Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH AL QUR’AN HADITS

MAKKIYAH DAN MADANIYAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Alquran dan Tafsir
Dosen pengampu : Chaliddin, S.H.I., M.TH.

Disusun oleh:
Pandu Sasongko Widi
202314010
Jurusan Ilmu Falak (IF unit 1)

FAKULTAS SYARIAH
PROGRAM STUDI ILMU FALAK
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) LHOKSEUMAWE
TAHUN AKADEMIK 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan Rahmat dan karunia-Nya sehigga penulis dapat menyusun makalah ini
dengan baik dan benar, serta tepat pada waktunya. Sholawat beserta salam semoga
selalu tercurah limpah kepada baginda Nabi Besar Muhammad Saw., dalam
makalah ini akan dibahas mengenai “Makkiyah dan Madaniyah”.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Ilmu Alquran dan Tafsir, Bapak Chaliddin, S.H.I., M.TH. yang telah memberikan
penjelasan dan materi. Penulis sadar sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam
proses pembelajaran penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat
positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua dan semoga
Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita.

Lhokseumawe, Agustus 2023

Pandu Sasongko Widi

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah ....................................................... 2
B. Cara Mengahui Makkiyah dan Madaniyah ............................................... 3
C. Ciri Spesifik Makkiyah dan Madaniyah.................................................... 4
D. Klasifikasi Ayat-Ayat dan Surat Al-Quran ............................................... 6
E. Urgensi Pengetahuan Tentang Ilmu Makkiyah dan Madaniyah .............. 7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ............................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an bagi kaum muslimin adalah “verbum dei” (Kalam Allah) yang
diwahyukan kepada nabi Muhammad Saw. melalui perantaraan Jibril selama
kurang lebih dua puluh tiga tahun. Kitab suci ini memiliki kekuatan luar biasa yang
berada diluar kemampuan apapun. Al-Qur’an berada tepat di jantung kepercayaan
muslim dan berbagai pengalaman keagamaanya. Tanpa pemahaman yang
semestinya terhadap al- Qur’an, kehidupan pemikiran dan kebudayaan kaum
muslimin tentunya akan sulit dipahami. Secara kronologis periode turunya al-
Qur’an dibagi menjadi dua, yaitu; periode Makkah (makkiyah) dan periode
Madinah (Madaniyyah). Pembagian seperti ini didasarkan atas dua parameter yaitu,
tempat (al-makan) dan waktu (al-zaman) (Lantong, 2016).
Menurut al-Qur’an sendiri, hikmah diturunkannya al-Qur’an secara
bertahap adalah untuk meneguhkan perasaan Muhammad sehingga ia senantiasa
merasa dalam komunikasi intensif dengan Tuhan. Tidak hanya itu, alQur’an turun
secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun untuk memberikan arahan tentang
reformasi sosial budaya secara komprehensif dan terukur. Arahan arahan tersebut
disampaikan dengan memperhatikan situasi, tempat, dan audiens al-Qur’an pada
saat peristiwa nuzûl (Hadiyanto, 2011).
Oleh karena itu, Salah satu ilmu yang harus diperhatikan dalam mempelajari
Al-Qur’an secara komprehensif dan terukur adalah ilmu tentang Makkiyyah dan
Madaniyyah. Tujuannya supaya kita dalam membaca ayat-ayat Al-Qur’an tidak
hanya sebatas membacanya saja, tetapi juga memiliki banyak mamfaat lain untuk
kita yaitu memahami tentang sejarah turunnya ayat-ayat Al-Qur’an baik ia waktu,
dan tempat turunnya, sejarah umat terdahulu, sejarah nabi, dan perbedaan
antara ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, dan juga yang lainnya (Rambe dan
Tanjung, 2023).

