Anda di halaman 1dari 5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat, karunia, taufiq, serta hidayah-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Makkiyah dan Madaniyah”. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Dan juga kami ucapkan terima kasih kepada
Bapak Masrul Anam, MA selaku dosen mata kuliah Studi Al-Qur’an IAIN KEDIRI yang telah
memberikan tugas ini. Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan kita
terhadap Makkiyah dan Madaniyah. Oleh sebab itu penting bagi kami adanya kritik, saran, dan usulan
untuk memperbaiki makalah yang kami buat diwaktu yang akan datang. Semoga makalah ini dapat
dipahami dengan mudah bagi siapapun yang membacanya dan juga dapat berguna bagi kami pribadi.
Demikian yang dapat kami sampaikan. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata.

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam perkembangan dan dinamika turunnya wahyu terdapat berbagai istilah-istilah yang muncul
dalam pengkajian atau studi al-Qur’an. Salah satunya ialah istilah Makki dan Madani yang tak lain juga
disebut dengan Makkiyah dan Madaniyah. Kedua kata tersebut di ambil dari dua nama kota besar di
Jazirah Arab yaitu kota Makkah dan kota Madinah. Kata Makki dan Madani atau yang biasa disebut
dengan Makkiyah dan Madaniyah merupakan salah satu dari penjelasan jenis ayat-ayat / surah-surah
yang ada dalam al-Qur’an. Makki dan Madani atau Makkiyah dan Madaniyah merupakan salah satu
disiplin ilmu al-Qur’an yang membahas dua periode penting tentang turunnya ayat atau surah dalam al-
Qur’an. Dan dalam menetapkan ayat atau surah mana yang termasuk Makkiyah atau Madaniyah
terdapat beberapa teori yang telah dikemukakan oleh para ulama’. Para Ulama’ mengemukakan empat
prerspektif dalam mendefinisikan terminology Makkiyah dan Madaniyah. Keempat perspektif itu adalah
Masa turun (zaman an-nuzul), tempat turun (makan an-nuzul), obyek pembicaraan (mukhatab) dan
tema pembicaraan (maudu’). Dalam perspektif masa turun, para ulama’ mendefinisikan bahwa
Makkiyah ialah ayat-ayat yang diturunkan sebelum Rasulullah Saw hijrah ke Madinah, meskipun bukan
turun di Mekkah. Sedangkan Madaniyyah adalah ayat-ayat yang diturunkan sesudah Rasulullah Saw
hijrah ke Madinah, walaupun turun di Mekkah atau Arafah. Dalam perspektif tempat turun, didefinisikan
bahwa Makkiyah ialah ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah dan sekitarnya. Sedangkan Madaniyah
adalah ayat-ayat yang diturunkan di Madinah dan sekitarnya. Namun dari perspektif tersebut terdapat
kelemahan dalam pendefinisiannya karena ada ayat-ayat tertentu yang tidak di turunkan di Mekkah dan
Madinah ataupun sekitarnya, seperti Surah Az-Zukhruf [43]: 45 yang diturunkan di Baitul Muqaddas,
Surah At-Taubah [9]: 42 yang diturunkan di

Tabuk. Sehingga jika melihat definisi dari perspektif tempat turun maka ayat-ayat tersebut tidak dapat di
kategorikan kedalam surah Makkiyah atau Madaniyah. Di sisi lain, dalam perspektif obyek pembicaraan
didefinisikan bahwa Makkiyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Mekkah,
sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Madinah. Definisi
tersebut dirumuskan oleh para ulama’ berdasarkan atas asumsi bahwa banyak ayatayat al-Qur’an yang
dimulai dengan“yaaayyuhaa an-naas” yang menjadi criteria Makkiyah, dan ungkapan“yaaayyuhaa al-
lazina”yang menjadi kriteria Madaniyah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi Makkiyah dan Madaniyah ?
3. Apa saja macam-macam Makkiyah dan Madaniyah ?

4. Bagaimana pengelompokan surah Al-Qur’an berdasarkan teori Makkiyah dan Madaniyah ?

5. Apa saja ciri-ciri yang menandakan surah Al-Makkiyah ?

6. Apa saja ciri-ciri yang menandakan surag Al-Madaniyah ?

7. Apa manfaat mempelajari Makkiyah dan Madaniyah dalam penafsiran Al-Qur’an ?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui definisi-definisi Makkiyah dan Madaniyah.


