Anda di halaman 1dari 12

Tugas Kelompok Dosen Pembimbing

Filsafat Umum Imam Darmawan,SE,M.Si

AKSIOLOGI : NILAI KEGUNAAN ILMU

UIN SUSKA RIAU

Oleh :
BUSTHOMI (11940311884)
CAPRICES RIFAEL BIFIANO (11940313936)
IBNU AKHYAR (11940313970)
RENOL ALFARISI (11940312006)

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kita kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah kita dapat menyusun makalah ini tanpa
adanya hambatan yang menghalangi kami.

Selanjutnya ucapan terimakasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing mata


kuliah Filsafat Umum, sebab bimbingannyalah kami dapat menyelesaikan makalah
yang berjudul “Aksiologi : Nilai Kegunaan Ilmu” ini hingga akhir.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca maupun bagi kami
selaku penyusun. Dan kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Maka dari itu, kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini
selanjutnya.

Pekanbaru, 7 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..……i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..…..ii

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………....1

1.1. Latar Belakang………………………………………………………….1


1.2. Rumusan Masalah……………………………………………………. ..1
1.3. Tujuan…………………………………………………………………..1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………….…2

2.1 Pengertian atau Definisi Aksiologi……………………………………...2

2.2 Teori Nilai Aksiologi ....……………………………………….………..3

2.3 Hierarki Nilai Aksiologi ………………………………………………..4

2.4 Nilai Kegunaan Ilmu……………………………………………………5

BAB III PENUTUPAN……………………………………………………………...7

3.1 Kesimpulan……………………………………………………………...7

3.2. Saran………………………………………………………………….....7

DAFTAR ISI………………………………………………………………………..iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Dewasa ini keindahan sebagaimana adanya tampak sebagai salah satu


perwujudan dari cara pandang yang khas terhadap dunia, sebuah sikap yang khas yang
disebut dengan nilai. Penemuan ini merupakan salah satu penemuan yang terpenting
di dalam filsafat dewasa ini, dan secara mendasar mengandung arti pembedaan antara
ada (being) dengan nilai (value). Nilai senantiasa merupakan tema yang penting bagi
para filsuf di sepanjang zaman; sekalipun demikian, sebelum lahirnya aksiologi,
masing masing nilai dipelajari secara tertutup adalah demi kepentingan dan tentang
dirinya sendiri, dan tidak mewakili kategori yang lebih luas. Oleh karena itu,melalui
makalah yang singkat ini penulis berusaha menjelaskan tentang aksiologi nilai
kegunaan ilmu tersebut sesuai dengan kemampuan yang dimiliki penulis.Tentunya
penulis yakin hal ini masih jauh dari kata kesempurnaan.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa pengertian atau definisi dari aksiologi?


2. Apa saja teori yang mencakup nilai aksiologi?
3. Bagaimana pengelompokkan tinggi-rendahnya nilai dalam aksiologi?
4. Apa yang dimaksud dengan nilai kegunaan ilmu?

1.3.Tujuan

1. Mengetahui pengertian atau definisi dari aksiologi.


2. Mengetahui teori dan hierarki nilai dari aksiologi.
3. Memahami kegunaan ilmu.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1.Pengertian atau Definisi Aksiologi

Menurut bahasa Yunani, aksiologi berasal dari kata axios artinya nilai dan logos
artinya teori atau ilmu. Jadi aksiologi adalah teori tentang nilai. Aksiologi adalah suatu
ilmu yang membahas tentang nilai secara teoritis sehingga aksiologi juga disebut
theory of value. Aksiologi membahas tentang nilai secara teoritis yang mendasar dan
filsafati, yaitu membahas nilai sampai pada hakikatnya. Aksiologi, oleh karena
membahas tentang nilai secara filsafati, juga disebut dengan Philosophy of Value
(Filsafat Nilai).

