Anda di halaman 1dari 17

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Ulumul Quran Prof. Dr . Akh. Fauzi Aseri, MA

SURAH MAKKIYAH DAN MADANIYAH

Oleh :
Kelompok 4
Novia Herliani ( 200105010005 )
Jumratul Aulia ( 200105010196 )
Apria Erliyani ( 200105010812 )

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
JURUSAN EKONOMI SYARIAH
BANJARMASIN
2022 M/1443 H
DAFTAR ISI
JUDUL ..................................................................................................................................... i

DAFTAR ISI............................................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1


A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3
A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyah ......................................................................... 3
B. Ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah .............................................................................. 5
C. Klasifikasi Surah/Ayat Makkiyah dan Madaniyah ...................................................... 7
D. Surah Makkiyah dan Madaniyah ................................................................................. 7
E. Manfaat surah Makkiyah dan Madaniyah.................................................................... 12
F. Pedoman Menentukan Makkiyah Dan Madaniyah ...................................................... 12
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 14
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Al-Qur’an merupakan firman (kalam) Allah SWT yang diwahyukan kepada
nabi Muhammad Saw melalui malaikat Jibril dengan lafazd dan maknanya. al-Qur’an
sebagai kitabullah menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh
ajaran Islam. Selain itu al-Qur’an juga berfungsi sebagai petunjuk bagi umat manusia
dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Sebagai sumber ajaran Islam
yang paling utama al-Qur’an merupakan sumber dari segala ajaran yang dipergunakan
untuk operasionalisasi ajaran Islam dan pengembangannya sesuai dengan kebutuhan
dan tantangan yang dihadapi umat Islam. Setiap perilaku dan tindakan umat Islam,
baik secara individu atau kelompok harus dilakukan berdasarkan al-Qur’an. Oleh
karena itu, sumber ajaran Islam berfungsi sebagai dasar pokok ajaran Islam. Sebagai
dasar, maka sumber itu menjadi landasan semua perilaku dan tindakan umat Islam,
sekaligus sebagai referensi tempat orientasi dan konsultasi.
Cara yang dilakukan para ulama dalam memahami hakikat makna dan
kandungan al-Qur’an, yakni dengan cara menafsiri ayat-ayat al-Qur’an dengan
meninjau dari berbagai segala aspek yang berhubungan dengan al-Qur’an, seperti
sejarah turunnya al-Qur’an, karakteristik al-Qur’an, kandungan isi al-Qur’an dan
kaedah-kaedah tafsir yang digunakan dalam memahami makna al-Qur’an. Di antara
kaedah-kaedah tafsir yang penting diketahui dalam proses penafsiran al- Qur’an
adalah masalah makkiyah-madaniyah. Makkiyah-madaniyah merupakan istilah yang
dipopulerkan para ulama dalam membedakan ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan
tempat turun ayat al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Makkiyah dan Madaniyah?
2. Apa saja Ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah?
3. Bagaimana Klasifikasi Surah/Ayat Makkiyah dan Madaniyah?
4. Sebutkan apa saja yang termasuk surah Makkiyah dan Madaniyah?
5. Apa saja manfaat Makkiyah dan Madaniyah?
6. Bagaimana pedoman menentukan Makkiyah dan Madaniyah?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Pengertian dari Makkiyah dan Madaniyah
2. Untuk Mengetahui Ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah
3. Untuk Mengetahui Klasifikasi Surah/Ayat Makkiyah dan Madaniyah
4. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam Makkiyah dan Madaniyah
5. Untuk mengetahui manfaat dari Makkiyah dan Madaniyah
6. Untuk menentukan yang termasuk Makkiyah dan Madaniyah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Makiyyyah dan Madaniyah


