Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

MAKKIYAH DAN MADANIYYAH


Makalah ini di buat untuk memenuhi tugas mata kuliah studi Al-Qur’an dan
Hadits

Dosen pengampu:

Rifqi Firdaus, M.Pd

Disusun:
Kelompok 1:
Adinda Putri Secilya (2023390101730)
Bagas Satrio W. (2023390101741)
Ananda Octaviana Dona Ratu Monica (2023390101735)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIAH
INTITUT AGAMA ISLAM IBRAHIMY GENTENG
BANYUWANGI 2023

i
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,
kami lanjutkan puja dan puji Syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
Rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah tentang “ MAKKIYAH DAN MADANIYYAH”.
Makalah ini telah di susun dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu, penulis
menyampaikan banyak terimakasih kepada banyak pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini terutama kepada bapak Rifqi Firdaus.M.Pd.I.
selaku dosen mata kuliah Study Al-Qur’an dan Hadist yang telah memberikan
kepercayaan dan arahannya dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan terbuka penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhirnya kata penulis berharap
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap
pembaca.

Banyuwangi, September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
Latar belakang...............................................................................................................1
A. Rumusan masalah..................................................................................................1
B. Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II.............................................................................................................................2
PEMBAHASAN.............................................................................................................2
A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah..............................................................2
B. Cara Mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah...................................................4
C. Manfaat Mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah.............................................7
D. Perbedaan dan Pembagian Surah Makkiyah dan Madaniyyah........................9
E. Ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyyah.................................................................10
BAB III..............................................................................................................................12
PENUTUP.....................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................13

iii
BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang
Al-Qur’an adalah pedoman bagi umat Islam. Al-Qur’an diturunkan dalam
dua periode yakni dari lauhil mahfudh ke baitul izza dan dari baitul izza ke bumi.
Pada periode ke dua Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur dalam waktu
22 tahun 2 bulan 22 hari. Dalam periode ke dua Al-Qur’an diturunkan dengan
latar belakang yang berbeda. Dari keterangan tersebut para ulama terdahulu
membaginya menjadi dua jenis, yakni Makiyyah dan Madaniyyah, ditinjau dari
segi geografis, lafadz, sasaran dan makna. Adapun beberapa ayat yang
diperselisihkan karena ayat tersebut tidak diturunkan di Makkah dan Madinah,
melainkan ketika nabi dalam perjalanan antara Makkah dan Madinah.
Demikianlah, akan kita lihat Surah Makkiyah itu penuh dengan ungkapan-
ungkapan yang kedengarannya amat keras ditelinga, huruf-hurufnya seolah-olah
melontarkan api ancaman dan siksaan, masing-masing sebagai penahan dan
pencegah. Yang terpenting dipelajari dalam pembahasan ini ialah: 1).Yang
diturunkan di Makkah. 2).Yang diturunkan di Madinah 3).Yang diperselisihkan.
4).Yang diturunkan di perjalanan antara Makkah dan Madinah. Dari definisi diatas
dapat disimpulkan bahwa sangat penting mengetahui perbedaan antara Makiyyah
dan Madaniyyah. Jadi bisa disimpulkan bahwa dasar betapa pentingnya
mengetahui perbedaan dari surah Makkiyah dan Madaniyyah tersebut karena
sebagai landasan pengetahuan dan sejarah untuk bisa menjadi muslim yang lebih
baik.

A. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian dari Makkiyah dan Madaniyyah?
2. Apa manfaat mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah?
3. Apa perbedaan surah Makkiyah dan surah Madaniyyah?
4. Apa ciri-ciri dari surah Makkiyah dan Madaniyyah?

B. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian Makkiyah dan Madaniyyah.
2. Dapat mengetahui manfaat dari perbedaan surah Makkiyah dan Madaniyyah.
3. Dapat membedakan antara surah Makkiyah dan surah Madaniyyah.
4. Dapat menyebutkan ciri-ciri dari surah Makkiyah dan Madaniyyah.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah

Ada beberapa prespektif dalam mendefinisikan terminilogi Makkiyah dan


Madaniyyah diantaranya adalah: masa turunnya, objek pembicaraan, tempat
turunnya, tempatnya, tempat pembicaraannya.

