Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MAKKIYAH DAN MADNIYAH

Ditulis Sebagai Tugas Kelompok Pada Mata Kuliah Studi Qur’an Hadist

DISUSUN OLEH KELOMPOK 5:


1. NURUL IMAN
2. RIKE ARDILA
3. DAFNI NOVITA

DOSEN PENGAMPU:
SYOFRIANISDA, S.ThI, M.A
NIDN. 2125068602

FAKULTAS ILMU TARBIYAH


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
STAI - YAPTIP PASAMAN BARAT
1443 H / 2022 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur kepada Allah Yang Maha Esa atas segala
limpahan Rahmat, Inayah, Taufik dan Hidayah – Nya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana
dengan judul Makkiyah dan Madaniyah. Semoga makalah ini dapat di pergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk, maupun pedoman bagi pembacanya. Sekaligus
sebagai salah satu syarat dalam mensukseskan perkulliahan dengan Ibu Dosen
pembimbing mata kulliah Studi Qur’an Hadist.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu kiranya penulis dengan ketulusan
hati mengucapkan terima kasih kepada Pembimbing Mata Kulliah Syofrianisda,
S.ThI, M.A yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh
dari kesempurnaan oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun selalu kami harapkan demi perbaikan laporan selanjutanya. Semoga
Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Simpang Empat, ….Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Batasan Masalah........................................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Pengertian Makkiyah dan Madniyah ........................................................ 3
B. Perbedaan Surat Makiyah dan Madaniyah ............................................... 4
C. Ciri -ciri Surat Makiyah dan Madaniyah .................................................. 5
D. Manfaat Mengetahui Pembagian Makkiyah dan Madaniyah ................... 6
E. Kekhususan Surah -surah Makkiyah dan Madaniyah .............................. 7
F. Cara Mengetahui Makiyah dan Madaniyah ............................................. 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 12
A. Kesimpulan ................................................................................................ 12
B. Saran........................................................................................................... 12
DAFTAR KEPUSTAKAAN .............................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-qur’an merupakan firman (kalam) allah swt yang diwahyukan
kepada nabi Muhammad saw. melalui malaikat jibril dengan lafadz dan
maknanya. All-qur’an sebagai kitabulloh menempati posisi sebagai sumber
pertama dan utama dari seluruh ajaran islam. Selain itu al-qur’an juga berfungsi
sebagai petunjuk bagi umat mansia dalam mencapai kehidupan dunia dan
akhirat. Sebagai sumber ajaran islam yang paling utama alqur’an merupakan
sumber dari segala ajaran untuk operasionalisasi ajaran islam dan
pengembangannya sesuai dengan kebutuhan dan tantangan yang dihadapi umat
islam.
Setiap prilaku dan tindakan umat islam, baik secara individu maupun
kelompok harus dilakukan berdasarkan al-qur’an. Oleh karena itu, sumber
ajaran silam berfunngsi sebagai dasar pokok ajaran islam. Sebagai dasar, maka
sumber itu menjadi landasan semua prilaku dan tindakan umat islam sekaligus
referensi tempat orientasi dan komunikasi. Makalah ini akan membahas
tentang perbedaan antara Makkiyah dan Madniyah:
B. Batasan Masalah
1. Apakah pengertian Makkiyah dan Madniyah?
2. Bagaimanakah Perbedaan Surat Makiyah dan Madaniyah?
3. Bagaimanakah Ciri -ciri Surat Makiyah dan Madaniyah?
4. Apakah Manfaat Mengetahui Pembagian Makkiyah dan Madaniyah?
5. Bagaimanakah Kekhususan Surah -surah Makkiyah dan Madaniyah?
6. Bagaimanakah cara Mengetahui Makiyah dan Madaniyah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian Makkiyah dan Madniyah
2. Untuk mengetahui Perbedaan Surat Makiyah dan Madaniyah
3. Untuk mengetahui Ciri -ciri Surat Makiyah dan Madaniyah
4. Untuk mengetahui Manfaat Mengetahui Pembagian Makkiyah dan
Madaniyah

1
5. Untuk mengetahui Kekhususan Surah -surah Makkiyah dan Madaniyah
6. Untuk mengetahui cara Mengetahui Makiyah dan Madaniyah

