Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH ULUMUL QURAN

AL-MAKKY DAN AL-MADANY

DISUSUN OLEH :

AKSIN JAYA PRATAMA :(201419010)

MATA KULIAH : Ulumul Quran

JURUSAN : S1 Pai

DOSEN PEMBIMBING : Eni elyati,S.PD.I,M.PD.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM RAHMANIYAH


SEKAYU
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGATAR

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berlimpah nikmat
berupa kesehatan jasmani maupun rohani kepada Kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
sampai selesai. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi akhir zaman Muhammad SAW.

Kami menyadari tersusunnya makalah ini bukanlah semata-mata hasil jerih payah kami sendiri,
melainkan berkat bantuan berbagai pihak. Untuk itu, Kami menghaturkan ucapan terima kasih kepada   semua
pihak yang telah membantu Kami dalam penyusunan makalah ini.

Semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal dan menjadikan amal sholeh bagi semua pihak
yang telah turut berpartisipasi dalam penyelesaian makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amiin Ya Rabbal’alamin.

Sekayu,     Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................    i


DAFTAR ISI................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.............................................................................      1
B.       Rumusan Masalah.......................................................................    2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Definisi Al-Makiy dan Al-Madaniy...................................................  3
B.     Klasifikasi Ayat-Ayat dan Surat-Surat Al-Qur’an.............................  5
C.     Karakteristik Makiyyah dan Madaniyyah.........................................6
D.    Kegunaan ilmu Makky wal Madany..................................................8

BAB III PENUTUP


A.    Kesimpulan...................................................................................    11

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................  12


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

            Para ulama dan ahli tafsir terdahulu memberikan perhatian yang besar terhadap penyelidikan surat-
surat  Al-Qur’an. Mereka meneliti al-Qur’an ayat demi ayat dan surat demi surat untuk disusun sesuai dengan
nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Bahkan lebih dari itu, mereka
mengumpulkannya sesuai dengan waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian merupakan ketentuan
cermat yang memberikan kepada peneliti obyektif, gambaran mengenai penyelidikan ilmiah tentang ilmu
Makki dan Madani.
            Perhatian terhadap ilmu Al-Qur’an menjadi bagian terpenting para sahabat dibanding berbagai ilmu
yang lain. Termasuk di dalamnya membahas tentang nuzulnya suatu ayat, tempat nuzulnya, urutan turunnya
di Mekkah atau di Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi termasuk kelompok Madani atau ayat
yang diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam kategori Makki, dan sebagainya. Pada intinya persoalan ini
telah menjadi perhatian urgen pada masa sahabat (Al-Qathathan, 1996:72).
            Bahkan salah satu tokoh Mufassir pada masa sahabat, misalnya Ibn Abbas pernah menyatakan, “Demi
Allah. Tidak Ada Tuhan selain Dia. Tidak diturunkannya satu ayat pun dari kitab Al-Qur’an, kecuali saya
mengetahuinya. Di mana diturunkan, jika saya tahu, bahwa ada seseorang yang lebih tahu daripada saya
tentang kitab Allah, meskipun misalnya itu disampaikan oleh Onta, niscaya saya akan mengunjunginya”.
Pernyataan Ibn Abbas ini, bukan suatu ungkapan kesombongan tetapi merupakan pernyataan betapa besar
perhatian Ibn Abbas terhadap Ilmu-ilmu Al-Qur’an.
            Tema-tema seputar Makki dan Madani ini sangat banyak ragam penyelidikannya. Abu al-Qasim al Hasan
al Muhammad bin Habib al-Nasyaburi menyebutkan dalam kitabnya al-Tanbib ‘ala fadll ‘Ulum al-Qur’an,
bahwa di antara ilmu-ilmu al-Qur’an yang paling mulia adalah ilmu tentang nuzul al-Qur’an dan tempat
turunnya, urutan turunnya di Mekkah dan di Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi masuk dalam
kategori Madaniyah dan diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam kategori Makkiyah, tentang yang
diturunkan di Mekkah mengenai penduduk Madinah dan yang diturunkan di Madinah mengenai penduduk
Mekkah, tentang yang serupa dengan yang diturunkan di Mekkah (Makki) tetapi termasuk Madaniyah dan
serupa dengan yang diturunkan di Madinah (Madaniyah) tetapi termasuk Makkiyah, dan tentang yang
diturunkan di Juhafah, di Bayt al-Maqdis, di Tha’if maupun Hudaibiyyah. Demikian juga yang diturunkan di
waktu malam, di waktu siang, secara bersamaan ataupun sendiri-sendiri. Ayat-ayat Makki dan surat-surat
Madani atau sebaliknya dan seterusnya; tema-tema itu keseluruhan berjumlah tidak kurang dari 25 pokok
bahasan. Kesemuanya itu terkumpul dalam satu ilmu yaitu Ilmu Makki dan Madani.
            Tema-tema tersebut merupakan persoalan penting untuk didiskusikan dalam rangka mempeerdalam
ilmu-ilmu al-Qur’an, namun demikian dalam tulisan ini tidak akan dibahas semuanya, melainkan hanya
beberapa tema dasarnya saja yang dirasa sudah cukup sebagai pengantar. Hal demikian semata-mata
memprtimbangkan keterbatasan tempat dan waktu. Dan bukan dalam artian memperkecil nilai tema-tema di
atas.