1. Dari prespektif masa turunnya dapat didefinisikan kedua terminologi tersebut


menjadi sebagai berikut:
a) Makkiyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang di turunkan sebelum Rasulullah SAW.
hijrah ke Madinah, meskipun turunnya ayat tersebut bukan di sekitar Makkah.
b) Madaniyyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang di turunkan setelah Rasulullah
SAW. hijrah ke Madinah, meskipun turunnya ayat tersebut bukan di sekitar
Makkah. Sebagai contoh, seperti firman Allah yang berbunyi;
‫ُك ْم و َأتْ َم ْمت علَ ْي ُ ك ْم ْ ع َم ِتي و َرضيت لَ ُ ك ُم ا ْ ْلِس ََل َم دينًاۚ َف َم ِ ن اضط ر ي غ ْي َر مخ َمص ٍة متَ جا‬
‫نِ ف ا ْل َي ْو َم أَ ْك َم ْلت لَ ُ ك ْم ديَن‬
‫ِْلثْ ٍمۙ َفإِ ن ل ََّ ال ُ غفو ٌر ر ِحيم‬
“pada hari ini aku telah sempurnakan untukmu agamamu dan aku cukupkan
untukmu nikmat Ku, dan Aku ridhoi islam sebagai agamamu.”
(QS. Al Maa’idah (5):3).
Ayat yang mulia ini, sebagai mana kita tau termasuk kategori Madaniyyah
meskipun tidak di turunkan di Madaniyyah karena atar tersebut diturunkan pada
peristiwa haji wada’.

2. Dari prespektif objek pembicaraannya dapat didefinisikan kedua terminology


tersebut menjadi sebagai berikut:
a) Makkiyah adalah ayat-ayat yang diserukan untuk orang-orang Makkah.
b) Madaniyyah adalah ayat-ayat yang diserukan untuk orang-orang Madinah.
Pendefinisian di atas dirumuskan berdasarkan asumsi bahwa kebanyakan ayat Al-
Qur’an dimulai dengan ungkapan “Yaa ayyuha ala-naas” yang menjadi kriteria
Makiyyah, dan ungkapan ”Yaa ayyuha al ladziina” yang menjadi kriteria
Madaniyyah.
Namun tidak selamanya asumsi ini benar. Comtoh firmah Allah yang berbunyi:
‫م ْ ن َق ْب ِل ُ ك ْم لَ َ عل ُ ك ْم تَت قُون‬
‫وال‬ َ‫ُكُ م ال خَلق‬ ‫ا أَ ُّي َها الن اعبُُدوا‬
‫ِذين‬ ‫س ِذي ر ب ُكْ م‬ ‫ا‬
“Hai manusia, sembahlah Tuhannmu yang telah menciptakanmu dan orang-
orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa “.
(QS. Al Baqarah (2):21).
Ayat ini dimulai dengan ungkapan ”Yaa ayyuha ala-naas” tetapi termasuk
kategori Madaniyyah karena ia merupakan salah satu dari surah Al Baqarah yang
telah disepakati oleh ulama sebagai surah Madaniyyah.
2
Contoh lainnya firmanAllah yang berbunyi;
‫ُ منوا ا ْر َ ُ كعوا واسج ُدوا واعب ُدوا ر ب ُ ك ْم واْ ف َ ع ُلوا ا ْلخ ْي َر لَ َ عل ُ ك ْم ت‬
َ ‫ْف ِلحون ا أَ ُّي َها ال ِذين آ‬
“Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”.
(QS. Al Hajj (22): 77)
Ayat ini dimulai dengan ungkapan “ yaa ayyuha al ladziina” tatapi ini ayat ini
termasuk kategori Makkiyah.