Kata Makki dan Madani merupakan bagian dari terma yang ada dalam kajian al-
Qur'an, yang dimaksudkan untuk memberikan nama jenis surah/ayat dalam al-Qur'an.
Keduanya lahir dari dua nama kota besar yang ada di Jazirah Arab, yaitu Makah dan
Madinah. Selanjutnya dinisbahkan dengan isim sifat, yang ditandai dengan alamat ya‟
nisbah, maka jadilah kata Makki dan Madani. Surah Makkiyah ialah wahyu yang
turun kepada Muhammad sebelum hijrah, meskipun surah itu tidak turun di Makah.
Sedangkan Madaniyah ialah surah/ayat yang turun kepada rasulullah setelah hijrah,
walaupun surah atau ayat itu turun di Makah. Seperti yang turun pada saat fathu
Makkah (penaklukan kota Makah), waktu haji wada' (perpisahan) atau dalam
perjalanannya.
Sedangkan disebut ilmu Makki dan Madani, karena ia merupakan bagian dari
disiplin ilmu-ilmu al-Qur'an (ulum al-Qur'an) yang sudah berdiri sendiri dan sitematis
(mudawam) sebagai salah satu dari cabang-cabang ilmu lainnya. Ilmu ini mempunyai
keunikan tersendiri, karena menerangkan dua fase (periode) penting turunnya ayat
atau surah dalam al-Qur'an, yakni fase Makah dan fase Madinah begitu pula
sebaliknya.
Dengan demikian, yang dimaksud dengan ilmu Makki dan Madani adalah ilmu
yang membahas ihwal bagian al-Qur'an–surah atau ayat–yang Makki dan bagian yang
Madani, baik dari segi arti dan maknanya, cara cara mengetahuinya, atau tanda
masing-masing, maupun macammacamnya. Sedangkan Makki dan Madani sendiri
adalah bagian-bagian dari al-Qur'an, dimana ada sebagiannya termasuk Makki dan
ada yang termasuk Madani. Akan tetapi, dalam memberikan kriteria mana yang
termasuk Makki dan mana yang termasuk Madani itu, atau di dalam mendefinisikan
masing-masingnya, ada beberapa teori dan pendekatan, oleh karena terdapat
perbedaan orientasi yang menjadi dasar tujuan masing-masing.1
Dalam menentukan ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, para ulama terbagi
menjadi tiga mazhab, yaitu:
1. Menentukannya berdasarkan tempat turun ayat. Bila ayat turun di Makkah dan
sekitarnya seperti Mina, Arafat dan Hudaibiyah, sekalipun turun setelah hijrah
1
H. Nurdin, Ulumul Qur’an (Banda Aceh : CV Bravo, 2019) Hal. 25-27

3
dinamakan ayat makkiyah. Sebaliknya, jika ayat turun di Madinah dan sekitarnya
seperti Uhud dan Sila' maka disebut ayat madaniyah. Pendapat pertama ini
memiliki kelemahan antara lain tidak bisa menampung ayat-ayat yang diturunkan
ketika Nabi Saw. Melakukan perjalanan ke luar wilayah Makkah dan Madinah,
Berdasarkan definisi ini, maka ayat-ayat yang diturunkan di luar daerah Makkah
dan Madinah tidak bisa dikategorikan sebagai ayat makkiyah ataupun madaniyah.
2. Menentukannya berdasarkan khithab (objek penerima) ayat. Bila ayat turun
ditujukan kepada penduduk Makkah, baik turun di Makkah atau di Madinah, baik
sebelum dan sesudah hijrah, ia disebut ayat makkiyah. Sebaliknya, jika ayat
tersebut ditujukan kepada penduduk Madinah, baik turun di Makkah atau
Madinah, baik sebelum atau sesudah hijrah, ia tetap disebut ayat madaniyah.
Definisi yang disampaikan mazhab kedua ini semakin tidak, komprehensif sebab
definisi ini hanya mencakup pada objek penerima ayat yang terpaku pada dua
wilayah saja yaitu ahli Makkah dan Madinah, padahal sebagaimana diketahui,
ayat- ayat Al Quran tidak saja diturunkan kepada ahli Makkah dan Madinah tapi
banyak ayat yang ditujukan kepada selain mereka.
3. Menentukannya berdasarkan waktu sebelum dan sesudah hijrah, jika ayat turun
sebelum hijrah, maka disebut ayat makkiyah. Sebaliknya, jika ayat turun sesudah
hijrah, maka disebut ayat madaniyah.
Pendapat ketiga ini terlihat paling komprehensif dan sempurna (jami dan
mâni), karena ia mencakup semua definisi yang diungkapkan mazhab pertama
dan kedua. Ketika makkiyah didefinisikan dengan ayat-ayat yang turun sebelum
hijrah maka semua ayat yang diturunkan baik di dan kepada ahli Makkah,
Madinah atau lainnya akan tercakup di dalamnya. Begitu pula sebaliknya, ketika
madaniyah didefinisikan dengan ayat-ayat yang turun pasca hijrah maka semua
ayat yang diturunkan di dan kepada ahli Makkah, Madinah atau lainnya akan
terengkuh di dalamnya.
Berdasarkan definisi yang ketiga ini pula ulama kemudian menyimpulkan
bahwa surah madaniyah berjumlah 29 surah dan sisanya adalah surah makkiyah.
Kendati demikian, terkadang dalam surah yang dikategorikan madaniyah terdapat
ayat-ayat makkiyah. Sebaliknya, di dalam surah yang dikategorikan makkiyah
juga terdapat ayat-ayat madaniyah. Hal itu terjadi karena kategorisasi surah
makkiyah dan madaniyah dilihat dari dua cara: pertama, dilihat dari permulaan
ayat yang muncul dalam sebuah surah, jika permulaan ayat yang muncul
4
makkiyah maka surahnya dikategorikan makkiyah begitu pula sebaliknya. Kedua,
dilihat dari jumlah mayoritas ayat yang terkandung di dalamnya, bila mayoritas
ayat yang terkandung dalam sebuah surah madaniyah maka surah tersebut disebut
madaniyah, begitu pula sebaliknya.
Terlepas dari perdebatan definisi di atas, yang jelas dan pasti adalah bahwa
kategorisasi makkiyah dan madaniyah bukan datang dari Nabi Saw. Kategorisasi ini
adalah hasil ijtihad sahabat, tabi'in dan generasi setelah mereka untuk memudahkan
dalam menganalisis dan mengkaji Al-Qur'an.