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari makalah ini adalah :
1. Apa pengertian dari Makkiyah dan Madaniyah
2. Bagaimana cara mengetahui Makkiyah dan Madaniyah
3. Ciri ciri spesifik Makkiyah dan Madaniyah
4. Klasifikasi ayat dan surat dalam Al-quran
5. Apa Urgensi Pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah


Ditinjau dari asal kata Al-Makki berasal dari kata Makkahdan Al-Madani
berasal dari kata Madinah. Kata Al-Makki atau Al-Makkiyah dan Al-Madani atau
Al-Madaniyah berarti kedua kata tersebut berasal dari Madinah dan Makkah yang
bersifat Madinah dan bersifat Makkah. Dengan demikian istilah tersebut menjadi
lazim di kalangan para ulama untuk memudahkan dalam memahami dan
mengimplementasikan tentang ilmu tafsir Al-Qur’an, yang menjadi pengertian
Makki ialah ayat atau surah yang diturunkan dan dengan cirinya terdapat kisah
perjalanan Nabi dan umat terdahulu yang sudah tiada oleh sebab itu dikatakan
Makkiyah, dan Al-Madani ialah ayat atau surat yang diturunkan setelah Nabi
Muhammad SAW melakukan hijrah yang mana di dalam ayat yang
diturunkan tersebut cirinya identik kepada kewajiban serta hukum, maka dari itu
dikatakan sebagai ayat Madaniyyah (Ajahari, 2018).
Para sarjana muslim mengemukakan empat perspektif dalam
mendefenisikan terminologi Makkiyah dan Madaniyah. Keempat pespektif itu
adalah Masa turun (zaman an-nuzul), tempat turun (makan an-nuzul) dan objek
pembicaraan (Mukhatab).
1. Perspektif Masa Turun (Zaman An-nuzul)
Dari perspektif masa turun, para sarjana muslim mengemukakan bahwa
Makkiyah ialah ayat ayat yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah,
kendatipun tidak turun di Mekah, sedangkan Madaniyah adalah ayat ayat yang
turun sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah kendatipun tidak turun di Madinah.
Ayat ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut Madaniyah walaupun turun di
Mekah atau Arafah.
Dengan demikian, Surat An-Nisa [4]: 58 termasuk kategori Madaniyah
kendatipun diturunkan di Mekah yaitu pada peristiwa terbukanya kota Mekah (Fath
makkah). Begitu pula surat Al-Ma’idah [5]: 3 termasuk kategori Madaniyah
kendatipun tidak diturunkan di Madinah karena ayat itu diturunkan pada peristiwa
haji wada’.

2. Perspektif Tempat Turun (Makan An-Nuzul)


Dari perspektif tempat turun para sarjana muslim mendefenisikan kedua
terminologi yaitu “Makkiyah ialah ayat ayat yang turun di Mekah dan sekitarnya
seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyyah sedangkan Madaniyah adalah ayat ayat
yang turun di Madinah dan sekitarnya seperti Uhud, Quba dan Sul’a”

2
Terdapat celah kelemahan dari pendefenisian diatas sebab terdapat ayat ayat
tertentu, yang diturunkan di Mekah dan di Madinah dan sekitarnya. Misalnya surat
At-Taubah [9]: 42 diturunkan di Tabuk, surat Az-Zukhruf [43]: 45 diturunkan di
tengah perjalanan antara Mekah dan Madinah. Kedua ayat tersebut jika melihat dari
perspektif ini maka tidak dapat dikategorikan ke dalam Makkiyah dan Madaniyah.

3. Perspektif Objek Pembicaraan (Mukhatab)


Dari perspektif objek pembicaraan para sarjana muslim mendefenisikan
Makkiyah dan Madaniyah sebagai berikut.
‫ َما َكانَ خطابا اِلصل المدينة‬: ‫طاب ِِلَه ِل َمكَة َوال َمدَنِي‬
َ ِ‫ َما َكانَ خ‬: ‫لكَي‬.

Artinya:
“Makkiyah adalah ayat ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Mekah,
sedangkan Madaniyah adalah ayat ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang
Madinah”.
Pendefenisian di atas dirumuskan para sarjana muslim berdasarkan asumsi
bahwa kebanyakan ayat Alquran dimulai dengan ungkapan “ya ayyuha Al-ladziina’
yang menjadi kriteri Madaniyah dan ‘ya ayyuha ala-naas” yang menjadi kriteria
Makkiyah. Namun, tidak selamanya asumsi ini benar. Surat Al-Baqarah [2]
termasuk kategori Madaniyah padahal didalmnya terdapat salah satu ayat yaitu ayat
ke 21 dan ayat ke 168 yang dimulai dengan kata ‘ya ayyuha ala-naas”.

