Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ULUMUL QUR’AN

“MAKIYYAH DAN MADANIYYAH”

Dosen Pembimbing: Irfan, S.Sos., M.M.

Disusun Oleh:

Irfan Fadhillah Nur Rahman


Indi Fadillah
Mutia Zaqiya

PRODI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM
INSTITUT UMMUL QURO AL-ISLAMI BOGOR

Page | 1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil ‘alamin, Rasa syukur kami panjatkan ke hadirat Allah yang


Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesehatan, kesempatan serta
pengetahuan sehingga makalah ini dapat dibuat dan di selesaikan.

Kami berharap agar makalah ini bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan,
Kepada para pembaca.

Mudah-mudahan makalah sederhana yang telah berhasil kami susun ini bisa dengan
mudah dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sebelumnya kami meminta maaf
bilamana terdapat kesalahan kata atau kalimat yang kurang berkenan. Serta tak lupa kami
juga berharap adanya masukan serta kritikan yang membangun dari Anda demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Page | 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A. Latar belakang.................................................................................................................4

B. Rumusan masalah............................................................................................................5

C. Tujuan.............................................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

PEMBAHASAN........................................................................................................................6

A. Pengertian Al-Makiyah dan Al-Madaniyah...................................................................6

B. Pendapat Para ‘Ulama Tentang Makiyah dan Madaniyah..............................................7

C. Penentuan Ayat Al-Makiyah dan Al-Madaniyah............................................................8

D. Ciri dan Karakterisitik Al-Makiyah dan Al-Madaniyah...............................................10

E. Klasifikasi Ayat Al-Makiyah dan Al-Madaniyah.........................................................11

F. Metode mengetahui Makiyah dan Madaniyah..............................................................12

BAB III.....................................................................................................................................14

PENUTUP................................................................................................................................14

A. Kesimpulan...................................................................................................................14

Page | 3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Al-Qur’an adalah pedoman utama bagi umat Islam, sudah menjadi keharusan bagi
kita untuk berusaha memahami dan menelaah pedoman tersebut, sehingga dapat menjadi
petunjuk bagi kehidupan. Al-Qur’an merupakan wahyu yang berasal dari Allah SWT
yang disampaikan kepada Muhammad melalui perantara Jibril.

Al-Qur’an tidaklah proaktif memberi petunjuk layaknya manusia. Manusialah yang


sejatinya bertanggung-jawab membuat al-Qur’an aktif berbicara, sehingga ia berfungsi
sebagaimana layaknya petunjuk. Agar al-Qur’an proaktif memberi petunjuk pada manusia
ke arah jalan yang benar, Tuhan mengutus Muhammad yang diberi tugas menjadi
penyampai dan penjelas bagi al-Qur’an agar dia mudah dipahami manusia.

Al-Qur’an diturunkan saat Rasulallah berada di kota-kota, pedesaan, gunung-gunung,


lembah-lembah, lereng-lereng, serta pada waktu yang berbeda-beda, seperti malam, siang,
dalam perjalanan, di dalam kota, pada musim panas, musim dingin, dalam keada an
damai maupun dalam keadaan perang. Namun ulama-ulama klasik sepakat bahwa secara
umum ayat-ayat/surat-surat dalam al-Qur’an dikatagorisasikan ke dalam Makkiyah dan
Madaniyyah. Perbedaan antara Makkiyah dan Madaniyyah dalam teks menurut Nasr
Hamid Abu Zaid, merupakan perbedaan antara dua fase penting. Fase
pertama meletakkan dasar-dasar masyarakat baru yang berseberangan dengan masyarakat
lama yang dominan di Makkah. Fase kedua perkembangan wahyu adalah fase
“pembangunan social” dan legislasi pembangunan tersebut.

Pada masa Muhammad hidup, segala persoalan yang dirujukkan pada al-Qur’an dan
hadits tidak memerlukan metode intrepretasi, lantaran Muhammad mampu memberikan
penjelasan yang mudah ditangkap umat. Problem intrepertasi muncul pasca Muhammad
ketika al-Qur’an dan hadits berubah wujud menjadi ungkapan-ungkapan tulisan dan
kedua sumber itu mulai menyebar ke daerah-daerah luar di luar masyarakat dan situasi
ketika keduanya diturunkan. Berbagai metode interpertasi yang dirumuskan para mujtahid
dalam berijtihad memburu pesan Al-Qur’an khususnya kemudian melahirkan berbagai
disiplin seperti, Ulumul Qur’an.

