Anda di halaman 1dari 12

ILMU HADITS

IKHLAS BERAMAL DAN TINGKAH LAKU TERPUJI

DISUSUN OLEH :

ANANG. : (21161007)

MATA KULIAH : ILMU HADITS

JURUSAN : S1AHWAL AL-SYAKHSYIYAH

DOSEN PENGAMPUH : KARTINI,S.Ag,M.Pd.

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RAHMANIYAH


SEKAYU
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji sukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia
-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas makalah ini alhamdulilah
selesai tepat pada waktu nya, sholat serta salam tak lupa kami curahkan kepada bimbingan
nabi Agung nabi akhir zaman nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di
yaumul kiamat kelak.

Makalah “Ikhlas beramal dan tingkah laku terpuji”, penulisan makalah ini merupakan
kewajiban dan sebagai tugas mata kuliah ilmu hadits semester 1 ilmu hukum islam keluarga
di universitas sekolah tinggi agama Islam rahmaniyah Sekayu (STAIR).

Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami terus menunggu saran dan masukan yang sifat nya membangun dan positif.
Semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang berkepentingan.

Sekian yang dapat kami sampaikan atas perhatiannya kami ucapkan trimaksih

Sekayu, September 2021

Anang
DAFTAR  ISI
                                                                                        
HALAMAN SAMPUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB  I.           : PENDAHULUAN....................................................................................
A.    Latar belakang........................................................................................
B.     Rumusan masalah..................................................................................
C.     Tujuan masalah......................................................................................
BAB  II.          : IKHLAS BERAMAL.............................................................................
A.    Niat/ Motivasi Beramal (RS; 1)............................................................
B.     Menjahui Perbuatan Riya’/ Syirik Kecil (BM; 1512)..........................
BAB III.         : TINGKAH LAKU TERPUJI...............................................................
                        A. Pentingnya Kejujuran (RS; 623)...........................................................
                        B. Kejujuran Membawa Kebaikan (LM; 1675)........................................
                        C. Orang Yang Jujur Mendapat Pertolongan Allah (AN; 19)..................
BAB IV.         : PENUTUP.............................................................................................
A.   Kesimpulan.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang                                                                
Dengan adanya pejjelasan tetentang mata kuliah Aqidah Akhlak menjadikan kita
mengerti tentang hadist-hadist yang mendukung kita dalam memahami arti hadist-hadist
tersebut. Mungkin sering kali kita salah faham dalam memahami makna hadist itu sendiri
serta asbabul wurud adanya hadist tersebut. Tujuan daripada hadist tersebut juga
berhubungan dengan pemaknaan seaslian hadist.
B. Rumusan Masalah
1.      Apa yang dinamakan niat itu?
2.      Apa motivasi niat seseorang dalam menjalankan amal kebaikan?
3.      Bagaimana cara kita menjauhi perbuatan riya’ atau syirik kecil?
4.      Apa esensi kejujuran dalam realisasi kehidupan?
5.      Apa dampak dari kejujuran?

C. Tujuan
Memperluas pengetahuan kita akan pentingnya hujjah dalam merealisasikan kehidupan. Perlu
pemahaman tentang hakikat daripada niat itu sendiri beserta motivasi menjalankannya.
Karena secara tidak langsung itu berhubungan dengan esensi ibadah. Perilaku yang baik
dalam pergaulan di masyarakat sebagai bukti bahwa Islam menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan dalam sosial masyarakat. 
BAB II
IKHLAS BERAMAL