B. Cara Mengahui Makkiyah dan Madaniyah


Untuk mengetahui dan menentukan Makkiyah dan Madaniyah para ulama
bersandar kepada sima’i naqli dan qiyasi ijtihadi.
1. Sima’i naqli (Pendekatan Transmisi Periwayatan)
Sima’i naqli yaitu didasarkan pada riwayat yang shahih dari para sahabat yang
hidup pada saat dan menyaksikan turunnya wahyu atau dari para tabi’in yang
menerima dan mendengar dari para sahabat bagaimana, di mana dan peristiwa apa
yang berkaitan dengan turunnya wahyu itu (Husni, 2019). Otoritas para sahabat dan
para tabiin dalam mengetahui informasi kronologi Al-Quran dapat dilihat dari
statemen-statemennya. Dalam salah satu riwayat Al-Bukhari, Ibn Mas’ud berkata,

ِ َ ‫ َولَو أَعلَم َم َكانَ أَ َحد‬، ‫للا اال وانا أَعلَم في َمن نَزَ لَت َوأَينَ نَزَ لَت‬
‫ّلل م‬ ِ ‫ب‬ ِ ‫ا اله غيره َما نَزَ لَت أَيهَ مِ ن ِكتَا‬
‫طايَا اِلَت َيته‬
َ َ‫تَنَاله الع‬

Artinya:
“Demi Dzat yang tidak ada Tuhan selain-Nya, tidak ada satu pun dari kitab Allah
yang turun, kecuali aku tahu untuk siapa dan di mana diturunkan. Seandainya aku
tahu tempat orang yang telah paham dariku tentang kita Allah, pasti aku akan
menjumpainya.

3
Dalam riwayat lain disebut bahwa Ibn Abbas berkata, ketika ditanya oleh Ubai bin
Ka’ab mengenai ayat yang diturunkan di Madinah, “Terdapat dua puluh surat yang
diturunkan di Madinah, sedangkan jumlah surat sisanya di Mekah”. As-suyuthi
menyediakan beberapa lembar dalam kitab Al-itqari- nya untuk merekam riwayat-
riwayat dari sahabat dan tabi’in mengenai perangkat periwayatan dalam
mengetahui kronologis Al-quran (Anwar, 2010).
2. Qiyasi ijtihadi (Pendekatan Analogi)
Qiyasi ijtihadi adalah didasarkan pada cirri-ciri Makkiyah dan Madaniyah.
Apabila surat Makkiyah terdapat suatu ayat yang mengandung sifat Madani atau
mengandung peristiwa Madani maka dikatakan bahwa ayat tersebut Madaniyah.
Apabila surat dalam Madaniyah terdapat suatu ayat yang mengandung sifat Makki
atau mengandung peristiwa Makki, maka ayat tadi dikatakan sebagai ayat
Makkiyah. Bila dalam satu surat terdapat ciri-ciri Makkiyah maka surat itu
dinamakan Makkiyah. Demikian pula bila dalam satu surat terdapat cirri-ciri
Madaniyah, maka surat itu namakan surat Madaniyah. Para ulama mengatakan,
setiap surat yang didalamnya mengandung kisah para nabi dan umat-umat
terdahulu, maka surat itu adalah surat Makkiyah dan setiap surat yang di dalamnya
mengandung kewajiban atau ketentuan hukum, maka surat itu adalah Madaniyah
(Husni, 2019).

C. Ciri Spesifik Makkiyah dan Madaniyah


Karakteristik umum Surat-surat Makkiyyah adalah sebagai berikut :
1. Setiap Surat yang di dalamnya terdapat ayat Sajdah
2. Setiap Surat yang di dalamnya terdapat kata: “Kallaa”, jumlah keseluruhan yang
tercantum dalam Al-Qur’an ada 33, ditemukan dalam 15 surat, dan semuanya
terdapat pada bagian pertengahan samapai akhir Al-Qur’an.
3. Surat yang di dalamnya terdapat lafaz: “Yaa ayyuhan nas” dan tidak terdapat
lafaz: “Yaa ayyuhal ladzina amanu”, kecuali Surat Al-Hajj.
4. Setiap Surat yang di dalamnya terdapat kisah Para Nabi dan umat-umat
terdahulu.
5. Setiap Surat yang di dalamnya terdapat kisah Nabi Adam dan iblis, kecuali surat
Al-baqarah.
6. Setiap Surat yang di awali dengan Huruf-huruf Muqoto’ah seperti, “alif lam
mim, “alif lam rha”, “ha mim”, dan sebagainya, selain Surat Albaqarah dan Ali
Imran.
Karakteristik Umum Surat-surat Madaniyyah
1. Setiap Surat yang di dalamnya terdapat penjelasan tentang kewajiban dan
hukuman hadd.
2. Setiap Surat yang di dalamnya menyebut orang-orang munafik, kecuali Surat
Al-Ankabut.
3. Setiap Surat yang di dalamnya terdapat bantahan terhadap Ahlul Kitab.

