Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MAKKIYAH DAN MADANIYAH

DISUSUN OLEH:

NAMA NIM
Muhammad Raihan (2020800004)

DOSEN PENGAMPU:
Muhammad Sulhi Alhadi Siregar, S.Ag., M.A.

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PADANGSIDIMPUAN
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang mana telah
memberikan rahmat serta hidayahnya kepada kita semua, sehingga kami mampu
menyusun makalah yang berjudul MAKKIYAH DAN MADANIYAH dengan
baik untuk memenuhisalah satu tugas mata kuliah ULUMUL QUR‟AN. Shalawat
dan salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan kita yakni Nabi besar
Muhammad Saw.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini supaya makalah
ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terimah Kasih.

Padangsidimpuan, 27 Februari 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
BAB I
PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1
C. Tujuan Masalah ......................................................................................... 2
BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................................. 3
A. Pengertian Makkiyah Dan Madaniyah ...................................................... 3
B. Perhatian Para Ulama Terhadap Ayat-ayat Makkiyah Dan Madaniyah ... 4
C. Faedah Mengetahui Makkiyah Dan Madaniyah ....................................... 8
D. Pengetahuan Tentang Makkiyah Dan Madaniyah Serta Perbedaannya .... 10
E. Perbedaan Makkiyah Dan Madaniyah ...................................................... 10
F. Ciri Khas Makkiyah Dan Madaniyah ....................................................... 14
BAB III
PENUTUP ............................................................................................................ 17
A. Kesimpulan .............................................................................................. 17
B. Saran ......................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kita sangat memerlukan ilmu yang berkaitan dengan makiyyah dan


madaniah karena surat-surat yang terdapat pada al-Qur‟an adakal makiyah dan
adakala madaniyah dan adakala ada ayat-ayat dari surat makiyah yang turun di
madinah, sebagaimana ada ayat-ayat dari surat madaniyah yang turun di mekah,
sebagaimana pula setiap ayat dalam alqur‟an mempunyai ciri-cirinya sendiri
yang dengan ciri-ciri itu dapatlah kita menggolongkan ayat-ayat itu kedalam
golongan makiyah, atau ke dalam golongan madaniyah.
Memang perlulah kita memperhatikan seluruh surat dan seluruh ayat untuk
mengetahui makiyah atau madaniyah dengan memperhatikan ciri-ciri yang khas
dari ayat-ayat itu.
Mengetahui makiyah dan madaniyah adalah suatu hal yang harus
diperhatikan benar-benar, untuk dapat menentukan marhalah-marhalah dakwah
islamiyah dan mengetahui langkah-langkah yang berangsur-angsur ditempuh
oleh alqur‟an dan dapat pula kita mengetahui persesuaiannya ayat-ayat itu
dengan miliu atau lingkungan mekah dan madinah serta dapat pula kita
mengetahui uslub-uslub makiyah dan madaniyah dalam menghadapi orang
mukmin,orang musyrikin dan ahli kitab.

B. RUMUSAN MASALAH

A. Apa pengertian Makiyah dan Madaniyah?

B. Bagaimana Sejarah Makiyah dan Madaniyah?

C. Bagaimana Karakteristik Makiyah dan Madaniyah?

D. Sebutkan beberapa contoh surat makiyah dan madaniyah?

E. Apa faedah dan fungsi mengetahui Makiyahdan Madaniyah?

F. Apa Saja Ayat yang Diturunkan di Luar Kota Makah dan Madinah?

1
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk mengetahui defenisi-defenisi Makkiyah dan Madaniyah dari
berbagai teori.
2. Untuk mengetahui dasar penetapan Makkiyah dan Madaniyah.
3. Untuk mengetahui macam-macam Makkiyah dan Madaniyah.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengelompokan surah Al-Qur‟an
berdasarkan teori Makkiyah dan Madaniyah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN MAKKIYAH DAN MADANIYAH

