya ini pula, Jabir dijuluki sebagai Bapak Kimia Modern. Dalam karirnya,
ia pernah bekerja di laboratorium dekat Bawwabah di Damaskus. Jabir mendasari
eksperimennya secara kuantitatif dan instrumen yang dibuatnya sendiri, menggunakan bahan
berasal dari logam, tumbuhan, dan hewani.

Adalah menjadi kebiasaannya mengakhiri uraian suatu eksperimen dengan menuliskan:


‘’Saya pertama kali mengetahuinya dengan melalui tangan dan otak saya, dan saya
menelitinya hingga sebenar mungkin, dan saya mencari kesalahan yang mungkin masih
terpendam.’’

Abu Musa Jabir bin Hayyan (Bahasa Arab: ‫جابر بن حیان‬, Bahasa Persia: ‫جابر بن حیان‬, atau
juga nisbahs al-Bariqi, al-Azdi, al-Kufi, al-Tusi dan al-Sufi; fl. C. 721 – c. 815), atau dikenal
dengan nama Geber di dunia Barat, seorang polymath terkemuka; kimiawan, alkimiawan,
ahli astronomi dan astrologi, insinyur, ahli bumi, ahli filsafat, ahli fisika, apoteker dan dokter,
diperkirakan lahir di Kuffah, Irak pada tahun 750 dan wafat pada tahun 803. Kontribusi
terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan ia berguru pada
Imam Ja’far bin Muhammad AsShadiq keturunan ke 5 dari Nabi Muhammad saw, pada masa
pemerintahan Manshur Addawaniqy di Baghdad.[butuh rujukan] Ia mengembangkan teknik
eksperimentasi sistematis di dalam maupun di luar penelitian kimia, sehingga setiap
eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan
dengan reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya
hukum perbandingan tetap.

Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi, kalsinasi,
sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses
tersebut.

– Sulit dibayangkan dalam era sekarang ada seorang ahli dan praktisi sufi, yang hidupnya
identik dengan kehidupan kontemplatif tetapi pada sisi lain aktif mendalami hal-hal yang
sangat rigit, mengurai dan meramu zat-zat kimia. Akan tetapi dalam kenyataan, Jabir ibn
Hayyan yang dianggap oleh oleh Priesly dan Lavoiser sebagai peletak dasar ilmu-ilmu kimia.
Bahkan ia dinobatkan oleh sejarawan Priestly Sarton dalam buku monumentalnya:
Introduction to the History of Science, sebagai bapak ilmu kimia (The Father of Chemistry).
Ketika dunia Barat samasekali buta tentang ilmu kimia, ia sudah mendirikan laboratorium
kimia pertama di dunia. Ia adalah ilmuan Islam lebih awal mendahului Al-Kindi, Al-
Khawarismi, Al-Razi, Al-Farabi, dan Ibn Sina.

Jabir ibn Hayyan yang bernama lengkap Abu Musa Jabir bin Hayyan Al-Shufiy Al-Azadiy,
yang biasa disebut Al- Thusi atau Al-Kufi, dan dalam literature Barat sering disebut Geber,
lahir di Thus, Khurasan, Iran pada tahun721 dan wafat di Kufa, Bagdad, Iraq, tahun 815. Ia
disebut pernah menjadi murid Imam Ja’far Ash-Shadiq, imam keenam Syi’ah. Ia juga dikenal
sebagai seorang sufi sejati sebagaimana tergambar dalam salahsatu karyanya berjudul
“Mukhtar Rasa’il”. Sumber-sumber lain juga menyebutnya ahli Fikih Mazhab Syi’ah Itsna’
‘Asyariyyah. Di dunia Barat ia lebih dikenal sebagai penemu dan peletak dasar ilmu kimia.
Dalam berbagai Ensiklopodia Barat juga disebut sebagai ahli astronomi (astronomer), ahli
astrologi (astrologer), innsinyur (engineer), ahli geografi (geographer), filosof (philosopher),
ahli fisika (physicist), ahli farmasi (pharmacist), dan dokter (physician).

Sumbangan Ilmu Medis: Berawal dari Nabi

Di antara karya monumental Jabir ibn Hayyan ialah formulasi perbedaan antara alkimia dan
kimia dan antara astronomi dan astrologi (Penjelasan lebih lanjut tentang hal ini akan dibahas
dalam artikel khusus). Ia menulis hasil percobaan, artikel, dan buku tidak kurang dari 3000
topik. 500 di antaranya risalah ilmiah tentang kimia yang sangat penting artinya dalam dunia
keilmuan dan peradaban manusia. Ia juga mendirikan sejumlah laboratorium, bukan saja
dalam bidang kimia tetapi juga dalam bidang fisika dan biologi. Di dunia Barat disebut The
Jabirian corpus untuk keseluruhan sentral aktifitas Iabir ibn Hayyan. Di antara karya-
karyanya sudah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa termasuk bahasa Inggeris, Spanyol,
Prancis, Belanda, Yunani, Jerman. Di antara karya yang paling populernya di Barat ialah:
Book af The Composition of Alchemy, The Work of Geber, Sun of Perfection, book of
Stone, dll.