4
Karakteristik isi kandungan atau Pembeda Surat-surat Makkiyah dengan
Surat-surat Madaniyah.
1. Mengajak kepada Tauhid dan beribadah kepada Allah semata, menetapkan hari
kebangkitan dan hari pembalasan, menyebutkan tentang hari kiamat, neraka
serta azabnya, surga serta nikmatnya, bantahan terhadap orang-orang musyrik.
2. Menetapkan asas/landasan umum yang berkaitan dengan syariat dan akhlak-
akhlak mulia, mengungkapkan kejahatan orang-orang musyrik di dalam
pertumpahan darah, kebiasaan mereka di dalam memakan harta anak yatim, dan
kebiasaan-kebiasaan buruk mereka.
3. Menyebut kisah-kisah Para Nabi dan umat terdahulu sebagai teguran bagi
mereka (umat nabi Muhammad) sehingga mereka terhitung sebagai para
pendusta, dan sebagai hiburan bagi Rasulullah sehingga ia bersabar atas
kejahatan mereka.
4. Terdapat susunan kata yang pendek-pendek dan bersajak serta kuat dalam
ungkapan namun mengena ke dalam hati,
5. Banyak mengandung kata-kata sumpah.
Karakteristik isi kandungan atau Pembeda Surat-surat Madaniyah dengan
Surat-surat Makkiyyah.
1. Penjelasan tentang ibadah, muamalat, hukuman had, aturan tawanan dan
warisan, kelebihan jihad, pembenahan masyarakat, perkara kenegaraan ketika
aman dan perang, kaidah-kaidah hukum dan masalah-masalah syariat.
2. Sanggahan terhadap ahlul kitab, yakni yahudi dan nasrani serta ajakan kepada
mereka untuk masuk islam, penjelasan tentang penyelewengan mereka dari
kitab-kitab Allah dan penyimpangan mereka dari kebenaran, dan perselisihan
mereka setelah datangnya bukti yang jelas di antara mereka.
3. Membuka tabiat orang-orang munafik, menganalisa kepribadian mereka dan
menjelaskan betapa bahayanya mereka bagi agama.
4. Surat dan sebagian ayat ayatnya panjang-panjang serta menjelaskan hukum
dengan terang dan menggunakan ushlub yang terang pula.
Ciri-ciri spesifik yang dimiliki Madaniyah, baik dilihat dari perspektif umum
maupun isi kandungan memperlihatkan langkah-langkah yang ditempuh islam
dalam mensyariatkan peraturan-peraturannya, yaitu dengan cara periodik
(hierarkis/tadarruj).
Laporan laporan sejarah telah membuktikan adanya sistem sosial kultural yang
berbeda antara Mekah dan Madinah. Mereka dihuni komunitas atheis yang keras
kepala denan aksinya yang selalu menghalangi dakwah Nabi dan para sahabatnya,
sedangkan di Madinah setelah Nabi hijrah terdapat tiga komunitas munafik, dan
komunitas Yahudi. Al-quran menyadari benar perbedaan sosio kultural atara kedua
tempat itu. Oleh karena itu, alur pembicaraan ayat yang diturunkan bagi penghuni
Mekah sangat berbeda dengan alur yang diturunkan bagi penduduk Madinah.