Makkiyah yaitu ayat yang diturunkan kepada rasulullah sebelum hijrah ke


madinah. Madaniyyah yaitu ayat yang diturunkan kepada rasulullah setelah
hijrah ke madinah.Oleh karena itu pada surat al maidah ayat 3 termasuk ayat
madaniyyah walaupun turun kepada rasulullah di mekkah (pada haji wada‟ di
arafah).1

Dalam mendefinisikan makkiyah dan madaniyah ada beberapa teori yang


berbeda-beda. Sedikitnya ada 4 teori dalam menentukan kriteria untuk
memisahkan nama bagi ayat makkiyah dan madaniyah, yaitu:

1. Teori Geografi (Mulahadhotu Makan Annuzul)


Makiyah ialah ayat-ayat yang turun di mekah dan sekitarnya, baiksebelum
atau sesudah hijrah. Sedangkan madaniyah ialah ayat–ayat yang turun di
madinah dan sekitarnya.
2. Teori Subjektif (Mulahadhotu Mukhothobin)
Makiyah adalah ayat– ayat yang berisi khitab atau panggilan kepada
penduduk makkah dengan menggunakan kat-kata “yaa ayyuhan
nassu”dan lain–lain. Sedangkan madaiyah adalah ayat-ayat yang
berisipanggilan kepada orang–orang madinah dengan menggunakan kata-
kata “yaa ayyuhalladzi naamanu”
3. Teori Historis (Mulahadhotu Zaman Annuzul)
Makiyah adalah ayat-ayat Al-Qur‟an yang diturunkan sebelum hijrah Nabi
Muhammad SAW ke madinah, meskipun turunnya ayat diluar kota
makkah. Sedangkan madaniyah adalah ayat–ayat Al-Qur‟an yang turun
setelah hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah Meskipun turunyadi
makkah dan sekitarnya

1
Mohammad gufron, Ulumul Qur‟an: praktis dan mudah . Yogyakarta, kalimedia, 2017

3
4. Teori Content Analysis (Mulahadhotu Maa Tadhomananna)
Makkiyah adalah ayat-ayat yang berisi cerita–cerita umat dan para
nabiatau rasul dahulu. Sedangkan madaniyah adalah ayat-ayat yang
berisihukum hudud, faraid, dan sebagainya.2

B. PERHATIAN PARA ULAMA TERHADAP AYAT-AYAT MAKKIYAH


DAN MADANIYAH

Dikalangan ulama terdapat beberapa pendapat tentang dasar atau kriteria


yang dipakai untuk menentukan Makkiyyah dan Madaniyyah suatu surat atau
ayat.
Sebagian ulama menetapkan lokasi turunnya ayat-ayat atau surat sebagai
dasar penentuan Makkiyyah dan Madaniyyah, sehingga mereka membuat
definisi Makkiyyah dan Madaniyyah sebagai berikut:
Yang diartikan sebagai berikut: “Makiyah ialah yang diturunkan dimakkah
sekalipun turunnya sesudah hijrah, madaniyah ialah yang diturunkan di
madinah”
Agak sulit memang melacak dan mengidentifikasi secara pasti ayat-ayat
Makkiyyah dan Madaniyyah karena urutan tata tertib ayat tidak mengikuti
kronologi waktu turunnya ayat tetapi berdasarkan petunjuk nabi. Lagi pula pada
mushaf usmani yang menjadi acuan sejak semula disusun mengikuti petunjuk
nabi.
Koleksi mushaf para sahabat yang diantaranya ada yang ditulis berdasarkan
turunnya ayat, semuanya sudah dibakar setelah tim penyusun al-Quran yang
dibentuk Usman bin Affan menyelesaikan tugasnya. Jadi pembakaran mushaf
tersebut bisa juga berarti sebagai kerugian intelektual, karena dengan demikian
menjadi sulit melacak kronologi ayat berdasarkan waktu turunnya.3

2
Abdul Jalal, Ulumul Qur‟an (Surabaya:Dunia Ilmu, 2000), hal: 78
3
Quraisy Shihab, sejarah dan ulum alqur‟an, Bandung Pustaka Firdaus, 1997, hal: 64

