Anda di halaman 1dari 15

AGAMA DALAM PENDEKATAN BEHAVIORISME

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Psikologi Agama

Dosen Pengampu:

Mufidatul Munawaroh, S.Psi., M.Psi

Disusun Oleh:

1. Nuriah Fatmawati

2. Vera Damayanti

3. Fahmiyah

4. Nadiya Fitriatin Nisa

FAKULTAS AGAMA ISLAM/PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM DARUL ULUM LAMONGAN

2020/2021
KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim.

Puji syukur kepada tuhan yang maha esa, berkat rahmat dan
izinnya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Agama dalam
pendekatan behaviorisme” sebagai pemenuhan tugas kelompok presentasi.

Ucapan terima kasih kami tujuk kepada pihak yang telah


mendukung perselesaikannya laporan ini. Terima kasih pula kepada ibu
dosen Selaku dosen pengampu kami yang telah mengampu kami dalam
proses penyelesaian.

Tak lepas dari kekurangan, kami sadar bahwa makalah ini masih
jauh dari kata sempurna. Saran dan kritik yang membangun diharapkan
demi karya yang lebih baik di masa mendatang. Besar harapan kami
semoga makalah ini membawa manfaat khususnya bagi kami dan para
pembaca.

Lamongan, 13 Desemseber 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

SAMPUL .................................................................................................................

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i

DAFTAR ISI .........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang ............................................................................................1


B. Rumusan Masalah .......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan .........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3

A. Konsep dasar manusia dalam perspektif behaviorisme .............................3


B. Pandangan islam mengenai pendekatan behaviorisme .............................5
C. Kelebihan dan kekurangan behaviorisme ..............................................7
D. Teknik-teknik utama terapi tingkah laku..............................................8

BAB III PENUTUP .............................................................................................10

A. Kesimpulan ...............................................................................................10
B. Saran .........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

E. Latar Belakang

Behavioristik adalah sebuah aliran dalam pemahaman tingkah laku


yang didirikan oleh John. B. Watson pada tahun 1930. Behaviorisme
menetapkan paradigma objektif pada psikologi. Paradigma objektif
menekankan pada data-data yang dapat diuji secara faktual dan
berdasarkan pengalaman (empiris).  Behaviorisme yakin dan percaya
bahwa seluruh tingkah laku manusia dapat dipahami (understanding),
dirumuskan (formulasi) dan diprediksi, berdasarkan pandangan objektif.
Maka rumusan tingkah laku bagi Behaviorisme merupakan hubungan
stimulus-respon-bond.

Asumsi dasar mengenai tingkah laku menurut teori ini adalah bahwa
tingkah laku sepenuhnya ditentukan oleh aturan-aturan, dapat diramalkan,
dan dapat dikendalikan. Gagasan utama aliran ini adalah bahwa untuk
memahami tingkah laku diperlukan pendekatan yang objektif, mekanistik,
dan materialistik sehingga perubahan tingkah laku pada diri seseorang
dapat dilakukan melalui upaya pengkondisian.

F. Rumusan masalah

A. Bagaimana konsep dasar manusia dalam perspektif behaviorisme?

B. Bagaimana pandangan islam mengenai pendekatan behaviorisme?

C. Apa saja kelebihan dan kekurangan behaviorisme?

D. Apa saja teknik-teknik utama terapi tingkah laku?

1
G. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk, menjelaskan mengenai:

A. Konsep dasar manusia dalam perspektif behaviorisme

B. Pandangan islam mengenai pendekatan behaviorisme

C. Kelebihan dan kekurangan behaviorisme

D. Teknik-teknik utama terapi tingkah laku

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Manusia dalam Perspektif Behaviorisme

Behaviorisme adalah suatu pandangan ilmiah tentang tingkah laku


manusia. Dalil dasarnya adalah bahwa tingkah laku itu tertib dan bahwa
eksperimen yang dikendalikan dengan cermat akan menyingkapkan
hukum-hukum yang mengendalikan tingkah laku. Behaviorisme ditandai
oleh sikap membatasi metode-metode dan prosedur-prosedur pada data
yang dapat diamati.1

Skiner berpandangan bahwa manusia dibentuk oleh lingkungan.