5
D. Klasifikasi Ayat-Ayat dan Surat Al-Quran
Al-Qur’an merupakan pedoman atau petunjuk bagi umat islam sebagaimana
sering di dibaca setiap harinya yang mana Al-Qur’an ini terdiri dari 114 surat.
Abu Abdillah Badaruddin Muhammad Bin Abdillah Az-Zarkasy mengatakan
bahwa jumlah Surat Madaniyyah adalah 29 Surat. Kemudian Imam Az-Zarkasyi
menyebutkan Surat madaniyyah sesuai urutan turunnya: Surat Al-baqarah, Alanfal,
Ali Imran, Al-ahzab, Al-mumtahanah, An-nisa', Az-zalzalah, Al-hadid,
Muhammad, Ar-Ra’du, Ar-Rahman, Al-Insan, At-Thalaq, Al-bayyinah, AlHasyr,
An-Nasr, An-Nur, Al-Hajj, Al-Munafiqun, Al-Mujadalah, Al-Hujurot, At-Tahrim,
As-Shaff, Al-Jumu’ah, At-Taghabun, Al-Fath, At-Taubah dan AlMaidah. Adapun
Surat Al-Muthaffifin terdapat perbedaan pendapat, Ibn Abbas mengatakan bahwa
Al-Muthaffifin adalah Surat Madaniyyah, sedangkan Imam Atho’ mengatakan
bahwa Surat Al-Muthaffifin adalah Surat yang terakhir turun di Makkah. Maka
Jumlah Surat yang turun di Makkah adalah 85 dan Jumlah Keseluruhan Surat yang
turun di Madinah adalah 29 berdasarkan perbedaan riwayat.
Adapun yang menjadi pengklasifikasiannya sebagaimana yang termaktub
dalam “Al-Burhan fi ulum al-Qur’an” bahwa surat Makkiyah terdiri dari 85 surat,
dan sedangkan yang menjadi surat Madaniyah terdiri dari 29 surat.
Adapun yang menjadi surat Makkiyah beserta urutan turunnya sebagai berikut:
Urutan Nama Surat No Nama Surat Nama Surat Nama
Turun Surat
1 Al-Alaq 26 Al-Buruj 51 Hud 76 Al-Haqqa
2 Al-Qolam 27 At-Tin 52 Yusuf 77 AlMa’arij
3 Al-Muzamil 28 Al-Quraisy 53 Al-Hijr 78 An Naba
4 Al-Mudatshir 29 Al-Qari’ah 54 Al-An’am 79 An Naziat
5 Al-Lahab 30 Al-Qiyamah 55 A-Shaffat 80 AlInfithar
6 At-Takwir 31 Al-Humajah 56 Luqman 81 Insyiqaq
7 Al’Ala 32 Al-Mursalat 57 Saba 82 Ar Run
8 Al-Lail 33 Qof 58 Az-Zumar 83 AlAnkabut
9 Al-Fajr 34 Al-Balad 59 Al-Mukmin 84 Al-
10 Ad-Dhuha 35 At-Thariq 60 Al-Fusilat Muthaffifin
11 Al-Insyirah 36 Al-Qomar 61 As-Syura 85 Al Qomar
12 Al’Ashr 37 Shod 62 Az-Zukhruf
13 Al-Adiyat 38 Al’Araf 63 Ad-Dukhan
14 Al-Kautsar 39 Al-Jin 64 Al-Jastiyah
15 At-Takatsur 40 Yasin 65 Al-Ahqof
16 Al-Maun 41 Al-Furqon 66 Az-Dzariat
17 Al-Kafirun 42 Al – Malaaikah 67 Al-Ghasyiah
18 Al-Fil 43 Maryam 68 Al-Kahfi
19 Al-Falaq 44 Toha 69 An-Nahl
20 An-Nas 45 Al-Waqiah 70 Nuh
21 Al-Ikhlas 46 As-Syua’ara 71 Ibrahim
22 An-Najm 47 An-Naml 72 Al-Anbiya
23 A’Basa 48 Al-Qoshosh 73 Al-Mukmin
24 Al-Zalzalah 49 Al-Isra’ 74 At-Tur
25 As-Syam 50 Yunus 75 Al-Mulk

6
Adapun yang menjadi surat Madaniyah beserta urutannya sebagai berikut
Urutan Turun Nama Surat Urutan Turun Nama Surat
1 Al- Baqarah 16 An-Nasr
2 Al-Anfal 17 An-Nur
3 Al-Imran 18 Al-Hajj
4 Al-Ahzab 19 Al Munafiqun
5 Al-Mumtahanah 20 Al Mujadalah
6 An-Nisa 21 Al-Hujurat
7 Al-Zalzalah 22 As Shof
8 Al-Hadid 23 Al Jumuah
9 Muhammad 24 At Tagabun
10 Ar Ra’du 25 Al-Fath
11 Ar Rahman 26 At Taubah
12 Al Insan 27 Al Maidah
13 At Thalaq 28 Al- Fatihah
14 Al-Bayyinah 29 At-Tahrim
15 Al-Hayr