4
Abul Qasim Al-Hasan bin Muhammad bin Habib An-Naisaburi menyebutkan
dalam kitabnya At-Tanbih 'Ala fadhli 'Ulum Al-Qur'an, 'Di antara ilmu-ilmu Al-
Qur'an yang paling mulia adalah ilmu tentang nuzul Al-Qur'an dan wilayahnya;
urutan turunnya di Makkah dan Madinah, tentang hukumnya yang diturunkan di
Makkah tetapi mengandung hukum Madani dan sebaliknya; yang diturunkan di
Makkah, tetapi menyangkut penduduk Madinah dan sebaliknya; serupa dengan
yang diturunkan di Makkah, tetapi pada dasarnya termasuk Madani dan
sebaliknya. Juga, tentang yang diturunkan di Juhfah, di Baitul Maqdis, di Tha'if
atau di Hudaibiyah. Demikian juga tentang yang diturunkan di waktu malam, di
waktu siang; diturunkan secara bersama-sama," atau yang turun secara tersendiri;
ayat-ayat Madaniyah dalam surat-surat Makkiyah; ayat-ayat Makkiyah dalam
surat-surat Madaniyah: yang dibawa dari Makkah ke Madinah dan yang dibawa
dari Madinah ke Makkah; dan yang dibawa dari Madinah ke Habasyah: yang
diturunkan dalam bentuk global dan yang telah dijelaskan, serta yang
diperselisihkan sehingga sebagian orang mengatakan Madani dan sebagian lagi
mengatakan Makki. Itu semua ada dua puluh lima macam. Orang yang tidak
mengetahuinya dan tak dapat membeda-bedakannya, ia tidak berhak berbicara
tentang Al-Qur'an.4

Yang terpenting dalam kajian para ulama dalam pembahasan ini, yaitu:
1. Yang diturunkan di Makkah.
2. Yang diturunkan di Madinah.
3. Yang diperselisihkan.
4. Ayat-ayat Makkiyah dalam surah-surah Madaniyah.
5. Ayat-ayat Madaniyah dalam surah-surah Makkiyah.
6. Yang diturunkan di Makkah namun hukumnya madaniyah.
7. Yang diturunkan di madinah tetapi hukumnya makkiyah.
8. Yang serupa dengan yang diturunkan di makkah dalam kelompok
madaniyah.
4
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar studi ilmu Al-qur‟an, (Kairo: maktabah wahbah)
2004, hal: 62

5
9. Yang serupa dengan yang diturunkan di madaniyah dalam kelompok
makkiyah.
10. Yang dibawa dari makkah ke madinah.
11. Yang dibawa dari madinah ke makkah.
12. Yang turun di waktu malam dan di waktu siang.
13. Yang turun di musim panas dan musim dingin, dan
14. Yang turun di waktu menetap dan perjalanan.5

Adapun surah makkiyah sebagai berikut:


1 Al-„Alaq 47 An-Naml
2 Al-Qolam 48 Al-Qoshash
3 Al-Muzzammil 49 Al-Isro‟
4 Al-Muddatstsir 50 Yunus
5 Al-Fatihah 51 Hud
6 Al-Lahab 52 Yusuf
7 At-Takwir 53 Al-Hir
8 Al-A‟la 54 Al-An‟am
9 Al-Lail 55 Ash-Shaffat
10 Al-Fajr 56 Luqman
11 Ad-Dhuha 57 Saba‟
12 Al-Insyiroh 58 Az-Zumar
13 Al-Ashr 59 Ghofir
14 Al-Adiyat 60 Fushshilat
15 Al-Kautsar 61 Asy-Syura
16 At-takatsur 62 Az-Zukhruf
17 Al-Ma‟un 63 Ad-Dukhan
18 Al-Kafirun 64 Al-Jatsiah
19 Al-Fiil 65 Al-Ahqof

5
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar studi ilmu Al-qur‟an, (Kairo: maktabah wahbah)
2004, hal: 63