3. Untuk mengetahui macam-macam Makkiyah dan Madaniyah.

4. Untuk mengetahui bagaimana pengelompokan surah Al-Qur’an berdasarkan teori Makkiyah dan
Madaniyah.

5. Untuk mengetahui ciri-ciri yang terdapat dalam surah atau ayat-ayat Al-Makkiyah

6. Untuk mengetahui ciri-ciri yang terdapat dalam surah atau ayat-ayat AlMadaniyah

7. Untuk mengetahui manfaat mempelajari Makkiyah dan Madaniyah dalam penafsiran AlQur’an.

》 Manfaat mempelajari Teori Makkiyah dan Madanniyah banyak sekali. Dalam hal ini, al-Zarqani di
dalam kitabnya Manahilul ’Irfan menerangkan sebagian daripada kegunaan teori ini, ialah14 :

a. Dengan ilmu ini kita dapat membedakan dan mengetahui ayat mana yang Mansukh dan Nasikh. Yakni
apabila terdapat dua ayat atau lebih mengenai suatu masalah, sedang hukum yang terkandung di dalam
ayat-ayat itu bertentangan. Kemudian dapat diketahui bahwa ayat yang satu Makkiyah, sedang ayat
lainnya Madaniyah; maka sudah tentu ayat yang Makkiyah itulah yang di nasakh oleh ayat yang
Madaniyah, karena ayat yang Madaniyah adalah yang terakhir turunnya.

b. Dengan ilmu ini pula, kita dapat mengetahui Sejarah Hukum Islam dan perkembangannya yang
bijaksana secara umum. Dan dengan demikian, kita dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap
ketinggian kebijaksanaan islam di dalam mendidik manusia baik secara perorangan maupun secara
masyarakat.
c. Ilmu ini dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian, dan keaslian al-Qur’an,
karena melihat besarnya perhatian umat islam sejak turunnya terhadap hal-hal yang berhubungan
dengan al-Qur’an, sampai hal-hal yang sedetail-detailnya; sehingga mengetahui ayat-ayat yang mana
turun sebelum hijrah dan sesudahnya; ayat-ayat yang diturunkan pada waktu Nabi berada di kota
tempat tinggalnya (domisilinya) dan ayat yang turun pada waktu Nabi sedang dalam bepergian atau
perjalanan; ayat-ayat yang turun pada malam hari dan siang hari; dan ayat-ayat yang turun pada musim
panas dan musim dingin dan sebagainya.

d. Dapat mengetahui situasi dan kondisi lingkungan masyarakat pada waktu turunnya Al Qur’an,
khususnya masyarakat Makkah dan Madinah.

Supiana dan M. Karman, Ulumul Qur’an, (Bandung, Pustaka Islamika:2002), Cet. 1, hlm. 103-1

》 Teori Penentuan

Dalam mendefinisikan atau memberikan kriteria bagian mana yang termasuk Makkiyah dan Madaniyah
itu, ada beberapa teori yang berbeda-beda karena perbedaan orientasi yang menjadi dasar tujuan
masing-masing, sedikitnya ada empat teori dalam menentukan kriteria untuk memisahkan mana
bagian Al-Qur’an yang termasuk Makki (ayat makiyah) dan Madani (ayat madaniyah), diantaranya:

1.    Teori  ‫( ُماَل َحظَةُ َمكَا ِن النُّ ُزوْ ِل‬Teori Geografis)

Yaitu teori yang berorientasi pada tempat turunya al-Qur’an / tempat turunnya ayat.

·      Surah Makiyah (Makki)

Ialah yang turun di Makkah dan sekitarnya, baik waktu turunnya itu Nabi Muhammad Saw belum hijrah
ke Madinah ataupun sesudah hijrah dan termasuk ayat-ayat yang turun kepada Nabi Muhammad Saw
ketika beliau berada di Mina, Arafah, Hudaibiyah, dan sebagainya.

·      Surah Madaniyah (Madani)

Ialah yang turun di Madinah dan sekitarnya, termasuk surah yang turun kepada Nabi Muhammad
SAW sewaktu beliau di Badar, Quba, Madinah, Uhud dan lain-lain.

》 Kelebihan dari teori ini adalah hasil rumusan pengertian Makki dan Madani jelas dan tegas.