Page | 4
B. Rumusan masalah

1. Apa yang dimaksud dengan pengertian Al-Makkiyah dan Al-Madaniyah?


2. Bagaimana pendapat para Ulama’ tentang Makiyah dan Madaniyah?
3. Bagaimana Penentuan Ayat Al-Makkiyah dan Al-Madaniyyah?
4. Apa Saja Ciri dan Karakteristik Al-Makkiyah dan Al-Madaniyyah?
5. Apa saja Klasifikasi Ayat Al-Makkiyah dan Al-Madaniyyah?
6. Bagaimana Metode Mengetahui Al-Makkiyah dan Al-Madaniyyah?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengertian Al-Makkiyah dan Al-
Madaniyah.
2. Untuk mengetahui pendapat para Ulama’ tentang Makiyah dan Madaniyah
3. Untuk mengetahui Penentuan Ayat Al-Makkiyah dan Al-Madaniyyah.
4. Untuk mengetahui Ciri dan Karakteristik Al-Makkiyah dan Al-Madaniyyah.
5. Untuk mengetahui Klasifikasi Ayat Al-Makkiyah dan Al-Madaniyyah.
6. Untuk mengetahui Metode Mengetahui Al-Makkiyah dan Al-Madaniyyah.

Page | 5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Makiyah dan Al-Madaniyah

Kata al-Makkiyah dan al-Madaniyah merupakan penisbatan terhadap kedua nama


kota besar di Saudi Arabiah yaitu “Mekkah dan Madinah”. Kedua kata tersebut telah
dimasuki oleh “ya” sehingga menjadi al-Makkiyah dan al-Madaniyah. Secara harfiah, al-
Makkiyah berarti yang bersifat Mekkah atau yang berasal dari Mekkah, sedangkan al-
Madaniyah berarti yang bersifat Madinah atau yang berasal dari Madinah. Maka ayat atau
surah yang turun di Mekkah disebut dengan al-Makkiyah dan yang diturunkan di
Madinah disebut dengan al-Madaniyah.

Secara istilah terjadi perbedaan di kalangan para ulama dalam menerjemahkan


pengertian al-Makkiyah dan al-Madaniyah ini. namun Imam azZarkasy
mendefinisikannya dengan tiga pengertian. Pertama, pengertian yang berkonotasikan
pada tempat bahwa al-Makkiy adalah surah atau ayat yang diturunkan di Mekkah dan
sekitarnya, sedangkan al-Madaniy adalah surah atau ayat yang turun di Madinah dan
sekitarnya. Kedua, al-Makkiy adalah surah atau ayat yang turun ke pada nabi sebelum
hijrah, sedangkan al-Madany adalah su rah atau ayat yang turun kepada nabi setelah
hijrah walaupun turunnya di Mekkah. Ketiga, al-Makkiy adalah ayatayat yang dikhitab-
kan kepada penduduk Mekkah, sedangkan al-Madaniy adalah ayatayat yang dikhitabkan
kepada penduduk Madinah.4 Dari ketiga definisi yang dikemukan oleh Imam azZarkasy,
ia lebih menguatkan definisi yang kedua, ka rena me nu rutnya definisi kedua ini lebih
populer di kalangan para ulama. Pendapat Imam azZarkasy ini dikuatkan lagi oleh Imam
asSuyuthi dalam bukunya al-Itqhan fi Ulum AlQur’an, sehingga pada akhirnya pengertian
ini menjadi sangat terkenal.