6
20 Al-Falaq 66 Al-Adzariyat
21 An-Nas 67 Al-Ghosiyah
22 Al-Ikhlas 68 Al-Kahfi
23 An-Najm 69 An-Nahl
24 „Abasa 70 Nuh
25 Al-Qodar 71 Ibrahim
26 Asy-Syams 72 Al-Anbiya‟
27 Al-Buruj 73 Al-Mu‟minun
28 At-Tiin 74 As-Sajadah
29 Al-Quroisy 75 At-Thur
30 Al-Qori‟ah 76 Al-Mulk
31 Al-Qiyamah 77 Al-Haqqoh
32 Al-Humazah 78 Al-Ma‟arij
33 Al-Mursalat 79 An-Naba‟
34 Qaf 80 An-Nazi‟at
35 At-Thoriq 81 Al-Balad
36 Al-Qomar 82 Al-Infithor
37 Shad 83 Al-Insyiqoq
38 Al-A‟rof 84 Ar-Rum
39 Jinn 85 Al-Ankabut
40 Yasin 86 Al-Muthoffifin
41 Al-Furqon 87 Al-Zalzalah
42 Fathir 88 Ar-Rod
43 Maryam 89 Ar-Rohman
44 Thoha 90 Al-Insan
45 Al-Waqiah 91 Al-Bayyinah
46 Asy-Syu‟ara

7
Adapun surah madaniyah sebagai berikut:
1 Al-Baqoroh 13 Ali-Imron
2 Al-Anfal 14 Al-Ahzab
3 Al-Mumtahanah 15 Al-Hujurat
4 An-Nisa‟ 16 At-Tahrim
5 Al-Hadid 17 At-Taghabun
6 Al-Qital 18 As-Shaf
7 At-Tholaq 19 Al-Jumuah
8 Al-Hasr 20 Al-Fath
9 An-Nur 21 Al-Maidah
10 Al-Hajj 22 At-Taubah
11 Al-Munafiqun 23 An-Nashr
12 Al-Mujadilah

C. FAEDAH MENGETAHUI MAKKIYAH DAN MADANIYAH

An-Naisaburi dalam kitabnya At-Tanbih „ala Fadhl Ulum Al-Quran,


memandang subjek makkiyah dan madaniyyah sebagai ilmu Al-Quran yang
paling utama. Sementara itu , Manna‟ Al-Qaththan mencoba lebih jauh lagi
dalam mendeskripsikan urgensi mengetahui makkiyah dan madaniyyah sebagai
berikut.

1. Membantu dalam menafsirkan Al-Qur‟an

Pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa di seputar turunnya Al-Qur‟an


tentu sangat membantu dalam memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-
Quran, kendatipun ada teori yang mengatakan bahwa yang harus menjadi
patokan adalah keumuman redaksi ayat dan bukan kehususan sebabin.
Dengan mengetahui kronologis Al-Quran pula, seorang mufassir dapat
memecahkan makna kontradiktif dalam dua ayat yang berbeda, yaitu dengan

8
pemecahan konsep nasikh-mansukh yang hanya bisa diketahui melalui
kronologi Al- Quran.

2. Pedoman bagi langkah-langkah dakwah

Setiap kondisi tentu saja memerlukan ungkapan-ungkapan yang relevan.


Ungkapan-ungkapan dan intonasi berbeda yang digunakan ayat-ayat
makkiyah dan ayat-ayat madaniyyah memberikan informasi metodologi bagi
cara-cara menyampaikan dakwah agar relevan dengan orang yang diserunya.
Oleh karena itu, dakwah Islam berhasil mengetuk hati dan menyembuhkan
segala penyakit rohani orang-orang yang diserunya. Di samping itu, setiap
langkah- langkah dakwah memiliki objek kajian dan metode-metode tertentu,
seiring dengan perbedaan kondisi sosio-kultural manusia. Periodisasi
makkiyah dan madaniyyah telah memberikan contoh untuk itu.