Prestasi paling mencengangkan dari Jabir ibn Hayyan ialah meletakkan dasar-dasar metode
riset kimia secara ilmiah dan eksperimental. Di dalam laboratorium yang ia dirikan memulai
melakukan eksperimen sublimasi, kristalisasi, filtrasi, eksraksi, dan destilasi atu penyulingan.
Kesemuanya itu dilakukan untuk memperoleh mineral dan logam murni dari berbagai
campuran. Bahan baku yang bercampur dengan berbagai benda dan zat lain yang melekat
dapat dipilah melalui laboratorium sehingga kemurnian logam bisa diperoleh. Sublimasi
untuk memisahkan kandungan gas dari suatu zat padat, kristalisasi untuk memisahkan suatu
zat dari larutan campuran dengan mengubahnya menjadi partikel/zat padat, filtrasi untuk
memisahkan zat-zat melalui perbedaan ukuran partikel, ekstraksi untuk mengambil suatu
senyawa yang terkandung dalam suatu benda, seperti pemisahan alcohol dari campuran air
alcohol, destilasi untuk memisahkan sesame zat cair dengan menggunakan perbedaan titik
didih. Air dapat dijernihkan cukup dengan menggunakan proses pnyulingan. (Lihat, Husain
Heriyanto, Penggali Nalar Saintifik Peradaban Islam, h. 182-185.

C. Zaman Modern

1. Alber Eistein
Albert Einstein (/ˈaɪnstaɪn/ eyen-styne; bahasa Jerman: [ˈalbɛɐ̯t ˈʔaɪnʃtaɪn] ( simak); 14
Maret 1879 – 18 April 1955) adalah fisikawan teoretis kelahiran Jerman yang
mengembangkan teori relativitas, satu dari dua pilar utama fisika modern (bersama mekanika
kuantum).Karya-karyanya juga dikenal karena berpengaruh terhadap filsafat ilmu. Persamaan
Einstein yang paling dikenal adalah rumus kesetaraan massa-energi E = mc2, yang dijuluki
“persamaan paling terkenal di dunia”.Einstein menerima Nobel Fisika pada tahun 1921 “atas
jasanya terhadap fisika teoretis, dan khususnya atas penemuannya tentang hukum efek
fotolistrik”,yang menjadi langkah penting dalam pengembangan teori kuantum.

Menjelang awal kariernya, Einstein berpendapat bahwa mekanika Newton tak lagi
mampu menyatukan hukum mekanika klasik dengan hukum medan elektromagnetik. Hal ini
mendorongnya mengembangkan teori relativitas khusus saat bekerja di Kantor Paten Swiss di
Bern (1902–1909). Tetapi, ia kemudian menyadari bahwa prinsip relativitas juga dapat
diperluas cakupannya pada medan gravitasi, dan ia menerbitkan sebuah makalah mengenai
relativitas umum pada tahun 1916 dengan teorinya tentang gravitasi. Einstein terus meneliti
masalah mekanika statistika dan teori kuantum, yang mengarah pada penjelasannya mengenai
teori partikel dan gerak molekul. Einstein juga meneliti kandungan termal cahaya yang
meletakkan dasar bagi teori foton cahaya. Pada tahun 1917, ia menerapkan teori relativitas
umum untuk memodelkan struktur alam semesta.

Setelah menghabiskan waktu satu tahun di Praha, Einstein tinggal di Swiss antara tahun
1895 dan 1914, melepas kewarganegaraan Jermannya pada tahun 1896, dan lulus sarjana dari
sekolah politeknik federal Swiss (kelak Eidgenössische Technische Hochschule, ETH) di
Zürich pada tahun 1900. Setelah hidup tanpa kewarganegaraan selama lebih dari lima tahun,
Einstein memperoleh kewarganegaraan Swiss pada tahun 1901, yang tetap ia pegang sampai
akhir hayatnya. Pada tahun 1905, ia dianugerahi gelar PhD oleh Universitas Zurich. Pada
tahun yang sama, Einstein menerbitkan empat makalah terobosan pada masa annus mirabilis
(tahun mukjizat), yang menghantarkannya memasuki dunia akademis pada usia 26 tahun.
Einstein mengajar fisika teoretis di Zurich dari tahun 1912 sampai 1914, kemudian pindah ke
Berlin dan menjadi anggota Akademi Sains Prusia.

Pada tahun 1933, ketika Einstein mengunjungi Amerika Serikat, Adolf Hitler berkuasa.
Karena latar belakang Yahudinya, Einstein memilih tidak kembali ke Jerman. Ia menetap di
Amerika Serikat dan menjadi warga negara Amerika pada tahun 1940.Menjelang Perang
Dunia II, Einstein mengirim surat kepada Presiden Franklin D. Roosevelt, yang
memperingatkannya mengenai potensi pengembangan “bom jenis baru yang sangat dahsyat”
dan menyarankan agar AS segera memulai penelitian serupa. Sarannya ini pada akhirnya
mengarah pada Proyek Manhattan. Einstein mendukung Sekutu, tetapi menentang gagasan
penggunaan fisi nuklir sebagai senjata. Einstein menandatangani Manifesto Russell–Einstein
bersama filsuf Britania Raya Bertrand Russell, yang menyoroti dan mengecam bahaya senjata
nuklir. Ia mengabdi di Institute for Advanced Study di Princeton, New Jersey, hingga
kematiannya pada tahun 1955.

