Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah pengantar studi islam
Prodi Perbankan Syariah 2 Semester 1
KATA PENGANTAR
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan .............................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Al-Qur’an adalah kitab Samawi yang terakhir yang diturunkan oleh Allah
Swt. kepada Nabi Muhammad Saw. melalui perantaraan jibril, berisi pedoman
dan petunjuk kepada umat manusia, agar manusia dapat memperoleh kehidupan
yang bahagia di dunia dan diakhirat. Sebagai kitab Samawi yang merupa- kan
Kalam Allah, tidak terdapat perbedaan pendapat di kalangan umat Islam
menyang- kut kebenaran sumbernya. Semua sepakat untuk meyakini bahwa
redaksi ayat-ayat al-Qur’an yang terhimpun dalam mushaf dan dibaca oleh kaum
Muslimin di seluruh penjuru dunia dewasa ini adalah sama tanpa sedikit
perbedaan pun dengan yang diterima oleh Nabi Muhammad Saw. dari Allah Swt.
melalui Malaikat Jibril.
Menurut Quraish Shihab, al-Qur’an jelas qath’i al-tsubut. Hakikatnya
salah satu dari apa yang dikenal dengan istilah ma’lum min at-din bi al-dharurah
sesuatu yang sudah sangat jelas dan aksiomatik dalam ajaran agama. Karena itu,
disini tidka akan dibicarakan masalah qath’i dari segi at-tsubut atau kebenaran
sumber tersebut. Yang menjadi persoalan adalah bagian yakni menyangkut
kandungan makna redaksi ayat-ayat al-Quran
B. RUMUSAN MASALAH
1. Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah?
2. Dasar penetapan makkiah dan Madaniyyah?
3. Macam-macam Makkiyah dan Maddaniyah?
4. Pengertian Qath’iy dan Dzahanni?
5. Apa saja ruang lingkup Qat’hi dan Dzahanni?
6. Apa saja Macam-macam Qat’hi dan Dzahanni?
7. Apakah yang dimaksud dengan tafsir?
8. Apakah pengertian dari terjemahan tafsir dan Al.Qur’an?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui definisi-definisi Makkiyah dan Madaniyah
2. Untuk mengetahui dasar penetapan Makkiyah dan Madaniyah.
3. Untuk mengetahui macam-macam Makkiyah dan Madaniyah.
4. Untuk mengetahui bagaimana pengertian qath'i dan dzanni
5. Untuk mengetahui macam_ macam Zhanni dalam al Qur'an
6. Mengetahui pengertan tafsir al Qur'an
7. Mengetahui definisi terjamah tafsir dan al Qur'an
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makkiyah dan Madaniyyah
Namun, pada kenyataanya ada beberapa ayat Al-Qur’an yang tidak turun
diwilayah Makkah ataupun Madinah, seperti tempat turunnya Q.S At-Taubah:
42adalah di Tabuk, Q.S Az-Zukhruf: 45 di Baitul Maqdis (Palestina) pada
malamIsra Mi’raj. Hal ini merujuk pada H.R At-Thabrani dari Abu Umamah:
Rasulullah SAWbersabda; Al-Quran di turunkan di 3 tempat: Makkah, Madinah,
dan Sham. Walidberkata: Maksudnya Baitul Maqdis? Kathir Berkata; Tetapi
penafsirannya diTabuk adalah lebih baik.
Teori Historis Menurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang
turun sebelumRasulullah SAW hijrah meskipun ayat tersebut turun di luar kota
Makah, semisaldi Mina, Arafah atau Hudaibiyah dan lainnya. Sedangkan
pengertian Madaniyah adalah ayat yang turun sesudah Rasulullah SAW hijrah,
meskipun ayat tersebutditurunkan di Badar, Uhud, Arafah atau Makah.
Banyak sekali yang mendukung Teori ini. Mulai dari Ulama Klasik,
Modern,hingga ulama kontemporer saat ini. Adapun yang menjadi kelebihan
rumusanteori ini adalah karena mencakup keseluruhan ayat atau surah Al-Qur’an,
sehingga dapat dijadikan ketentuan dan rujukan yang memadai.Adapun Teori ini
merujuk pada H.R Abu Am Uthman bin Sa’id ad-Darimi yangdisandarkan pada
Yahya bin Salam;
Selain itu, ada beberapa ayat yang dimulai dengan panggilan (nida) bukan
termasuk ayat Makkiyah seperti: Q.S Al- Baqarah: 21, Q.S An-Nisa : 1, Q.S An-
Nisa: 1334. Menurut teori Content Analysis. Pengertian Makkiyah adalah ayat
yang memuat cerita umat dan para Nabi terdahulu. Sedangkan pengertian
Madaniyah adalah ayat yang berisitentang hudud, faraid, dan sebagainya. Semua
surah yang memuat aturan-aturan, ketentuan-ketentuan,
maka ia termasuk Surah Madaniyah, dan semua surah yang memuat tentang
peristiwa masa lampau, maka ia masuk kategori Makkiyah.