3. Memberi informasi tentang sirah kenabian

Penahapan turunnya wahyu seiring dengan perjalanan dakwah nabi, baik


di mekah atau di madinah, dimulai sejak diturunkannya wahyu pertama
sampai diturunkannya wahyu terakhir. Al-Quran adalah rujukan otentik bagi
perjalanan dakwah nabi itu. Informasinya tidak bisa diragukan lagi.
Mengetahui sejarah hidup nabi melalui ayat-ayat Al-Quran, sebab
turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dan
segala peristiwa yang menyertainya, baik pada periode makkah maupun
periode madinah, sejak turun iqra‟ sampai ayat yang terakhir diturunkan. Al-
Quran adalah sumber pokok bagi hidup Rasulullah. Pola hidup beliau
harus sesuai dengan Al-Quran dan Al-Quran pun memberikan kata putus
terhadap perbedaan riwayat yang mereka riwayatkan.6

6
Rosihan Anwar, ulum Al-Qur‟an, Bandung Pustaka Setia, 1997, hal 115-116

9
D. PENGETAHUAN TENTANG MAKKIYAH DAN MADANIYAH
SERTA PERBEDAANNYA
Untuk mengetahui dan menentukan Makkiyah dan Madaniyah, para ulama
bersandar pada dua cara utama; sima'i naqli (pendengaran seperti apa adanya) dan
qiyasi ijtihadi (bersifat ijtihad). Cara pertama didasarkan pada riwayat shahih dari
para sahabat yang hidup pada saat dan menyaksikan turunnya wahyu, atau dari
para tabi'in yang menerima dan , mendengar dari para sahabat bagaimana, di
mana, dan peristiwa apa yang berkaitan dengan turunya wahyu itu. Sebagian besar
penentuan Makkiyah dan Madaniyah itu didasarkan pada cara pertama ini. Dan
contoh-contoh di atas merupakan bukti yang paling baik baginya. Penjelasan
tentang penentuan tersebut telah banyak dituangkan dalam kitab-kitab tafsir
bilma'tsur, kitab-kitab asbab an-nuzul dan pembahasan-pembahasan tentang studi
ilmu-ilmu Al-Qur'an.7
Para ahli mengatakan, "Setiap surat yang di dalamnya mengandung kisah para
nabi dan umat-umat terdahulu, maka surat itu adalah Makkiyah. Dan setiap surat
yang di dalamnya mengandung kewajiban atau ketentuan hukum, maka surat itu
adalah Madani. Begitu seterusnya." Al-Ja'bari mengatakan, “untuk mengetahui
Makkiyah dan Madaniyah ada dua cara; sima'i (pendengaran) dan qiyasi
(analogi).""Sudah tentu sima'i pegangannya berita pendengaran, sedang qiyasi
berpegang pada penalaran, Baik berita pendengaran maupun penalaran, keduanya
merupakan metode pengetahuan yang valid dan metode penelitian ilmiah.8

E. PERBEDAAN MAKKIYAH DAN MADANIYAH

1. Ayat yang di bawa dari makkah ke madinah

Contohnya ialah surat Al-A‟la. HR. Al-Bukhari dari Al-Bara‟ bin


Azib yang mengatakan, “orang yang pertama kali datang kepada kami di

7
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar studi ilmu Al-qur‟an, (Kairo: maktabah wahbah)
2004, hal: 72
8
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar studi ilmu Al-qur‟an, (Kairo: maktabah wahbah)
2004, hal: 73

10
kalangan sahabat Nabi adalah Mush‟ab bin Umair dan Ibnu Ummi
Maktum keduanya membacakan Al-Quran kepada kami. Sesudah itu
datanglah Ammar, Bilal dan Sa‟ad. Kemudian datang pula Umar Bin
Khattab sebagai orang yang kedua puluh. Baru setelah itu datanglah
Nabi. Aku melihat penduduk Madinah bergembira setelah aku membaca
sabbihismarabbikal a‟la dari antara surat yang semisal dengannya.”
Pengertian ini cocok dengan Al-quran yang dibawa oleh golongan
muhajirin, lalu mereka ajarkan kepada kaum anshar.