3. Dari presfektif tempat turunnya dapat didefinisikan kedua termonologi tersebut


menjadi sebagai berikut:
a) Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun di Makkah dan sekitarnya seperti Mina,
Arafah dan Hudaibiyyah.
b) Madaniyyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya seperti Ubud,
Quba’ dan Sul’a.
Terdapat cela kelemahan dari pendefinisian diatas sebab terdapat ayat-ayat
tertentu yang tidak diturunkan di Makkah, Madinah dan sekitarnya, misalnya QS.
At- Taubah (9): 49 diturunkan di Tabuk, dan QS. Az Zuhruf (43): 45 yang
diturunkan di perjalanan antara Makkah dan Madinah. Kedua ayat tersebut tidak
dapat dikatagorikan kedalam Makiyyah dan Madaniyyah.
4. Dari prespektif tema pembicaraan akan disinggung lebih terinci dalam uraian
karakteristik kedua klasifikasi tersebut.
Kendatipun mengunggulkan pendefinisan Makiyyah dan Madaniyyah dari
prespektif masa turun, Subhi Sholeh melihat komponen-komponen serupa dalam
tiga pendefinisian. Bukti lebih lanjut dari tesis Sholeh bisa dilihat dalam kasus
surah Al Mumtahanah (60). Bila dilihat dari tempat turunnya surat ini termasuk
Madaniyyah karena diturunkan sesudah peristiwa hijrah. Akan tetapi dalam objek
pembicaraannya surat ini termasuk Makiyyah karena menjadi kitab bagi orang-
orang Makkah. Oleh sebab itu para sarjana muslim memasukkan surat itu kedalam
“Ma nuzila bi Al-Madinah wahukmuhu Makki”. [1]

3
B. Cara Mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah

Dalam menetapkan mana yang termasuk kategori ayat-ayat Al-Qur’an Makkiyah


dan Madaniyyah, para sarjana muslim berpegang teguh pada 2 perangkat
pendekatan:
1) Pendekatan Transmisi (periwayatan)
Dengan perangkat pendekatan transmisi para sarjana muslim merujuk kepada
riwayat-riwayat valid yang berasal dari para sahabat, yaitu orang-orang yang besar
kemungkinan menyaksikan turunnya wahyu, atau para generasi tabiin yang saling
berjumpa dan mendengar langsung dari para sahabat tentang aspek-aspek yang
berkaitan dengan proses kewahyuan Al-Qur’an, termasuk di dalamnya adalah
informasi kronologis Al-Qur’an.
Seperti halnya hadist-hadist Nabi telah terekam dalam kodifikasi tentang
hadist, para sarjana muslimpun telah merekam informasi dari para sahabat dan
tabiin tentang Makkiyah dan Madaniyyah dalam kitab-kitab tafsir.
2) Metode perbandingan (Qiyas)

Metode perbandingan adalah metode yang mendasarkan pada ciri-ciri khusus


yang ada pada surah atau ayat. Berdasarkan metode ini, jika dalam surah
Madaniyyah terdapat ayat yang membicarakan tentang peristiwa yang
berhubungan dengan kondisi atau keadaan penduduk Makkah, maka ayat tersebut
ditetapkan sebagai Makiyyah. Sebaliknya jika dalam surat Makiyyah terdapat ayat
yang membicarakan tentang berbagai kebiasaan seperti dalam Madaniyyah atau
menjelaskan suatu peristiwa Madaniyyah, maka ditetapkan bahwa ayat itu
Madaniyyah.
Sehubungan dengan metode perbandingan ini maka ulama menyatakan bahwa
setiapsurat yang didalamnya terdapat kisah para Nabi atau umat terahulu, surat
tersebut termasuk Makiyyah. Sedangkan setiap surat yang didalamnya terdapat
suatu kewajiban syariat maka surat tersebut termasuk Madaniyyah

Untuk mengetahui dan menentukan mana Makkiyah dan Madaniyyah, para


ulama secara umum bersandar pada dua metode utama yaitu sima’i naqli
maksudnya pendengaran apa adanya dan secara qiyasi ijtihadi penalaran bersifat
ijtihad. [2]

Metode pertama dapat diketahui dengan didasarkan pada riwayat shahih dari
para sahabat yang menyaksikan turunnya wahyu atau dari para Tabi’in yang
menerima dan mendengarkan langsung dari sahabat tentang bagaimana, dimana
dan peristiwa apa yang berkaitan dengan turunnya wahyu tersebut.
Hal ini sebagaimana penjelasan Abu Bakar Al-Baqilani dalam Al-Intishar berkata,
“Bahwa pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah itu mengacu pada hafalan
para sahabat dan tabi’in. tidak ada satupun yang datang dari Rasulullah mengenai
hal itu, karena beliau tidak diperintahkan utnuk itu dan Allah tidak menjadikan
ilmu pengetahuan itu sebagai kewajiban umat. Bahkan sekalipun sebagian
pengetahuan

4
mengenai sejarah Nasikh dan Mansukh itu wajib bagi ahli ilmu, tetapi pengetahuan
tersebut tidak harus diperoleh melalui nash dari Rasulullah.”