B.       Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat dirumuskan
sebagai berikut :
1.      Apa definisi Makki dan Madani?
2.      Bagaimana Klasifikasi ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur’an?
3.      Bagaimana karakteristik masing-masing Makki dan Madani?
4.      Apakah Urgensi dan faedah Makki dan Madani?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi Al-Makiy dan Al-Madaniy

Ada beberapa definisi tentang al-Makiy dan al-Madaniy yang diberikan oleh para ulama yang masing-
masing berbeda satu sama lain. Perbedaan ini disebabkan kriteria yang disebabkan oleh perbedaan kriteria
yang ditetapkan untuk menetapkan Makiy atau Madaniy sebuah surat atau ayat.
Ada tiga pendapat yang dikemukakan ulama tafsir dalam hal ini :
1.    Berdasarkan tempat turunnya suatu ayat.

‫ْال َم ِك ُّي َما نَزَ َل ِب َم َّكة َولَوْ بَ ْع َد ال ِه َج َر ِة َوال َم َد ِن ُّي َما نَزَ َل ِبال َم ِد ْينَ ِة‬

 “ Makkiyah ialah suatu ayat yang diturunkan di Mekkah, sekalipun sesudah hijrah, sedang Madaniyah ialah
yang diturunkan di Madinah”.

Berdasarkan rumusan di atas,Makkiyah adalah semua surat atau ayat yang dinuzulkan di wilayah Mekkah dan
sekitarnya. Sedangkan Madaniyyah adalah semua surat atau ayat yang dinuzulkan di Madinah. Adapun
kelemahan pada rumusan ini karena tidak semua ayat al-Qur’an dimasukkan dalam kelompok Makiyyah atau
Madaniyyah. Alasannya ada beberapa ayat al-Quran yang dinuzulkan jauh di luar Mekkah dan Madinah.

2.    Berdasarkan khittab/ seruan/ panggilan dalam ayat tersebut.

ِ ‫ْال َم ِك ُّي َما َوقَ َع ِخطَابًا َأِل‬


‫هل َم َكةّ َوال َم َدنِ ُّي َما َوقَ َع ِخطَابًا أِل ْه ِل ال َم ِد ْينَ ِة‬
“ Makkiyah ialah ayat yang khittabnya/panggilannya ditujukan kepada penduduk Mekkah, sedang Madaniyah
ialah yang khittabnya ditujukan kepada penduduk Madaniyah”.