Imam Asy Syathibi menegaskan bahwa yang dimaksud dengan qath’i atau
pasti oleh ulama Ushul Fiqih adalah satu teks yang disertai dengan aneka
argumentasi pendukung yang menjadikannya memiliki kekuatan dan mengantar
pada kepastian. Dapat berupa lidi yang apabila berdiri sendiri mudah dipatahkan,
tetapi apabilamenyatu dengan lidi-lidi yang lain ia menjadi kuat, sehingga dapat
“dipastikan” bahwa ia tidak dapat dipatahkan.Sedangkan dzanni
Secara umum ruang lingkup masalah merupakan hal yang sangat penting
untuk lebih memperjelas masalah yang dibahas, maka perlu dibuat batasan
permasalahan. Ruang lingkup Qath’I Zhanni mencangkup :
1. Ushul fiqhUshul fiqh merupakan salah satu ilmu alat yang sangat penting
dan sangatdibutuhkan dalam konteks memahami al-Qur’an, khususnya
dalam bidang penetapan hukum-hukum syariah. Apakah dalil-dalil ilmu
ushul fiqh bersifat Qath’iy/pasti atau sekadar dengan Zhanny? Ada dua sisi
yang menjadi pertimbangan mereka dalam menjawab pertanyaan ini.
Pertama sisi sumber ketetapan hokum yang merupakan prinsip-prinsip
yang pasti dan berperan sangat besar dalam ketetapan hokum, yaknial-
Quran dan Sunnah yang Mutawatir. Ini bersifat pasti dari sisi
wujudnya. Bukti- bukti tetang wujud al-Quran, seperti yang telah
disebutkan tidak ada sedikit pun perubahan, amatlah kuat, seperti
halnya juga Sunnah. Sisi
Kedua,menyangkut dalil-dalil yang mengantar kepada ketetapan-
ketetapan hokum yang bersifat khusus yang berkaitan dengan hal-hal
tertentu.Disini terjadi perbedaan pendapat. Ada yang menegaskan
bahwa Ushul Fiqhharus bersifat pasti, karena itu mereka singkirkan
dari wilayah Ushul Fiqh hal-halyang bersifat Zhanny. Ibn al-Anbary
menyatakan bahwa : “semestinya uraian UshulFiqh bersifat Qath’i
tetapi dalam buku-buku Ushul ada yang bersifat Zhanny, karena
pengarangnya menamainya Qath’iy dalam arti mereka telah banyak
berdiskusi sertamelakukan penelitian dan akhirnya mereka
memperoleh kesimpulan yang bersifat pasti. Dalil-dalil yang
dipersembahkan oleh ilmu Ushul Fiqh adalah Qath’iy dan juga
Zhanny.
2. Ulum tafsir Kata tafsir pada mulanya berarti penjelasan, atau penampakkan
makna.Ahmad Ibnu Faris dalam bukunya yang berjudul al-Maqayis fi al-
Lighah bahwa kata-kata yang terdiri dari ketiga huruf fa-sin-ra’
mengandung makna keterbukaan dan kejelasan. Kata tafsir yang terambil
dari kata fasuro mengandung makna kesungguhanmembuka/keberulang-
ulangan melakukan upaya untuk
9
3. Zhanny ats-Tsubut Hadist
Hadist qudsi sebagian besar memiliki derajat ahad, sehingga kepastiannya
masih merupakan dugaan. Adakalanya hadist qudsi itu shahih,terkadang hasan
(baik) dan juga dhaif. Dalam menjadikannya hujjah hadist seperti ini menjadi
penyebab munculnya perbedaan pendapat din kalangan ulama apabila
bertentangan dengan ayat – ayat al Qur’an. Pertentangan ini bisa berbentuk umum
dan khusus atau mutlak dan bersyarat.
4. Zhanny ad-Dalalah
Menurut Muhammad Hashim Kamali,zhanny ad-dalalah secara etimologi
bermakna tidak jelas dan tidak tegas (spekulatif).
Sedangkan secara terminology ayat al Qur’an yang bersifat zhanny ad-
dalalah adalah kebalikan dari ayat yang bersifat qot’I , ia terbuka bagi pemaknaan,
penafsiran dan ijtihad. Penafsiran yang terbaik adalah penafsiran yang dijumpai
serta keseluruhan dalam al Qur’an dan mencari penjelasan- penjelasan yang
diperlukan pada bagian yang lain dalam konteks yang sama atau bahkan berbeda.