Sementara metode qiyasi ijtihadi didasarkan pada ciri-ciri Makkiyah dan


Madaniyah. Apabila dalam surat terdapat suatu ayat-ayat yang mengandung sifat
atau peristiwa madani maka ayat itu disebut madani, begitu juga sebaliknya.
Seperti setiap surat yang di dalamnya mengandung kisah para nabi dan umat
terdahulu adalah Makkyiyah, sedangkan setiap surat yang di dalamnya
mengandung hukum, maka surat itu adalah Madani.

Sebagian besar penentuan Makkiyah dan Madaniyah dilandasi dengan cara


pertama dan penjelasan-penjelasan mengenai hal ini biasanya dapat ditemui dalam
tafsir bil ma’stur, kitab asbab an-nuzul dan ulum al-quran.

Adapun untuk membedakan Makkiyah dan Madaniyah secara sima’i naqli,


para ulama mempunyai tiga macam pandangan yang masing-masing mempunyai
dasarnya tersendiri.

Pertama; dari segi turunnya. Makiyyah adalah yang diturunkan sebelum


hijrah meskipun bukan di Makkah. Sedangkan Madaniyah adalah yang diturunkan
setelah hijrah sekalipun bukan di Madinah. Seperti ayat yang diturunkan pada
tahun penaklukan kota Makkah misalnya Allah berfirman

‫إن هلال يأمركم أن تؤدو األمانات إلى أهلها‬

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak


(QS; An-Nisa; 58)

Ayat ini diturunkan di Makkah dalam Ka’bah pda tahun penaklukan Makkah.
Atau diturunkan pada Haji Wada’. Sekalipun turun di Makkah tapi karena terjadi
setelah peristiwa hijrah maka dinamakan Madaniyah. Pendapat ini lebih baik dari
pada kedua pendapat berikutnya karena lebih memberikan kepastian dan
konsistensi.

Kedua; dari segi tempat turunnya. Makkiyah adalah yang diturunkan di


Makkah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyah. Dan Madaniyah
adalah yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya seperti Uhud, Quba dan Sil.
Namun, pendapat ini berkonsekuensi tidak ada pengecualian secara spesifik dan
batasan yang jelas. Sebab yang turun di perjalanan seperti Tabuk dan Baitul
Maqdis tidak termasuk ke dalam salah satunya.

5
Ketiga; dari sasarannya. Makiyyah adalah seruan yang ditujukan kepada
penduduk Makkah. Dan Madaniyah adalah yang diserukan kepada penduduk
Madinah. Berdasarkan pendapat ini dikatakan bahwa ayat yang mengandung ya
ayyuhan-nas adalah Makkiyah, sedang ayat yang mengandung ya ayyuhal ladzina
amanu adalah Madaniyah.

Akan tetapi setelah diteliti ternyata kebanyakan kandungan Alquran tidak


selalu dibuka dengan seruan tersebut dan juga ada juga ayat yang diturunkan di
Madinah yang dibuka dengan ya ayyuhan-nas. Sehingga penetapan ini juga tidak
konsisten.