Perbedaan pendapat tersebut dilatarbelakangi oleh berbedanya standar atau dasar


pijakan mereka dalam membuat definisi. Ada tiga standar yang dijadikan sebagai dasar,
yaitu tempat turunnya dan individu atau masyarakat yang menjadi objek pembicaraan,
larangan atau perintah AlQur’an dan periode penurunan AlQur’an. Di antara ketiga
definisi tersebut, yang paling masyhur menurut Imam azZarqany adalah definisi kedua,
yaitu al-Makky surah atau ayat yang diturunkan sebelum nabi hijrah dan al-Madany surah
atau ayat yang diturun kan setelah nabi hijrah walaupun turunnya di Mekkah. Sebab hal

Page | 6
itu sesuai dengan kegunaan ilmu al-Makki wa al-Madani ini dipelajari. Menurut az-
Zarqani ada tiga hal atau manfaat kegunaan ilmu al-Makkiy dan al-Madani, yaitu :

1) Menentukan ayat nasikh dan mansukh. Jika ditemukan ada ayat atau surah yang
kontradiktif dalam pembahasan yang sama, maka dapat dipastikan bahwa salah satu
di antaranya ayat al-Madaniyah dan yang lain al-Makkiyah, sehingga dapatlah
ditetapkan ayat al-Makkiyah itu telah di ganti dengan ayat al-Madaniyah.
2) Mengetahui sejarah disyariatkannya suatu hukum. Ia dibebankan kepada umat secara
berangsurangsur. terlihat, misalnya, nuansa bimbingan ayatayat al-Makkiyah ke pada
umat ini berbeda dengan ayatayat al-Madaniyah.
3) Menanamkan keyakinan kepada umat dari sudut sejarah mengenai keabsahan Al-
Qur’an. Apakah Ia datang dari tuhan bersih dari penyimpangan dan perubahan. Para
ulama sangat besar perhatiannya kepada AlQur’an, sehingga mereka tidak hanya
mengetahui, mencatat, dan mengkaji ayatayat, tetapi juga mengetahui dan
mempelajari ayatayat yang turun setelah dan sebelum hijrah, ayat yang turun di siang
hari, malam hari, di tempat nabi SAW tinggal, dalam perjalanan, pada musim panas,
musim dingin, dan lain sebagainya.

B. Pendapat Para ‘Ulama Tentang Makiyah dan Madaniyah

Dikalangan ulama’ terdapat setidaknya 3 pendapat mengenai perbedaan antara


Makiyah dan Madaniyah. Setiap pendapat didasarkan atas tinjauan atau pertimbangan
tertentu. Berikut masing – masing pendapat:
Pertama, Makiyah adalah ayat atau surat yang turun sebelum hijrah Rasulullah SAW
ke Madinah walaupun turun bukan di Mekah, sedangkan Madaniyah adalah ayat atau
surat yang turun setelah hijrah Rasulullah SAW walaupun turunnya di Mekah.
Definisi ini menitikberatkan unsur waktu.
Kedua, Makiyah adalah ayat atau surat yang turun di Mekah walaupun turunnya
setelah hijrah, sedangkan Madaniyah adalah ayat atau surat yang turun di Madinah.
Wilayah yang termasuk Mekah antara Mina, Arafat, dan Hudaibiyah. Sedangkan
wilayah yang termasuk Madinah diantaranya Badr, Uhud, dan Sal’. Definisi kedua ini
lebih memperhatikan unsur tempat. Definisi kedua ini memiliki kelemahan, ia tidak
dapat menampung ayat yang turun bukan di Mekah dan sekitarnya dan bukan pula di
Madinah dan sekitarnya.
Ketiga, Makiyah adalah ayat atau surat yang isi kandungannya ditujukan kepada
penduduk Mekah. Sedangkan Madaniyah adalah ayat atau surat yang isi

Page | 7
kandungannya ditujukan untuk penduduk Madina. Definisi ketiga ini memperhatikan
unsur Mukhatab (siapa yang diseur). Definisi ketiga ini memiliki kelemahan, ia
kurang teliti dan tidak menyeluruh. Dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang tidak
ditujukan untuk keduanya (penduduk Mekah dan Madinah).