》  Kelemahan dari teori ini adalah rumusannya tidak bisa dijadikan patokan, batasan atau definisi,
sebab rumusannya itu belum bisa mancakup seluruh ayat al-Qur’an, karena tidak seluruh ayat al-Qur’an
itu hanya turun di Mekkah dan sekitarnya atau di Madinah dan sekitarnya.

2. Teori ‫ ُماَل َحظَةُ ال ُمخَاطَبِ ْينَ فِى النُّ ُزوْ ِل‬  (Teori Subjektif)

 Yaitu teori yang berorientasi pada subyek siapa yang di hithab/dipanggil dalam ayat.

·      Surah Makiyah (Makki)


Ialah yang berisi panggilan kepada penduduk Mekkah dengan memakai kata-kata: “yaa ayyuhan naasu”
atau “yaa ayyuhl kaafiruuna” dsb. Sebab mayoritas penduduk Makkah adalah kafir.

·      Surah Madaniyah (Madani)

Ialah yang berisi panggilan kepada penduduk Madinah, semua ayat yang di mulai dengan panggilan:
“Yaa ayyuhal ladzina Aaamanuu”, sebab mayoritas penduduk Madinah adalah Mukmin.

Ø  Kelebihan dari teori ini adalah rumusannya lebih mudah dimengerti, sebab dengan memakai kriteria
khithab lebih tampak dan lebih cepat di kenal.

Ø  Kelemahannya dari teori ini adalah rumusan pengertiannya tidak dapat di jadikan batasan / defines,
karena tidak bisa mencakup seluruh ayat Al-Qur’an. Dan rumusan kriterianya juga tidak adapat berlaku
secara menyeluruh, bahwa semua ayat yang dimulai dengan "Yaa ayyuhan Naasu”  itu pasti Makiyah,
dan seluruh ayat yang dimulai “Yaa ayyuhal ladziina Aamanu” itu tentu madaniyah. Karena itu, teori ini
tidak mudah di pegang dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.

3.    Teori ‫ ُماَل َحظَةُ زَ َما ِن النُّ ُزوْ ِل‬  (Teori Historis)

 Yaitu teori yang berorientasi pada sejarah waktu turunnya al-Qur’an, yang dijadikan tonggak. Sejarah
oleh teori ini ialah hijrah Nabi Muhammad SAW, dari Makkah ke Madinah.

·      Surah Makkiyah (Makki)

Ialah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan sebelum hijrah Nabi ke Madinah, meski turunnya ayat itu di
luar kota Mekkah, seperti yang turun di Mina, Arafah.

·      Surah Madaniyah (Madani)

Ialah ayat-ayat al-Qur’an yang diturunkan setelah hijrah Nabi ke Madinah, meski turunnya di Mekkah
atau sekitarnya, seperti yang turun di Badar, Uhud, Arafah, Makkah.

Ø Kelebihan dari teori ini, dinilai para ulama sebagai teori yang benar, baik dan selamat. Sebab, rumusan
teori ini mencakup keseluruhan ayat al-Qur’an, sehingga dapat di jadikan batasan / definisi.

Ø Kelemahannya yakni, sering kali mengakibatkan kejanggalan-kejanggalan. Sebab, beberapa ayat al-
Qur’an yang nyata-nyata turun di Makkah, tetapi hanya karena turunnya itu setelah hijrah, lalu tetap di
anggap madaniyah

ِ َ‫ ُمالَ َحظَةُ َما تَظَ َّمن‬ (Teori Content Analysis)


4.    Teori  ُ‫ت السُّوْ َرة‬

Yaitu suatu teori yang mendasarkan kriterianya dalam membedakan Makkiyah dan Madaninyah kepada
isi daripada ayat/surah yang bersangkutan.

·      Surah Makkiyah (Makki)

Ialah surah / ayat yang berisi cerita-cerita umat dan para Nabi / Rasul terdahulu.
·      Surah Madaniyah (Madani)

Surah / ayat yang berisi yang berisi hukum-hukum hudud, faraid, dsb

Ø Kelebihan teori ini adalah bawah kriterianya jelas, sehingga mudah difahami, sebab gampang dilihat
orang.

Ø Kelemahannya adalah pelaksanaan pembedaan makiyah dan madaniyah ini tidak praktis sebab, orang
harus mempelajari isi kandungan masing-masing ayat dahulu, baru bisa mengetahui kriterianya /
kategorinya

Anda mungkin juga menyukai