6
C. Manfaat Mengetahui Makkiyah dan Madaniyyah

Ada beberapa manfaat yang dapat kita peroleh dengan mengetahui mana
surah Makkiyah dan mana surah Madaniyyah, di antaranya adalah :
1).Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Qur’an, turunnya wahyu kepada
Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwahnya dengan segala peristiwanya.
2).Dapat mengetahui hukum nasikh dan hukum mansukh dalam Al Qur’an. Apabila
ada dua ayat .atau beberapa ayat dalam Al Qur’an yang berada satu tema
pembahasan, sedangkan hukum dalamsatu ayat tersebut berbeda dengan hukum
pada ayat yang lain. Lalu diketahui bahwa salah satu ayat tersebut adalah
Makkiyah sedangkan yang lainnya adalah Madaniyyah, maka kita dapat
menetapkan maka ayat Madaniyyah tersebut menjadi nasikh (pengganti) dari ayat
Makkiyah tersebut. Karena ayat Madaniyyah diturunkan lebih akhir dari ayat
Makkiyah. Dalam kaidah ushul fiqih, ayat yang turun lebih akhir menghapus ayat
yang turun terlebih dahulu.
3). Mengetahui dan memehami perkembangan hukum syariat islam dalam membina
individu dan masyarakat islam yang lebih baik dari sebelumnya.
Dalam konteks ini minimal ada tiga faedah yang didapatkan. Faedah pertama,
untuk membedakan ayat yang menasikh dan ayat yang dinasakh. Mana ayat yang
hukumnya menghilangkan hukum dalam ayat lain dan mana ayat yang hukumnya
dihilangkan dengan ayat lain. Dengan kata lain, informasi itu penting ketika
dijumpai dua atau beberapa ayat Al-Qur’an dalam satu tema. Sementara hukum
dalam salah satu atau beberapa ayat tersebut berbeda dengan hukum yang ada di
ayat lainnya, lalu diketahui mana ayat yang termasuk kategori Makkiyyah dan
mana yang Madaniyyah. Sebab ulama ahli Ilmu Al-Qur'an mempunyai prinsip
hukum, bahwa ayat-ayat Madaniyyah menasakh ayat-ayat Makkiyah karena
memandang bahwa ayat Madaniyyah turun lebih akhir daripada ayat Makkiyyah.
(Muhammad Abdul ‘Azhim Az-Zarqani, Manahilul ‘Irfan fi ‘Ulumil Qur’an,
[Kairo, Isa Al-Babi Al-Halabi wa Syirkah: tanpa tahun], juz I, halaman 94 dan juz
II, halaman 176). Dalam konteks ini pakar tafsir Al-Qur’an asal Kota Baghdad,
Al-Imam Al-Muqri (w. 410 H/1019 M) dalam karyanya An-Nashikh wal
Mansukh fil Qur’an
menjelask ‫ َونُ ُزول ا ْل َم ْنسو َ م كةَ كثِي ٌر ونُ ُزول الن اس ِ با ْل َم ِدينَ ِة ك ِثي ٌر‬. ,Turunnya Artinya“
an: ayat
yang dimansukh di Kota Makkah banyak, dan turunnya ayat yang memansukh di
kota Madinah juga banyak,” (Al-Muqri, An-Nasikh wal Mansukh: 30). Faedah
kedua, adalah untuk mengetahui secara global tarikh tasyri’ dari suatu hukum dan
tahapan-tahapannya yang sarat hikmah. Dari sinilah kemudian akan muncul
semangat keislaman dan keimanan yang kuat karena begitu bijaknya syariat Islam
dalam mendidik masyarakat, bangsa dan individu-individunya. Pemahaman atas
perbedaan kategori antara ayat Makkiyah dan Madaniyyah akan menyadarkan
bahwa syariat Islam mengandung berbagai hikmah syariat Islam yang sangat
agung. Faedah ketiga, untuk semakin menguatkan kepercayaan atas validitas dan
orisinalitas Al-Qur’an yang kita terima dan selalu kita baca hari ini, yang terhindar
dari perubahan dan penyelewengan redaksional maupun hukum-hukumnya. Hal
itu ditunjukkan dengan begitu perhatiannya umat Islam sepanjang sejarahnya.
Terbukti sejak dulu hingga sekarang umat Islam selalu mengkaji Al-Qur’an dari
7
berbagai aspek. Kajian itu mencakup mana ayat Al-Qur’an yang turun sebelum
hijrah dan