1
Menurut Kamus Bahasa Indonesia, aksiologi adalah kegunaan ilmu
pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika.
Menurut Max Scheler, 2 aksiologi (nilai) adalah sesuatu yang dituju oleh perasaan yang
mewujudkan “apriori emosi”. Nilai bukan ide atau gagasan, melainkan sesuatu yang
konkrit yang hanya dapat dialami dengan jiwa yang tergetar dengan emosi.

Aksiologi membahas tentang nilai-nilai kebenaran, keindahan, kebaikan, dan


religious dari sudut pandang hakikatnya. Persoalan tentang nilai sebagai fenomena
psikis sebenarnya memang telah dibahas sejak jaman Yunani kuno, tetapi belum
dirumuskan secara sistematis. Plato telah mengemukakan pendapat tentang hakikat
segala yang ada dan menempatkan ide kebaikan sebagai ide tertinggi. Kebaikan belum
dipahami sebagai nilai pada saat itu karena lebih dipahami secara ontologis.

1
Aziz Abu Izzah, 2011, Jurnal NILAI KEGUNAAN ILMU

2
R. Parmono, 1993, “Konsep Nilai Menurut Max Scheler” dalam Jurnal Filsafat “WISDOM”, Seri 16
November 1993. Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta

2
2.2. Teori Nilai Aksiologi

Inti permasalahan nilai di bidang aksiologi adalah tentang asal mulanya. 3Asal
mula nilai menimbulkan berbagai pandangan yang dapat dikelompokkan menjadi 2
teori, yaitu teori nilai objektif dan subjektif. Nilai disebut objektif apabila keberadaan,
makna, dan validitasnya tidak tergantung pada subjek atau kesadaran manusia yang
menilai. Nilai disebut subjektif apabila tergantung pada subjek atau kesadaran manusia
yang menilai, yaitu tergantung pada reaksi subjek yang melakukan penilaian, tanpa
mempertimbangkan penilaian pada hal-hal yang bersifat psikis atau fisis.

Objektivisme menyatakan dalam kaitannya dengan nilai, pendapat orang yang


berselera rendah tidak mengurangi keindahan sebuah karya seni. Ketidaksepakatan
mengacu kepada benda bukan kepada nilai. Tak seorang pun yang dapat gagal untuk
menghargai keindahan; apa yang mungkin terjadi adalah bahwa orang tidak dapat
mengenali keindahan dalam objek tertentu. Kaum Subjektivis mengatakan,
ketidaksepakatan itu berkaitan dengan nilai itu sendiri. Masing-masing orang memiliki
cara pemahaman yang berbeda terhadap nilai-nilai keadilan, kebagusan, keindahan,
maupun kepantasan.

Objektivisme maupun subjektivisme mempunyai dasar pandangan yang


beralasan. Objektivisme memiliki dasar yang kuat karena terdapat perbedaan hakiki
antara penilaian dan nilai. Nilai mendahului penilaian. 4Subjektivisme juga memiliki
dasar alasan yang kuat karena nilai tidak dapat bebas dari penilaian. Subjektivisme
berpandangan bahwa nilai-nilai seperti kebaikan, kebenaran, dan keindahan tidak ada
dalam dunia real objektif tetapi merupakan perasaan-perasaan, sikap-sikap pribadi, dan
merupakan penafsiran atas kenyataan.

3
Jirzanah, 2013, “NILAI-NILAI TOLERANSI ISLAM DI NEGARA KEBANGSAAN INDONESIA DALAM
PERSPEKTIF AKSIOLOGI” dalam Jurnal Filsafat “WISDOM“, Vol 23, No 1. Fakultas Filsafat UGM,
Yogyakarta
4
Cuk Ananta Wijaya, 1993, “Nilai Menurut Risieri Frondizi” dalam Jurnal Filsafat “WISDOM“, Seri 16
November 1993. Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta

3
2.3 Hierarki Nilai Aksiologi

Nilai hierarki (tersusun bertata jenjang) merupakan nilai yang lebih tinggi dan
pula nilai yang lebih rendah. Nilai tersaji dalam urutan pentingnya, atau sesuai dengan
tabel nilai. Hirarki ditunjukkan oleh preferensi: pada ada (being) dihadapkan dengan
dua nilai,seseorang biasanya akan "lebih senang" pada tertinggi dari dua nilai tersebut,
meskipun adakalanya dia mungkin "memilih" nilai yang lebih rendah. dengan dan
alasan yang sangat khusus.