C. Penentuan Ayat Al-Makiyah dan Al-Madaniyah

Menurut al-Qatthan ada, dua cara yang dapat digunakan untuk mengetahui ayat al-
makkiyah dan al-madaniyyah, yaitu sima’i (mendengarkan atau menyaksikan secara
langsung) dan qiyasi (analogi atau ijtihad). Pertama, berdasarkan sima’i, yaitu penentuan
berdasarkan penjelasan para sahabat atau yang diketahui oleh para tabi’in dari sahabat
secara langsung. Hal ini dapat diketahui melalui riwayat hadis sahih yang telah ditulis
oleh para ahli hadis, seperti kitab Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibn
Madjah, dan kitab-kitab hadis lainnya yang riwayatnya bisa diterima.

Contoh:

‫وقد روى الواحدي والثعليب من طريق العالء بن املسيب عن الفضل بن عمرو عن‬
‫علي بن أيب طالب قال نزلت فاحتة الكتاب مبكة‬

“Telah diriwayatkan dari al-Wahidi dan ats-Tsa’labi, dari jalan al-‘Alla’i bin al-Musayyib
dari al-Fadl bin Amrin dari Ali bin Abi Thalib berkata faatihah al-kitab diturunkan di
Makkah”.

Ibn Katsir mengatakan dengan menukil pendapat dari Ibn Abbas, Qatadah, dan Abu
al-‘Aliyah bahwa surah al-Faatihah diturunkan di Makkah.11 Sementara yang kedua
berdasarkan qiyasi. Cara ini dapat diketahui melalui ciri-ciri tertentu, misalnya dalam
surah makki terdapat suatu ayat yang mengandung ayat madani atau bercerita tentang
persitiwa madani, maka dikatakan bahwa ayat itu madaniyah. Begitu pula sebaliknya, bila
dalam satu surah madani mengandung ayat makki atau bercertia tentang peristiwa makki,
maka surah itu dinamakan surah makkiyah. 12 Contoh:

1. Ayat-ayat Makkiyah dalam surah Madaniyah. Dari sekian contoh-contoh dalam surah
Madaniyah, ialah surah al-Anfaal adalah Madaniyah, tetapi banyak ulama
mengecualikan ayat :

Page | 8
ُ ‫ك اَوْ يَ ْقتُلُوْ كَ اَوْ ي ُْخ ِرجُوْ ۗكَ َويَ ْم ُكرُوْ نَ َويَ ْم ُك ُر هّٰللا ُ َۗوهّٰللا‬
َ ْ‫ك الَّ ِذ ْينَ َكفَرُوْ ا لِي ُْثبِتُو‬َ ِ‫َواِ ْذ يَ ْم ُك ُر ب‬
َ‫خَ ْي ُر ْال َما ِك ِر ْين‬
“Dan (ingatlah) ketika orang kafir (quraisy) membuat makar terhadapmu untuk
menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka
membuat makar, tetapi Allah menggagalkan makar mereka. Dan Allah sebaik-baik
pembalas makar”. (QS. al-Anfaal [8]: 30). Mengenai ayat ini, Muqatil mengatakan
ayat ini diturunkan di Makkah, zahirnya menunjukkan demikian sebab ia
mengandung makna apa yang dilakukan oleh orangorang musyrik di Darun Nadwah
ketika mereka merencanakan makar tehadap Rasulullah sebelum Hijrah.

2. Ayat-ayat Madaniyah dalam surah Makkiyah. Di dalam surah al-Hajj adalah


Makkiyah. Tetapi ada tiga ayat yang madaniyah, yaitu ayat 19-21:

‫صبُّ ِم ْن‬ ٍ ‫ت لَهُ ْم ثِيَابٌ ِم ْن ن‬


َ ُ‫َار ي‬ ْ ‫َص ُموا فِي َربِّ ِه ْم فَالَّ ِذينَ َكفَرُوا قُطِّ َع‬
َ ‫اخت‬ ْ ‫ان‬ ِ ‫هَ َذا ِن خَصْ َم‬
‫ق ُر ُءو ِس ِه ُم ْال َح ِمي ُم يُصْ هَ ُر بِ ِه َما فِي بُطُونِ ِه ْم َو ْال ُجلُو ُد‬
ِ ْ‫فَو‬
‫َولَهُ ْم َمقَا ِم ُع ِم ْن َح ِدي ٍد‬
Inilah dua golongan (golongan mukmin dan golongan kafir) yang bertengkar, mereka
saling bertengkar mengenai Tuhan mereka. Maka orang kafir akan dibuatkan untuk
mereka pakaian-pakaian dari api neraka. Disiramkan air yang sedang mendidih ke
atas kepala mereka. Dengan air itu dihancurluluhkan segala apa yang ada dalam
perut mereka dan juga kulit (mereka). Dan untuk mereka cambuk-cambuk dari besi.