8
yang turun setelahnya; mana ayat Al-Qur’an yang turun di kota domisili
Rasulullah SAW dan mana yang turun dalam perjalanannya; mana ayat yang turun
di siang hari dan mana yang turun di malam hari mana ayat yang turun di musim
panas dan mana yang turun di musim dingin; mana ayat yang turun di bumi dan
mana yang turun di langit, serta hal-hal lainnya. Bila demikian komprehensifnya
kajian Al-Qur’an yang dilakukan oleh umat Islam sepanjang sejarah, maka akal
sehat sangat tidak menerima akan adanya orang yang mampu mengubah-ubah dan
mempermainkannya. Sebab umat Islam, ulama, selalu menjaga dan mengkajinya
dari berbagai aspek secara komprehensif. (Az-Zarqani, Manahilul ‘Irfan: I/95).
Sunnatullah penjagaan umat Islam terhadap Al-Qur’an seperti itu sudah sesuai
dengan sunnatullah lainnya yang terekam jelas dalam firman Allah SWT: ‫نَحن ا ِإن‬
ِ ‫ ز ْ نل َا ال ِذ ْك َر‬,Al-Qur’an, menurunkan yang Kami-lah “Sungguh Artinya
‫وإن ا َلهُ َلحا‬
‫ِفظون‬
dan sungguh Kami benar-benar memeliharanya,” (Surat Al-Hijr ayat 9). Walhasil,
dengan memahami istilah ayat Makiyyah dan ayat Madaniyyah, kita akan dapat
memahami Al-Qur’an secara lebih baik, meningkatkan keimanan, dan kecintaan
kita terhadapnya. Semoga. Amīn. [3]

9
D. Perbedaan dan Pembagian Surah Makkiyah dan Madaniyyah

Para ulama mempunyai tiga pandangan yang masing-masing mempunyai dasar


sendiri antara lain:
1). Dari segi waktu turunnya
Makkiyah adalah ayat-ayat Al Qur’an yang diturunkan sebelum hijrah meskipun
bukan di Makkah. Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat Al Qur’an yang
diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di Madinah.
2). Dari tempat turunnya
Makkiyah adalah ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Makkah dan sekitarnya
seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyah. Sedangkan Maddaniyah adalah ayat-ayat
Al-Qur’an yang diturunkan di Madinah dan sektarnya seperti Uhud, Quba, dan
Sil.
3). Dari segi sasarannya
Makkiyah adalah yang seruannya ditunjukkan kepada masyarakat Makkah.
Sedangkan Maddaniyah adalah yang seruannya ditujukkan kepada masyarakat
Madinah
Pendapat yang paling mendekati kebenaran tentang bilangan surah-surah
Makkiyah dam Madaniyyah ialah bahwa Madaniyyah ada dua puluh surah
diantaranya adalah: 1.Al Baqarah 2.Ali ‘imran 3.An Nisa’
4. Al-Maidah 5.Al-Anfal 6.At- Taubah 7.An-Nur 8.Al-Ahzab 9.Muhammad
10.Al-Fath 11.Al-Hujurat 12.An Nasr 13.Al-Hadid 14.Al-Mujadilah
15.Al-Hasyr 16.Al-Mumtahanah 17.Al
Munafiqun 18.Al-Jumu'ah 19.At Talaq 20.At Tahrim.
Sedang yang diperselisihkan ada dua belas surah:
1. Al Fatihah 2.Ar Ra’d 3.Ar rahman 4.As Saff 5.At Tagabun 6.At Tafif 7.Al
Qadar 8.Al Bayyinah 9.Az Zalzalah 10.Al Ikhlas 11.Al Falaq 12.A Nas.
Selain yang disebutkan di atas adalah Makkiyah, yaitu delapan puluh dua surah.
Maka jumlah surah-surah Qur’an itu semuanya seratusempat belas surah. [4]

1
E. Ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyyah

Para ulama telah menerangkan pula beberapa ketentuan dan ciri-ciri untuk
mengetahui antara surah Makkiyah dan Maddaniyah diantaranya adalah:

Ciri-ciri surah Makkiyah


a). Setiap surah Al-Qur’an yang di dalamnya terdapat lafazh “kalla” (jangan begitu)
adalah termasuk surah Makkiyah. lafazh “kalla” ini disebutkan sebanyak 33 kali
dan terdapat di dalam15 surah yang semuanya terdapat pada bagian akhir dari Al-
qur’an bahwa mayoritas separuh akhir dari Al-qur’an itu turun sebelum hijrah.
Contoh:
‫ثُ م ك َل س َي ْعلَ ُمون‬
”kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka mengetahui”(QS. Annaba’ (30): 5)
b). Setiap surah yang di dalamnya ada bacaan sajadahnya, maka surah tersebut adalah
Makkiyah, seperti surahAn-Najm, Al ‘Alaq dan lain-lain.
Contoh:
‫عنَد ر ِ بك َل ستَ ْكِ ب ُرون ع ْ ن ع َباَد ِت ۦِه وُيس ِ بحوَ نهُۥ ولَ ۥُه سجُدون ن‬
‫ٱل ِذين‬
“Sesungguhnya malaikat-malaikat yang ada di sisi Tuhanmu tidaklah merasa
enggan menyembah Allah dan mereka mentasbihkan-Nya dan hanya kepada-Nya-
lah mereka bersujud” (QS. Al-'A`raf (70): 206)
c). Setiap surah yang diawali ataupun dibuka dengan huruf hijaiyah, maka ia
adalah Makkiyah, seperti surah Al A’raaf, Yuunus, Huud, Yuusuf, Ibrahim, Al
Hijr dan lain sebagainya kecuali dua surah panjang yaitu Al baqarah dan Ali
‘Imraan yang keduanya adalah Madaniyah. [5]
Contoh:
‫المص‬
“Alif lam mim shaad” (QS. Yuunus (10): 1)
d). Setiap surah yang berisikan kisah-kisah para nabi, para kaumnya, dan juga
umat umat yang terdahulu adalah Makkiyah, kecualiAl-Baqarah.
Contoh:
‫موس ٰى عصاهُ َفإِذَا هي تَ ْلَقف ما أْ ِف ُ كون َفأَ ْلق‬
‫ٰى‬
”Kemudian Musa menjatuhkan tongkatnya maka tiba-tiba ia menelan benda-
benda palsu yang mereka ada-adakan itu” (QS. Asy Syu’ara’(26): 45)
e). Setiap surah yang menceritakan tentang kisah Nabi Adam dan iblis adalah
Makkiyah, kecuali surahAl Baqarah.[12]
Contoh:
‫وأش َهَدهُ ْم علَ ٰى أَ ْنُفس ِه ْم أَلَست َ ر ِ ب ُ ك ْمۖ َقا ُلوا لَ ٰىۛ ش ِهْد نَ اۛ أَ ْن تَُقوُلوا و ِإْذ أَ خَذ ر ُّبك م‬
َ ‫ْ م ُذ ِ ري تَ ُه ْم‬
ْ
‫ن ِ ني آَد َم م ن ظ ُهو ِر ِه‬ ْ
‫ْ و َم ا ْل ِق َيا َم ِة ن ا كن ا ع ْ ن َ هذَا غا ِف ِلين‬
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari
sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), kami menjadi saksi." (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari
kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-
orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)"(QS. Al A’raaf (7): 172)
Sementara itu, beberapa ciri-ciri surah Madaniyah di antaranya adalah:
1
a). Setiap surah yang membahas secara terperinci tentang hukum, ibadah, dan interaksi
sesama manusia.
Contoh:
‫ِ ر َقةُ ا ْق ُ طعوا أَ ْي ِد َي ُه َما ج َزا ًء ِ ب َما كس َبا َن َ كا ًَل من ل َِّ الۗ لوَّالُ ع ِزي ٌز ح‬
‫ِكي ٌم والسا ِرق والسا‬
“Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan
keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai
siksaan dari Allah. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(QS. Al
Maidah(5): 38)

b). Setiap surah yang menjalaskan secara terperinci tentang jihad dan segala
ketentuannya.
Contoh:
‫وجا ِ ه ُدوا أَ ْم َوا لِ ُ ك ْم وأَ ْنُفس ُ ك ْم ِ في سبِيل ل َِّ الۚ َذ لِ ُ ك ْم خ ْي ٌر ُ ك ْم ْ ن ك ْنتُ ْم تَ ْعل‬
‫ُمون ا ْن ِف ُروا خَفاًفا وثَِقا ًَل‬
“Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan atau merasa berat, dan
berjihadlah dengan harta dan dirimu di jalan Allah, Yang demikian itu adalah
lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (Q.S.At-Taubah(9): 41)