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makkiyah dan Madniyah
1. Teori Geografis
Menurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang turun di
Makkah, baik waktu turunnya sebelum Rasulullah SAW hijrah maupun
sesudahnya. Sedangkan pengertian Madaniyah adalah ayat yang turun di
Madinah baik waktu turunnya sebelum Rasulullah SAW hijrah maupun
sesudahnya.1 Namun, pada kenyataanya ada beberapa ayat Al-Qur’an yang
tidak turun di wilayah Makkah ataupun Madinah, seperti tempat turunnya
Q.S At-Taubah: 42 adalah di Tabuk, Q.S Az-Zukhruf: 45 di Baitul Maqdis
(Palestina) pada malam Isra Mi’raj. Hal ini merujuk pada H.R At-Thabrani
dari Abu Umamah: Rasulullah SAW bersabda; Al-Quran di turunkan di 3
tempat: Makkah, Madinah, dan Sham. Walid berkata: Maksudnya Baitul
Maqdis? Kathir Berkata; Tetapi penafsirannya di Tabuk adalah lebih baik.
2. Teori Historis
Menurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang turun
sebelum Rasulullah SAW hijrah meskipun ayat tersebut turun di luar kota
Makah, semisal di Mina, Arafah atau Hudaibiyah dan lainnya. Sedangkan
pengertian Madaniyah adalah ayat yang turun sesudah Rasulullah SAW
hijrah, meskipun ayat tersebut diturunkan di Badar, Uhud, Arafah atau
Makah. Banyak sekali yang mendukung Teori ini. Mulai dari Ulama
Klasik, Modern, hingga ulama kontemporer saat ini. Adapun yang menjadi
kelebihan rumusan teori ini adalah karena mencakup keseluruhan ayat atau
surah Al-Qur’an, sehingga dapat dijadikan ketentuan dan rujukan yang
memadai.
3. Teori Subjektif
Menurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang berisi
pangilan kepada penduduk Mekkah dengan panggilan “wahai manusia”,

1
UIN Sunan Ampel, Studi Al-Qur’an, (Surabaya, UIN Sunan Ampel Press:2017), Cet.7,
hlm. 156.

3
“wahai orang-orang yang ingkar”, “wahai anak adam”. Sedangkan
pengertian Madaniyah adalah ayat yang berisi panggilan kepada penduduk
Madinah dengan panggilan “wahai orang-orang yang beriman”.2 Kelebihan
teori ini ialah rumusannya dimengerti, dan lebih cepat dikenali dengan
kriteria panggilan (Nida, Khitab) yang khas dari keduanya tersebut.
Namun, teori ini banyak kelemahan pula di antaranya: Rumusan
pengertiannya tak dapat dijadikan ketentuan, karena tak dapat mencakup
seluruh ayat Al-Qur’an.
Dari keseluruhan ayat Al- Qur’an yang berjumlah 6236 ayat, hanya
ada 511 ayat yang dimulai dengan panggilan (Nida), dan dari 511 ayat
tersebut, yang dimulai dengan panggilan (Nida) yang khas Makkiyah
berjumlah 292 ayat, dan yang khas Madaniyah berjumlah 219 ayat. Selain
itu, ada beberapa ayat yang dimulai dengan panggilan (Nida) bukan
termasuk ayat Makkiyah seperti: Q.S Al- Baqarah: 21, Q.S An-Nisa: 1, Q.S
An-Nisa: 133.
4. Teori Content Analysis
Menurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang memuat
cerita umat dan Nabi terdahulu. Sedangkan pengertian Madaniyah adalah
ayat yang berisi tentang hudud, faraid, dan sebagainya.
B. Perbedaan Surat Makiyah dan Madaniyah
1. Dari segi tata bahasa:
a. Surat makkiyah secara umum gaya bahasanya kuat dan keras
pembicaraanya, sebab kebanyakan yang diajak bicara orang-orang
yang berpaling dari kebenaran dan sombong. Contoh dalam surat al-
mudatsir dan al-qomr. Dan adapun madaniyah secara umum gaya
bahasanya lembut dan pembicaraanya halus, sebab yang menerima
kebenaran secara terbuka. Contoh dalam surat al-maidah.

