Anda di halaman 1dari 16

MAKKIYAH DAN MADANIYAH, QAT’IY DAN DZANNI,

TERJEMAH DAN TAFSIR AL. QOR’AN

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah pengantar studi islam
Prodi Perbankan Syariah 2 Semester 1

Dosen Pengampu : Sabri, S.Sos., M.Sos

Disusun Oleh: Kelompok 3

 Ririn Maalikul Mulk 612062023036


 Muh.Alfarezi 612062023040
 Tuty Arfiani 612062023045
 Nur Aftika 612062023046
 Amanda 612062023047
 Wanda Aryani 612062023052
 Nur Afni 612062023053

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM


INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI BONE
2023/2024
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat,


karunia,taufiq,serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Makkiyah dan Madaniyah, Qath’iy dan Dzannih, Terjemah dan Tafsir
Al.Qur’an ”. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW. Dan juga kami ucapkan terima kasih kepada Bapak
Sabri, S.Sos., M.Sos. Selaku dosen mata kuliah “Pengantar Studi Islam”yang telah
memberikan tugas ini.

Kami berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan


kita terhadap Makkiyah dan Madaniyah, Qath’iy dan Dzannih, Terjemah dan
Tafsir Al.Qur’an Oleh sebab itu penting bagi kami adanya kritik,saran, dan
usulan untuk memperbaiki makalah yang kami buat diwaktu yang
akandatang.Semoga makalah ini dapat dipahami dengan mudah bagi siapapun
yangmembacanya dan juga dapat berguna bagi kami pribadi. Demikian yang
dapat kamisampaikan. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata

Watampone 22 Desember 2023

Penulis

iii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................i

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................................2

C. Tujuan Pembahasan ................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah ..................................................................3

B Dasar penetapan Makkiah dan Madaniyyah?...........................................................4

C.Macam-macam Makkiyah dan Maddaniyah?...........................................................5

D. Pengertian Qath’iy dan Dzahanni?..........................................................................6

E. Apa saja ruang lingkup Qath’iy dan Dzahanni?......................................................8

G. Apa saja Macam-macam Qath’iy dan Dzahanni?...................................................8

H. Apakah yang dimaksud dengan tafsir?....................................................................9

I.. Apakah pengertian dari terjemahan tafsir dan Al.Qur’an?......................................9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... iv

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Al-Qur’an adalah kitab Samawi yang terakhir yang diturunkan oleh Allah
Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. melalui perantaraan jibril, berisi pedoman
dan petunjuk kepada umat manusia, agar manusia dapat memperoleh kehidupan
yang bahagia di dunia dan diakhirat. Sebagai kitab Samawi yang merupa- kan
Kalam Allah, tidak terdapat perbedaan pendapat di kalangan umat Islam
menyang- kut kebenaran sumbernya. Semua sepakat untuk meyakini bahwa
redaksi ayat-ayat al-Qur’an yang terhimpun dalam mushaf dan dibaca oleh kaum
Muslimin di seluruh penjuru dunia dewasa ini adalah sama tanpa sedikit
perbedaan pun dengan yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw. dari Allah Swt.
melalui Malaikat Jibril.
Menurut Quraish Shihab, al-Qur’an jelas qath’i al-tsubut. Hakikatnya
salah satu dari apa yang dikenal dengan istilah ma’lum min at-din bi al-dharurah
sesuatu yang sudah sangat jelas dan aksiomatik dalam ajaran agama. Karena itu,
disini tidka akan dibicarakan masalah qath’i dari segi at-tsubut atau kebenaran
sumber tersebut. Yang menjadi persoalan adalah bagian yakni menyangkut
kandungan makna redaksi ayat-ayat al-Quran

B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah?
2. Dasar penetapan makkiah dan Madaniyyah?
3. Macam-macam Makkiyah dan Maddaniyah?
4. Pengertian Qath’iy dan Dzahanni?
5. Apa saja ruang lingkup Qat’hi dan Dzahanni?
6. Apa saja Macam-macam Qat’hi dan Dzahanni?
7. Apakah yang dimaksud dengan tafsir?
8. Apakah pengertian dari terjemahan tafsir dan Al.Qur’an?