A. NIAT/ MOTIVASI BERAMAL (RS;1)


‫أَمير المؤمنين ابي حفص عمر بن الخطاب بن نفيل بن عبدالعزى بن رياح بن عبدهللا بن قرط بن رزاح بن عدي بن‬ ‫عن‬
‫ انما االعمال با‬: ‫ سمعت رسول هللا صلى هللا عليه وسلم يقول‬: ‫كعب بن لؤي بن غالب القريشي العدوي رضي هللا عنه قال‬
‫لنيات وانما لكل امرئ مانوى فمن كانت هجرته الى هللا ورسوله فهجرته الى هللا ورسوله ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها‬
)‫اوامرأة ينكحها فهجرته الى ما هجر اليه ( متفق على صحته‬
Terjemah Hadist;
“Amir Al-Mu’min, Abu Hafs Umar bin Al-Khaththab r.a., bin Nufail, bin Abdul ‘Uzza, bin
Riyah, bin Abdullah bin Qurt bin Rajah, bin ‘Adiy, Ka’ab bin Luay, bin Galib keturunn
Qurasy Al-Adawy, dia berkata bahwa dia mendengar Rosulullah SAW. telah bersabda, “
Sesungguhnya sah atau tiaknya suatu amal, bergantung pada niatnya. Dan yang di anggap
bagi amaltiap orang apa yang ia niatkan. Maka barang siapa yang berhijrah (mengungsi dari
daerah kafir ke daerah islam) semata-mata karena taat kepada Allah Ta’ala dan Rosulullah,
maka hijrah itu di terima oleh Allah dan Rosulullah, dan barang siapa yang hijrah karena
keuntungan dunia yang di kejarnya, atau karena perempuan yang di kawininya, maka
hijrahnya berhenti pada apa yang ia niatkan akan hijrah kepadanya.”
            Berkenaan dengan niat, sebagian ulama’ mendefinisakan niat menurut syara’, sebagai
berikut; ‫النيات هي قصد فعل شيء مقترنا بفعله‬ 
Artinya; “Niat adalah menyengajakan untuk berbuat sesuatu di sertai (berbarengan) dengan
perbuatannya.”
Ada juga yang mendefinisikan dengan ;‫االرادة المتوجهة نحو الفعل البتغاء رضا هللا وامتثال حكمه‬
Artinya; “Keinginan yang di tujukan untuk mengerjakan suatu perbuatan sambil
mengharapkan ridha Allah. Dan menjalankan hukum-Nya.”
Di sepakati bahwa tempat niat adalah dalam hati dan di lakukan pada permulaan melakukan
perbuatan untuk tujuan amal kebaikan. Para ulama’ sepakat bahwa niat sangatlah berperan
penting dalam ajaran islam, khususnya dalam perbuatan yang berdasarkan perintah syara’
seperti menetukan sahnya suatu ibadah, niat termasuk rukun pertama dalam setiap melakukan
ibadah, tidaklah sah suatu ibadah, seperti sholat, zakat, puasa, haji, dan lain-lain, bila di
lakukan tanpa niat atau dengan niat yang salah.
Niat dalam arti motivasi, juga sangat menentukan di terima atau tidaknya suatu amal
oleh Allh SWT. Sholat umpamanya, yang di anggap sah oleh pandangan syara’ karena
memenuhi berbagai berbagai syarat dan rukunnya, belum tentu di terima dan berpahal kalau
motivasinya bukan karena Allah, tetapi karena manusia, seperti ingin di katakan rajin, tekun,
dan sebagainya. Motivasi dalam melaksanakan setiap amal harus betul-betul ikhlas, hanya
mengharapkan ridho Allah saja, sebagai mana firman Allah SWT; 
)5 : ‫(البينة‬   ‫وما أمروا اال ليعبدوا هللا مخلصين له ال ّد ين حنفاء ويقيموا الصلوة ويؤتوا الزكوة وذالك دين القيّمة‬
Artinya; “ Tidaklah mereka di perintah, kecualai untuk menyembah kepada Allah dengan
ikhlas dalam menjalankan agama, lurus, dan mendirikan shalat, mengeluarkan zakat. Itulah
agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah; 5)
Niat atau motivasi itu bertempat di dalam hati. Siapapun tidak akan mengetahui
motivasi apa yang ada dalam hati seseorang ketika ia mengerjakan sesuatu, kecuali dirinya
dan Allah saja. Dengan demkian, seseorang yang melakukan suatu amal dengan baik menurut
pandangan manusia, tetapi motivasinya salah atau tida ikhlas, hal itu akan sia-sia karena
Allah tidak akan melihat bentuk zahirnya, tetapi melihat niat yang ada dalam hatinya. 
Rosulullah bersabda:
‫ ان هللا ال ينظر الى اجسامكم وال الى صوركم‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫عن ابى هريرة الضى هللا عنه قال‬
)‫(رواه مسلم‬    ‫ولكن ينظر الى قلوبكم‬
Artinya; “ Dari Abu Hurairah r.a ia berkata, Rosulullah SAW. Bersabda , ‘sesungguhnya
Allah SWT. Tidak melihat bentuk badan dan rupamu, tetapi melihat (memperhatikan niat dan
keikhlasan dalam) hatimu.” (HR. Muslim)
Dengan demikian orang yang tidak ikhlas dalam meakukan perintah Allah, mislanya
untuk mendapatkan keuntungan dunia semata, Allah akan memberikan balasannya di dunia,
tetapi Dia tidak akan memberikannya apa-apa kelak di akhirat.
Pernyataan sebagian ulama’ salf, sebagaimana di sebutkan M. Yunan Nasution dalam buku
pandangan hidup 2, tentang niat patut di renungkan;
‫رُبّ عمل صغير تعظمه النية ورب عمل كبير تصغره النية‬ 
“Kerap kali amal yang kecil menjadi besar karena (baik) niatnya, dan seringkali juga amal
yang besar menjadi kecil karena (salah) niatnya”
Kesimpulan; Niat sangat menentukan sahnya suatu perbuatan syara’, dan motivasi sangat
menentukan di terimanya suatu perbuatan (ibadah). Allah SWT. Akan menerima amala
ibadah yang di niati keikhlasan serta hanya mengharap ridha-Nya.
                     