3. Yang serupa dengan yang diturunkan di Makkah dalam kelompok Madaniyah. Yang
dimaksud oleh para ulama di sini ialah ayat-ayat yang terdapat dalam surah
Madaniyah tetapi mempunyai gaya bahasa dan ciri-ciri umum seperti surah
Makkiyah. Contohnya di dalam firman Allah dalam surah al-Anfaal yang madaniyah :

‫ق ِم ْن ِع ْن ِدكَ فَا َ ْم ِطرْ َعلَ ْينَا ِح َجا َرةً ِّمنَ ال َّس َم ۤا ِء اَ ِو اْئتِنَا‬ ٰ ‫وا ْذ قَالُوا‬
َّ ‫اللّهُ َّم اِ ْن َكانَ ٰه َذا هُ َو ْال َح‬ َِ
‫ب اَلِي ٍْم‬
ٍ ‫بِ َع َذا‬

Dan (ingatlah) ketika mereka golongan musrik berkata, Ya Allah, Jika benar Al-
Qur’an ini dari Engkau, Hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah
kepada kami azab yang pedih. (QS. al-Anfaal [8]: 32).

Page | 9
4. Yang serupa dengan yang diturunkan di Madinah dalam kelompok Makkiyah. Yang
dimaksud oleh apara ulama ialah kebalikan dari yang sebelumnya. Mereka memberi
contoh dengan firman Allah dalam surah an-Najm :

‫اس ُع ۡال َم ۡغفِ َر ِة‌ؕ هُ َو اَ ۡعلَ ُم بِ ُكمۡ اِ ۡذ‬ ِ ‫ش اِاَّل اللَّ َم َم‌ؕ اِ َّن َربَّكَ َو‬ َ ‫فوا ِح‬ َ ‫اَلَّ ِذ ۡينَ يَ ۡجتَنِب ُۡونَ َك ٰبٓ ِٕٮ َر ااۡل ِ ۡث ِم َو ۡال‬
‫ض َواِ ۡذ اَ ۡنتُمۡ اَ ِجنَّةٌ فِ ۡى بُطُ ۡو ِن اُ َّم ٰهتِ ُك ۚمۡ‌ فَاَل تُ َز ُّك ۡۤوا اَ ۡنفُ َس ُكمۡ‌ ؕ هُ َو اَ ۡعلَ ُم بِ َم ِن‬ ‫اۡل‬
ِ ‫اَ ۡن َشا َ ُكمۡ ِّمنَ ا َ ۡر‬
‫اتَّ ٰقى‬

(yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain
dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya.
dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)-mu ketika Dia menjadikan kamu dari
tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu
mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang
bertakwa. (QS. an-Najm [53]: 32).

D. Ciri dan Karakterisitik Al-Makiyah dan Al-Madaniyah

1. Surah Makiyah
a) Setiap surah yang di dalamnya terdapat kata (kalla), kata ini digunakan untuk
memberi peringatan yang tegas dan keras kepada orangorang Mekkah yang
keras kepala.
b) Setiap surah yang di dalamnya terdapat ayat sajadah termasuk Makiyyah.
c) Setiap surah yang di dalamnya terdapat kisah para nabi dan umatumat
terdahulu termasuk Makiyyah, kecuali surah al-Baqarah dan Ali ‘Imran yang
keduanya termasuk Madaniyah.
d) Setiap surah yang di dalamnya terdapat kisah nabi Adam dan iblis termasuk
Makiyyah, kecuali surah al-Baqarah yang tergolong Madaniyah.
e) Setiap surah yang dimulai dengan huruf abjad, ditetapkan sebagai Makiyyah,
kecuali al-Baqarah dan Ali ‘Imran. Huruf tahjjiy yang dimaksud di antaranya.
f) Mengandung seruan (nida’) untuk beriman kepada Allah dan hari kiamat dan
apaapa yang terjadi di akhirat. Di samping itu, ayatayat Makiyyah ini menyeru
untuk beriman kepada para rasul dan para malaikat serta menggunakan
argumenargumen akal, kealaman, dan jiwa.