B. Ciri-ciri Makkiyah dan Madaniyah


Para ulama menyimpulkan bahwa hanya ada dua cara untuk mengetahui ayat-ayat
makkiyah dan madaniyah, yaitu dengan cara sima' (mendengar riwayat dari sahabat
dan tabi' in) dan qiyas (analogi).
Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1. Yang dimaksud dengan sima' adalah riwayat yang dinukil dari Nabi Saw. dan
sahabat yang melihat proses penurunan Al-Qur'an. Cara seperti ini menjadi
perhatian cukup serius dari generasi sahabat dan tabi'in. Buktinya, banyak riwayat
sahabat yang menyebutkan proses penurunan ayat atau surah. Imam Bukhari dan
Muslim misalnya, telah melansir sebuah riwayat dari Abdullah bin Mas'ud, dia
berkata: "Demi Dzat yang tiada Tuhan selain-Nya, tidak ada satu surah pun yang
tidak saya ketahui proses penurunannya, dan tidak ada satu ayat pun yang tidak
saya ketahui dalam konteks apa ia diturunkan……." (HR Bukhari dan Muslim).
Ayrab as Sakhtiyani juga meriwayatkan ada seseorang bertanya kepada
Ikrimah tentang satu ayat Al- Quran, Ikrimah menjawab :”ayat tersébut
diturunkan di lereng gunung itu (Iikrimah sambil memberi isyarat ke gunung
sila')" (HR Abu Nu'aim).
2. Dengan cara qiyas. Qiyas di sini adalah ciri-ciri umum yang mendominasi ayat-
ayat makkiyah dan madaniyah. Untuk menentukan ciri-ciri tersebut para ulama
menganalisisnya melalui penelitian induktif (istigra). Cara kedua ini biasa
dilakukan ulama klasik.
Di antara ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:
Ciri-ciri ayat makkiyah yaitu:
a) Setiap surah yang terdapat kata ‫ﻛﻼ‬
b) Setiap surah yang mengandung kata ‫سجدة‬