B. MENJAUHI PERBUATAN RIYA’/SYIRIK KECIL (BM; 1512)
‫ الرّياء‬: ‫ إِ ّن أخوف ما أخاف عليكم الشرك األصغر‬: ‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬: ‫ عن محمود ابن لبيد قال‬. 
 ( ‫) أخرجه احمد بإسناد حسن‬
Terjemah Hadist;
“Dari Mahmud bin Lubaid bahwa Rosulullah SAW. Bersabda, ’sesuatu yang paling aku
khawatirkan di antara kamu adalah syirik kecil, yaitu riya’.”
Riya’ artinya usaha dalam melaksanakan ibadah bukan dengan niat menjalankan
kewajiban dan menunaikan perintah Allah SWT., melainkan bertujuan untuk di lihat orang,
baik untuk kemasyhuran, mendapat pujian, atau harapan-harapan lainnya dari selain Allah
Ta’ala.
            Sebagaimana telah di singgung dalam bahasa niat, orang yang beribadah dengan riya’
tidak akan mendapat pahala dari Allah melainkan karena makhluk-Nya. Tak heran kalau riya’
sebagaimana bunyi hadist di atas di kategorikan ssebagai syirik kecil. Artinya dia
mempercayai Allah SWT. Sebagai Tuhannya, tetapi pengabdiannya tidak utuh kepada-Nya,
melainkan kepada makhluk-Nya. Dengan kata lain hakikat amal mereka adalah penipuan
belaka.
Allah SWT. Berfirman;
‫ واذاقاموا الى الصالة قاموا كسالى يراؤن الناس وال يذكرون هللا اال قليال‬  ‫ان المنفقين يخدعون هللا وهو خادعهم‬  
 (142 : ‫)النساء‬