Berdasarkan rumusan di atas, para ulama menyatakan bahwa setiap ayat atau surat yang dimulai dengan
redaksi ‫( يا أيها الناس‬wahai sekalian manusia) dikategorikan Makkiyyah, karena pada masa itu penduduk Mekkah
pada umumnya masih kufur. Sedangkan ayat atau surat yang dimulai dengan ‫ يا أيها الذين أمنوا‬ (wahai orang-
orang yang beriman) dikategorikan Madaniyyah, karena penduduk Madinah pada waktu itu telah tumbuh
benih-benih iman di dada mereka. Adapun kelemahan-kelemahan  pada rumusan ini, antaa lain:
a.    Tidak semua ayat atau surat di mulai oleh redaksi ‫ يا أيها الناس‬atau ‫يا أيها الذين أمنوا‬. Maksudnya, tidak selalu yang
menjadi sasaran surat atau ayat penduduk Mekkah atau Madinah.
b.    Tidak semua ayat atau surat di mulai oleh redaksi ‫ يا أيها الناس‬meski Makkiyyah dan yang dimulai dengan redaksi
‫يا أيها الذين أمنوا‬  meski Madaniyyah.

3.      Berdasarkan masa turunnya ayat tersebut.

 ‫اَ ْل َم ِك ُّي َمانُ ِز َل قَب َْل ِهجْ َر ِة ال َّرسُوْ ِل‬e,‫َواِ ْن َكانَ نُ ُزوْ لُهُ ِب َغي ِْر َم َّك ِة‬
َ‫َو ْال َم َدنِ ُّي َمانُ ِز َل بَ ْع َد هَ ِذ ِه ْال ِهجْ َر ِة َواِ ْن َكانَ نُ ُزوْ لُهُ بِ َم َّكة‬

“ Makkiyyah ialah ayat yang diturunkan sebelum Nabi hijrah ke Madinah, sekalipun turunnya di luar Mekkah,
sedang Madaniyah ialah yang diturunkan sesudah Nabi hijrah, sekalipun turunnya di Mekkah”.

Dibanding dua rumusan sebelumnya , tampaknya rumusan al-Makkiy dan al-Madaniy ini lebih populer karena
di anggap tuntas dan memenuhi unsur penyusunan ta’rif (definisi).
B.     Klasifikasi Ayat-Ayat dan Surat-Surat Al-Qur’an

Pada umunya, para ulama membagi surat-surat al-Qur’an menjadi dua kelompok, yaitu surat-surat
Makiyyah dan Madaniyyah. Mereka berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah masing-masing
kelompoknya. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah surat Makiyyah ada 94 surat, sedangkan
Madaniyyah ada 20 surat. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa jumlah surat Makiyyah ada 84 surat,
sedangkan yang Madaniyyah ada 30 surat.
Perbedaan-perbedaan pendapat para ulama itu dikarenakan adanya sebagian surat yang seluruhnya
ayat-ayat Makkiyyah atau Madaniyyah dan ada sebagian surat lain yang tergolong Makiyyah atau
Madaniyyah, tetapi di dalamnya berisi sedikit ayat yang lain statusnya. Surat-surat al-Qur’an itu terbagi
menjadi empat macam :
1.      Surat-surat Makiyyah murni, yaitu surat-surat Makiyyah yang seluruh ayat-ayatnya juga berstatus
Makiyyah semua, tidak ada satupun yang Madaniyyah.
2.      Surat-surat Madaniyyah murni, yaitu surat-surat Madaniyyah yang seluruh ayat-ayatnya juga berstatus
Madaniyyah semua, tidak ada satupun yang Makiyyah.
3.      Surat-surat Makiyyah yang berisi ayat Madaniyyah, yaitu surat-surat yang sebetulnya kebanyakan ayat-
ayatnya adalah Makiyyah, sehingga berstatus Makiyyah, tetapi di dalamnya ada sedikit ayatnya yang
berstatus Madaniyyah.
4.      Surat-surat Madaniyyah yang berisi ayat Makiyyah, yaitu surat-surat yang sebetulnya kebnyakan ayat-
ayatnya adalah Madaniyyah, sehingga berstatus Madaniyyah, tetapi di dalamnya ada sedikit ayatnya yang
berstatus Makiyyah.