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui definisi-definisi Makkiyah dan Madaniyah
2. Untuk mengetahui dasar penetapan Makkiyah dan Madaniyah.
3. Untuk mengetahui macam-macam Makkiyah dan Madaniyah.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengertian qath'i dan dzanni
5. Untuk mengetahui macam_ macam Zhanni dalam al Qur'an
6. Mengetahui pengertan tafsir al Qur'an
7. Mengetahui definisi terjamah tafsir dan al Qur'an

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah

Teori GeografisMenurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang


turun di Makkah, baikwaktu turunnya sebelum Rasulullah SAW hijrah maupun
sesudahnya. Sedangkan pengertian Madaniyah adalah ayat yang turun di Madinah
baik waktu turunnyasebelum Rasulullah SAW hijrah maupun sesudahnya.

Namun, pada kenyataanya ada beberapa ayat Al-Qur’an yang tidak turun
diwilayah Makkah ataupun Madinah, seperti tempat turunnya Q.S At-Taubah:
42adalah di Tabuk, Q.S Az-Zukhruf: 45 di Baitul Maqdis (Palestina) pada
malamIsra Mi’raj. Hal ini merujuk pada H.R At-Thabrani dari Abu Umamah:
Rasulullah SAWbersabda; Al-Quran di turunkan di 3 tempat: Makkah, Madinah,
dan Sham. Walidberkata: Maksudnya Baitul Maqdis? Kathir Berkata; Tetapi
penafsirannya diTabuk adalah lebih baik.

Teori Historis Menurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang
turun sebelumRasulullah SAW hijrah meskipun ayat tersebut turun di luar kota
Makah, semisaldi Mina, Arafah atau Hudaibiyah dan lainnya. Sedangkan
pengertian Madaniyah adalah ayat yang turun sesudah Rasulullah SAW hijrah,
meskipun ayat tersebutditurunkan di Badar, Uhud, Arafah atau Makah.

Banyak sekali yang mendukung Teori ini. Mulai dari Ulama Klasik,
Modern,hingga ulama kontemporer saat ini. Adapun yang menjadi kelebihan
rumusanteori ini adalah karena mencakup keseluruhan ayat atau surah Al-Qur’an,
sehingga dapat dijadikan ketentuan dan rujukan yang memadai.Adapun Teori ini
merujuk pada H.R Abu Am Uthman bin Sa’id ad-Darimi yangdisandarkan pada
Yahya bin Salam;

Ayat yang diturunkan di Makkah dan ayat yang diturunkan dalam


perjalanan menuju Madinah sebelum Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah,
maka ia termasuk kategoriayat Makkiyah. Dan ayat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW dalam perjalanannya setelah beliau tiba di Madinah, maka ia
masuk kategori ayat Madaniyah. Sedangkan kelemahannya hanya terletak pada
kejanggalan beberapa ayat atau surah Al.Qur’an yang nyata-nyatanya turun di
Mekkah tetapi karena turun sesudah Hijrah, lalu ia dianggap Madaniyah. Seperti
Q.S Al-Maidah; 3, Q.S An-Nisa; 8. Ayat tersebut turun di kota Mekkah sewaktu
Nabi Muhammad SAW berada di dalam Ka’bah.

Menurut teori Subjektif. Pengertian Makkiyah adalah ayat yang berisi


panggilan kepada penduduk Mekkah dengan panggilan “wahai manusia”, “wahai
orang-orang yang ingkar”, “wahai anak adam”. Sedangkan pengertian Madaniyah
adalah ayat yang berisi panggilan kepada penduduk Madinah dengan panggilan
“wahai orang-orang yang beriman” Kelebihan teori ini ialah rumusannya
dimengerti, dan lebih cepat dikenali dengankriteria panggilan (nida, khitab) yang
khas dari keduanya tersebut. Namun, teori ini banyak kelemahan pula di
antaranya: Rumusan pengertian nya tidak dapat dijadikan ketentuan, karena tidak
dapat mencakup seluruh ayat Al-Qur’an. Dari keseluruhan ayat Al-Qur’an yang
berjumlah 6236 ayat, hanya ada 511 ayat yang dimulai dengan panggilan (nida),
dan dari 511 ayat tersebut, yang dimulai dengan panggilan (nida) yang khas
Makkiyah berjumlah 292 ayat, danyang khas Madaniyah berjumlah 219 ayat.7