Menurut Frondizi, 5keberadaan urutan hirarkis merupakan perangsang bagi


tindakan kreatif dan peninggian moral. Makna hidup yang kreatif dan luhur secara
fundamental berdasarkan pada penerimaan nilai yang lebih •.tinggi sebagai yang
dilawankan dengan nilaiyang lebih rendah. Orang per orangan, juga masyarakat
dankelompok budayayang khusus, terhadap sesama kita, pertimbangan kita
yangberkaitan dengan Perilakunya dan preferensiestetik kita·disesuaikan dengan tabel
nilai.

6
Hierarki nilai atau tinggi rendahnya nilai-nilai dikelompokkan dalam 4
tingkatan, yaitu :

1. Nilai- nilai kenikmatan (jasmaniah). Tingkatan nilai kenikmatan meliputi


deretan nilai-nilai yang dimulai dari yang mengenakkan sampai dengan yang
tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau menderita. Nilai
kenikmatan ini merupakan tingkatan nilai terendah.

5
Cuk Ananta Wijaya, 1993, “Nilai Menurut Risieri Frondizi” dalam Jurnal Filsafat “WISDOM“, Seri 16
November 1993. Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta
6
Jirzanah, 2013, “NILAI-NILAI TOLERANSI ISLAM DI NEGARA KEBANGSAAN INDONESIA DALAM
PERSPEKTIF AKSIOLOGI” dalam Jurnal Filsafat “WISDOM“, Vol 23, No 1. Fakultas Filsafat UGM,
Yogyakarta

4
2. Nilai-nilai vital kehidupan. Tingkatan nilai vital kehidupan meliputi deretan
nilai-nilai yang penting bagi kehidupan. Nilai-nilai kehidupan ini meliputi
pemenuhan nilai keadilan untuk kesejahteraan perorangan sampai dengan
keseluruhan (masyarakat) dan norma-norma moral masyarakat.
3. Nilai-nilai kejiwaan. Tingkatkan nilai ini meliputi macam-macam nilai
kejiwaan yang sama sekali tidak tergantung pada keadaan jasmani maupun
lingkungan masyarakat. Nilai kejiwaan ini terdiri atas nilai-nilai kebaikan,
keindahan, kebenaran dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.
4. Nilai-nilai kerohanian. Tingkatkan nilai ini meliputi modalitas nilai yang suci
dan abadi. Nilai kerohanian ini terutama terdiri atas nilai-nilai pribadi dalam
hubungannya dengan Tuhan sebagai pribadi tertinggi, sumber kesucian, dan
keabadian.

Hierarki nilai-nilai tidak tergantung pada keinginan manusia, melainkan secara


objektif memang seharusnya begitu. Manusia tidak dapat begitu saja mengubahnya
menurut keinginan atau pendapatnya sendiri. Hierarki nilai ini ada ukuran objektifnya
sehingga manusia hanya dapat menemukan, memahami, dan mewujudkannya.
Manusia dapat disebut bertindak luhur atau beradab apabila menghargai hierarki nilai
dan selalu berusaha memilih dan mewujudkan nilai yang lebih tinggi.

2.4 Nilai Kegunaan Ilmu

7
Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan
estetika dimana makna etika memiliki dua arti yaitu merupakan suatu kumpulan
pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan manusia dan suatu predikat yang
dipakai untuk membedakan perbuatan, tingkah laku, atau yang lainnaya.