5
c) Setiap surah yang dibuka dengan huruf hijaiyah
d) Setiap surah yang terdapat cerita Adam dan iblis, kecuali surah A1-Baqarah
karena ia termasuk Madaniyah
e) Setiap surah yang terdapat kata ‫يآبني آدم‬
f) Surah yang di dalamnya terdapat cerita para Nabi dan umat terdahulu kecuali
surah Al-Baqarah
g) Setiap surah yang terdapat kata ‫ يآايهاالناس‬kecuali surah Al-Baqarah ayat 21 dan
168 dan surah An-Nisà ayat 1, 133,170 dan 174.
h) Ayat-ayat pendek walaupun ada juga yang disebut Madaniyah seperti surah
An-Nashr.
i) Mengajak untuk beriman kepada Allah dan mengesakannya, beriman kepada
risalah Nabi Saw. dan para nabi sebelumnya, beriman kepada para Malaikat,
iman kepada kitab-kitab Allah, beriman kepada hari akhir, hari kebangkitan,
hari pembalasan, nikmat dan siksaan-Nya.
j) Surah yang bercerita tentang kebiasaan orang kafir yang ingkar, mengubur
anak perempuan secara hidup-hidup, pemakan harta anak yatim secara batil,
pemakan riba, peminum khamr.
k) Anjuran terhadap orang Arab untuk menghiasi diri dengan pokok-pokok
kebaikan seperti, jujur dalam perkataan, sabar, amanah, adil, pergaulan yang
baik, perhatian terhadap tetangga, memenuhi janji, berbuat baik pada kedua
orangtua, tawadu, ilmu, ikhlash, cinta pada orang lain, hati yang bersih,
lidahnya bersih, amar ma'ruf, nahi mungkar dan perbuatan yang baik lainnya.

Ciri-ciri ayat madaniyah yaitu:


a) Setiap surah yang mengandung kata ‫يآ أيها الذي آمنوا‬
b) Ayat-ayatnya panjang
c) Terdapat ajakan kepada ahli kitab seperti kaum Yahudi dan Nasrani di bawah
panji Islam, memberikan bukti-bukti kesesatan akidah mereka
d) Terdapat izin untuk berjihad
e) Terdapat kaidah-kaidah hukum secara rinci seperti ibadah,muamalat faraidh,
pidana, perdata, kriminal, perang, sosial, perkawinan, peraturan keluarga, dan
lain-lain

6
f) Berbicara tentang kondisi orang munafik dan sikap dia terhadap dakwah Nabi
Muhammad Saw.2

C. Klasifikasi Surah/Ayat Makkiyah dan Madaniyah


Dalam mengetahui al-Makkiy dan al-Madaniy maka ulama-ulama
berpedoman kepada dua metode yang menjadi asas yaitu metode sam’i naqli
(mendengar saja apa yang dikatakan oleh Rasulullah SAW) dan metode al-qiasi al-
ijtima’i (qias dan ijtihad).
a. Metode sima’i naqli itu dikaitkan kepada riwayat yang sah dari sahabat-sahabat
yang hidup di masa turunya wahyu itu
Mereka ini menyaksikan sendiri turunnya. Atau dari tabi’in yang
mendapatkanya dari sahabat. Mereka itu mendengar dari sahabat bagaimana cara
turunnya, tempat-tempat turunnya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada waktu
itu. Selanjunya lebih mendapat perhatian ialah apa-apa yang terdapat pada al-
Makkiy dan al-Madaniy mengenai golongan-golongan. Penjelasan tentang
penentuan tersebut telah memenuhi kitab-kitab tafsir bi al-ma’tsur, kitab-kitab
asbabul nuzul dan pembahasan-pembahasan mengenai ilmu Qur’an. Namun
demikian, tentang hal tersebut tidak terdapat sedikitpun keterangan dari
Rasulullah, karena ia tidak termasuk suatu kewajiban, kecuali dalam batas yang
dapat membedakan mana yang nasikh dan mana yang mansukh.
b. Metode qias ijtihadiy itu dikaitkan kepada keistimewan al-makkiy dan al-madaniy
Apabila terdapat dalam surah al makkiy ayat yang mengandung tabiat yang
diturunkan di al-madaniy, atau mengandung dari suatu peristiwa-peristiwanya itu
maka dalam hal ini orang mengatakan bahwa dia adalah madaniyah3

D. Surah Makkiyah dan Madaniyah


1. Surah-Surah yang Turun di Mekah
Imam Badruddin Muhammad bin Abdullah Al-Zarkasyi dalam kitabnya,
berjudul Al-Burhan A'Ulum Al-Quran menulis bahwa surah-surah yang turun di
Mekah beriumlah 83 buah. Angka ini berbeda dengan yang disodorkan Ibnu Jarih
dalam Al-Fihrist. Tokoh yang disebut terakhit ini meriwayatkan dengan sumber

2
H. Anshori, Ulumul Quran Kaidah-kaidah memahami firman Allah (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2013)
Hal. 117-121
3
Ajahari, Ulumul Qur’an (Ilmu-ilmu Al-Qur’an) (Sleman Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2018) Hal.91-92