Einstein menerbitkan lebih dari 300 makalah ilmiah dan lebih dari 150 karya nonilmiah.
Prestasi intelektual dan orisinalitasnya menjadikan kata “Einstein” identik dengan
“genius”.Menurut Eugene Wigner, “pemahaman Einstein lebih dalam dari Jancsi von
Neumann. Pikirannya lebih tajam dan lebih orisinal daripada von Neumann. Dan itu adalah
pemikiran yang sangat luar biasa.”

A. Pendidikan awal dan pendidikan

Albert Einstein lahir di Ulm, Kerajaan Württemberg, Kekaisaran Jerman, pada tanggal
14 Maret 1879. Orang tuanya adalah Hermann Einstein, seorang agen penjualan dan insinyur,
dan Pauline Koch. Pada tahun 1880, keluarganya pindah ke Munich, tempat ayah Einstein
dan pamannya Jakob mendirikan Elektrotechnische Fabrik J. Einstein & Cie, sebuah
perusahaan yang memproduksi peralatan listrik dengan memanfaatkan arus searah. Keluarga
Einstein adalah penganut Yahudi Ashkenazi yang tidak taat, dan Albert bersekolah di SD
Katolik di Munich, selama tiga tahun sejak usia lima tahun. Pada usia 8 tahun, ia dipindahkan
ke Gimnasium Luitpold (kini bernama Gimnasium Albert Einstein), tempat ia menempuh
pendidikan SMP dan SMA sebelum meninggalkan Kekaisaran Jerman tujuh tahun kemudian.

Pada tahun 1894, perusahaan Hermann dan Jakob kalah tender dalam proyek memasok
kota Munich dengan penerangan listrik, karena perusahaannya tidak memiliki modal untuk
mengubah peralatan dari standar arus searah (DC) menjadi standar arus bolak-balik (AC)
yang lebih efisien. Kekalahan ini menyebabkan dijualnya pabrik di Munich. Dalam rangka
mencari usaha lain, keluarga Einstein pindah ke Italia, pertama ke Milan dan beberapa bulan
kemudian pindah ke Pavia. Ketika keluarganya pindah ke Pavia, Einstein, saat itu berusia 15
tahun, tetap tinggal di Munich untuk menyelesaikan sekolahnya di Gimnasium Luitpold.
Ayahnya ingin ia mempelajari teknik listrik, tetapi Einstein berselisih dengan pihak sekolah
dan membenci metode mengajar guru-gurunya di sekolah. Einstein kelak menulis bahwa
semangat belajar dan pemikiran kreatifnya lenyap akibat hafalan pelajaran yang ketat. Pada
akhir Desember 1894, Einstein berangkat ke Italia untuk mengunjungi keluarganya di Pavia,
setelah sebelumnya berhasil meyakinkan pihak sekolah agar memperbolehkannya libur
dengan menggunakan surat dokter.[20] Selama di Italia, Einstein menulis esai pendek
berjudul “Investigasi Ether dalam Medan Magnet”.

Einstein unggul dalam pelajaran matematika dan fisika sejak dini, meraih nilai
matematika lebih tinggi dari teman sekelasnya selama bertahun-tahun. Ketika berusia 12
tahun, Einstein mempelajari sendiri aljabar dan geometri Euklides selama musim panas.
Einstein juga berhasil membuktikan sendiri kebenaran teorema Pythagoras saat berusia 12
tahun. Menurut pernyataan guru les keluarga bernama Max Talmud, setelah ia memberikan
buku teks geometri kepada Einstein yang berusia 12 tahun, dalam waktu singkat “[Einstein]
telah menyelesaikan seluruh soal di buku. Setelah itu ia membenamkan diri mengerjakan soal
matematika sulit..tahun Lambungan kegeniusan matematikanya begitu tinggi sehingga saya
tidak bisa mengejar.”Kecintaannya terhadap geometri dan aljabar membuat anak berusia dua
belas tahun tersebut meyakini bahwa alam dapat dipahami melalui “struktur matematika.”
Einstein mulai mempelajari sendiri kalkulus pada usia 12 tahun, dan ketika berusia 14, ia
mengungkapkan bahwa ia telah “menguasai kalkulus integral dan diferensial.”

Pada usia 13 tahun, Einstein membaca Kritik atas Nalar Murni karya Kant, dan Kant
segera menjadi filsuf favoritnya. Menurut guru lesnya, “saat itu ia masih anak-anak, baru
berusia tiga belas tahun, tetapi karya-karya Kant, yang tidak dipahami oleh orang biasa, telah
dipahami jelas olehnya.”

Pada tahun 1895, berusia 16 tahun, Einstein mengikuti ujian masuk Politeknik Federal
Swiss di Zürich (kelak menjadi Eidgenössische Technische Hochschule, ETH). Einstein
gagal meraih nilai standar yang disyaratkan dalam ujian pengetahuan umum,olehn tetapi
meraih nilai luar biasa dalam ujian fisika dan matematika.Atas saran kepala Politeknik,
Einstein mendaftar di sekolah kanton Argovian (Gimnasium) di Aarau, Swiss, pada tahun
1895 dan 1896 untuk menamatkan SMA dan mempersiapkan diri masuk perguruan tinggi.
Ketika tinggal bersama keluarga profesor Jost Winteler, Einstein jatuh cinta pada putri
Winteler bernama Marie. Adik perempuan Einstein, Maja, kelak menikah dengan putra
Winteler, Paul.Pada Januari 1896, dengan persetujuan ayahnya, Einstein melepas
kewarganegaraan Jermannya untuk menghindari wajib militer.[29] Pada September 1896, ia
lulus ujian Matura Swiss dengan nilai yang pada umumnya bagus, termasuk nilai tertinggi 6
dalam mata pelajaran fisika dan matematika, dengan skala nilai 1-6.Pada usia 17 tahun, ia
diterima pada program diploma empat tahun pendidikan matematika dan fisika di Politeknik
Zürich. Marie Winteler, yang setahun lebih tua darinya, pindah ke Olsberg, Swiss, untuk
mengajar.