Sistem penanggalan Makkiyah dan Madaniyah yang telah dikemukakan seperti


terlihat di atas, berdasarkan pada tiga asumsi: pertama, surat surat Al-Quran yang
ada sekarang ini merupakan unit unit wahyu yang orisinal. Kedua adalah
memungkinkan untuk menetapkan tatanan kronologisnya. Ketiga bahan bahan
tradisional termasuk literatur hadits, sirah (sejarah), ashab An-Nuzul, nasikh-
mansukh, serta kitab kitab tafsir bi Al-mat’sur telah menyediakan suatu basis yang
kukuh untuk penanggalan surat surat Al-Quran. Namun, asumsi asumsi ini
memiliki sejumlah kelamahan mendasar. Lebih jauh, sistem periodisasi Makkiyah
dan Madaniyah juga tidak memadai sebagai basis kajian kajian tematis-kronologis
Al-Quran yang lebih menitikberatkan sistem penanggalannya kepada
perkembangan atau peralihan tema dan bagian-bagian individual sebagai unit
wahyu orisinil.

E. Urgensi Pengetahuan Tentang Ilmu Makkiyah dan Madaniyah


An-Naisaburi, dalam kitabnya At-Tanbih 'ala Fadh! 'Ulum Al-Quran,
memandang subjek Makkiyyah dan Madaniyyah sebagai ilmu Al-Quran yang
paling utama. Sementara itu, Manna' Al-Qaththan mencoba lebih jauh lagi
mendeskripsikan urgensi mengetahui Makkiyyah dan Madaniyyah sebagai berikut:

1. Membantu dalam Menafsirkan Al-Quran

Pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa di seputar turunnya Al-Quran tentu


sangat membantu memahami dan menafsirkan ayat-ayat Al-Quran, kendatipun ada
teori yang mengatakan bahwa yang harus menjadi patokan adalah keumuman
redaksi ayat dan bukan kokhususan sebabin. Dengan mengetahui kronologis Al-
Quran pula, seorang mufassir dapat memecahkan makna kontradiktf dalam dua ayat

7
yang berbeda, yaitu dengan pemecahan konsep nasikh-mansukh yang hanya bisa
diketahui melalui kronologi Al-Quran.

2. Pedoman bagi Langkah-langkah Dakwah

Setiap kondisi tentu saja memerlukan ungkapan-ungkapan yang relevan.


Ungkapan-ungkapan dan intonasi berbeda yang digunakan ayat-ayat Makkiyah dan
ayat-ayat Madaniyyah memberikan informasi metodologi bagi cara-cara
menyampaikan dakwah agar relevan dengan orang yang diserunya. Oleh karena itu,
dakwah Islam berhasil mengetuk hati dan menyembuhkan segala penyakit rohani
orang-orang yang diserunya. Di samping itu, setiap langkah-langkah dakwah
memiliki objek kajian dan metode-metode tertentu, seiring dengan perbedaan
kondisi sosio-kultural manusia. Periodisasi Makkiyah dan Madaniyyah telah
memberikan contoh untuk itu.

3. Memberi Informasi tentang Sirah Kenabian

Penahapan turunnya wahyu seiring dengan perjalanan dakwah Nabi, baik di


Mekah atau di Madinah, dimulai sejak diturunkannya wahyu pertama sampai
diturunkannya wahyu terakhir. Al-Quran adalah rujukan otentik bagi perjalanan
dakwah Nabi itu. Informasinya tidak bisa diragukan lagi.