7
dari 'Atha' dari Ibnu Abbas, sebagi berikut: "Surah yang turun di Mekah
berjumlah 85 buah dan yang turun di Madinah 28 buah".
Bila disimak lebih jauh, sesungguhnya perbedaan antara kedua pendapat di
atas bukan sekadar pada angka, tetapi juga pada urutannya Misalnya surah Al-
Insyirah menurut urutan yang disusun Ibnu Nadim dengan sanad Muhammad bin
Nu'man bin Nasir seperti dimuat Al- Fihrist, surah ini ditempatkan di urutan ke-8,
sedangkan Al-Zarkasyi menetapkannya pada urutan ke-11.
Berikut ini adalah kronologi turunnya ayat-ayat Al-Qur’an di Mekah menurut
kitab Al-Fihrist yang diambil dari buku Wawasan Baru Tarikh Al-Qur’an karya
Syekh Abu Abdullah Al-Zanjani.

No. Surah No. Surah

Iqra' s.d. Maa lam ya'lam


1 44 Idza waqa'at (Al-Waqi'ah)
(Al-Alaq ayat 1-5)
2 Nun wa (Al-Qalam) 45 Tha Sin Mim (Al-Syu'ara')
3 Ya ayyuha (Al-Muzammil) 46 Tha Sin (An-Naml)
4 Al-Muddatstsir 47 Tha Sin Mim (Al-Akhirah)
Tabbat (surah Al-Lahab) menurut
5 48 Bani Israil (Al-Isra)
riwayat Muiahid
Idza Al-syamsu Kuwwirat
6 49 Hud
(At-Takwir)
7 Sabbih isma Rabbika (Al-a'la). 50 Yusuf
8 Alam Nasyrah (Al-Insyirah). 51 Yunus
9 Al-'Ashar 52 Al-Hijr
10 Al-Fajr 53 Al-Shaffat
11 Wa Al-Dhuha ( Ad-Dhuha) 54 Luqman (ayat akhirnya Madaniyah)

12 55 ad afalaha Al-Mu'minun (Al-


Wa Al-Laili (Al-Lail)
Mu'minun).
13 Wa Al-'Adiyat (Al-Adiyat) 56 Saba
14 Inna A'thainaka (Al-Kautsar) 57 Al-Anbiya'

15 Alhakumu Al-Takatsur 58 Al-Zumar


(AI-Takatsur)
16 Arita alladzi yukadzdzibu bi Al-Din 59 Ha Mim (Al-Mu'min)

17 Oul ya ayyuha Al-Kafirun 60 Al-Sajadah


(Al-Kafirun)

8
18 Alam tara kayfa (AI-Fil) 61 Ha Mim 'Ain Sin Qaf (Asy-Syura)
19 Qul Huwa Allahu had (Al-Ikhlash) 62 Al-Zukhruf

20 Qul audzu bi Rabbi Al-Falaq(Al- 63 Ha Mim (Ad-Dukhan)


Falaq)
21 Qul a'udzu bi Rabbi Al-Nas 64 Ha Mim Al-Syari'ah (Surah
(An-Nas) Haawaamiim)
22 Wa Al-Najm (Al-Najm) 65 Ha Mim (Al-Ahqaf, padanya terdapat
beberapa ayat Madaniyah)
23 'Abasa 66 Al-Dzariyat
24 Inna anzalnahu (Al-Qadr). 67 Hal ataka haditsu (Al-Ghasyiyah)
25 Wa Al-syamsi (Asy-Syam) 68 Al-Kahfi (ujungnya Madaniyah).
26 Wa al Sama' zati Al-Buruj 69 Al-An'am
(Al-Buruj)
27 Wa Al-Tin (At-Tin) 70 Al-Nahl (Ayat terakhirnya Madaniyah)
28 Li i lafi Quraisyin (Al-Quraisy) 71 Nuh
29 Al-Qari'ah 72 Ibrahim
30 La uqsimu bi yaumi (Al-Qiyamah) 73 Al-Sajdah (Alf Lam Mim Sajdah)
31 Al-Humazah 74 Al-Thur
32 Al-Mursalaat 75 Tabaraka alladzi bi yadihi (Al-Mulk)
33 Qaf wa Al-Quran (Qaf) 76 Al-Haqqah
34 Al-Balad 77 Sa'ala Sailun (Al-Ma’arij)
35 Ar-Rahman 78 Amma yatasaalun (Al-Naba)
36 Qul Uhiya (Al-Jin) 79 Al-Nazi'at
37 Yasin 80 Al-Infithar
38 Alf Lam Mim Shad. 81 Al-Insyiqaq
39 Al-Furqan 82 Al-Rum
40 Al-Malaikah (Al-Fatir) 83 Al-'Ankabut
41 AlhamdulillahifathiriAl-samawat 84 Al-Muthaffifin
42 Maryam 85 Iqtarabat Al-Sa'ah (Al-Qamar)
43 Thaha 86 Al-Thariq