C.    Karakteristik Makiyyah dan Madaniyyah


Para ulama telah menetapkan karakteristik Makiyyah dan Madaniyyah sebagai berikut :
a.      Karakteristik Makiyyah
Ada beberapa karakteristik yang dimiliki Makiyyah di antaranya :
1.      Setiap surat yang di dalamnya terdapat kata ‫ كال‬Kata ini dipergunakan untuk memberi peringatan
yang tegas dan keras kepada orang-orang Mekkah yang keras kepala.
2.      Setiap surat yang di dalamnya terdapat ayat sajdah termasuk Makiyyah.
3.      Setiap surat yang di dalamnya terdapat kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu termasuk
Makiyyah, kecuali surat al-Baqarah dan Ali ‘Imran yang keduanya termasuk Madaniyyah. Adapun
surat al-Ra’d yang masih diperselisihkan.
4.      Setiap surat yang di dalamnya terdapat kisah Nabi Adam dan Iblis termasuk Makiyyah, kecuali surat
Al-Baqarah yang tergolong Madaniyyah.
5.      Setiap surat yang dimulai dengan huruf abjad, alphabet (tahjjiy) ditetapkan sebagai Makiyyah, kecuali
Al-Baqarah dan Ali ‘Imran. Huruf tahjjiy yang dimaksud di antaranya ‫ ح م‬,‫ ط ه س ي‬,‫ك ي ه ص ع‬, dll
6.      Mengandung seruan (nida’) untuk beriman kepada Allah dan hari kiamat dan apa-apa yang terjadi di
akhirat. Di samping itu, ayat-ayat Makiyyah ini menyeru untuk beriman kepada para rasul dan para
malaikat serta menggunakan argumen-argumen akal, kealaman dan jiwa.
7.      Membantah argumen-argumen kaum Musyrikin dan menjelaskan kekeliruan mereka terhadap
berhala-berhala mereka.
8.      Mengandung seruan untuk berakhlak mulia dan berjalan di atas syariat yang hak tanpa terbius oleh
perubahan situasi dan kondisi, terutama hal-hal yang berhubungan dengan memelihara agama, jiwa,
harta, akal, dan keturunan.
9.       Terdapat banyak redaksi sumpah dan ayatnya pendek-pendek.

D.      Karakteristik Madaniyyah

Seperti halnya dalam Makiyyah, Madaniyyah pun mempunyai karakteristik :


1.  Setiap surat yang berisi hukum pidana, hukum warisan, hak-hak perdata dan peraturan-peraturan yang
berhubungan dengan perdata serta kemasyarakatan dan kenegaraan, termasuk Madaniyyah.
2.  Setiap surat yang mengandung izin untuk berjihad, urusan-urusan perang, hukum-hukumnya, perdamaian
dan perjanjian, termasuk Madaniyyah.
3.  Setiap surat yang menjelaskan hal ihwal orang-orang munafik termasuk Madaniyyah, kecual surat Al-
Ankabut yang di nuzulkan di Makkah. Hanya sebelas ayat pertama dari surat tersebut yang termasuk
Madaniyyah dan ayat-ayat tersebut menjelaskan perihal orang-orang munafik.
4.  Menjelaskan hukum-hukum amaliyyah dalam masalah ibadah dan muamalah, seperti shalat, zakat, puasa,
haji, qisas, talak, jual beli, riba, dan lain-lain.
5.  Sebagian surat-suratnya panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya panjang-panjang dan gaya bahasanya
cukup jelas dalam menerangkan hukum-hukum agama.