2
Ibid, hal 161.

4
b. Umunya surat-surat makkiyah ayatnya pendek-pendek dan kuat
pendalilannya. Sedangkan madaniyah ayatnya panjang-panjangdan
menyebutkan hukum-hukum secara khusus.
2. Dari segi isinya:
Umumnya surat-surat makkiyah menetapkan tentang tauhid dan
akidah yang selamat secara khusus yang berkaitan dengan tauhid uluhiya
dan percaya dengan hari kebangkitan, sedangkan madaniyah secara umum
menerangkan tentang perician ibadah dan mu’amalah karena yang diajak
bicara orang-orang telah terikrar dalam jiwa mereka tauhid dan aqidah yang
selamat.3
C. Ciri -ciri Surat Makiyah dan Madaniyah
1. Kata-kata atau Kalimat yang digunakan Ayat atau surah-surah yang
menandakan A-Madaniyah menggunakan kata-kata atau kalimat yang
bermakna mendalam, kuat, dan juga kokoh. Kata-kata atau kalimat dalam
surah Al-Madaniyah juga menggunakan kalimat-kalimat ushul serta
ungkapan-ungkapan syariah. Serta dalam surat atau ayat-ayat tersebut
terkandung seruan “Yaa Ayyuhalladzina aamanuu” dan identik dengan
ayat yang panjang-panjang dengan menggunakan gaya bahasa yang dapat
menjelaskan tujuan dari ayat tersebut serta dapat memantapkan syariat.
2. Kandungan dan Isi Di dalam surah atau ayat-ayat Al-Madaniyah
mengandung kewajiban bagi setiap makhluk serta sanksi-sanksinya,
seperti; perintah untuk beribadah serta beramal sholeh, perintah untuk
berjihad, perintah kepada ahli kitab untuk masuk islam, perintah unutk
berdakwah, dsb. Dan juga di dalam surah-surah Al-Madaniyah disebutkan
tentang orang-orang munafik, kecuali dalam QS. Al-Ankabut serta di
dalam surah Al-Madaniyah terdapat dialog yang terjadi dengan para ahli
kitab yang berisi tentang hukum dan perundang-undangan.

3
Anwar Rosihon, Ulum Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2007), hlm. 102-104.

5
D. Manfaat Mengetahui Pembagian Makkiyah dan Madaniyah
Kegunaan mempelajari Teori Makkiyah dan Madanniyah banyak
sekali. Dalam hal ini, al-Zarqani di dalam kitabnya Manahilul ’Irfan
menerangkan sebagian daripada kegunaan teori ini, ialah:
1. Dengan ilmu ini kita dapat membedakan dan mengetahui ayat mana yang
Mansukh dan Nasikh. Yakni apabila terdapat dua ayat atau lebih mengenai
suatu masalah, sedang hukum yang terkandung di dalam ayat-ayat itu
bertentangan. Kemudian dapat diketahui bahwa ayat yang satu Makkiyah,
sedang ayat lainnya Madaniyah; maka sudah tentu ayat yang Makkiyah
itulah yang di nasakh oleh ayat yang Madaniyah, karena ayat yang
Madaniyah adalah yang terakhir turunnya.
2. Dengan ilmu ini pula, kita dapat mengetahui Sejarah Hukum Islam dan
perkembangannya yang bijaksana secara umum. Dan dengan demikian,
kita dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap ketinggian kebijaksanaan
islam di dalam mendidik manusia baik secara perorangan maupun secara
masyarakat.
3. Ilmu ini dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian,
dan keaslian al-Qur’an, karena melihat besarnya perhatian umat islam sejak
turunnya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan al-Qur’an, sampai
hal-hal yang sedetail-detailnya; sehingga mengetahui ayat-ayat yang mana
turun sebelum hijrah dan sesudahnya; ayat-ayat yang diturunkan pada
waktu Nabi berada di kota tempat tinggalnya (domisilinya) dan ayat yang
turun pada waktu Nabi sedang dalam bepergian atau perjalanan; ayat-ayat
yang turun pada malam hari dan siang hari; dan ayat-ayat yang turun pada
musim panas dan musim dingin dan sebagainya.
4. Dapat mengetahui situasi dan kondisi lingkungan masyarakat pada waktu
turunnya Al Qur’an, khususnya masyarakat Makkah dan Madinah.4