Adapun surah yang ke- 87, 88, dan 89 berdasarkan sumber Al-Tsauriy, dari Firas, dari
Al-Syabiy berkata yakni : "Surah Al-Nahl turun di Mekah, kecuali ayat Wa in 'aqabrum fa
'agibu bi mitsli ma 'ugibtum bihi.

9
2. Surah-Surah/Ayat yang Turun di Madinah

No Surah No Surah
Idza ja’a nashrullah
1 Al-Baqarah 15
(An-Nasr)
2 Al-Anfal 16 An-Nur
3 Al-A’raf 17 Al-Haj
4 Ali Imran 18 Al-Munafiqun
5 Al-Mumtahanah 19 Al-Mujadalah
6 An-Nisa 20 Al-Hujurat
Idza zulzilat al-ardh Ya ayyuha al-nabiyu lima tuharrimu
7 21
(Al-Zalzalah) (At-Tahrim)
8 Al-Hadid 22 Al-Jumu’ah
Alladzina Kafaru
9 23 Al-Taghabun
(Muhammad)
10 Al-Ra’d 24 Al-Hawariyyun
11 Al-Insan 25 Al-Fath
Ya ayyuha al-nabiyu idza
12 26 Al-Ma’idah
thallaqtum ( An-Nisa)
Lam Yakun alladzina kafaru
13 27 At-Taubah
(Al-Bayyinah)
Al-Mu’awwizatain
14 Al-Hasyr 28
( Al-Falaq dan An-Nas)

3. Ayat-Ayat yang Turun di Mekah dan Hukumnya Madaniyah


a. Ayat 13 surah Al-Hujurat.
b. Ayat 3 sampai dengan 5 surah Al-Mai"dah.
c. Ayat 13 surah Al-Hujurat, turun pada waktu Fathu Mekah.
Ayat ini dinyatakan Madaniyah karena turun sesudah hijrah, dan tiga
ayat surah Al-Ma'idah, yakni ayat 3, 4, dan 5 turun pada hari Jumat. Kala itu
umat Islam tengah wuquf di Padang Arafah dalam peristiwa Haji Wada'. Haji
ini dilaksanakan Rasulullah Saw. Setelah beliau berhijrah.

10
Maka, ketiga ayat di atas, diklasifikasikan sebagai ayal-ayat Madaniyah
kendati pun turun di Arafah dan seperti diketahui Arafah adalah kawasan di
sekitar Mekah.
4. Ayat-Ayat yang Turun di Madinah dan Hukumnya Makkiyah
a. Al-Mumtahanah
b. Ayat 41 surah Al-Nahl
c. Awal surah Al-Taubah sampai dengan ayat 28
Ayat-ayat ini sesungguhnya Madaniyah, tetapi khithab-nya ditujukan
kepada penduduk Mekah.
5. Makkiyah Mirip Madaniyah
Pada pembahasan terdahulu disinggung kasus ayat 32 Surah An-Najm. Di
sana ada kata ‫ الكتمير‬yang statusnya bisa jadi membingungkan banyak orang
karena hampir semua ulama mendefinisikannya sebagai: Pelanggaran hukum
yang mengakibatkan had". Padahal sebelum Rasulullah Saw. meninggalkan
Mekah menuju Madinah untuk berhijrah, hukuman itu belum dikenal. Ayat-ayat
seperti inilah yang disebut Makkiyah minp Madaniyah. Al-Zarkasyi memasukkan
ayat 114 surah Hud ke dalam kategori ayat jenis ini. Ayat itu, kata Al-Zarkasyi,
turun sehubungan dengan Abu Muqabbal Al-Husain Umar bin Oais dan seorang
wanita yang membeli kurma kepadanya.
6. Madaniyah Mirip Makkiyah
Kita masih merujuk pada kitab Al-Burhan fi 'Ulum Al-Qur’an. Kitab ini
memang terbilang lengkap dalam menyajikan materi di seputar Makkiah yang
mirip Makkiyah. dan Madaniyah., Di dalam kitab itu hanya ada tiga ayat
Madaniah yang mirip makkiyah.
a. Ayat 17 surah Al-Anbiya', yang turun sehubungan dengan kedatangan kaum
Nasrani Nairan.
b. Ayat 1 surah Al-'Adiyat
c. Ayat 32 surah Al-Anfal
Selain itu, terdapat ayat-ayat yang turun di beberapa tempat. Di Al-Juhfah,
turun ayat 85 surah Al-Qashash; di Bait Al-Maqdis, Palestina, turun ayat 45 surah
Al-Zukhruf; di Thaif, turun ayat 45 surah Al-Furgan dan ayat 22, 23, dan 24 surah
Al-Insyiqaq; dan di Hudaibiyah, turun ayat 30 surah Al-Ra'd.4