Artinya;
 “Bahwasannya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka, ketika mereka berdiri melaksanakan sholat, mereka malas melakukannya, hanya
pujian manusialah tujuan utamanya. Mereka tidak mengingat Allah kecuali hanya
sedikit.”   (QS. An-Nisa’;142) 
            Imam Ghozali, dalam kitab Ihya’ Ulum Ad-Din, membagi riya’ menjadi beberapa
tingkatan, yaitu;
1. Tingkata paling berat, yaitu orang yang tujuan setiap ibadahnya hanyalah untuk riya’
semata-mata dan tidak mengharapkan pahala. Misalnya seseorang yang melakukan sholat
kalau di hadapan orang banyak, sedangkan apabila ia sendirian ia tidak melakukannya.
Bahkan sholat tanpa berwudlu terlebih dahulu.
2. Orang yang beramal dan mengharapkan pahala,  tetapi harapannya sangat lemah karena di
lakukan oleh riya’. Dia beramal ketika di lihat orang, sedangkan bila sendirian amalnya
sangat sedikit. Misalnya seseorang yang memberikan sedekah banyak di hadapan orang,
tetapi kalau sendirian (tidak ada yang melihat) ia memberikan sedikit saja sedekahnya.
3. Niat memperoleh pahala dan riya’ seimbang. Kalau dalam satu ibadah hanya terdapat salah
satunya saja. Misalnya mendapat pahala, tetapi ia tidak bisa riya’, ia tidak mau melakukan
ibadah. Demikian juga sebaliknya. Hal itu berarti merusak perbuatan baik, yakni
bercampurnya pahala dan dosa.
4. Riya’ (di lihat orang)hanya pendorong untuk melakukan ibadah, sehingga jika tidak di
lakukan orangpun, dia tetap melakukan ibadah. Hanya saja ia lebih semangat kalau di lihat
orang. 
Menurut Sayyidina Ali r.a. tanda-tanda orang riya’ ada 3;[1]
1. Malas beramal kalau sendirian
2. Semangat beramal kalau di lihat banyak orang
3. Amalnya bertmabah banyak kalau di puji oleh manusia dan berkurang kalau di cela
manusia.
Syaqiq bin Ibrahim, yang di ikuti oleh Abu Laits Samarqandi, berpendapat bahwa ada 3
perkara yang menjadi benteng amal, yaitu;
1. Hendaknya mengakui bahwa amal ibadahnya adalah pertolongan Allah., agar penyakit ujub di
hatinya hilang
2. Semata-mata hanya mencari ridha Allah. Agar hawa nafsunya teratur
3. Senantiasa hanya mengharap ridha Allah SWT. Agar tidak timbul rasa tamak atau riya’
Dalam al-Qur’an banyak ayat yang menerangkan kerugian bagi orang-orang yang suka riya’
dalam beramal. Bahkan dengan tegas di nyatakan bahwa orang riya’ akan celaka walaupun ia
rajin dalam ibadahnya.
Allah SWT. Berfirman;
)7-4 : ‫(الماعون‬  . ‫الذين هم يراءون ويمنعون الماعون‬  ‫الذين هم عن صالتهم ساهون‬  ‫فويل للمصلين‬
Artinya; “Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat, yaitu orang-orang yang lalai dari
sholatnya. Yang mengerjakan kebaikan karena riya’ lagi pula enggan menolong dengan
barang berguna (enggan membayar zakat).”  (QS. Al-Ma’un; 4-7)
Kesimpulan; Riya’ adalah melakukan suatu ibadah bukan di dasarkan karena Allah SWT.
Tetapi karena makhluk-Nya. Riya’ akan sangat merugikan bagi dirinya, karena segala amal
ibadahnya akan sia-sia. Itulah sebabnya riya’ sangat berbahaya, bahkan di kategorikan
sebagai syirik kecil. Namun demikian, seseorang tidak boleh enggan untuk beramal hanya
karena takut riya’.