4
Supiana dan M. Karman, Ulumul Qur’an, (Bandung, Pustaka Islamika:2002), Cet. 1,
hlm. 103-104.

6
E. Kekhususan Surah -surah Makkiyah dan Madaniyah
Untuk mengetahui dan menentukan makkiyah dan madaniyah, para
ulama bersandar pada dua cara utama: sima’i naqli (pendengaran seperti apa
adanya) dan qiyashi ijtihad (bersifat ijtihad). Cara pertama berdasarkan pada
riwayat shahih dari para sahabat yang hidup pada saat dan menyaksikan
turunnya wahyu, atau dari para tabi’in yang menerima dan mendengar dari para
sahabat bagaimana, dimana dan peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya
wahyu itu.
Cara qiyashi ijtihad didasarkan pada ciri-ciri makkiyah dan
madaniyyah. Apabila dalam surat makkiyah terdapat suatu ayat yang
mengandung sifat madani atau mengandung peristiwa madani, maka dikatakan
ayat itu madani. Begitu pula sebaliknya apabila dalam surat madaniyah
terdapat suatu ayat yang mengandung sifat makki atau peristiwa makki, maka
ayat tadi dikatakan sebagai ayat makkiyah. Oleh karena itu, para ahli
mengatakan, “setiap surat yang dalamnya mengandung kisah para nabi atau
uamt-umat terrdahulu, maka surat itu adalah makkiyah.dan seretiap surat di
dalamnya mengandung kewajiban atau ketentuan hukum, maka surat itu adalah
madaniyah.
Untuk mengetahui mana makkiyah dan madaniyah, para ulama
mempunyai tiga macam pandangan yang masing-masing mempunyai dasar-
dasarnya sendiri.
1. Dari segi waktu turunnya
2. Dari segi tempat turunnnya
3. Dari sisi sasarannya
Para ulama antusias untuk menyelidiki surat-surta makkiyah dan
madaniyah. Mereka meneliti al-qur’an ayat demi ayat dan surat demi surat
untuk ditertibkan sesuia dengan turunnya, dengan memperhatikan waktu,
tempat danpola kalimat. Lebih dari itu mereka mengumpulkan antara waktu,
tempat dan pola kalimat. Abul qasim al-hasan bin Muhammad bin habib an-
naisaburi menyebutkan dalam kitabnya at-tanbih’ala fadhli ulum al-qur’an,

7
“di antara ilmu-ilmu al-qur’an yangpaling mulia adalah ilmu tentng nuzul al-
qur’an dan sekitarnya.
Seperti yang diturunkan di waktu malam/siang, diturunkan secara
bersama-sama atau yang turun secara tersendiri, ayat-ayat makkiyah dalam
surat-surat madaniyah dan sebaliknya, serta ayat-ayat yang diperselisihkan
antara madani dan makki. Orang yang tidak mengetahui dan tidakp dapat
membedakannya ia tidak berhak berbicara tentang al-qur’an. Ada tiga tahap
dalam masa turunnya al-qur’an di mekah menurut abu qasim yaitu tahap
permulaan, tahap pertengahan dan tahap penghabisan.5
1. Tahap permulaan di mekah (Marhala Ibtidaiyyah)
a. Surat al-alaq [96]
b. Surat almudatsir [74]
c. Surat at-takwir [81]
d. Surat al-a’la [87]
e. Surat al-lail [92]
f. Surat al-insyirah[94]
g. Surat al-‘adiyat [100]
h. Surat at-takwir [102
i. Surat an-najm [53]
2. Tahap pertengahan di mekah (Marhalah Mutawassithah)
a. Surat ‘abasa [80]
b. Surat ath-thin [95]
c. Surat al-qori’ah [101]
d. Surat al-qiyamah [75]
e. Surat al-mursalat [77]
f. Surat al-balad [90]
g. Surat al-hijr [15]
3. Tahap penghabisan di mekah (marhalah khataniyah)
a. Surat ash-shaffat [37]

5
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an, (Jakarta: PT. Pustaka Litera
AntarNusa, 2015), hlm. 67.