Manusia lahir dengan potensi yang bisa dikembangkan ke arah mana saja.
Pada prinsipnya manusia bukanlah organisme yang pasif, akan tetapi ia
aktif mencari akibat-akibat atau konsekuensi yang menyenangkan. Jadi
teori Skiner beranggapan bahwa manusia mampu melakukan tindakan-
tindakan atas inisiatif sendiri dalam lingkungannya, bukan sebagai objek
dan relatif pasif. Namun dalam hal ini lingkungan mempunyai posisi yang
lebih kuat, karena lingkungan menyediakan penguatan atau pengukuhan.2

Para ahli psikologi behavioristik memandang manusia tidak pada


dasarnya baik atau jahat. Para ahali yang melakukan pendekatan
behavioristik, memandang manusia sebagai pemberi respond, sebagai hasil
dari proses kondisioning yang telah terjadi.

1
Gerald Corey, Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi, Bandung: Refika Aditama, 2007,
hlm. 195.
2
Wening Wihartati, Pemahaman Individu (Paradigma Psikologi dan Agama), Semarang: Karya
Abadi Jaya, 2015, hlm. 57-58.

3
Dustin & George (1977), yang dikutip oleh George & Cristiani
(1981), mengemukakan pandangan behavioristik terhadap konsep
manusia, yakni:3

1. Manusia dipandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan


individu yang baik atau yang jahat, tetapi sebagai individu yang selalu
berada dalam keadaan sedang mengalami, yang memiliki kemampuan
untuk menjadi sesuatu pada semua jenis perilaku.

2. Manusia mampu mengkonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya


sendiri.

3. Manusia mampu memperoleh perilaku yang baru.

4. Manusia mampu memengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan


perilakunya yang bisa dipengaruhi orang lain.

Corey (1991), mengemukakan bahwa pada terapi perilaku, perilaku


adalah hasil dari belajar. Kita semua adalah hasil dari lingkungan sekaligus
adalah pencipta lingkungan. Tidak ada dasar yang berlaku umum bisa
menjelaskan semua perilaku, karena setiap perilaku ada kaitan dengan
sumber yang ada di lingkungan yang menyebabkan terjadinya sesuatu
perilaku tersebut.

Hasan Langgulung menjelaskan bahwa paradigma behaviorisme


didasarkan atas sejumlah asumsi. Paradigma behaviorisme adalah
psikologi yang didasarkan atas sejumlah asumsi yang dapat disimpulkan
sebagai berikut.4

3
Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: Penerbit Libri, 2011, hlm. 202-203.
4
Ibid., hlm. 66-68

4
1. Psikologi adalah sains tingkah laku, dan tingkah laku adalah semua
aktifitas yang dapat diobservasi. Psikologi adalah sains objek yang

bergantung pada data eksperimental dan bukti-bukti yang dapat


diobservasi.

2. Semua tingkah laku manusia harus diukur berdasarkan proses


physiohemical (psikometri) dan dimaknai berdasarkan perubahan
fisikal dan neurologi (sistem syaraf). Psikologi lebih terbuka kepada
ilmu biologi dari pada ilmu lainnya.

3. Semua pengikut Behaviorisme menerima asumsi yang mementingkan


keteraturan psikologis (psychological determenism), yang berarti
bahwa peristiwa stimulus menentukan peristiwa respon. Selanjutnya,
ini memungkinkan untuk memprediksi jenis respon yang dipilih
dengan stimulus tertentu. Juga, memungkinkan untuk mengetahui
penyebab tingkah laku tertentu atau respon tertentu, sebagai hasil dari
stimulus.

4. Faktor lingkungan sebagai faktor utama yang bertanggungjawab dalam


membentuk kepribadian manusia. Perhatian utama penganut
behaviorisme adalah mempelajari proses dan cara mengajari orang
agar dapat melakukan kebiasaan tertentu.

B. Pandangan Islam Mengenai Pendekatan Behaviorisme

Behaviorisme memandang manusia adalah makhluk biologis yang


terkondisi oleh lingkungannya. Berdasarkan teori yang berkembang, dalam
behaviorisme dapat dipahami bahwa bagi mereka jiwa manusia bermula
dari ada tetapi kosong dan diisi sedikit demi sedikit oleh pengalaman.
Pengalaman itu tersusun sedemikian rupa dan membentuk suatu sistem
mekanistik-otomatis berupa stimulus respond bond. Jiwa manusia hanya
memiliki kemampuan memberikan respon. Sehingga jiwa manusia laksana