G. Apakah yang dimaksud dengan tafsir?
Tafsir adalah penjelasan atau interpretasi terhadap makna ayat-ayat Al-
Quran. Ini melibatkan upaya untuk memahami dan menjelaskan pesan-pesan yang
terkandung dalam teks suci Islam tersebut. Tafsir dilakukan oleh ulama atau ahli
tafsir yang memerhatikan konteks sejarah, budaya, dan linguistik untuk merinci
makna-makna yang terkandung dalam Al-Quran.
Tafsir mengacu pada analisis yang lebih dalam dan komprehensif terhadap
ayat-ayat Al-Quran. Ini melibatkan pemahaman yang mendalam terhadap konteks
sejarah, budaya, linguistik, dan aspek-aspek lain yang relevan. Tafsir mendalam
mencoba menggali makna-makna tersirat, hukum-hukum, dan pelajaran spiritual
yang terkandung dalam teks Al-Quran. Proses ini melibatkan pemikiran kritis,
penelitian, dan penafsiran yang cermat untuk memberikan wawasan yang lebih
kaya terhadap pesan-pesan Al-Quran.
11
H. Apakah pengertian dari terjemahan tafsir dan Al.Qur’an?
Proses ini melibatkan pengetahuan luas tentang ilmu-ilmu Islam, sejarah, dan
bahasa untuk memberikan pemahaman yang akurat dan mendalam terhadap ajaran
Al-Quran.
Sementara itu, terjemahan tafsir Al-Quran mencakup dua aspek: pertama,
mentransfer makna ayat-ayat Al-Quran ke dalam bahasa lain, dan kedua,
memberikan penjelasan atau tafsiran yang mendalam terkait konteks, hukum,
sejarah, dan pesan spiritual yang terkandung dalam ayat tersebut. Tafsir bertujuan
untuk memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih mendalam terhadap
ajaran Al-Quran.
11
BAB III
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Makkiyah adalah ayat- ayat yang turun di mekah dan sekitarnya seperti
mina, arafah dan hudaibiyyah, sedangkan madaniyah adalah ayat-ayat yang turun
di madinah dan sekitarnya, seperti uhud, quba, dan sula, akan tetapi terdapat celah
diturunkan di mekah dan di madinah dan di sekitarnya. Perbedaan dari surah
makkiyah dan madaniyah di bedakan menjadi tiga macam yaitu,menurut waktu
turunya,menurut tempat turunya,dan menurut sasaranya.
Ciri-ciri surat makkiyah mengandung keterangan dan penjelasan tentang
keimanan, perbuatan baik dan jahat, pahala bagi orang beriman dan beramal
shaleh, siksa bagi orang kafir dan durhaka, kisah para rasul dan nabi, cerita umat
terdahulu, dan berbagai perumpamaan untuk dijadikan teladan dan ibarat.
Madaniyyah pada umunya menjelaskan hal yang berhubungan erat dengan hidup
kemasyarakatan atau masalah muamalah.
Ulama Ushul Fiqh membagi nash al-Qur’an kepada dua komponen, yaitu
qath’I dan zhanni al-Dalalah. Qath’i al-Dalalah adalah nas yang jelas dan tertentu
yang hanya memiliki satu makna, dan tidak terbuka untuk makna lain. Sedangkan
zhanni al-Dalalah adalah kebalikan dari qath’i al-Dalalah, ia terbuka untuk
pemaknaan, penakwilan dan penafsiran. Lain dengan ulama tafsir, ia tidak
membuat klasifikasi tentang nas al-Qur’an, bahwa ada yang qath’i dan ada yang
zhanni al- Dalalah, sebab menurut-nya dengan cara yang demikian itu berarti
membatasi pemaknaan, penakwilan dan penafsiran terhadap al-Qur’an. Pada hal
al-Qur’an itu mampu mengandung banyak interpretasi.
Dengan konsep Qath’i al-Dalalah oleh ulama Ushul Fiqh tentunya
merupakan hal yang kurang baik di-kalangan ulama Tafsir, sebab dengan konsep
itu berarti membatasi upaya pemaknaan, penakwilan dan penafsiran terhadap nas-
nas al-Qur’an itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/35535318/
Makalah_Makkiyah_dan_Madaniyah_Studi_Al_Quran_
https://www.academia.edu/38553682/
MAKALAH_QATHI_DAN_ZHANNI
https://www.studocu.com/id/document/universitas-islam-negeri-
walisongo-semarang/law-student/makalah-studi-al-quran-kel-7-tafsir-tawil-dan-
terjemah-revisi/37028341