Selain itu, ada beberapa ayat yang dimulai dengan panggilan (nida) bukan
termasuk ayat Makkiyah seperti: Q.S Al- Baqarah: 21, Q.S An-Nisa : 1, Q.S An-
Nisa: 1334. Menurut teori Content Analysis. Pengertian Makkiyah adalah ayat
yang memuat cerita umat dan para Nabi terdahulu. Sedangkan pengertian
Madaniyah adalah ayat yang berisitentang hudud, faraid, dan sebagainya. Semua
surah yang memuat aturan-aturan, ketentuan-ketentuan,

maka ia termasuk Surah Madaniyah, dan semua surah yang memuat tentang
peristiwa masa lampau, maka ia masuk kategori Makkiyah.

B. Dasar Penetapan Makkiyah dan Madaniyah


Ada dua cara untuk mengenali ayat yang termasuk kategori Makkiyah dan
Madniyyah.
1) Cara Sima’iy : adalah pengetahuan ayat Makkiyah dan Madaniyah yang
diperoleh berdasarkan riwayat.
2) Cara Qiyasiy: adalah pengetahuan ayat Makkiyah dan Madaniyyah
berdasarkan kriterianya yang menonjol, kandungannya, redaksi dan uslub
nya, dan lain sebagainya. Dalam menentukan kategori Makkiyah dan
Madaniyyah menurut cara Qiyasiy ada dua dasar yaitu:
 Dasar Aghlabiyah (mayoritas) Bila mayoritas ayat-ayatnya adalah Makkiyah
Maka surah tersebut disebut Makkiyah Begitu juga sebaliknya.
 Dasar Tabi’iyah (Kontinuitas) Bila didahului dengan ayat-ayat yang turun di
Makkah (sebelum hijrah), maka surah tersebut disebut Makkiyah. Begitu juga
sebaliknya.
C. Macam Makkiyah dan Madaniyyah
Ada beberapa macam Makkiyah dan Madaniyyah sebagai berikut:
1. Surah Makkiyah Murni. Yang termasuk kategori Surah Makkiyah murni
adalah surah yang berisi ayat-ayatyang seluruhnya berstatus Makkiyah secara
ijma’ dan tidak ada perbedaan tentang status tersebut.
2. Surah Madaniyah Murni. Yang termasuk kategori surah Madaniyah murni
adalah surah yang berisi ayat-ayatyang seluruhnya berstatus Madaniyah
secara ijma’ dan tidak ada perbedaan tentang status tersebut.

Surah Makkiyah yang berisi ayat Madaniyyah Yang termasuk kategori


surah Makkiyah yang berisi ayat Madaniyah adalah surahyang memuat ayat-ayat
yang kebanyakan berstatus Makkiyah, akan tetapididalamnya juga memuat ayat-
ayat Madaniyah atau ada perbedaan tentang status tersebut.

D. Pengertian Qath’iy dan Dzahanni?

Kata Qath’iy merupakan mashdar dari qatha’a, yaqtha’u, qath’an yang


berarti jelas atau pasti. Menurut Muhammad Hashim Kamali, Qath’I secara
etimologi bermakna yang definitive (Pasti). Menurut Muhammad Hashim Kamali,
Nash qath’I adalah nas yang jelas dan tertentu yang hanya memiliki satu makna
dantidak terbukauntuk makna lain, atau hanya memiliki satu penafsiran dan tidak
terbuka untuk penafsiran lain. Dalam buku lain disebutkan qath’I adalah sesuatu
yang pasti dan meyakinkan sehingga tidak ada lagi kemungkinan lain untuknya
kecuali yang telahdipilih dan ditetapkan.

Definisi serupa dikemukakan juga oleh Syaikh Abu Al-’Ainan Badran


Abu Al’Ainain: “ sesuatu yang menunjuk pada hokum dan tidak mengandung
kemungkinan atau makna (atau lainnya”.)

Imam Asy Syathibi menegaskan bahwa yang dimaksud dengan qath’i atau
pasti oleh ulama Ushul Fiqih adalah satu teks yang disertai dengan aneka
argumentasi pendukung yang menjadikannya memiliki kekuatan dan mengantar
pada kepastian. Dapat berupa lidi yang apabila berdiri sendiri mudah dipatahkan,
tetapi apabilamenyatu dengan lidi-lidi yang lain ia menjadi kuat, sehingga dapat
“dipastikan” bahwa ia tidak dapat dipatahkan.Sedangkan dzanni

Menurut Muhammad Hashim Kamali, dzanni secara etimologi(bahasa)


bermakna tidak jelas dan tidak tegas (spekulatif). Dzanni juga masihmengandung
makna ganda atau lebih, sehingga dalam penafsiran memungkinkan
untukditakwil.