Page | 10
g) Membantah argumenargumen kaum musyrikin dan menjelaskan kekeliruan
mereka terhadap berhalaberhala mereka.
h) Mengandung seruan untuk berakhlak mulia dan berjalan di atas syariat yang
hak tanpa terbius oleh perubahan situasi dan kondisi, terutama halhal yang
berhubungan dengan memelihara agama, jiwa, harta, akal, dan keturunan.
i) Terdapat banyak redaksi sumpah dan ayatnya pendek-pendek.
2. Surah Madaniyah
a) Setiap surah yang berisi hukum pidana, hukum warisan, hakhak perdata dan
peraturanperaturan yang berhubungan dengan perdata serta kemasyarakatan
dan ke nega raan, termasuk Madaniyah.
b) Setiap surah yang mengandung izin untuk berjihad, urus anurusan perang,
hukumhukumnya, perdamaian dan perjanjian, termasuk Madaniyah.
c) Setiap surah yang menjelaskan hal ihwal orangorang munafik termasuk
Madaniyah, kecuali surah al-Ankabuut yang dinuzulkan di Makkah. Hanya
sebelas ayat per tama dari surah tersebut yang termasuk Madaniyah dan ayat-
ayat tersebut menjelaskan perihal orangorang mu nafik.
d) Menjelaskan hukumhukum amaliyyah dalam masalah ibadah dan muamalah,
seperti shalat, zakat, puasa, haji, qisas, talak, jual beli, dan riba.
e) Sebagian surahsurahnya panjangpanjang, sebagian ayatayatnya panjang-
panjang dan gaya bahasanya cukup jelas dalam menerangkan hukumhukum
agama.

E. Klasifikasi Ayat Al-Makiyah dan Al-Madaniyah

Para ulama begitu tertarik untuk menyelidiki surah-surah Makkiyah dan Madaniyah.
Mereka meneliti Al-Qur’an, ayat demi ayat dan surah demi surah untuk ditertibkan sesuai
dengan nuzuul-nya, dengan memperhatikan waktu, tempat, dan pola kalimat. Yang
terpenting dalam pengklasifikasian Makki dan Madani, yang dipelajari para ulama dalam
pembahasan ini adalah :

1. Yang diturunkan di Madinah Ada 20 surah Madaniyyah, yakni al-baqarah, ali


imran, an-nisaa’, al-maa’idah, al-anfaal, at-taubah, an-nuur, al-ahzab, Muhammad,
al-Fath, al-Hujuurat, al-Hadid, al-Mujadalah, al-Hasyr, al-Mumtanah, al-Jumu’ah,
alMunafiquun, at-Talaq, at-Tahriim, dan an-Nasr.

Page | 11
2. Yang diperselisihkan Adapun yang masih diperselisihkan ada dua belas surah,
yakni al-Faatihah, ar-Ra’d, ar-Rahman, as-Saff, at-Taghabun, at-Tatfif, al-Qadar,
al-Bayyinah, az-Zalzalah, al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Naas.
3. Yang diturunkan di Mekkah Ada 82 surah sisanya, jadi jumlah surah-surah Al-
Qur’an itu semuanya seratus empat belas surah (114).