Dalam mempelajari ilmu tentang Makkiyah dan Madaniyah tentunya sangat


banyak sekali mamfaatnya bagi kita, antara lain yaitu:
1. dapat mengetahui perjalanan Nabi dan kehidupan umat terdahulu.
2. dengan adanya ilmu tentang Makkiyah dan Madaniyah, kita dapat
mengetahui apa saja yang tergolong dalam ayat atau surat Makkiyah dan
Madaniyah dan mengetahui ayat yang pertama sampai yang terakhir kali
ditrunkan.
3. dapat mempelajari gaya bahasa yang terdapat di dalam Al-Qur’an sehingga bisa
dijadikan sebagai bahan untuk berdakwah.
4. dengan mempelajari ilmu Makkiyah dan Madaniyah dapat mengetahui bahwa di
dalam Al-Qur’an banyak terdapat sumber hukum dan hal itu dijadikan
sebagai pedoman dalam menentukan atau memecahkan suatu permasalahan.
5. dengan mempelajari ilmu tentang Makkiyah dan Madaniyah kita dapat
mengetahui bagaimana sejarah penurunan ayat-ayat tersebut yang secara
berangsur-angsur dan kita dapat mengetahui berapa lama proses turunnya
ayat-ayat Al-Qur’an.

Dalam hal ini juga, Al-Zarqani di dalam kitabnya “Minahilul Irfan”


menjelaskan tentang mamfaat mempelajariteori Makkiyah dan Madaniyah adalah
sebagai berikut:
1. dengan mempejarinya, kita dapat membedakan dan mengetahui ayat mana
yang mansukh dan nasikh. Apabila terdapat dua atau lebih mengenai
suatu masalah, sedangkan hukum yang terkandung dalam ayat-ayat
tersebut bertentangan. Kemudian dapat diketahui ayat ang satu Makkiyah,
sedangkan ayat yang lainnya adalah Madaniyah, maka sudah tentu ayat

8
Makkiyah itulah yang di Nasakh oleh ayat Madaniyah, karena ayat
Madaniyah adalah ayat yang paling terakhir diturunkan.
2. dengan mempelajari ilmu makkiyah dan madaniyah ini kita dapat menetahui
sejarah hukum Islam dan perkembangannya yang begitu bijaksana secara
umum, dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap ketinggian,
kebijaksanaan Islam di dalam mendidik umat manusia baik secara perorangan
maupun secara kelompok ataupun secara menyeluruh. Makkiyah dan
Madaniyah ini kita dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran,
kesucian, dan keaslian yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dilihat dari besarnya
perhatian umat islam terdahulu mulai dari sejak turunnya ayat Al-Qur’an
dengan sedetail mungkin, sehingga dapat mengetahui mana ayat-ayat yang
sebelum dan sesudah Rasulullah melakukan perjalanan atau hijrah.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Qur’an diturunkan di dua tempat yaitu di Mekkah dan sekitarnya dan di
Madinah dan sekitarnya. Ayat-ayat Al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah dan
sekitarnya ini pada saat Rasulullah saw belum melakukan hijrah ke Madinah
sehingga disebut dengan ayat-ayat Makkiyah. Ayat ayat ini ditujukan kepada kaum
kafir Quraisy yang sejak awal menentang risalah yang disampaikan oleh Rasulullah
saw. Menurut “Al-Burhan fi ulum al-Qur’an” bahwa surat Makkiyah terdiri dari 85
surat, dan sedangkan yang menjadi surat Madaniyah terdiri dari 29 surat.
Terdapat banyak manfaat dalam mempelajari ilmu tentang Makkiyah dan
Madaniyah yaitu membantu dalam menafsirkan Alquran, dapat dijadikan pedoman
untuk dakwah dan memberi informasi tentang kesirah nabawian.

10
DAFTAR PUSATAKA

Anwar, R. 2010. Ulum Al-Quran untuk STAIN dan PTAIS. Bandung : Pustaka
Setia.
Arief S, 2022. Ulumul Qur’an untuk Pemula. Fakultas Ushuluddin Institut PTIQ
Jakarta.
Hadiyanto A, 2011. Makkiyah dan Madaniyah: Upaya Rekonstruksi Peristiwa
Pewahyuan. Universitas Negeri Jakarta.
Husni M, 2019. Studi Al-Quran: Teori Al Makkiyah dan Madaniyah. Jurnal Al-
Ibrah, 4(2) : 68-84.
Lantong MBK, 2016. Konsep Makkiyah dan Madaniyah dalam Al-Quran (Sebuah
Analisis Historis Filosofis). Jurnal Potret Pemikiran, 20(1) : 1-7.
Rambe AK, Tanjung A. 2023. Makkiyah dan Madaniyah. Jurnal Pendidikan dan
Konseling, 5(1) : 202-209

11

Anda mungkin juga menyukai