E. Apa saja ruang lingkup Qat’hi dan Dzahanni?

Secara umum ruang lingkup masalah merupakan hal yang sangat penting
untuk lebih memperjelas masalah yang dibahas, maka perlu dibuat batasan
permasalahan. Ruang lingkup Qath’I Zhanni mencangkup :

1. Ushul fiqhUshul fiqh merupakan salah satu ilmu alat yang sangat penting
dan sangatdibutuhkan dalam konteks memahami al-Qur’an, khususnya
dalam bidang penetapan hukum-hukum syariah. Apakah dalil-dalil ilmu
ushul fiqh bersifat Qath’iy/pasti atau sekadar dengan Zhanny? Ada dua sisi
yang menjadi pertimbangan mereka dalam menjawab pertanyaan ini.
 Pertama sisi sumber ketetapan hokum yang merupakan prinsip-prinsip
yang pasti dan berperan sangat besar dalam ketetapan hokum, yaknial-
Quran dan Sunnah yang Mutawatir. Ini bersifat pasti dari sisi
wujudnya. Bukti- bukti tetang wujud al-Quran, seperti yang telah
disebutkan tidak ada sedikit pun perubahan, amatlah kuat, seperti
halnya juga Sunnah. Sisi
 Kedua,menyangkut dalil-dalil yang mengantar kepada ketetapan-
ketetapan hokum yang bersifat khusus yang berkaitan dengan hal-hal
tertentu.Disini terjadi perbedaan pendapat. Ada yang menegaskan
bahwa Ushul Fiqhharus bersifat pasti, karena itu mereka singkirkan
dari wilayah Ushul Fiqh hal-halyang bersifat Zhanny. Ibn al-Anbary
menyatakan bahwa : “semestinya uraian UshulFiqh bersifat Qath’i
tetapi dalam buku-buku Ushul ada yang bersifat Zhanny, karena
pengarangnya menamainya Qath’iy dalam arti mereka telah banyak
berdiskusi sertamelakukan penelitian dan akhirnya mereka
memperoleh kesimpulan yang bersifat pasti. Dalil-dalil yang
dipersembahkan oleh ilmu Ushul Fiqh adalah Qath’iy dan juga
Zhanny.
2. Ulum tafsir Kata tafsir pada mulanya berarti penjelasan, atau penampakkan
makna.Ahmad Ibnu Faris dalam bukunya yang berjudul al-Maqayis fi al-
Lighah bahwa kata-kata yang terdiri dari ketiga huruf fa-sin-ra’
mengandung makna keterbukaan dan kejelasan. Kata tafsir yang terambil
dari kata fasuro mengandung makna kesungguhanmembuka/keberulang-
ulangan melakukan upaya untuk

membuka apa yangtertutup/menjelaskan apa yang musykil/sulit dari makna


sesuatu, antar lain kosakata.
Sedangkan tafsir secara istilah yang paling cocok adalah apa yang dikutip
olehas-Suyuti dari az-Zarkasyi, “ia adalah ilmu yang untuk memahami kitab
Allah
F. Apa saja Macam-macam Qat’hi dan Dzahanni?
Adapun beberapa macam-macam Qat’hi dan Dzahanni sebagai beriku:
1. Qoht’iy ats-Tsubut
Adapun yang dimaksud qoth’iy ats-tsubut adalah suatu dalil yang secara
pasti bersumber dari Alloh SWT atau Rasulullah SAW dan dapat dibuktikan dari
segi periwayatannya. Wujud al Qur’an di tengah kaum Muslim merupakan wujud
yang pasti ( Qoth’iy ), wujudnya sama sepenuhmya dengan apa yang disampaikan
oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad saw dan yang beliau sampaikan
kepadaumat beliau, generasi demi generasi. Atas dasar keberadaan argument dan
ciri – ciri Qur’an , sebagaimana yang disebutkan di atas , maka kitab suci ini
adalah Qoth’iyats-Tsubut. Hadist – hadist yang bersifat qoth’iy ats-tsubut adalah
hadis – hadismutawatir.
2. Qoth’iy ad-Dalalah
Menurut Abdul Wahab Khallaf qoth’iy ad-Dalalah ialah nas yang
menunjukkan kepada makna yang bisa difahami secara tertentu, tidak ada
kemungkinan menerima takwil, tidak ada tempat bagi pemahaman arti selain itu .
Seperti firman Alloh yang artinya “Dan bagimu(suami- suami) seperdua dari harta
yang ditinggalkan olehharta istri – istrimu jika mereka tidak mempunyai anak,
( an-Nisa: 12 ). Ayat ini adalah pasti, artinya bagian suami dalam keadaan
ditinggal mati oleh istrinya danmereka tidak memiliki anak, maka seperdua dari
harta istri yang ditinggalkan,