BAB III
TINGKAH LAKU TERPUJI

A. PENTINGNYA KEJUJURAN (RS; 623)


‫ أنا زَ عيم ببيت في رياض الجنّة لمن‬: ‫ قال رسول الهه صلى هللا عليه وسلم‬: ‫وعن ابى امامة الباهلي رضي هللا عنه قال‬
. ‫ترك المراء وان كان ُم ِح قا و ببيت في وسط الجنة لمن ترك الكذب وان كان مازحا وببيت في اعلى الجنة لمن حسن خلقه‬
)‫(رواه ابوداود بإسناد صحيح‬
Terjemah Hadist;
“Abu Umamah Al-Bakhili r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW. Bersabda, “saya dapat
menjamin suatu rumah di kebun syurga untuk orang yang meninggalkan perdebatan
meskipun ia benar. Danmenjamin suatu rumah di pertengahan syurga bagi orang yang tidak
berdusta mekipun bergurau. Dan menjamin suatu rumah di bagian yang tertinggi dari syurga
bagi orang yang baik budi pekertinya.” (HR. Abu Dawud dengan sanad yang shahih)
            Hadist di atas menerangkan 3 perilaku penting yang mendapatkan jaminan syurga dari
Rosulullah bagi mereka yang memilikinya. Tentu saja, ketiga perilaku ini harus di iringi
berbagai kewajiban lainnya yang telah di tentukan Islam. Ketiga perilakutersebut yakni;
1. Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
            Berdebat atau berbantah-bantahan adalah suatu pernyataan dengan maksud untuk
menjadikan orang lain memahami suatu pendapat atau mengurangi kewibawaan lawan debat
dengan cara mencela ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis
permasalahan, karena kebodohannya. Dan yang lebih di tonjolkan dalam berdebat adalah
keegoannya sendiri sehingga ia berusaha mengalahkan lawan debatnya dengan berbagai cara.
[2]
Akan tetapi tidak semua perdebatan itu di larang, seperti dalam bentuk ketika berdebat
dengan orang-orang kafir tentang aqidah, maka kita harus mempertahankan pendapat kita
dalam berbagai cara supaya mereka menyadari bahwa aqidah kita memang benar dan mereka
salah.
Firman Allah SWT;
)121 : ‫(االنعام‬  ‫وان اطعتموهم انكم لمشركون‬  ‫وان الشيطين ليوحون الى اوليائهم ليجادلوكم‬
Artinya; “Sesungguhnya setan itu membisikkan kepada kawan-kawannya agar mereka
membantah kamu, dan jika kamu menuruti mereka, sesungguhnya kamu tentulah menjadi
orang-orang yang musrik.”  (QS. Al-An’am; 121)
2. Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau
            Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya.
Dust sangat di larang dalam Islam. Karena selain merugikan orang lain, juga merugikan diri
sendiri.
Firman Allah SWT;
)60 : ‫ ( الزمر‬. ‫ويوم القيمة ترى الذين كذبوا على هللا وجوههم مسودة اليس في جهنم مثوى للمتكبرين‬
Artinya; “ Pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap
Allah , mukanya menjadi hitam. Bukankah di dalam neraka jahannam itu ada tempat bagi
orang yang menyombongkan diri.”  (QS. Az-Zumar : 60)
3. Orang yang baik budi pekertinya 
            Sifat lain yang meningkatkan derajat seseorang di sisi Allah SWT. Dan juga dalam
pandangan manusia adalah akhlak terpuji. Sifat orang yang berakhlaq terpuji/ mulia, di
antaranya adalah bermuka manis, berusaha untuk membanttu orang lain dalam perkara yang
baik, serta menjaga diri dari perbuatan jahat. Orang yang memiliki sifat seperti itu, selain di
janjikan syurga juga di anggap sebagai orang yang paling baik di antara sesama manusia lain.
Rosulullah SAW. bersabda;                                                       
‫ لم يكن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فاحشا وال متفحشا وكان‬: ‫وعن عبد هللا بن عمر وبن العاص رضي هللا عنهما قال‬
)‫( متفق عليه‬   . ‫ ان من خياركم احسنكم اخالقا‬: ‫يقول‬
Artinya; “Abdullah bin Amru bin Al-Ash r.a, berkata, “ Rosulullah SAW. Bukan seseorang
yang memiliki perilaku dan perkataan yang keji. Nabi SAW. Bersabda, “sebaik-baik kamu
ialah yang terbaik akhlak (budi pekertinya).”  (HR. Bukhari dan Muslim)
Kesimpulan; Ada 3 perilaku yang sangat penting untuk di lakukan dalam pergaulan di
masyarakat, yaitu; meninggalkan perdebatan meskipun ia benar, tidak berdust meskipun ia
bergurau, dan baik budi pekertinya. Rosulullah menjamin bahwa mereka memiliki tiga sifat
tersebut akan mendapat syurga, masing-masing dalam tingktan yang berbeda-beda.
B. KEJUJURAN MEMBAWA KEBAIKAN (LM; 1675)
‫ ان الصدق يهدي الى البر وان البر يهدي الى‬: ‫حديث عبد هللا بن مسعود رضي هللا عنه عن النبي صلى هللا عليه وسلم قال‬
‫ وان الرجل ليكذب‬. ‫ وان الكذب يهدي ال الفجور وان الفجور يهدي الى النار‬. ‫الجنة وان الرجل ليصدق حتى يكون صديقا‬