2. Ayat yang di bawa dari madinah ke makkah

Contohnya dari awal surat Baqarah, yaitu ketika Rasulullah SAW


memerintahkan kepada Abu Bakar untuk pergi haji pada tahun ke
Sembilan. Ketika awal surat Baqarah turun, Rasulullah memerintahkan
kepada Ali bin Abi Thalib untuk membawa surat tersebut kepada Abu
Bakar, agar ia sampaikan kepada kaum musyrikin, maka Abu Bakar pun
membacakannya kepada mereka dan mengumumkan bahwa tahun ini
tidak ada oseorang musyrik pun yang boleh berhaji.

3. Ayat yang turun di waktu dalam perjalanan

Mayoritas ayat-ayat dan surat-surat Al-Quran turun pada saat


Nabi dalam keadaan menetap. Akan tetapi, karena kehidupan Rasulullah
tidak pernah lepas dari jihad dan peperangan di jalan Allah, maka wahyu
pun turun juga dalam perjalanan tersebut. Imam As-Suyuthi
menyebutkan awal surat Al-Anfal yang turun di Badar setelah selesai
perang, sebagaimana yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Sa‟ad bin Abi
Waqqash. Diriwayatkan Ahmad dari Tsauban, bahwa ayat tersebut turun
ketika Rasulullah dalam salah satu perjalanan.
Juga awal surat Al-Hajj. At-Tirmidzi dan Al-Haakim
meriwayatkan dari Imran bin Hushain yang menyatakan “ketika turun
kepada Nabi ayat „wahai manusia, bertakwalah kepada tuhanmu,

11
sesungguhnya goncangan Hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang
sangat besar … sampai dengan .. tetapi adzab Allah sangat kerasnya‟
beliau sedang berada dalam perjalanan.”
Begitu juga surat Al-Fath. Al-Hakim dan yang lain meriwayatkan,
dari Al-Miswar bin Makhramah dan Marwan bin Al-Hakam, keduanya
berkata “surat Al-Fath dari awal sampai akhir turun di antara kota
makkah dan madinah berkaitan dengan masalah perdamaian
Hudaibiyah.”
Sebagian dari ayat Al-Quran tidak hanya turun di kota makkah
dan sekitarnya dan tidak pula di madinah dan sekitarnya, seperti firman
Allah dalam surat At-Taubah ayat 42 dan pada surat Az-Zukhruf ayat 45.
Yang kedua ayat tersebut tidak turun di kota makkah dan sekitarnya dan
tidak pula di kota madinah dan sekitarnya.
Menurut Ibnu Katsir bahwa surat At-Taubah ayat 42 turun di
tabuk, dan surat Az-Zukhruf ayat 45 diturunkan di abitul maqdis pada
malam Isra‟.9

4. Ayat yang diturunkan di kota Arofah pada haji wada‟. 10

Surah Al-Baqarah ayat: 281

“Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada
waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah. kemudian masing-
masing diri diberi Balasan yang sempurna terhadap apa yang telah
dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).11

9
Syeikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur‟an, Jakarta, Pustaka Al-
Kautsar, 2006, hlm: 67-71.
10
Jalaluddin Rakhmat. „Ulum Al-Qur‟an, Bandung: 1431 H, hal: 58
11
Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa‟ud, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, Jakarta, Yayasan
Penyelenggara Penerjemah Penafsiran Al-Qur‟an, 1971, hal: 70.

12
5. Ayat yang turun di kota Mina pada haji wada‟.12
Surah Al-Maidah ayat: 3

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)


yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang
jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu
menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan
(diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib
dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada hari ini orang-orang kafir telah
putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut
kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena
kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang.13

Untuk membedakan Makkiyah dan Madaniyah, para ulama mempunyai tiga


macam pandangan yang masing-masing mempunyai dasarnya sendiri.
Pertama; Dari segi waktu turunnya. Makkiyah adalah yang diturunkan
sebelum hijrah meskipun bukan di Makkah. Sedangkan Madaniyah, adalah yang
diturunkan sesudah hijrah sekalipun bukan di Madinah. Yang diturunkan sesudah

12
Jalaluddin Rakhmat, Op cit, hal: 59
13
Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa‟ud, Op Cit, hal: 157

13
hijrah sekalipun di Makkah dan Arafah, adalah Madani, seperti yang diturunkan
pada tahun penaklukan kota Makkah, misalnya firman Allah,

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang


berhak….” (An-Nisaa:58).

