DISUSUN OLEH :
ANANG. : (21161007)
Puji sukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia
-Nya kepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan tugas makalah ini alhamdulilah
selesai tepat pada waktu nya, sholat serta salam tak lupa kami curahkan kepada bimbingan
nabi Agung nabi akhir zaman nabi Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di
yaumul kiamat kelak.
Makalah “Ikhlas beramal dan tingkah laku terpuji”, penulisan makalah ini merupakan
kewajiban dan sebagai tugas mata kuliah ilmu hadits semester 1 ilmu hukum islam keluarga
di universitas sekolah tinggi agama Islam rahmaniyah Sekayu (STAIR).
Kami menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami terus menunggu saran dan masukan yang sifat nya membangun dan positif.
Semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang berkepentingan.
Sekian yang dapat kami sampaikan atas perhatiannya kami ucapkan trimaksih
Anang
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I. : PENDAHULUAN....................................................................................
A. Latar belakang........................................................................................
B. Rumusan masalah..................................................................................
C. Tujuan masalah......................................................................................
BAB II. : IKHLAS BERAMAL.............................................................................
A. Niat/ Motivasi Beramal (RS; 1)............................................................
B. Menjahui Perbuatan Riya’/ Syirik Kecil (BM; 1512)..........................
BAB III. : TINGKAH LAKU TERPUJI...............................................................
A. Pentingnya Kejujuran (RS; 623)...........................................................
B. Kejujuran Membawa Kebaikan (LM; 1675)........................................
C. Orang Yang Jujur Mendapat Pertolongan Allah (AN; 19)..................
BAB IV. : PENUTUP.............................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dengan adanya pejjelasan tetentang mata kuliah Aqidah Akhlak menjadikan kita
mengerti tentang hadist-hadist yang mendukung kita dalam memahami arti hadist-hadist
tersebut. Mungkin sering kali kita salah faham dalam memahami makna hadist itu sendiri
serta asbabul wurud adanya hadist tersebut. Tujuan daripada hadist tersebut juga
berhubungan dengan pemaknaan seaslian hadist.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dinamakan niat itu?
2. Apa motivasi niat seseorang dalam menjalankan amal kebaikan?
3. Bagaimana cara kita menjauhi perbuatan riya’ atau syirik kecil?
4. Apa esensi kejujuran dalam realisasi kehidupan?
5. Apa dampak dari kejujuran?
C. Tujuan
Memperluas pengetahuan kita akan pentingnya hujjah dalam merealisasikan kehidupan. Perlu
pemahaman tentang hakikat daripada niat itu sendiri beserta motivasi menjalankannya.
Karena secara tidak langsung itu berhubungan dengan esensi ibadah. Perilaku yang baik
dalam pergaulan di masyarakat sebagai bukti bahwa Islam menjunjung tinggi nilai-nilai
kemanusiaan dalam sosial masyarakat.
BAB II
IKHLAS BERAMAL
Artinya;
“Bahwasannya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan
mereka, ketika mereka berdiri melaksanakan sholat, mereka malas melakukannya, hanya
pujian manusialah tujuan utamanya. Mereka tidak mengingat Allah kecuali hanya
sedikit.” (QS. An-Nisa’;142)
Imam Ghozali, dalam kitab Ihya’ Ulum Ad-Din, membagi riya’ menjadi beberapa
tingkatan, yaitu;
1. Tingkata paling berat, yaitu orang yang tujuan setiap ibadahnya hanyalah untuk riya’
semata-mata dan tidak mengharapkan pahala. Misalnya seseorang yang melakukan sholat
kalau di hadapan orang banyak, sedangkan apabila ia sendirian ia tidak melakukannya.
Bahkan sholat tanpa berwudlu terlebih dahulu.
2. Orang yang beramal dan mengharapkan pahala, tetapi harapannya sangat lemah karena di
lakukan oleh riya’. Dia beramal ketika di lihat orang, sedangkan bila sendirian amalnya
sangat sedikit. Misalnya seseorang yang memberikan sedekah banyak di hadapan orang,
tetapi kalau sendirian (tidak ada yang melihat) ia memberikan sedikit saja sedekahnya.
3. Niat memperoleh pahala dan riya’ seimbang. Kalau dalam satu ibadah hanya terdapat salah
satunya saja. Misalnya mendapat pahala, tetapi ia tidak bisa riya’, ia tidak mau melakukan
ibadah. Demikian juga sebaliknya. Hal itu berarti merusak perbuatan baik, yakni
bercampurnya pahala dan dosa.
4. Riya’ (di lihat orang)hanya pendorong untuk melakukan ibadah, sehingga jika tidak di
lakukan orangpun, dia tetap melakukan ibadah. Hanya saja ia lebih semangat kalau di lihat
orang.