‫ يا ايها الذين امنوا اتقواهللا و‬: ‫ باب قول هللا تعالى‬69 : ‫ كتاب االدب‬78 : ‫ ( اخرجه البخاري فى‬. ‫حتى يكتب عند هللا كذابا‬
) ‫كونوا مع الصادقين‬
Terjemah Hadist;                                                
Abdullah ibnu Mas’ud berkata bahwa Nabi SAW. Bersabda, “sesungguhnya benar (jujur) itu
menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun kepada syurga, dan seseorang itu
berlaku benar sehingga tercatat di sisi Allah SWT. Sebagai seorang yang siddiq (yang sangat
jujur dan benar). Dan dusta menuntun kepada curang, dan curang menuntun ke dalam neraka.
Dan seorang yang berdusta sehingga tercatat di sisi Allah SWT sebagai pendusta.”   (Di
keluarkan oleh Imam Bukhari dalam kitab “tatakrama” bab; firman Allah Ta’ala; Hai orang-
orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan jadilah kamu semua bersama orang-orang
yang benar.”)
            Sebagaimana di terangkan di atas bahwa berbagai kebaikan dan pahala akan di
berikan kepada orang yang jujur, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Ia akan di masukkan
ke dalam syurga dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu shiddiq, artinya orang yang
sangat jujur dan benar. Oleh karena itu, setiap orang beriman hendaklah tidak asal bicara
apalagi terhadap sesuatu yang belum jelas dan belum ia ketahui kebenarannya secara pasti.
Allah SWT. Berfirman;
)36 : ‫( بني اسرائيل‬  ‫وال تقف ما ليس لك به علم‬
Artinya; “ janganlah mengikuti pembicaraan apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Bani Israil;
36)
Jika seseorang berusaha untuk berkata benar, manfa’atnya tidak hanya bagi dirinya saja
melainkan juga kepada orang lain. Begitupun sebaliknya, jika seseorang berkata dusta,
perbuatannya itu selain merugikan dirinya sendiri juga merugikan orang lain karena tidak
akan ada lagi orang lain yang mempercayainya. Padahal kepercayaan adalah salah satu modal
utama dalam menempuh kehidupan di dunia. Tanpa kepercayaan seseorang sulit menemukan
kesuksesan, bahkan tidak mustahil hidupnya akan cepat hancur. 
Kesimpulan; Kejujuran menuntun pelakunya pada kebaikan dan menuntunnya masuk syurga,
dan ia di catat sebagai seorang yang siddiq. Sebaliknya, berdusta akan menuntun pelakunya
pada perbuatan curang dan curang menuntunnya masuk ke dalam neraka dan ia di catat
sebagai pendusta.
C. ORANG YANG JUJUR MENDAPAT PERTOLONGAN ALLAH (AN; 19)
‫ من اخد اموال الناس يريد أداءها أدى هللا عنه ومن اخدها‬: ‫عن ابى هريرة رضي هللا عنه عن النبي لى هللا عليه وسلم قال‬
) ‫( رواه البخارى وابن ماجه وغيرهما‬  ‫يريد اتالفها اتلفه هللا‬
Terjemah Hadist;                                                                        
“Abu Hurairah r.a., berkata bahwa Rosulullah SAW. Bersabda, “Barang sipa yang
menggunakan harta orang lain (untuk berdagang) dan dia ingin mengembalikannya, maka
Allah akan (membantu) mengembalikannya. Dan barang siapa mengambilnya dengan
maksud untuk merusaknya, Allahpun akan merusaknya.”
Penjelasan hadist ini bisa di contohkan sebagaimana dalam kehidupan bermasyarakat, ada
sebagian yang suka meminjam uang atau barang kepada orang lain untuk di gunakan sebagai
penunjang usahanya dan berniat untuk mengembalikannya. Peminjam tidak  berniat menipu
pemiliknya dengan menggunakan uang tersebut untuk berfoya-foya atau yang lain sehingga
habis dan lupa mengembalikannya. Oleh karena itu si peminjam harus selalu ingat bahwa
status uang tersebut adalah amanat dan harus di jaga dan di kembalikan ketika sudah ada
uang untuk menggantinya.
Firman Allah SWT,;
)58 : ‫( النساء‬  ‫ان هللا يأمركم ان تؤدوااألمانات الى اهلها‬
Artinya; “Sesungguhnya Allah SWT. Menyuruh kamu semua agar memenuhi amanat kepada
yang berhak menerimanya.”
Kesimpulan; Orang yang jujur akan mendapat pertolongan dari Alla SWT. Salah satu contoh
kejujuran adalah dalam hal perniagaan. Orang yang meminjam barang atau uang untuk di
jadikan modal dalam suatu perniaaan dan secara jujur ia ingin mengembalikan modal
tersebut, Allah SWT. Pasti akan membantunya. Sebaliknya, apabila ia berniat jahat tidak mau
mengembalikannya, Allah SWT. Akan merusak harta dan kehidupannya di dunia serta
memberinya azab kelak di akhirat.
                                                                                                          