F. Metode mengetahui Makiyah dan Madaniyah

Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyyah bisa diketahui lewat salah satu dari dua metode
berikut :

a. Metode Naqlis-Sima’i (Kutiapan lisan)
Metode Naqlis-Sima’i adalah ayat-ayat dan surat-surat yang kita kenal bahwa ia
adalah Makkiyah atau Madaniyyah degan cara periwayatan dari salah satu
shahabat yang hidup pada periode wahyu, dan mereka meyaksikan turunnya ayat.
Atau dari salah satu tabi’in yang telah mendengar dari sabahat.
Al Qodhi Abu Bakar dalam bukunya “al Intishar” berkata:
Pengetahuan mengenai Makkiyah dan Madaniyah mengacu kepada hafalan para
sahabat dan tabi’in, tidak berasal dari Nabi saw, meskipun hanya berupa
komentar.
Adapun contoh ayat yang diketahui dari sahabat adalah surat Al-Anfal: 64, yang
menurut Ibnu Abbas ayat ini diturunkan saat Umar Ibnu Khattab masuk Islam.
b. Metode Qiyas-Ijtihadi
Metode Qiyas-Ijtihadi adalah melakakuan pengkajian terhadap ayat-ayat dan
surat-surat Makkiyah dan Madaniyah serta yang “belum ada” nash yang
menjelaskan tempat turunnya. Jika ditemukan karaktersistik surat-surat
Madaniyah, maka menyebutnya madaniyah. Hal ini melalui ijtihad dan qiyas.

Fahd mengutip dari Zarlasyi dari Al-Jabiri bahwa untuk mengetahui ayat-ayat
Makkiyah dan Madaniyah melalui metode Qiyas dengan cara memperhatikan beberapa
ciri-ciri berikut :

1) Setiap yang didalamnya terdapat kalimat “Ya ayyuha an-nas”


2) Setiap yang didalamnya terdapat “Kalla”
3) Diawali huruf Hijaiyah, kecuali surat Az Zahrawain (al-Baqarah dan Al Imran)
serta ar-Ra’du.

Page | 12
4)  Didalamny ada kisah Adam dan Iblis, kecuali ath-thulah (keadaan yang mulia; al
halal ar Rofi’ah)
5)  Di dalamnya terdapat kisah-kisah Nabi-nabi dan ummat Islam zaman dahulu.

Semua katagori yang meliputi cirri-ciri tersebut di atas, adalah surat Makkiyah,
sedangkan setiap surat yang memuat kewajiban-kewajiban dan hokum adalah Madaniyah.

Page | 13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pengertian makkiyah dan madaniyyah adalah kata makkiyah merupakan kata sifat
yang disandarkan kepada kota tersebut. Dan sesuatu disebut makkiyah apabila
mengandung kriteria yang berasal dari makkah atau yang berkenaan dengannya.
Begitu pula dengan madaniyyah , ia diambil dari nama kota madinah tempat
Rasulullah SAW berhijarah dan membangun masyarakat islam serta
mengembangkan islam hingga ke segala penjuru dunia.
2. Pendapat para Ulama’ tentang Makiyah dan Madaniyah ada 3 pendapat yaitu,
unsur waktu, unsur tempat dan unsur Mukhatab.
3. Cara menentukan ayat Al-Makiyah dan Al-Madaniyah dengan 2 cara yaitu,
sima’i(mendengar atau menyaksikan secara langsung) dan qiyasi(analogia tau
ijtihad).
4. Ada beberapa ciri dari ayat makiyah, yaitu surat yang didalamnya terdapat ayat
sajdah, umumnya ayat-ayat makiyah pendek-pendek dan beberapa ciri lainnya.
Sedangkan madaniyah yaitu, umumnya memiliki surat yang panjang, berisi
penjelasan-penjelasan tentang bukti-bukti dan dalil-dalil mengenai kebenaran
agama Islam.
5. Pengklasifikasian makiyah dan madaniyah yang dipelajari oleh para ulama adalah
yang diturunkan di Madinah ada 20 surat, adapun yang masih diperselisihkan ada
12 surat, dan yang diturunkan di mekah ada 82 surat.
6. Metode Naqlis-Sima’i adalah periwayatan dari salah satu sahabat yang hidup pada
periode wahyu, dan mereka menyaksikan turunnya ayat atau dari salah satu tabi’in
yang mendengar dari sahabat. Adapun metode Qiyas-Ijtihadi adalah melakukan
pengkajian terhadap ayat-ayat dan surat-surat makiyah dan madaniyah serta yang
“belum ada” nash yang menjelaskan tempat turunnya.

Page | 14

Anda mungkin juga menyukai