5
benda mati yang tidak memiliki kemauan dan kebebasan untuk
menentukan tingkah laku, melainkan sangat bergantung, tepatnya sangat
terkondisi oleh lingkungannya. Dalam hal kemampuan jiwa untuk
memberikan respon terhadap rangsangan dari lingkuangan itu, menurut
behaviorisme, manusia tidak berbeda dengan binatang. Oleh karena itulah
mereka dalam penelitiannya melakukan percobaan terhadap binatang
sebagai alat untuk menganalisis perilaku manusia. Dengan kata lain bahwa
jiwa manusia tidak berbeda dengan jiwa binatang dalam hal memberikan
respon terhadap stimulus dari lingkungan untuk melahirkan tingkah laku.
Maka, jelaslah bahwa manusia tidak memiliki kapasitas istimewa
dibandingkan dengan makhluk lainnya katakanlah binatang dalam hal
bertingkah laku yang tidak lain adalah respon, manusia memiliki
persamaan dengan binatang. Bahwa manusia hanya memberikan respon
terhadap stimulus dari lingkungannya.

Jiwa manusia merupakan mesin otomatis yang memberikan respon


terhadap segala stimulus yang menyentuhnya. Oleh karena itu, dikatakan
bahwa jiwa manusia dalam pandangan behaviorisme menjadi korban yang
fleksibel, pasif, patuh terhadap lingkungannya. Dapat pula dikatakan
bahwa jiwa manusia menurut behaviorisme bersifat netral-pasif. Jelas,
bahwa behaviorisme memandang jiwa manusia itu berisikan dan terbentuk
oleh kumpulan pengalaman-pengalaman yang saling berhubungan secara
otomatis dan mekanistik. Ada empat dimensi jiwa yang terbentuk dari
kumpulan pengalaman itu, yakni dimensi kognisi (cipta), afeksi (rasa),
konasi (karsa), dan psikomotor (karya). 5

5
Baharudin, Paradigma Psikologi Islam, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004, hlm. 385-388.

6
C. Kelebihan dan Kekurangan Behaviorisme

1. Kekurangan

 Klien hanya mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa yang


diberikan psikolog. Mereka tidak diajarkan untuk berkreasi sesuai
dengan perkembangannya. Peserta cenderung pasif dan bosan.

 Klien hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan psikolog.


Pembelajaran seperti bisa dikatakan pembelajaran model kuno
karena menghafalkan apa yang didengar dan dipandang sebagai
cara belajar yang efektif. Penggunaan hukuman biasanya sebagai
salah satu cara untuk mendisiplinkannya.

 Klien tidak bebas berkreasi dan berimajinasi. Karena dalam teori


ini, belajar merupakan proses pembentukan yang membawa peserta
didik untuk mencapai target tertentu. Apabila teori ini diterapkan
terus menerus tanpa ada cara belajar lain, maka bisa dipastikan
mereka akan tertekan, tidak menyukai guru dan bahkan malas
belajar.

2. Kelebihan

 Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan


praktek dan pembiasaan. Dengan bimbingan yang diberikan secara
terus-menerus akan membuat klien paham sehingga mereka bisa
menerapkannya dengan baik.

 Materi yang diberikan sangat detail. Hal ini adalah proses


memasukkan stimulus yang dianggap tepat. Dengan banyaknya
pengetahuan yang diberikan, diharapkan klien memahami dan
mampu mengikuti setiap pembelajarannya.

7
 Membangun konsentrasi pikiran. Dalam teori ini adanya penguatan
dan hukuman dirasa perlu. Penguatan ini akan membantu
mengaktifkan klien untuk memperkuat munculnya respon.
Hukuman yang diberikan adalah yang sifatnya membangun
sehingga klien mampu berkonsentrasi dengan baik.

D. Teknik Terapi Perilaku (Behaviour)

Terapi-terapi perilaku menggunakan prinsip-prinsip belajar untuk


mengurangi atau mengeliminasi perilaku-perilaku maladaptif. Mereka
didasarkan teori-teori perilaku dan teori kognitif dalam menjelaskan
kepribadian. Terapi-terapi perilaku berusaha menyingkirkan gejala-gejala
perilaku dan bukan membantu individu untuk memperoleh pemahaman
tentang masalah mereka. Terapis-terapis perilaku semakin banyak
menggunakan pembelajaran berdasar observasi, faktor-faktor kofnitif dan
instruksi oleh diri dalam usaha untuk membantu orang dengan
permasalahannya.

Teknik-teknik pengondisian klasik dan pengondisian operan


digunakan dalam terapi-terapi ini. Dua teknik utama dalam terapi yang
didasarkan dalam pengondisian klasik adalah desensititasi sistematik dan
pengondisian aversif. Dalam desensititasi sitematik, kecemasan diatasi
dengan membuat individu mengasosiasikan relaksasi mendalam dengan
situasi-situasi yang menimbulkan kecemasan yang semakin meningkat.
Sebuah bentuk dari desentitasi adalah flooding. Dalam pengondisian
aversif, pemasangan antara perilaku yang tidak diharapkan dengan
stimulus aversif diulangi sedemikian rupa untuk mengurangi penguat
perilaku yang tidak diharapkan.