8
b. Surat al-dzuhkruf [43]
c. Surat ad-dukhon [44]
d. Surat adz-dzariyat [51]
e. Surat al-kahfi [18]
f. Surat Ibrahim [14]
g. Surat as-sajdah [32]
Tiga tahap tersebut tampak jelas tanda-tanda kemakkiyahannya karena
dalam hal susunan kalimatnya, masing-masing tampak sebagai kesatuan wawasan
yang terjadi dengan sendirinya. Adapun madaniyah ada dua puluh surat, yaitu:
a. Al-baqarah k. Al-hujurat
b. Ali-imran l. Al-hadid
c. An-nisa m. Al-mujadilah
d. Al-maidah n. Al-hasyr
e. Al-anfal o. Al-mumtahanah
f. At-taubah p. Al-jumu’ah
g. An-nur q. Al-munafiqun
h. Al-ahzab r. Ath-thalaq
i. Muhammad s. Ath-thahrim
j. Al-fath t. An-nashr
Sedangkan yang diperselisihkan ada dua belas surat, yaitu:
a. Al-fatihah g. Al-qadr
b. Ar-ra’d h. Al-bayyinah
c. Ar-rahman i. Az-zalzalah
d. Ash-shafh j. Al-ikhlas
e. Ath-taghabun k. Al-falaq
f. Al-mutaffifin l. An-nas
F. Cara Mengetahui Makiyah dan Madaniyah
Dalam kitab karangan manna’ al-qaththani yang berjudul pengentar
studi ilmu al-Qur’an menebutkan bawha yang terpenting dalam objek kajian
par ulama yang diturunkan di mekkah atau madinah sesrta yang menjadi
perselisihan, yaitu:

9
1. Ayat-ayat makkiyah dalam surat-surat madaniyah
Contohnya dalam surat al-Hujurat ayat 13. Ayat tersebut diturunkan
di mekah pada hari penaklukan kota mekah tetapi sebenarnya madaniyah
karena diturunkan selepas hijrah. Di samping itu, seruannyapun bersifat
umum. Ayat seperti ini oleh oleh para ulama tidak dinamakan makkiyah
dan tidak madaniyah secara pasti. Tetapi mereka mengatakan ayat yag
diturunkan di mekah namun hukumnya mdaniyah.
2. Ayat-ayat madaniyah dalam surat makkiyah
Misalnya surat al-an’am, ibnu abbas berkata surat ini diturunkan
sekaligus di mekah, maka ia adalah makkiyah, kecuali tiga ayat yang
diturunkan di madinah yaitu ayat 151-153. Dan surat al-hajj adalah
makkiyah. Tetapi ada tiga ayat yang madaniyyah yaitu ayat 19-21.
3. Yang diturunkan di mekah namun hukumnya madaniyah
4. Ayat yang diturunkan di madinah namun hukumnya makkiyah
Mereka memberi contoh dengan surat al-mumtahanah, surat ini
diturunkan di madinah dilihat dari segi turunnya, tetapi seruannya
ditujukan kepada orang musyrik penduduk mekah. Juga seperti
permusuhan aurat at-taubah yang diturnkan di madinah, tetapi seruannya
ditujukan kepada orang-orang musyrik di mekah.
5. Yang serupa dengan yang diturnkan di mekah dalam kelompok madaniyah
Yang dimaksud para ulama disini adalah ayat-ayat yang terdapat
pada madaniyah tetapi mempunyai gaya bahasa danciri seperti makkiyah.
Contohnya firman Allah dalam surat al-anfal ayat 32 yang madaniyah. Hal
ini dikarenakan permintaan orang musyrik untuk disegerakan azab adalahdi
mekah.
6. Yang serupa dengan yang diturunkan di madinah dalam kelompok
madaniyah
Yang dimaksud ulama disini adalah kebalikan dari sebelumnya
dalam surat an-najm ayat 32.
7. Ayat yang dibawa dari mekah ke madinah