4
,Acep Hermawan, Ulumul Quran ilmu untuk memahami wahyu (Bandung : PT Remaja Rosdakarya , 2016) Hal
70-75

11
E. Manfaat Makkiyah dan Madaniyah
Adapun faidah mengetahui makkiyah dan madaniyah, yaitu:
1. Untuk mengetahui ayat yang turun terlebih dahulu dan yang turun belakangan,
sehingga dapat menentukan ayat nasikh dan mansukh. Seperti bila ada 2 ayat
yang berbeda dalam menentukan suatu hukum, sementara diketahui bahwa yang
satu termasuk ayat yang lain termasuk ayat madaniyah. Maka dapat disimpulkan
bahwa ayat madaniyah menghapus hukum ayat makkiyah, karena ayat madaniyah
datang belakangan.
2. Untuk mengetahui sejarah penurunan dan proses pentahapan suatu hukum dari
satu situasi ke situasi yang lain. Karena setiap kaum mempunyai bahasa dan
karakteristik kejiwaan yang berbeda-beda, maka penerapan hukum harus
memerhatikan situasi kondisi mereka.
3. Untuk mengukuhkan keautentikan Al-Qur'an, dan untuk mengukuhkan
sampainya Al-Qur'an kepada kita dengan selamat tanpa mengalami perubahan
dan pemalsuan. Kategorisasi makkiyah dan madaniyah ini juga menunjukkan
perhatian yang serius dari kaum muslimin, sehingga mereka mengetahui ayat
yang turun sebelum hijrah dan sesudahnya, turun pada saat tidak bepergian dan
pada saat bepergian, turun pada waktu siang dan malam, turun pada waktu panas
dan pada waktu dingin, turun di langit dan turun di bumi. Perhatian kaum
muslimin yang sangat serius terhadap Al-Qur'an ini menjadikan musuh-musuh
Islam berpikir berulang kali sebelum melakukan serangan/celaan terhadap Al-
Qur'an atau terhadap Islam.5

F. Pedoman Menentukan Makkiyah dan Madaniyah


Para ulama tidak semena-mena dalam berijtihad. Mereka memiliki pijakan
yang kuat untuk dijadikan landasan dalam berijtihad. Khususnya dalam menentukan
Makkiyah dan Madaniyah ini, para ulama bersandar kepada dua metode utama:
pertama, sima' naqli, yaitu metode pendengaran sebagaimana adanya. Kedua, qiyâsi
ijtihadi, yaitu analogi hasil ijtihad.
Cara pertama, didasarkan pada riwayat sahih para sahabat. Karena mereka
hidup di sekeliling Nabi, sehingga mengetahui saat turunnya wahyu. Sebagian besar
penentuan Makkiyah dan Madaniyah melalui metode pertama ini. Qâdhì Abu Bakar

5
H. Anshori, Ulumul Quran Kaidah-kaidah memahami firman Allah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,
2013) Hal. 121-122