Calon istri Einstein, seorang wanita Serbia berusia 20 tahun bernama Mileva Marić, juga
diterima di Politeknik pada tahun tersebut. Marić adalah satu-satunya wanita dari enam siswa
pada jurusan diploma pendidikan matematika dan fisika. Beberapa tahun berikutnya,
persahabatan antara Einstein dan Marić berkembang menjadi asmara, dan keduanya kerap
membaca bersama pada saat jam ekstrakurikuler fisika, yang membuat Einstein jadi makin
tertarik. Pada tahun 1900, Einstein lulus ujian matematika dan fisika dan menyandang gelar
diploma pendidikan Politeknik Federal. Ada dugaan bahwa Marić turut membantu Einstein
dalam menyusun makalahnya pada tahun 1905, yang dikenal dengan makalah Annus
Mirabilis, tetapi sejarawan fisika yang mengkaji masalah ini tidak menemukan bukti bahwa
Marić memberikan kontribusi penting.Dengannya beliau memiliki tiga anak. Kemudian dia
memegang gelar jabatan profesor di kota Eropa, Zurich, Praha dan Berlin. Saat itu di Berlin
pada akhir 1915an beliau menyelesaikan teori relativitas umum, yang menjelakan hubungan
antara gravitasi dan ruang waktu.

Einstein adalah seorang juru tulis berusia 26 tahun di kantor paten di Bern, Swiss pada
tahun 1905 ketika dia membuat karya besarnya Teori Relativitas, Materi, dan Teori Kuantum

Tahun 1905 adalah tahun penuh prestasi bagi Albert, karena pada tahun ini ia menghasilkan
karya-karya yang cemerlang. Berikut adalah karya-karya tersebut:

Maret: paper tentang aplikasi ekipartisi pada peristiwa radiasi, tulisan ini merupakan
pengantar hipotesa kuantum cahaya dengan berdasarkan pada statistik Boltzmann. Penjelasan
efek fotolistrik pada paper inilah yang memberinya hadiah Nobel pada tahun 1922.

April : desertasi doktoralnya tentang penentuan baru ukuran-ukuran molekul. Einstein


memperoleh gelar PhD-nya dari Universitas Zurich.

Einstein lebih dari seorang ilmuwan yang gila dengan rambut putihnya, Beliau juga seorang
yang selalu penasaran, seorang pekerja keras dan penuh tekad, dimana dari semua
idealismenya melahirkan idenya mengubah cara pandang dunia dengan berbagai cara.

2. Isaac Newton

1. Biografi Sir Isaac Newton


Sir Isaac newton adalah ahli fisika, astronomi, matematika, kimia dan ahli filsafat
yang lahir di Woolsthrope, Inggris, tepat pada hari Natal tahun 1642, bertepatan tahun dengan
wafatnya Galileo. Newton lahir secara prematur, dimana saat itu bayi prematur tidak
diharapkan kehadirannya di dunia. Ayahnya, Isaac, meninggal tiga bulan sebelum
kelahiran Newton, dan dua tahun kemudian ibunya, Hannah Ayscough Newton menikah
dengan lelaki lain dan meninggalkan Newton dengan neneknya.

Pada umur 12 tahun Newton kemudian bersekolah di King's College di Grantham,


tidak jauh dari tempat tinggalnya. Saat bersekolah di Grantham dia tinggal di kost milik
apoteker local yang bernama William Clarke. Newton sempat menjalin kasih dengan adik
angkat William, Anne Storer. Saat Newton memfokuskan dirinya pada pelajaram, kisah
cintanya menjadi semakin tidak menentu dan akhirnya Storer menikahi orang lain. Banyak
yang mengatakan bahwa Newton selalu mengenang kisah cintanya walaupun selanjutnya
tidak pernah disebutkan Newton memiliki kekasih bahkan pernah menikah.

Untuk kedua kalinya ibunya menjadi janda ketika Newton berumur 14 tahun.
Newton berhenti sekolah karena ia harus bekerja di ladang dan di peternakan untuk
menghidupi ibunya dan ketiga adik tirinya. Ketika King's College bersedia membebaskan
biaya sekolah Newton karena kepandaian dan keadaan keluarganya yang miskin, Newton
kembali sekolah sampai selesai. Kemudian Newton melanjutkan pendidikannya ke Trinity
College di Universitas Cambridge dengan niat menjadi pendeta gereja Inggris, pada saat itu
Newton berusia 18 tahun.