10
Contohnya ialah dalam surat al-a’la. H R. al-bukhori dan al-bara’ah
bin azb yang mengatakan bahwa: “bahwa yang oertama kali datang kepada
kami dikalangan sahabat nabi adalah mush’ab bin umair dan ibnu ummi
maktum. Keduanya membacakan al-qur’an kepada kami, setelah itu
datanglah ammar, bill dan sa’ad, kemudain datang pua umar bin khattab
sebagai orang nomor yang kedua puluh. Baru setelah itu datang nabi, aku
melihat penduduk madinah bergembira setelah aku membaca “Sabbihisma
robbikal a’la.
8. Ayat yang dibawa dari madinah ke mekah
Contohnya ari awal surat at-taubah yaitu ketika rasululloh
memerintahkan kepada abu bakar untuk pergi haji pada tahuan kesembilan
dan hal inipun disampaikan kepada kaum musyrikin bahwa tahun tidak
seorangpun orang musyrik boleh berhaji.
9. Ayat yang turun di waktu malam dan siang
Kebanyakan ayat turun pada siang hari, abu qasim an-naisaburi
telah menelitinya. Contoh di bagian surat al-imran dan yang lainnya.
10. Ayat yang turun di musim panas dan musim dingin
Para ulama memberi contoh ayat yang turun di musim panas
tentang ayat kalalah yang terdapat di akhir surat an-nisa. Contoh lain ialah
ayat-ayat yang turun dalam perang tabuk, yang terjadi pada musim panas
seperti yang dinyatakan dalam surat at-taubah ayat 81. Sedangkan musim
dingin mereka mencontohkan dengan ayat-ayat mengenai “tuduhan
bohong” yang terdapat dalam surat an-nur.
11. Yang turun di waktu menetap atau perjalanan
Mayoritas ayat-ayat dan surat-surat al-Qur’an turun pada saat nabi
dalam keadaan menetap. Akan tetapi, karena kehidupan Rasululloh tidak
pernah lepas dari jihad dan peperangan di jalan Allah, maka wahyu pun
turun dalam peperangan tersebut. Contohnya awal-surat al-Anfal yang
turun pada waktu perang badar.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu Makkiyah dan Madaniyah merupakan suatu kajian yang
membedakan fase penting yang memiliki andil dalam membentuk teks, baik
dalam tataran maupun dalam struktur. Sehingga dapat membuktikan bahwa
teks merupakan hasil dari interaksinya dengan realitas yang dinamis-historis.
1. Surat makkiyah diturunkan di mekah sebelum rasululloh hijrah, sedangkan
madinah turun di madinah sesudah nabi hijrah
2. Ayat dala surat makkiyah umumnya pendek, sedangkan ayayt dalam
madaniyah umumnya panjang
3. Surat makkiyah mengandung keterangan dan penjelasan tentang keimanan,
perbuatan baik dan jahat, pahala bagi orang beriman dan beramal shaleh,
siksa bagi orang kafir dan durhaka, kisah para rasul dan nabi, cerita umat
terdahulu, dan berbagai perumpamaan untuk dijadikan teladan dan ibarat.
Madaniyyah pada umunya menjelaskan hal yang berhubungan erat dengan
hidup kemasyarakatan atau masalah muamalah.
B. Saran
Pemakalah menyadari bahwa sebagai insan yang dho’if tidak akan
lepas dari kesalahan dan kekhilafan. Di samping itu barangkali makalah yang
kami sajikan ini masih jauh dari kata sempurna. Maka pemakalah sangat
mengharapkan ide-ide yang cemerlang dari rekan mahasiswa semua untuk
berfartisifasi dalam meningkatkan pengetahuan kami di pertemuan yang akan
dating berupa kritik dan saran.

12
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anwar Rosihon, 2007. Ulum Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia.

Manna Khalil al-Qattan, 2015. Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an. Jakarta: PT. Pustaka
Litera AntarNusa.

Supiana dan M. Karman, 2002. Ulumul Qur’an. Bandung, Pustaka Islamika

UIN Sunan Ampel, 2017. Studi Al-Qur’an. Surabaya, UIN Sunan Ampel Press:

13

Anda mungkin juga menyukai