Dalam pendekatan pengondisian operan, analisis mendalam


terhadap lingkungan individu dilakukan untuk menentukan faktor-faktor
mana yang perlu diubah. Modifikasi perilaku adalah penerapan
pengondisian operan untuk mengubah perilaku. Tujuan umumnya adalah

8
untuk menggantikan perilaku maladaptif yang tidak dapat diterima dengan
perilaku yang adaptif dan dapat diterima. Contoh, sebuh token ekonomi
adalah sistem modifikasi perilaku dimana perilaku diperkuat dengan token
yang kemudian dapat ditukarkan dengan hadiah yang diharapkan.6

Jadi, ada beberapa teknik dalam pelaksanaan terapi perilaku di


antaranya ; Penguatan positif, kartu berharga (Token Economy),
Desensititasi Sistematis, . Asertif. Aversi, Shapping, teknik relaksasi,
Teknik flooding; Reinforcement technique, Modelling, Cognitive
restructuring, Self management, Behavioral rehearsal, kontrak, pekerjaan
rumah, Extinction (penghapusan), Punishment (hukuman), Satitation
(penjenuhan), dan Time-out. Seseorang mengalami kesulitan dalam
penyesuaian diri (adjustment), hal itu disebabkan karena orang itu telah
belajar bertingkah laku yang salah. Di masa yang lampau orang belajar
dalam interaksi dengan lingkungannya, lebih¬lebih orang lain
(Lingkungan sosial). Dia telah berhadapan dengan sejumlah rangsangan
(Stimulus, disingkat S) dan telah bereaksi pula dengan cara tertentu
(Response, disingkat R). Cara bereaksi itu lama-kelamaan akan dapat
membentuk suatu pola bertingkah laku. yang sesuai dengan situasi
kehidupannya pada saat tertentu. Suatu pola bertingkah laku yang dahulu
mungkin sesuai, di waktu kemudian dapat tidak sesuai lagi karena situasi
kehidupannya telah berubah. Kalau pola berperilaku yang dipelajari
dahulu tetap dipertahankan, meskipun situasi kehidupan telah berubah,
akan ada kesulitan, alias orang mengalami kesulitan dalam penyesuaian
diri.7

6
Laura A. King, Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif, h. 397.

7
Ibid

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Skiner beranggapan bahwa manusia mampu melakukan tindakan-


tindakan atas inisiatif sendiri dalam lingkungannya, bukan sebagai objek
dan relatif pasif. Namun dalam hal ini lingkungan mempunyai posisi yang
lebih kuat, karena lingkungan menyediakan penguatan atau pengukuhan.

Teknik-teknik dalam terapi behavioral, meliputi: Desentisisasi


Sitematis, Terapi implosif dan pembanjiran, Latihan asertif, Terapi aversi,
Pengondisian operan, Perkuatan positif, Pembentukan respons, Perkuatan
intermiten, Penghapusan, Pencontohan, dan Token economy.

Terdapat kekurangan dalam perspektif behaviorisme, yakni klien


hanya mendapatkan pembelajaran berdasarkan apa yang diberikan
psikolog, dan kelebihannya sangat cocok untuk memperoleh kemampuan
yang membutuhkan praktek dan pembiasaan.

Pandangan Islam mengenai pendekatan behavioral, yakni:


berdasarkan teori yang berkembang, dalam behaviorisme dapat dipahami
bahwa bagi mereka jiwa manusia bermula dari ada tetapi kosong dan diisi
sedikit demi sedikit oleh pengalaman. Pengalaman itu tersusun sedemikian
rupa dan membentuk suatu sistem mekanistik-otomatis berupa stimulus
respond bond.

10
B. Saran

Demikian makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan


menambah pengetahuan para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada
kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,
dimengerti, dan lugas. Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput
dari kesalahan dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Baharudin. 2004. Paradigma Psikologi Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Corey, Gerald. 2007. Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:


Refika Aditama.

Gunarsa, Singgih D. 2011. Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: Penerbit Libri.

King, Laura A. TT. Psikologi Umum Sebuah Pandangan Apresiatif, h. KT: PT.

Wihartati, Wening. 2015. Pemahaman Individu (Paradigma Psikologi dan Agama.


Semarang: Karya Abadi Jaya.

12

Anda mungkin juga menyukai