Menurut Sayyidina Ali r.a. tanda-tanda orang riya’ ada 3;[1]
1. Malas beramal kalau sendirian
2. Semangat beramal kalau di lihat banyak orang
3. Amalnya bertmabah banyak kalau di puji oleh manusia dan berkurang kalau di cela
manusia.
Syaqiq bin Ibrahim, yang di ikuti oleh Abu Laits Samarqandi, berpendapat bahwa ada 3
perkara yang menjadi benteng amal, yaitu;
1. Hendaknya mengakui bahwa amal ibadahnya adalah pertolongan Allah., agar penyakit ujub di
hatinya hilang
2. Semata-mata hanya mencari ridha Allah. Agar hawa nafsunya teratur
3. Senantiasa hanya mengharap ridha Allah SWT. Agar tidak timbul rasa tamak atau riya’
Dalam al-Qur’an banyak ayat yang menerangkan kerugian bagi orang-orang yang suka riya’
dalam beramal. Bahkan dengan tegas di nyatakan bahwa orang riya’ akan celaka walaupun ia
rajin dalam ibadahnya.
Allah SWT. Berfirman;
)7-4 : (الماعون . الذين هم يراءون ويمنعون الماعون الذين هم عن صالتهم ساهون فويل للمصلين
Artinya; “Maka celakalah bagi orang-orang yang sholat, yaitu orang-orang yang lalai dari
sholatnya. Yang mengerjakan kebaikan karena riya’ lagi pula enggan menolong dengan
barang berguna (enggan membayar zakat).” (QS. Al-Ma’un; 4-7)
Kesimpulan; Riya’ adalah melakukan suatu ibadah bukan di dasarkan karena Allah SWT.
Tetapi karena makhluk-Nya. Riya’ akan sangat merugikan bagi dirinya, karena segala amal
ibadahnya akan sia-sia. Itulah sebabnya riya’ sangat berbahaya, bahkan di kategorikan
sebagai syirik kecil. Namun demikian, seseorang tidak boleh enggan untuk beramal hanya
karena takut riya’.
BAB III
TINGKAH LAKU TERPUJI
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Niat sangat menentukan sahnya suatu perbuatan syara’, dan motivasi sangat
menentukan di terimanya suatu perbuatan (ibadah). Allah SWT. Akan menerima amala
ibadah yang di niati keikhlasan serta hanya mengharap ridha-Nya.Riya’ adalah melakukan
suatu ibadah bukan di dasarkan karena Allah SWT. Tetapi karena makhluk-Nya. Riya’ akan
sangat merugikan bagi dirinya, karena segala amal ibadahnya akan sia-sia. Itulah sebabnya
riya’ sangat berbahaya, bahkan di kategorikan sebagai syirik kecil. Namun demikian,
seseorang tidak boleh enggan untuk beramal hanya karena takut riya’.
Ada 3 perilaku yang sangat penting untuk di lakukan dalam pergaulan di masyarakat,
yaitu; meninggalkan perdebatan meskipun ia benar, tidak berdust meskipun ia bergurau, dan
baik budi pekertinya. Rosulullah menjamin bahwa mereka memiliki tiga sifat tersebut akan
mendapat syurga, masing-masing dalam tingktan yang berbeda-beda.Kejujuran menuntun
pelakunya pada kebaikan dan menuntunnya masuk syurga, dan ia di catat sebagai seorang
yang siddiq. Sebaliknya, berdusta akan menuntun pelakunya pada perbuatan curang dan
curang menuntunnya masuk ke dalam neraka dan ia di catat sebagai pendusta.Orang yang
jujur akan mendapat pertolongan dari Alla SWT. Salah satu contoh kejujuran adalah dalam
hal perniagaan. Orang yang meminjam barang atau uang untuk di jadikan modal dalam suatu
perniaaan dan secara jujur ia ingin mengembalikan modal tersebut, Allah SWT. Pasti akan
membantunya. Sebaliknya, apabila ia berniat jahat tidak mau mengembalikannya, Allah
SWT. Akan merusak harta dan kehidupannya di dunia serta memberinya azab kelak di
akhirat.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Hadist (Aqidah, Akhlaq, Sosial, dan Hukum)
Syamsuddin Adz-Dzahaby, Al-Kabair, Jkt; Dinamika Berkat Utama, t,t., hlm. 123
Al-Faqih Abu Laist Samaerqandi, Tanbihul Ghofilin (Pembangun Jiwa Moral), Malang; Dar
Al-Ihya’, 1986., hlm.15 penerjemah; Abu Imam Taqiyuddin, BA.
Dr. Faruq Humadah, Al-Washiyah An-Nabawiyah li Al-Ummah Al-Islamiyah fi Hajjal
Wada’, Beirut; Dar Ihya’ Al-Ulum, 1995. Hlm.106