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan 
Niat sangat menentukan sahnya suatu perbuatan syara’, dan motivasi sangat
menentukan di terimanya suatu perbuatan (ibadah). Allah SWT. Akan menerima amala
ibadah yang di niati keikhlasan serta hanya mengharap ridha-Nya.Riya’ adalah melakukan
suatu ibadah bukan di dasarkan karena Allah SWT. Tetapi karena makhluk-Nya. Riya’ akan
sangat merugikan bagi dirinya, karena segala amal ibadahnya akan sia-sia. Itulah sebabnya
riya’ sangat berbahaya, bahkan di kategorikan sebagai syirik kecil. Namun demikian,
seseorang tidak boleh enggan untuk beramal hanya karena takut riya’.
Ada 3 perilaku yang sangat penting untuk di lakukan dalam pergaulan di masyarakat,
yaitu; meninggalkan perdebatan meskipun ia benar, tidak berdust meskipun ia bergurau, dan
baik budi pekertinya. Rosulullah menjamin bahwa mereka memiliki tiga sifat tersebut akan
mendapat syurga, masing-masing dalam tingktan yang berbeda-beda.Kejujuran menuntun
pelakunya pada kebaikan dan menuntunnya masuk syurga, dan ia di catat sebagai seorang
yang siddiq. Sebaliknya, berdusta akan menuntun pelakunya pada perbuatan curang dan
curang menuntunnya masuk ke dalam neraka dan ia di catat sebagai pendusta.Orang yang
jujur akan mendapat pertolongan dari Alla SWT. Salah satu contoh kejujuran adalah dalam
hal perniagaan. Orang yang meminjam barang atau uang untuk di jadikan modal dalam suatu
perniaaan dan secara jujur ia ingin mengembalikan modal tersebut, Allah SWT. Pasti akan
membantunya. Sebaliknya, apabila ia berniat jahat tidak mau mengembalikannya, Allah
SWT. Akan merusak harta dan kehidupannya di dunia serta memberinya azab kelak di
akhirat.      

DAFTAR PUSTAKA
Al-Hadist (Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan Hukum)
Syamsuddin Adz-Dzahaby, Al-Kabair, Jkt; Dinamika Berkat Utama, t,t., hlm. 123
Al-Faqih Abu Laist Samaerqandi, Tanbihul Ghofilin (Pembangun Jiwa Moral), Malang; Dar
Al-Ihya’, 1986., hlm.15 penerjemah; Abu Imam Taqiyuddin, BA.
Dr. Faruq Humadah, Al-Washiyah An-Nabawiyah li Al-Ummah Al-Islamiyah fi Hajjal
Wada’, Beirut; Dar Ihya’ Al-Ulum, 1995. Hlm.106

[1] Syamsuddin Adz-Dzahaby, Al-Kabair, ( jakarta, Dinamika Berat Utama, t,t. ) hlm.


123
[2]Al-Ghazali, Op. Cit., hal 114

Anda mungkin juga menyukai