E.    Kegunaan ilmu Makky wal Madany


            Kegunaan ilmu / faedah ilmul makky wal madany adalah banyak sekali. Dalam hal ini, al-Zarqani di
dalam kitabnya manahilul ’irfanmenerangkan sebagian daripada kegunaan ilmu-ilmu ini, ialah :
a.       Dengan ilmu ini kita dapat membedakan dan mengetahui ayat yang mana yang mansukh dan nasikh. Yakni
apabila terdapat dua ayat atau lebih mengenai suatu masalah, sedang hokum yang terkandung di dalam ayat-
ayat itu bertentangan. Kemudian dapat diketahui bahwa ayat yang satu makkiyah, sedang ayat lainnya
madaniyah; maka sudah tentu ayat yang makkiyah itulah yang di nasakh oleh ayat yang madaniyah, karena
ayat yang madaniyah adalah yang terakhir turunnya.
b.      Dengan ilmu ini pula, kita dapat mengetahui Sejarah Hukum Islam dan perkembangannya yang bijaksana
secara umum. Dan dengan demikian, kita dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap ketinggian
kebijaksanaan islam di dalam mendidik manusia baik secara perorangan maupun secara masyarakat.
c.       Ilmu ini dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian, dan keaslian al-Qur’an, karena
melihat besarnya perhatian umat islam sejak turunnya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan al-Qur’an,
sampai hal-hal yang sedetail-detailnya; sehingga mengetahui ayat-ayat yang mana turun sebelum hijrah dan
sesudahnya; ayat-ayat yang diturunkan pada waktu Nabi berada di kota tempat tinggalnya (domisilinya) dan
ayat yang turun pada waktu Nabi sedang dalam bepergian atau perjalanan; ayat-ayat yang turun pada malam
hari dan siang hari; dan ayat-ayat yang turun pada musim panas dan musim dingin dan sebagainya.
d.      Dapat mengetahui situasi dan kondisi lingkungan masyarakat pada waktu turunnya Al Qur’an, khususnya
masyarakat Makkah dan Madinah.
Dengan demikian, maka siapapun yang ingin berusaha merusak kesucian dan keaslian al-Qur’an
pastilah segera diketahui oleh umat islam.
Dr. Shubhi al-Shalih dalam bukunya Mabahits fi Ulumil Qur’an menyatakan, bahwa dengan Ilmul
Makky wal Madany kita dapat mengetahui fase-fase (marhalah) dari da’wah islamiah yang di tempuh oleh al-
Qur’an secara berangsur-angsur dan yang sangat bijaksana itu, kondisi masyarakat pada waktu turunnya ayat-
ayat al-Qur’an, khususnya masyarakat Mekkah dan Madinah. Demikian pula, dengan ilmu ini kita dapat
mengetahui uslub-uslub / style-style bahasanya yang berbeda-beda, karena ditunjukkan pada golongan-
golongan yang berbeda, yakni : orang-orang mu’min, orang-orang musyrik, dan orang-orang ahlul kitab.
Demikian pula orang-orang munafiq.
Ilmul Makky wal Madany merupakan cabang ilmu-ilmu al-Qur’an yang sangat penting diketahui atau
dikuasai oleh seorang mufassir, sampai-sampai di kalangan Ulama al-Muhaqqiqun, antara lain Abul Qasim al-
Naisaburi (ahli nahwu dan tafsir, wafat tahun 406 H) tidak membenarkan seseorang menafsirkan al-Qur’an
tanpa mengetahui Ilmul Makky wal Madany.
Abul Qasim al-Naisaburi dalam Kitab al-Tanbih ‘ala Fadhli ‘Ulumil Qur’an menerangkan sebagai
berikut : “Di antara ilmu-ilmu al-Qur’an yang paling utama adalah ilmu tentang : 
1)      Turunnya al-Qur’an dan tempat-tempat turunnya.
2)      Urut-urutan ayat-ayat yang turun di Mekkah pada masa permulaan, pertengahan, dan penghabisannya.
Demikian pula ayat-ayat yang turun di Madinah pada masa permulaan, pertengahan, penghabisannya.
3)      Ayat-ayat yang turun di Mekkah sedang hukumnya termasuk Madaniyah.
4)      Ayat-ayat yang turun di Madinah sedang hukumnya Makiyyah.
5)      Ayat-ayat yang turun di Mekkah mengenai penduduk Madinah.
6)      Ayat-ayat yang turun di Madinah mengenai penduduk Mekkah.
7)      Ayat-ayat yang menyerupai Makkiyah yang terdapat dalam surat Madaniyah.
8)      Ayat-ayat yang menyerupai Madaniyah yang terdapat dalam surat Makkiyah.
9)      Ayat-ayat yang turun di Juhfah – sebuah desa tidak jauh dari Mekkah, dalam perjalanan menuju ke Madinah.
10)  Ayat-ayat yang turun di Baitul Maqdis.
11)  Ayat-ayat yang turun d Thaif.
12)  Ayat-ayat yang turun di Hudaibiyah.
13)  Ayat-ayat yang turun pada malam hari.
14)  Ayat-ayat yang turun pada siang hari.
15)  Ayat-ayat yang turun secara kelompok.
16)  Ayat-ayat yang turun sendirian.
17)  Ayat-ayat Madaniyah yang terdapat pada surat-surat Makiyah.
18)  Ayat-ayat Makkiyah yang terdapat pada surat-surat Madaniyah.
19)  Ayat-ayat yang dibawa dari Mekkah ke Madinah.
20)  Ayat-ayat yang dibawa dari Madinah ke Mekkah.
21)  Ayat-ayat yang dibawa dari Madinah ke Abbessynia (Habasyah).
22)  Ayat-ayat yang turun secara mujmal (global).
23)  Ayat-ayat yang turun secara mufassar (disertai keterangan).
24)  Ayat-ayat yang turun secara rumuz (dengan isyarat).
25)  Ayat-ayat yang dipersoalkan oleh ulama. Sebagian ulama menganggap Makkiyah, sedang sebagian lagi
menganggap Madaniyah.