Isaac lulus tahun 1665, tak lama sebelum wabah pes yang dikenal sebagai Black
Death melanda London. Semua universitas ditutup selama wabah merajalela. Isaac kembali
ke peternakan keluarganya yang sekarang diurus oleh adiknya. Di situ, Isaac melanjutkan
studi dan penelitiannya mengenai teorema binomial, cahaya, teleskop, kalkulus, dan teologi.
Ketika Universitas Cambridge dibuka kembali, Newton melanjutkan pendidikannya untuk
memperoleh gelar sarjana, sambil mengajar dan melakukan penelitian.

Tahun 1672 Newton diterima sebagai anggota Royal Society--kelompok ilmuwan


yang mengabdikan diri kepada metode eksperimental. Kepada kelompok ini, dia
menyumbangkan salah satu teleskopnya yang baru bersama temuannya tentang cahaya.
Kelompok ini membentuk sebuah komisi, dipimpin oleh Robert Hooke, untuk menilai
temuan-temuan Newton. Hooke dipekerjakan oleh Royal Society untuk menguji coba
temuan-temuan baru. Namun, karena Hooke mempunyai gagasan sendiri tentang cahaya, ia
jadi enggan menerima kebenaran temuan Newton. Hooke bersitegang dengan Newton dalam
cahaya dan warna. Makalah yang diterbitkan Newton dituduh mencontek buku “Gambar uji
coba mikroskop” karangan Hooke. Hal yang sama terjadi setelah Newton menerbitkan
Principia, Hooke kembali menyerang Newton, agar menghentikan penerbitan dan peredaran
buku tersebut, sebelum keduanya didamaikan oleh Halley. Ini membuat Newton heran dan
kecewa sehingga dia memutuskan tidak akan memublikasikan temuannya

 Isaac Newton mewakili Universitas Cambridge sebagai Anggota Parlemen tahun


1689 dan 1690. Tahun 1690 kesehatannya memburuk. Ini mungkin karena gangguan saraf
akibat kerja bertahun-tahun dan seringnya ia mengalami ketegangan. Akhirnya memang dia
sembuh sama sekali selama beberapa tahun kemudian. Tahun 1696, pemerintah
mengangkatnya menjadi Pelindung Mata Uang. Tugasnya adalah mengawasi penggantian
mata uang Inggris yang telah tua dan rusak dengan mata uang baru yang lebih tahan lama.
Dia juga bertanggung jawab membongkar jaringan pemalsu uang.
Tahun 1701, Newton kembali menjadi anggota Parlemen. Dua tahun kemudian dia terpilih
sebagai presiden Royal Society dan dianugerahi gelar Sir.. Terpilihnya ia terus untuk jabatan
itu setiap tahun sepanjang hidupnya, menunjukkan betapa rekan-rekannya sesama ilmuwan
sangat menghormatinya. Setelah kembali ke dunia ilmu, Newton menerbitkan karya
pertamanya mengenai cahaya. Buku Opticks (Optik) memuat temuan-temuannya mengenai
optik dan saran-saran untuk penelitian lebih lanjut. Negara secara resmi mengakui karya-
karyanya tahun 1705 ketika ia menjadi orang pertama yang dianugerahi gelar kebangsawanan
karena prestasinya dalam bidang ilmu.

Umur 80 tahun, Newton sering dililit penyakit tetapi penglihatannya masih baik.
Untuk membantu mengakomodasi kegiatannya, dipekerjakanlah seorang asisten. Newton
tidak menikah tapi ketiga saudara tirinya tetap mendapat perhatian darinya., Newton
meninggal di Kensington, London pada 20 Maret tahun 1727, dalam usia 84 tahun. Dia
mendapat kehormatan dimakamkan di Westminster Abbey. tempat peristirahatan terakhir
bagi keluarga raja, orang terkenal, pahlawan dan ilmuwan. Setelah Newton meninggal, untuk
mengenang jasa-jasanya dibuatlah mata uang bergambar Newton.

2. Hasil Penemuan Newton

Beberapa karya yang telah dihasilkan Newton antara lain:


1.      Method of Fluxions (1671)
2.      De Motu Corporum (1684)
3.      Philosophiae Naturalis Principia Mathematica (1687)
4.      Opticks (1704)
5.      Reports as Master of the Mint (1701-1725)
6.      Arithmetica Universalis (1707)
7.      An Historical Account of Two Notable Corruptions of Scripture (1754)
Penemuan-penemuan Sir Isaac Newton antara lain:

a. Gravitasi

Pada tahun 1665 banyak orang melarikan diri dari kota untuk menghindari wabah
wabah pes yang dikenal sebagai Black Death melanda London, sebuah penyakit yang
mewabah di Inggris yang telah membunuh ribuan orang, dan menyebabkan Universitas
Cambridge ditutup selama satu tahun. Ia kembali ke rumah masa kecilnya di Woolsthrope
Manor.  Suatu hari, ketika dia sedang berjalan-jalan di taman, dia melihat sebuah apel jatuh.
Apel tersebut jatuh begitu saja, seolah-olah diraih dari bawah oleh sebuah tangan tidak
kelihatan. Versi lain dari cerita ini, yang lebih dramatis, apel tersebut jatuh ke atas kepala
Newton ketika dia sedang tertidur di bawah sebatang pohon. Sebenarnya cerita tentang apel
jatuh dikepala Newton ini tidak benar. Cerita ini hanya dikarang oleh seorang filsuf  Perancis
yang bernama François-Marie Arouet Voltaire (1694-1778). Voltaire datang ke Inggris tahun
1726-1729 sedangkan Newton meninggal tahun 1727.  Newton meninggal sekitar 10 bulan
setelah kedatangan Voltaire. Pemakaman Newton di Westminster Abbey sangat
mengesankan bagi Voltaire. Dari situ, Voltaire kemudian berteman dengan Mrs. conduit yang
tak lain adalah keponakannya Newton. Berhubung Voltaire ini adalah seorang filsuf, dia
menuliskan seluruh kesan dan pengalamannya tentang Inggris dalam sebuah karangan berseri
(a series of essays) yang berjudul Lettres philosophiques atau Letters Concerning the English
Nation yang diterbitkan baik di Perancis maupun Inggris pada tahun 1734. Dalam Lettres
philosophiques tadi, Voltaire menuliskan sedikit anekdot  yang menceritakan Voltaire
diberitahu oleh Mrs.Conduit tentang kisah apel yang jatuh di kepala Newton. Lalu karena
Voltaire menceritakan hal ini dua kali dalam Lettres philosophiques, maka anekdot ini
dianggap serius oleh dunia, sehingga tersebarlah anekdot ini.

Banyak orang berpendapat Newton menemukan perumusan hukum gravitasi melalui


suatu ilham yang datang secara tiba-tiba. Ternyata tidak demikian, teori Newton lahir melalui
proses yang cukup panjang yang dibuka oleh pemikiran Copernicus, dirintis oleh tumpukan
data Tycho Brahe, dan yang kemudian digarap oleh Kepler. Penemuan Newton sendiri
diperoleh melalui usaha dengan ketekunan yang memakan waktu untuk dapat memahami
ketiga ilmuwan tersebut. Bahkan, pada tahun 1666 ia masih belum memahaminya.
Dugaannya mengenai gravitasi disimpan oleh Newton untuk dirinya sendiri selama puluhan
tahun. Dengan berbagai hasil karya ilmiah yang dicapainya, Newton menerbitkan sebuah
buku Philosophiae Naturalis Principia Mathematica tahun 1687, di mana pada buku tersebut
dideskripsikan mengenai teori gravitasi secara umum, berdasarkan hukum gerak yang
ditemukannya, dimana benda akan tertarik ke bawah karena gaya gravitasi. Jadi, dari
penelitian dan kerja keras selama kurang lebih 20 tahun akhirnya pada 1687 itu dia menjadi
orang pertama yang mengeluarkan teori gravitasi.

Sebelum mencetuskan Hukum Gravitasi Universal, Newton telah melakukan


perhitungan untuk menentukan besar gaya gravitasi yang diberikan bumi pada bulan
sebagaimana besar gaya gravitasi bumi yang bekerja pada benda-benda di permukaan bumi.
Sebagaimana yang kita ketahui, besar percepatan gravitasi di bumi adalah 9,8 . Jika gaya
gravitasi bumi mempercepat benda di bumi dengan percepatan 9,8 m/s, berapakah percepatan
di bulan? karena bulan bergerak melingkar beraturan (gerakan melingkar bulan beraturan),
maka percepatan sentripetal bulan dihitung menggunakan rumus percepatan sentripetal Gerak
melingkar beraturan.

Diketahui orbit bulan yang hampir bulat mempunyai jari-jari sekitar 384.000 km dan
periode (waktu yang dibutuhkan untuk melakukan satu putaran) adalah 27,3 hari. Dengan
demikian, percepatan bulan terhadap bumi adalah

Jadi percepatan gravitasi bulan terhadap bumi 3600 kali lebih kecil dibandingkan
dengan percepatan gravitasi bumi terhadap benda-benda di permukaan bumi. Bulan berjarak
384.000 km dari bumi. Jarak bulan dengan bumi ini sama dengan 60 kali jari-jari bumi (jari-
jari bumi = 6380 km) . Jika jarak bulan dari bumi (60 kali jari-jari bumi) dikuadratkan, maka
hasilnya sama dengan 3600 (60 x 60 = 60 2 = 3600). Angka 3600 yang diperoleh dengan
mengkuadratkan 60 hasilnya sama dengan Percepatan bulan terhadap bumi, sebagaimana
hasil yang diperoleh melalui perhitungan.

Berdasarkan perhitungan ini, Newton menyimpulkan bahwa besar gaya gravitasi


yang diberikan oleh bumi pada setiap benda semakin berkurang terhadap kuadrat jaraknya (r)
dari pusat bumi. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
Selain faktor jarak, Newton juga menyadari bahwa gaya gravitasi juga bergantung
pada massa benda. Ketika bumi memberikan gaya aksi berupa gaya gravitasi kepada benda
lain, maka benda tersebut memberikan gaya reaksi yang sama besar tetapi berlawanan arah
terhadap bumi. Karena besarnya gaya aksi dan reaksi sama, maka besar gaya gravitasi juga
harus sebanding dengan massa dua benda yang berinteraksi. Berdasarkan penalaran ini,
Newton menyatakan hubungan antara massa dan gaya gravitasi. Secara matematis ditulis
sbb :