Merupakan kenyataan yang tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia


sangat berhutang kepada ilmu dan teknologi, sain dan teknologi dikembangkan untuk
memudahkan hidup manusia agar lebih mudah dan nyaman. Peradaban manusia

7
Aziz Abu Izzah, 2011, Jurnal NILAI KEGUNAAN ILMU

5
berkembang sejalan dengan perkembangan sain dan teknologi karena itu kita tidak bisa
dipungkiri peradaban manusia berhutang budi pada sains dan teknologi. Berkat sains
dan teknologi pemenuhan kebutuhan manusia bisa dilakukan dengan lebih cepat dan
mudah. Perkembangan ini baik dibidang kesehatan, pengangkutan, pemukiman,
pendidikan dan komunikasi telah mempermudah kehidupan manusia.

Sejak dalam tahap- tahap pertama ilmu sudah dikaitkan dengan tujuan perang,
di samping lain ilmu sering dikaitkan dengan faktor kemanusiaan, dimana bukan lagi
teknologi yang berkembang seiring dengan perkembangan dan kebutuhan manusia,
namun sebaliknya manusialah yang akhirnya yang harus menyesuaikan diri dengan
teknologi. Dihadapkan dengan masalah moral dalam menghadapi ekses ilmu dan
teknologi yang bersifat merusak ini para ilmuan terbagi ke dalam golongan pendapat
yaitu golongan pertama yang menginginkan bahwa ilmu harus bersifat netral terhadap
nilai-nilai baik itu secara ontologis maupun aksiologis.

6
BAB III

PENUTUPAN

3.1.Kesimpulan

 Aksiologi adalah suatu ilmu yang membahas tentang nilai secara


teoritis sehingga aksiologi juga disebut theory of value. Aksiologi
membahas tentang nilai-nilai kebenaran, keindahan,kebaikan, dan
religious dari sudut pandang hakikatnya.
 Pembahasan terkait teori aksiologi yaitu tentang asal mula aksiologi
tersebut yang terdiri dari dua teori yaitu teori objektif dan teori
subjektif. Objektivisme maupun subjektivisme mempunyai dasar
pandangan yang beralasan.
 Nilai hierarki (tersusun bertata jenjang) merupakan nilai yang lebih
tinggi dan pula nilai yang lebih rendah. Hierarki nilai-nilai tidak
tergantung pada keinginan manusia, melainkan secara objektif
memang seharusnya begitu.
 Nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan etika dan estetika
dimana makna etika memiliki dua arti yaitu penilaian terhadap
perbuatan manusia dan membedakan perbuatan, tingkah laku, atau
yang lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa peradaban manusia
bergantung pada ilmu dan pengetahuan

3.2.Saran

Setelah mempelajari materi Aksiologi : Nilai Kegunaan Ilmu, kita harus


saling menghargai perbedaan pendapat dan pandangan ke sesama umat manusia
karena masing-masing kita mempunyai persepsi yang berbeda. Karena perbedaan
itulah yang membuat kita indah.

7
DAFTAR PUSTAKA

R. Parmono, 1993, “Konsep Nilai Menurut Max Scheler” dalam Jurnal Filsafat
“WISDOM”, Seri 16 November 1993. Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta

Jirzanah, 2013, “NILAI-NILAI TOLERANSI ISLAM DI NEGARA


KEBANGSAAN INDONESIA DALAM PERSPEKTIF AKSIOLOGI” dalam Jurnal
Filsafat “WISDOM“, Vol 23, No 1. Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta

Aziz Abu Izzah, 2011, Jurnal NILAI KEGUNAAN ILMU

Cuk Ananta Wijaya, 1993, “Nilai Menurut Risieri Frondizi” dalam Jurnal Filsafat
“WISDOM“, Seri 16 November 1993. Fakultas Filsafat UGM, Yogyakarta

iii
Dokumentasi Pembuatan Makalah

iv

Anda mungkin juga menyukai