Semuanya itu ada 25 macam ilmu (merupakancabang dari Ilmul Makky wal Madany). Siapapun yang
tidak mengetahui semuanya itu dan tidak bisa membedakan antara 25 macam ilmu tersebut, maka ia tidak
boleh berbicara (menafsirkan) tentang al-Qur’an. (baca al-Burhan karangan al-Zarkasyi halaman 192, dan al—
Itqan karangan al-Suyuti juz I halaman 8).
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
      Pengetahuan tentang ayat-ayat Mekkah dan Madinah merupakan bagian yang terpenting dalam ‘Ulum
Qur’an. Hal ini bukan saja merupakan kepentingan kesejarahan melainkan juga untuk memahami dan
menafsirkan ayat-ayat yang bersangkutan.
      Sebagaian surat di dalam al-Qur’an berisi ayat-ayat dari kedua periode tersebut dan dalam beberapa hal
muncul perbedaan pendapat dari kalangan para ulama tentang klasifikasi ayat-ayat tertentu. Bagaimanapun
juga secara keseluruhan memang sudah berhasil disusun suatu pola pemisahan (pembagian) yang sudah
mapan, dan telah digunakan secara meluas secara ilmu tafsir, dan dijabarkan dari bukti-bukti internal yang ada
dalam teks al-Quran itu sendiri.
Definisi Al-Makiy dan Al-Madaniy oleh para ahli tafsir meliputi berdasarkan tempat turunnya suatu
ayat, berdasarkan khittab/ seruan/ panggilan dalam ayat tersebut, berdasarkan masa turunnya ayat tersebut.
      Surat-surat al-Qur’an itu terbagi menjadi empat macam antara lain : Surat-surat Makiyyah murni, Surat-
surat Madaniyyah murni, Surat-surat Makiyyah yang berisi ayat Madaniyyah, Surat-surat Madaniyyah yang
berisi ayat Makiyyah.
      Karakteristik surat dan ayat-ayat Al-Qur’an ini terbagi menjadi dua yaitu karakteristik Al-Makkiy dan
karakteristik Al-Madaniy.
Adapun kegunaan mempelajari Ilmu ini antara lain agar dapat membedakan ayat-ayat nasikh dan
mansukh, agar dapat mengetahui sejarah hukum Islam dan tahapan-tahapannya secara umum, mendorong
keyakinan yang kuat, agar mengetahui fase-fase dakwah Islamiyah yang telah ditempuh oleh Al-Qur’an secaa
bertahap, agar dapat mengetahui keadaan lingkungan, situasi, dan kondisi masyarakat pada waktu turun ayat-
ayat Al-Qur’an, agar mengetahui gaya bahasanya yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA

Chalik, Chaerudji Abd. 2007. ‘Ulumul Qur’an. Jakarta. Diadit Media

Syaifullah. 2004. ‘Ulumul Qur’an. Ponorogo. Prodial Pratama Sejati Press.

Von Dennfer, Ahmad 1988. ‘Ilmu Al-Quran’. Jakarta. Rajawali

Quthan,Mana’ul. 1993. ‘Pembahasan Ilmu Al-Quran’. Jakarta. Rineka Cipta

Zuhdi, Masjufuk. 1982. ‘Pengantar ulumul Quran’. Surabaya. Bina Ilmu


  

Anda mungkin juga menyukai