9
3. Zhanny ats-Tsubut Hadist
Hadist qudsi sebagian besar memiliki derajat ahad, sehingga kepastiannya
masih merupakan dugaan. Adakalanya hadist qudsi itu shahih,terkadang hasan
(baik) dan juga dhaif. Dalam menjadikannya hujjah hadist seperti ini menjadi
penyebab munculnya perbedaan pendapat din kalangan ulama apabila
bertentangan dengan ayat – ayat al Qur’an. Pertentangan ini bisa berbentuk umum
dan khusus atau mutlak dan bersyarat.
4. Zhanny ad-Dalalah
Menurut Muhammad Hashim Kamali,zhanny ad-dalalah secara etimologi
bermakna tidak jelas dan tidak tegas (spekulatif).
Sedangkan secara terminology ayat al Qur’an yang bersifat zhanny ad-
dalalah adalah kebalikan dari ayat yang bersifat qot’I , ia terbuka bagi pemaknaan,
penafsiran dan ijtihad. Penafsiran yang terbaik adalah penafsiran yang dijumpai
serta keseluruhan dalam al Qur’an dan mencari penjelasan- penjelasan yang
diperlukan pada bagian yang lain dalam konteks yang sama atau bahkan berbeda.
G. Apakah yang dimaksud dengan tafsir?
Tafsir adalah penjelasan atau interpretasi terhadap makna ayat-ayat Al-
Quran. Ini melibatkan upaya untuk memahami dan menjelaskan pesan-pesan yang
terkandung dalam teks suci Islam tersebut. Tafsir dilakukan oleh ulama atau ahli
tafsir yang memerhatikan konteks sejarah, budaya, dan linguistik untuk merinci
makna-makna yang terkandung dalam Al-Quran.
Tafsir mengacu pada analisis yang lebih dalam dan komprehensif terhadap
ayat-ayat Al-Quran. Ini melibatkan pemahaman yang mendalam terhadap konteks
sejarah, budaya, linguistik, dan aspek-aspek lain yang relevan. Tafsir mendalam
mencoba menggali makna-makna tersirat, hukum-hukum, dan pelajaran spiritual
yang terkandung dalam teks Al-Quran. Proses ini melibatkan pemikiran kritis,
penelitian, dan penafsiran yang cermat untuk memberikan wawasan yang lebih
kaya terhadap pesan-pesan Al-Quran.
11
H. Apakah pengertian dari terjemahan tafsir dan Al.Qur’an?

Terjemahan tafsir Al-Quran merujuk pada usaha untuk menerjemahkan


dan menjelaskan ayat-ayat Al-Quran ke dalam bahasa lain dengan
mempertimbangkan konteks sejarah, budaya, dan linguistik secara mendalam. Ini
tidak hanya mencakup terjemahan kata per kata, tetapi juga penjelasan yang
mendalam terkait makna, hukum-hukum, dan pesan-pesan spiritual yang
terkandung dalam teks Al-Quran. Dengan kata lain, terjemahan tafsir yang
mendalam tidak hanya menyampaikan arti harfiah kata-kata, tetapi juga berusaha
menyampaikan makna dan konteks yang lebih dalam dari setiap ayat.