MB adalah massa bumi, Mb adalah massa benda lain dan r adalah jarak antara pusat
bumi dan pusat benda lain. Setelah membuat penalaran mengenai hubungan antara besar gaya
gravitasi dengan massa dan jarak, Newton membuat penalaran baru berkaitan dengan gerakan
planet yang selalu berada pada orbitnya ketika mengitari matahari. Newton menyatakan
bahwa jika planet-planet selalu berada pada orbitnya, maka pasti ada gaya gravitasi yang
bekerja antara matahari dan planet serta gaya gravitasi antara planet, sehingga benda langit
tersebut tetap berada pada orbitnya masing-masing. Tidak puas dengan penalarannya di atas,
ia menyatakan bahwa jika gaya gravitasi bekerja antara bumi dan benda-benda di permukaan
bumi, serta antara matahari dan planet-planet maka mengapa gaya gravitasi tidak bekerja
pada semua benda? Newton pun mencetuskan Hukum Gravitasi Universal dan
mengumumkannya pada tahun 1687. Hukum gravitasi Universal itu berbunyi demikian :
semua benda di alam semesta menarik semua benda lain dengan gaya sebanding dengan hasil
kali massa benda-benda tersebut dan berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara benda-
benda tersebut.  Secara matematis, besar gaya gravitasi dapat ditulis sbb : 

Keterangan:

F   : gaya gravitasi atau gaya tarik-menarik antara kedua benda (N)

m1 : massa benda 1 (kg)

m2 : massa benda 2 (kg)

r  : jarak kedua benda (m)

F adalah besar gaya gravitasi pada salah satu partikel, m1 dan m2 adalah massa kedua
partikel, r adalah jarak antara kedua partikel. G adalah konstanta universal yang diperoleh
dari hasil pengukuran secara eksperimen. 100 tahun setelah Newton mencetuskan hukum
Gravitasi Universal, pada tahun 1978, Henry Cavendish berhasil mengukur gaya yang sangat
kecil antara dua benda, mirip seperti dua bola. Melalui pengukuran tersebut, Henry
membuktikan dengan sangat tepat persamaan Hukum Gravitasi Universal di atas.

b. Hukum-hukum Newton tentang Gerak

Selain hukum gravitasi, Newton juga mengembangkan tiga hukum tentang gerak
yang menjelaskan bagaimana gaya menyebabkan benda bergerak. Semua hukum Newton ini
sering disebut fisika klasik. Berikut ini akan kita pelajari ketiga hukum Newton tersebut.

1. Hukum I Newton

Hukum I Newton berbunyi “sebuah benda akan tetap diam atau tetap bergerak lurus
beraturan jika tidak ada resultan gaya yang bekerja pada benda itu”. Benda dalam keadaan
diam karena gaya dorong, gaya gesek, gaya berat, gaya normal pada benda setimbang.
Dengan kata lain, benda tersebut diam karena resultan gaya pada benda = 0.

Gambar 3. Arah gaya dorong, gaya gesek dan gaya normal yang seimbang menyebabkan
benda tetap diam.

Jadi, jika resultan dari gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol
(F = 0), maka percepatan benda juga sama dengan nol (a = 0). Dengan demikian:

1) Jika benda dalam keadaan diam maka benda akan tetap diam, atau
2) Jika benda dalam keadaan bergerak lurus beraturan maka benda akan tetap bergerak
lurus beraturan.

Hukum I Newton adalah sebagai berikut:

F=0

Keterangan:

F : resultan gaya yang bekerja pada benda (N)

2. Hukum II Newton

Apabila resultan gaya yang timbul pada sebuah benda tidak sama dengan nol maka
benda tersebut akan bergerak dengan percepatan tertentu. Sebuah benda bermassa m
mendapat gaya F akan bergerak dengan percepatan a. Jika benda semula dalam keadaan diam
maka benda itu akan bergerak dipercepat dengan percepatan tertentu. Adapun jika benda
semula bergerak dengan kecepatan tetap maka benda akan berubah menjadi gerak dipercepat
atau diperlambat.

Hukum Newton II tentang hubungan antara gaya, massa dan percepatan berbunyi
“semakin besar gaya yang bekerja pada sebuah benda semakin besar percepatannya, tetapi
semakin pejal benda semakin besar perlambatannya”. Secara matematis dapat dirumuskan:

F=m.a

Keterangan:

m : massa benda (kg)

a : percepatan benda (m/s2)

3. Hukum III Newton

Jika benda pertama mengerjakan gaya pada benda kedua maka benda kedua juga
akan mengerjakan gaya pada benda. pertama yang besarnya sama, tetapi berlawanan arah.
Hukum III Newton juga dikenal sebagai hokum aksi-reaksi. Secara matematis hukum III
Newton dapat dituliskan sebagai berikut. Yaitu “ketika suatu benda memberikan gaya pada
benda kedua, benda kedua juga melepaskan gaya yang sama namun berlawanan arah dengan
gaya benda pertama”.