c). Setiap surah yang menerangkan secara terperinci tentang orang-orang munafik
dan segala sifat, cara-cara, dan tipu dayanya terhadap dakwah Islamiyah.[13]
Contoh:
‫ُ زوا م ْ ن ع ْن ِدك َ ب يت طا ِئَفةٌ م ْن ُه ْم غ ْي َر ال ِذي َُ تقولۖ ل َّوالُ ْ كتُ ب ما ُي َبي ِتُ ونۖ َفأَ ع ِرض ع ْن ُه ْم و ُ َيقو‬
‫ُلون طاعةٌ ِإَذا َر‬
‫وتَ َو ك ْ ل عَلى ل َِّ الۚ و َكَف ٰى ا‬
َِّ ‫ل‬
ً‫ل و ِكي َل‬
“Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan: "(Kewajiban kami hanyalah)
taat". Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka
mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah
mereka katakan tadi. Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu,
maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah kepada Allah. Cukuplah
Allah menjadi Pelindung”(QS. An Nisa’(4): 81)

d). Membuat bantahan bagi Ahlul Al-Kitab (Yahudi dan Nasrani).


Contoh:
َ ‫ُ ه ْم ُيسا ِرعون ي ا ْ ِْلثْ ِم وا ْلعُْد َوا ِ ن‬
‫وأ ْك لِ ِه ُم السحتۚ َلبِْئس ما ك ُ انوا ْ ع َمُلون وتَ َر‬
‫ٰى ك ِثي ًرا م ْن‬
“Dan kamu akan melihat kebanyakan dari mereka (orang-orang Yahudi)
bersegera membuat dosa, permusuhan dan memakan yang haram. Sesungguhnya
amat buruk apa yang mereka telah kerjakan itu. (QS. Al Maidah (5): 62)

e). Terdapat klaimat “orang-orang yang beriman” pada ayat-ayatnya.[14]


Contoh:
‫َ ها ال ِذين آ َ ُمنوا ل َم َُ تقو ُلون ما َل تَ ْف‬
‫َعلُون ا أَ ُّي‬
“Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu

1
perbuat?”(QS. As Shaff(61): 2)

1
BAB III
PENUTUP

Al-Qur’an dibagi menjadi dua periode pada zaman nabi yakni, Makiyyah
dan Madaniyyah. Ayat atau surat Makiyyah cenderung menerangkan tentang
tauhid dan Madaniyyah cenderung menerangkan tentang syariat. Hal tersebut
dapat diketahui melalui beberapa metode yakni, metode transmisi (periwayatan)
dan metode analogi (qiyas). Metode tersebut meninjau dari segi geografis, lafadz,
sasaran dan latar belaknag turunnya.
Ciri-ciri ayat Makiyyah adalah di dalamnya terdapat ayat sajdah, ayat-
ayatnya dimulai dengan “kalla”dan seperti yang telah diterangkan diatas,
sedangkan ciri-ciri ayat Madaniyyah adalah mengandung ketentuan-ketentuan
faroidl dan had, mengandung perdebatan dengan ahli kitab dan sepertiyang telah
diterangkan diatas.
Manfaat mempelajari Makiyyah dan Madaniyyah juga sangat penting bagi
kita yakni, untuk mengetahui hukum nasikh dan mansukh, mengetahui
perkembangan hukum syariat islam dan seperti yang telah dijelaskan diatas.

1
DAFTAR PUSTAKA

[1] A.-. Qattan, "Manna khalil," in studi ilmu ilmu Quran , Jakarta , PT. pustaka Litera
Antar Nusa , 2014.

[2] Anwar, "Rosihan," in Ulumul Quran, Bandung, Pustaka Setia, 2007.

[3] Anwar, "Rosihan," in Pengantar Ulumul Quran, Bandung, Pustaka Setia, 2009.

[4] Herman, "Asep," in Ulumul Quran, Bandung, Remaja Rosdakarya, 2013.

[5] Supiana, in Ulumul Quran, Bandung, Pustaka Islamika, 2002.

[6] Thantowi, "Mohammad"., Jakarta Selatan, Pustaka Azzam, 2001.

Anda mungkin juga menyukai