Kedua; Dari segi tempat turunnya. Makkiyah ialah yang turun di Makkah
dan sekitarnya seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyah. Dan Madaniyah ialah yang
turun di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba, dan Sil. Namun, pendapat
ini berkonsekuensi tidak adanya pengecualian secara spesifik dan batasan yang
jelas. Sebab, yang turun dalam perjalanan, seperti di Tabuk atau di Baitul Maqdis,
tidak termasuk ke dalam salah satu bagiannya, sehingga statusnya tidak jelas,
Makkiyah atau Madaniyah. Akibatnya yang diturunkan di Makkah walaupun
sesudah hijrah, tetap disebut Makkiyah.
Ketiga; Dari sisi sasarannya. Makkiyah adalah yang seruannya ditujukan
kepada penduduk Makkah dan Madaniyah adalah yang seruannya ditujukan
kepada penduduk Madinah. Berdasarkan pendapat ini, para pendukungnya
menyatakan bahwa ayat Al-Qur'an yang mengandung seruan 'ya ayyuhan-nas"
(wahai manusia) adalah Makkiyah. Sedangkan ayat yang mengandung seruan 'ya
ayyuhal- ladzina amanu" (Wahai orang-orang yang beriman) adalah Madaniyah.14

F. CIRI KHAS MAKKIYAH DAN MADANIYAH


Para ulama meneliti surat-surat Makkiyah dan Madaniyah, mereka membuat
kesimpulan analogis bagi keduanya, yang dapat menjelaskan ciri khas gaya
bahasa dan persoalan-persoalan yang dibicarakan oleh masing-masing ayat yang

14
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar studi ilmu Al-qur‟an, (Kairo: maktabah
wahbah) 2004, hal: 73-74

14
Makkiyah dan Madaniyah. Kemudian, lahirlah kaidah-kaidah kunci untuk
mendapatkan ciri-ciri tersebut.15
1. Ciri-ciri makkiyah
a. Ayat dan surahnya pendek dan susunannya luwes dan jelas.
b. Ayat-ayatnya lebih puitis (bersajak), karena yang ditantang
adalahmasyarakat yang ahli dalam membuat puisi.
c. Makiyyah banyak menyebut qasam (sumpah), tasybih
(penyerupaan),dan amtsal (perumpamaan).
d. Gaya bahasa al-Makkiyah jarang bersifat konkret, realistis
danmaterialis, terutama ketika berbincang tentang kiamat.
e. Surah-surah al-Makkiyah mengandung lafadz kalla, yaitu di dalam al-
Quran lafadz ini berulang sebanyak 33 kali dalam 15 surah.
f. Surah-surahnya mengandung seruan (ya ayyuhan-nas) “Hai
sekalianmanusia”, dan tidak mengandung seruan (ya ayyuhal-ladzina
amanu) “Hai orang orang yang beriman”.
g. Mengajak kepada tauhid dan beribadah hanya kepada
Allah,pembuktian mengenai kebenaran risalah, kebangkitan dan
haripembalasan, hari kiamat dan mala petakanya, neraka dan
siksaannya,surga dan nikmatnya, argumentasi terhadap orang musyrik
denganmenggunakan bukti-bukti rasional dan ayat-ayat kauniyah.
h. Peletakan dasar-dasar umum bagi perundang-undangan dan
akhlakmulia yang menjadi dasar terbentuknya suatu masyarakat;
danpenyingkapan dosa orang musyrik dalam penumpahan
darah,memakan harta anak yatim secara zhalim, penguburan hidup-
hidupbayi perempuan dan tradisi buruk lainnya.