c. OPTIKA

Ketika Universitas Cambridge dibuka kembali, Newton melanjutkan pendidikannya


untuk memperoleh gelar sarjana, sambil mengajar dan melakukan penelitian. Dalam
penelitian Pada usia 23 tahun, Newton juga melakukan eksperimen “cahaya” dengan
menggunakan sebuah prisma. Cahaya putih menurutnya bukan murni melainkan campuran
berbagai warna. Lewat eksperimen ditemukan bahwa cahaya putih bisa diurai menjadi
spektrum tujuh warna, lalu bisa menyatu kembali menjadi seberkas cahaya putih. Untuk
menunjukkan bahwa cahaya matahari terdiri atas berbagai warna, yang kita kenal sebagai
warna-warni pelangi. Teori ini kemudian disebut dengan istilah pembiasan cahaya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan ilmu sesungguhnya tidak bisa dilepaskan dari rasa keingintahuan yang
besar diiringi dengan usaha-usaha yang sungguh-sungguh melalui penalaran, percobaan,
penyempurnaan, dan berani mengambil resiko tinggi sehingga menghasilkan penemuan-
penemuan yang bermanfaat bagi suatu generasi dan menjadi acuan pertimbangan bagi
generasi selanjutnya untuk mengoreksi, menyempurnakan, mengembangkan, dan
menemukan penemuan selanjutnya. Faktor-faktor inilah yang kemudian menjadi spirit dan
motivasi bagi pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Hal penting yang perlu dicatat dalam hal ini adalah bahwa pesatnya perkembangan
ilmu pengetahuan harus diimbangi dengan pengembangan moralitas spiritual, karena
sebagaimana kita tahu bahwa Ilmu pengetahuan hakekatnya adalah bebas nilai, tergantung
bagaimana manusia mempergunakannya. Ilmu pengetahuan bisa berdampak positif, tetapi ia
juga dapat memiliki dampak negatif bagi kehidupan manusia. Dampak positifnya adalah
dapat semakin mempermudah dan memberikan kenyamanan dalam kehidupan manusia,
sementara dampak negatifnya adalah dapat menghancurkan tatanan kehidupan manusia itu
sendiri.

B. Saran
Saran yang dapat kami sampaikan adalah :
1. Seharusnya kita sebagai calon pendidik(guru) haruslah banyak mengetahui tentang sejarah
perkembangan ilmu pengetahuan, dan siapa saja penemu yang berperan penting dalam
kehidupan dari zaman ke zaman,baik itu dari zaman dulu sampi zaman sekarang.
2. Sebagai umat islam, kita harus tahu bahwa yang berperan penting dalam perkembangan
ilmu pengetahuan saat ini tidak hanya orang Barat, namun orang dari timur – tengah pun
banyak yang berperan dalam perkembangn ilmu"yang sudh ada pada zaman dulu hingga
sekarang,karna karna perkembangn ilmu pada masa dulu itu berbeda dengan masa sekarang
yang dimna zaman sekarang sudh terkenal moderen contohnya itu dari teknologi.
DAFTAR PUSTAKA

https://tirto.id/bagaimana-pertumbuhan-dan-perkembangan-iptek-dari-zaman-ke-zaman-gbJd
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Abad_Pertengahan

 Pearl S. Buch. 2002. Negara dan Bangsa. Jakarta: PT. Ikrar Mandiri Abdi.
Margareth Nicholas dan Eddy Seotrisno. 2009. 100 Tokoh Besar Yang Membentuk Sejarah
Dunia. Jakarta: Inti Media dan Ladang Pustaka.
Wahjudi Djaja. 2012. Sejarah Eropa: Dari Eropa Kuno Hingga Eropa Modren. Yogyakarta:
Ombak.
Asril, M.Pd. 2015. Sejarah Pendidikan Dunia dan Indonesia. Pekanbaru.
 http://id.wikipedia.org/wiki/Yunani_Kuno
Perpustakaannasional:katalogdalamterbitan
(KDT)JalaluddinFilsafatilmupengetahuan/jalaluddin, Ed.1-1-jakarta: Rajawalipers, 2013.
Kees Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, Op. Cit., hal. 154-156.
Ibid., hal. 160-163.
Soedjono Hardjosoediro, “Warga Negara”, dalam Hassan Shadily (ed.), Ensiklopedi
Indonesia, (Jakarta: Ikhtiar Baru-Van Hoeve, 1987), 3858-3950, hal. 3877.
Jamie Greene, “Citizenship”, dalam Patrick Phillips dan Ben Francis (eds.), Oxford
Advanced Learner’s Dictionary, (New York: Oxford University Press, 2010), 198-364, hal.
254. “The legal right to belong To a particular country; the state of being a citizen and
accepting the responsibilities of it”.
Kees Bertens, Sejarah Filsafat Yunani, Op. Cit., hal. 55.
Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat I, (Yogyakarta: Kanisius, 1980), hal. 21.
Yun yun Yunadi, Mokhamad Amin Tohari, Siti Nadroh, Sejarah
Kebudayaan Islam, (Indonesia: Kementrian Agama, 2015).
Eka Nova Irawan, Buku Pintar Pemikiran-pemikiran Tokoh-tokoh
Psikologi, (Yogyakarta: IRCISOD, September 2015).
Muhamad Gharib Gaudah, 147 Ilmuan Terkemuka dalam Sejarah Islam,
(Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar, 2007).
Dedi Supriadi, Pengantar Filsafat Islam Konsep, Filsuf, dan Ajarannya,
(Bandung: Pustaka Setia, 2009).
M.M Syarif, Para Filosof Muslim, (Bandung: Mizan Anggota IKAPI,
1985).
https://www.google.co.id/amp/s/delachieve.com/pendekatan-peradaban/?espv=1

Anda mungkin juga menyukai