Proses ini melibatkan pengetahuan luas tentang ilmu-ilmu Islam, sejarah, dan
bahasa untuk memberikan pemahaman yang akurat dan mendalam terhadap ajaran
Al-Quran.
Sementara itu, terjemahan tafsir Al-Quran mencakup dua aspek: pertama,
mentransfer makna ayat-ayat Al-Quran ke dalam bahasa lain, dan kedua,
memberikan penjelasan atau tafsiran yang mendalam terkait konteks, hukum,
sejarah, dan pesan spiritual yang terkandung dalam ayat tersebut. Tafsir bertujuan
untuk memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap
ajaran Al-Quran.

Jadi, terjemahan tafsir Al-Quran adalah upaya untuk tidak hanya


menghadirkan makna literal ayat-ayat dalam bahasa lain, tetapi juga menyertakan
penjelasan dan interpretasi yang dapat membantu pemahaman lebih baik tentang
isi Al-Quran.

11

BAB III

KESIMPULAN

1. Kesimpulan
Makkiyah adalah ayat- ayat yang turun di mekah dan sekitarnya seperti
mina, arafah dan hudaibiyyah, sedangkan madaniyah adalah ayat-ayat yang turun
di madinah dan sekitarnya, seperti uhud, quba, dan sula, akan tetapi terdapat celah
diturunkan di mekah dan di madinah dan di sekitarnya. Perbedaan dari surah
makkiyah dan madaniyah di bedakan menjadi tiga macam yaitu,menurut waktu
turunya,menurut tempat turunya,dan menurut sasaranya.
Ciri-ciri surat makkiyah mengandung keterangan dan penjelasan tentang
keimanan, perbuatan baik dan jahat, pahala bagi orang beriman dan beramal
shaleh, siksa bagi orang kafir dan durhaka, kisah para rasul dan nabi, cerita umat
terdahulu, dan berbagai perumpamaan untuk dijadikan teladan dan ibarat.
Madaniyyah pada umunya menjelaskan hal yang berhubungan erat dengan hidup
kemasyarakatan atau masalah muamalah.
Ulama Ushul Fiqh membagi nash al-Qur’an kepada dua komponen, yaitu
qath’I dan zhanni al-Dalalah. Qath’i al-Dalalah adalah nas yang jelas dan tertentu
yang hanya memiliki satu makna, dan tidak terbuka untuk makna lain. Sedangkan
zhanni al-Dalalah adalah kebalikan dari qath’i al-Dalalah, ia terbuka untuk
pemaknaan, penakwilan dan penafsiran. Lain dengan ulama tafsir, ia tidak
membuat klasifikasi tentang nas al-Qur’an, bahwa ada yang qath’i dan ada yang
zhanni al- Dalalah, sebab menurut-nya dengan cara yang demikian itu berarti
membatasi pemaknaan, penakwilan dan penafsiran terhadap al-Qur’an. Pada hal
al-Qur’an itu mampu mengandung banyak interpretasi.
Dengan konsep Qath’i al-Dalalah oleh ulama Ushul Fiqh tentunya
merupakan hal yang kurang baik di-kalangan ulama Tafsir, sebab dengan konsep
itu berarti membatasi upaya pemaknaan, penakwilan dan penafsiran terhadap nas-
nas al-Qur’an itu sendiri.

Tafsir adalah penjelasan atau interpretasi terhadap makna ayat-ayat Al-


Quran. Ini melibatkan upaya untuk memahami dan menjelaskan pesan-pesan yang
terkandung dalam teks suci Islam tersebut. Tafsir dilakukan oleh ulama atau ahli
tafsir yang memerhatikan konteks sejarah, budaya, dan linguistik untuk merinci
makna-makna yang terkandung dalam Al-Quran.
Terjemahan tafsir Al-Quran merujuk pada usaha untuk menerjemahkan
dan menjelaskan ayat-ayat Al-Quran ke dalam bahasa lain dengan
mempertimbangkan konteks sejarah, budaya, dan linguistik secara mendalam. Ini
tidak hanya mencakup terjemahan kata per kata, tetapi juga penjelasan yang
mendalam terkait makna, hukum-hukum, dan pesan-pesan spiritual yang
terkandung dalam teks Al-Quran
iv

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35535318/
Makalah_Makkiyah_dan_Madaniyah_Studi_Al_Quran_

https://www.academia.edu/38553682/
MAKALAH_QATHI_DAN_ZHANNI

https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-
walisongo-semarang/law-student/makalah-studi-al-quran-kel-7-tafsir-tawil-dan-
terjemah-revisi/37028341

Anda mungkin juga menyukai