15
Syaikh Manna Al-Qaththan, Pengantar studi ilmu Al-qur‟an, (Kairo: maktabah
wahbah) 2004, hal: 75

15
2. Ciri-ciri madaniyya
a. Surah-surahnya berisi hukum pidana, hukum warisan, hak-hak
perdatadan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan perdata
serta kemasyarakatan dan kenegaraan.
b. Surah-surahnya mengandung izin untuk berjihad, urusan-urusan
perang, hukum-hukumnya, perdamaian dan perjanjian.
c. Setiap surat yang menjelaskan hal ihwal orang-orang munafik
termasuk Madaniyyah, kecuali surat Al-Ankabut yang di nuzulkan di
Makkah. Hanya sebelas ayat pertama dari surat tersebut yang termasuk
Madaniyyah dan ayat-ayat tersebut menjelaskan perihal orang-orang
munafik.
d. Menjelaskan hukum-hukum amaliyyah dalam masalah ibadah dan
muamalah, seperti shalat, zakat, puasa, haji, qisas, talak, jual beli,
riba,dan lain-lain.
e. Sebagian surat-suratnya panjang-panjang, sebagian ayat-ayatnya
panjang-panjang dan gaya bahasanya cukup jelas dalam menerangkan
hukum-hukum agama.16

16
Rosihon Anwar. Ulum Al-Qur‟an (Bandung; Pustaka Setia, 2013) hal: 106-107

16
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Makkiyyah adalah ayat-ayat Al-Qur‟an yang diturunkan kepada Rasulullah
SWT sebelum hijrah ke Madinah, walaupun ayat tersebut turun di sekitar bukan di
kota Makkah, yang pembicaraannya lebih ditujukan untuk penduduk Makkah.
Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat Al-Qur‟an yang diturunkan di Madinah
dan sekitarnya walaupun turunnya di Makkah, dan pembicaraannya lebih
ditujukan untuk penduduk Madinah.
Adapun ayat-ayat yang turun tidak di kota makkah dan tidak pula di kota
madinah adalah Ayat yang di bawa dari makkah ke madinah, ayat yang di bawa
dari madinah ke makkah, Ayat yang turun di waktu dalam perjalanan, Ayat yang
turun di Kota Arofah pada haji wada‟, Ayat yang turun di Kota Mina pada haji
wada‟.

B. SARAN
Demikianlah tugas makalah yang telah kami susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Ulumul Qur‟an. Harapan kami semoga dengan adanya makalah yang
telah kami susun ini kita bisa mengmbil banyak pelajaran berharga di dalamnya
serta semoga kita lebih paham lagi dalam membedakan surah makkiyah dan surah
madaniyyah. Tak lupa semoga kita lebih giat lagi untuk membaca Al-Qur‟an dan
dapat mengamalkan isi kandungannya. Kritik dan saran sangatlah kami harapkan
dari para pembaca serta wabil khusus dari dosen pembimbing kita. Apabila dalam
penyusunan makalah ini terdapat kesalahan-kesalahan, kami tim penyusun mohon
maaf, kesalahan semata-mata terletak pada kami dan kesempurnaan hanyalah
milik Allah SWT.

17
DAFTAR PUSTAKA
Gufron, Mohammad. Ulumul Qur‟an: praktis dan mudah.Yogyakarta:
Kalimedia, 2017.
Jalal, Abdul, Ulumul Qur‟an, Surabaya; Dunia Ilmu, 2000.
Quraisy Shihab, sejarah dan ulum alqur‟an, Bandung, Pustaka Firdaus, 1997.
Syaikh Manna Al-Qaththan, pengantar studi ilmu Al-qur‟an, Kairo,
Maktabah Wahbah, 2004.
Rosihan Anwar ,ulum Al-Qur‟an ,Bandung Pustaka Setia,1997.
Syeikh Manna Al-Qaththan, Pengantar Studi Ilmu Al-Quran, Jakarta, Pustaka
Al-Kautsar, 2006.
Jalaluddin Rakhmat. „Ulum Al-Quran, Bandung: 1431 H.
Abdullah bin Abdul Aziz Ali Sa‟ud, Al Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta,
Yayasan Penyelenggara Penerjemah Pentafsir Al Qur‟an, 1971.
Rosihon. Anwar, Prof. Dr. M.Ag. Ulum Al-Qur‟an, Bandung; Pustaka Setia,
2013.

18

Anda mungkin juga menyukai