12
In Thayyib dalam al-Intishâr menegaskan, "Pengetahuan tentang surah Makki dan
Madani mengacu pada hafalan para sahabat dan tabiin. Tidak ada satu keterangan pun
yang datang dari Nabi mengenai hal itu, sebab ia tidak diperintah- kan untuk itu, dan
Allah tidak menjadikan ilmu pengetahuan- nya dan pengetahuan mengenai sejarah
näskh dan mansükh itu wajib bagi ahli ilmu, tetapi pengetahuan tersebut tidak ha- rus
diperoleh melalui nash dari Nabi".
Cara kedua, dengan menggunakan cara analogi atau qi- yâs. Apabila dalam
surah Makkiyah terdapat satu ayat yang mengandung sift Madaniyah atau
mengandung peristiwa Madaniyah, maka dikatakan bahwa ayat itu Madani. Begitu
sebaliknya, jika dalam surah Madaniyah terdapat suatu kandungan sifat Makkiyah
atau berkenaan dengan peristiwa Makkiyah, maka dikatakan sebagai surah Makkiyah.
Apabila satu surah terdapat ciri Makkiyah, maka surah itu adalah surah Makkiyah.
Inilah yang disebut qiyas ijrihadi.6

6
Amroeni Drajat, Ulumul Qur’an : Pengantar ilmu-ilmu Al-Qur’an, (Depok : Kencana, 2017) Hal 72-73

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Cara yang dilakukan para ulama dalam memahami hakikat makna dan
kandungan al-Qur’an, yakni dengan cara menafsiri ayat-ayat al-Qur’an dengan
meninjau dari berbagai segala aspek yang berhubungan dengan al-Qur’an, seperti
sejarah turunnya al-Qur’an, karakteristik al-Qur’an, kandungan isi al-Qur’an dan
kaedah-kaedah tafsir yang digunakan dalam memahami makna al-Qur’an. Di antara
kaedah-kaedah tafsir yang penting diketahui dalam proses penafsiran al- Qur’an
adalah masalah makkiyah-madaniyah. Makkiyah-madaniyah merupakan istilah yang
dipopulerkan para ulama dalam membedakan ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan
tempat turun ayat al-Qur’an.
Dalam menentukan ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, para ulama terbagi
menjadi tiga mazhab yaitu: pertama yaitu menentukannya berdasarkan tempat turun
ayat, kedua yaitu menentukannya berdasarkan khithab (objek penerima) ayat, dan
ketiga yaitu menentukannya berdasarkan waktu sebelum dan sesudah hijrah, lika ayat
turun sebelum hijrah, maka disebut ayat makkiyah. Sebaliknya, jika ayat turun
sesudah hijrah, maka disebut ayat madaniyah Pendapat ketiga ini terlihat paling
komprehensif dan sempurna (jami dan mâni), karena ia mencakup semua definisi
yang diungkapkan mazhab pertama dan kedua. Ketika makkiyah didefinisikan
dengan ayat-ayat yang turun sebelum hijrah maka semua ayat yang diturunkan baik di
dan kepada ahli Makkah, Madinah atau lainnya akan tercakup di dalamnya.
Berdasarkan definisi yang ketiga ulama kemudian menyimpulkan bahwa surah
madaniyah berjumlah 29 surah dan sisanya adalah surah makkiyah. Kendati demikian,
terkadang dalam surah yang dikategorikan madaniyah terdapat ayat-ayat makkiyah.
Sebaliknya, di dalam surah yang dikategorikan makkiyah juga terdapat ayat-ayat
madaniyah. Hal itu terjadi karena kategorisasi surah makkiyah dan Ulumul Quran.
Terlepas dari perdebatan definisi di atas, yang jelas dan pasti adalah bahwa
kategorisasi makkiyah dan madaniyah bukan datang dari Nabi Saw. Kategorisasi ini
adalah hasil ijtihad sahabat, tabi'in dan generasi setelah mereka untuk memudahkan
dalam menganalisis dan mengkaji Al-Qur'an.

14
DAFTAR PUSTAKA

Ajahari, Ulumul Qur’an (Ilmu-ilmu Al-Qur’an), Sleman, Yogyakarta : Aswaja Pressindo,


2018.
Drajat, H. Amroeni. Ulumul Qur’an : Pengantar ilmu-ilmu Al-Qur’an. Depok : Kencana,
2017.
H. Anshori, Ulumul Quran Kaidah-kaidah memahami firman Allah. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada, 2013.
Hermawan, Acep. Ulumul Quran ilmu untuk memahami wahyu. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya , 2016.
H. Nurdin, Ulumul Quran. Banda Aceh : CV. Bravo, 2017.

15

Anda mungkin juga menyukai