Kelompok 3
Oleh:
Trakiannas N (09650031)
Yoan Kharisma Bunga (09650224)
TEKNIK INFORMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2010
3
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan makalah ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan Dia mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan
dengan baik.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui perbedaan Surat Makki dan Surat Madani
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan berbagai
rintangan. Baik itu yang datang dari diri penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini memuat tentang “Surat Makki dan Surat Madani” dan sengaja dipilih karena
menarik perhatian penulis untuk dicermati.
Penyusun juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah banyak
membantu penyusun agar dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun
makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk saran dan kritiknya. Terima
kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
3
Kata Pengantar…………………………………………………………………………………………………….2
Daftar Isi……………………………………………………………………………………………………...........3
Bab 1 Pendahuluan
A. Latar Belakang……………………………………………………………………………………………..…..4
B. Pembatasan Masalah…………………………………………………………………………………………....5
C. Perumusan Masalah………………………………………………………………………………………….....5
D. Tujuan…………………………………………………………………………………………………………..5
Bab II Pembahasan
C. Karakteristik……………………………………………………………………………………………..……..8
D. Kegunaan………………………………………………………………………………………………...……..9
Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………….11
Daftar Pustaka……………………………………………………………………………………………………12
BAB 1
3
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Para ulama dan ahli tafsir terdahulu memberikan perhatian yang besar terhadap
penyelidikan surat-surat Al-Qur’an. Mereka meneliti al-Qur’an ayat demi ayat dan surat demi
surat untuk disusun sesuai dengan nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola
kalimat. Bahkan lebih dari itu, mereka mengumpulkannya sesuai dengan waktu, tempat dan pola
kalimat. Cara demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan kepada peneliti obyektif,
gambaran mengenai penyelidikan ilmiah tentang ilmu Makki dan Madani.
Perhatian terhadap ilmu Al-Qur’an menjadi bagian terpenting para sahabat dibanding
berbagai ilmu yang lain. Termasuk di dalamnya membahas tentang nuzulnya suatu ayat, tempat
nuzulnya, urutan turunnya di Mekkah atau di Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi
termasuk kelompok Madani atau ayat yang diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam kategori
Makki, dan sebagainya. Pada intinya persoalan ini telah menjadi perhatian urgen pada masa
sahabat (Al-Qathathan, 1996:72).
Bahkan salah satu tokoh Mufassir pada masa sahabat, misalnya Ibn Abbas pernah
menyatakan, “Demi Allah. Tidak Ada Tuhan selain Dia. Tidak diturunkannya satu ayat pun dari
kitab Al-Qur’an, kecuali saya mengetahuinya. Di mana diturunkan, jika saya tahu, bahwa ada
seseorang yang lebih tahu daripada saya tentang kitab Allah, meskipun misalnya itu disampaikan
oleh Onta, niscaya saya akan mengunjunginya”. Pernyataan Ibn Abbas ini, bukan suatu ungkapan
kesombongan tetapi merupakan pernyataan betapa besar perhatian Ibn Abbas terhadap Ilmu-ilmu
Al-Qur’an.
Tema-tema seputar Makki dan Madani ini sangat banyak ragam penyelidikannya. Abu al-
Qasim al Hasan al Muhammad bin Habib al-Nasyaburi menyebutkan dalam kitabnya al-Tanbib
‘ala fadll ‘Ulum al-Qur’an, bahwa di antara ilmu-ilmu al-Qur’an yang paling mulia adalah ilmu
tentang nuzul al-Qur’an dan tempat turunnya, urutan turunnya di Mekkah dan di Madinah, tentang
yang diturunkan di Mekkah tetapi masuk dalam kategori Madaniyah dan diturunkan di Madinah
tetapi masuk dalam kategori Makkiyah, tentang yang diturunkan di Mekkah mengenai penduduk
Madinah dan yang diturunkan di Madinah mengenai penduduk Mekkah, tentang yang serupa
dengan yang diturunkan di Mekkah (Makki) tetapi termasuk Madaniyah dan serupa dengan yang
diturunkan di Madinah (Madaniyah) tetapi termasuk Makkiyah, dan tentang yang diturunkan di
Juhafah, di Bayt al-Maqdis, di Tha’if maupun Hudaibiyyah. Demikian juga yang diturunkan di
waktu malam, di waktu siang, secara bersamaan ataupun sendiri-sendiri. Ayat-ayat Makki dan
surat-surat Madani atau sebaliknya dan seterusnya; tema-tema itu keseluruhan berjumlah tidak
kurang dari 25 pokok bahasan. Kesemuanya itu terkumpul dalam satu ilmu yaitu Ilmu Makki dan
Madani.
Untuk memperjelas ruang lingkup pembahasan, maka masalah yang dibahas pada masalah :
a. Definisi Makki dan Madani
b. Klasifikasi ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur’an
c. Karakteristik Makki dan Madani
d. Urgensi Makki dan Madani dan faedah Makki dan Madani
C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan pembatasan tersebut, masalah-masalah yang dibahas dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa definisi Makki dan Madani?
2. Bagaimana Klasifikasi ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur’an?
3. Bagaimana karakteristik masing-masing Makki dan Madani?
4. Apakah Urgensi dan faedah Makki dan Madani?
D. Tujuan
1. Mengetahui definisinya
2. Mengetahui klasifikasinya
3. Memahami karakteristik dari masing-masing
4. Memahami urgensi dan faedahnya
BAB 2
Pembahasan
1
اَيلنمةكيي نماِ نننزنل بةنمككة نولنيو بنيعند اَلةهنجنرةة نواَلنمندنةيي نماِ نننزنل ةباِلنمةدييننةة
“ Makkiyah ialah suatu ayat yang diturunkan di Mekkah, sekalipun sesudah hijrah, sedang
Madaniyah ialah yang diturunkan di Madinah”.
Berdasarkan rumusan di atas,Makkiyah adalah semua surat atau ayat yang dinuzulkan di
wilayah Mekkah dan sekitarnya. Sedangkan Madaniyyah adalah semua surat atau ayat yang
dinuzulkan di Madinah. Adapun kelemahan pada rumusan ini karena tidak semua ayat al-
Qur’an dimasukkan dalam kelompok Makiyyah atau Madaniyyah. Alasannya ada beberapa
ayat al-Quran yang dinuzulkan jauh di luar Mekkah dan Madinah.Bahkan, ada sebgian ulam
yang mendasarkan penentuan makiyyah atau madaniyyah sebuah surat atau ayat berdasarkan
masal nuzul surat atau ayat.2
3 طاِبباِ ة ن
لهةل نمنكةة نواَلنمندنةيي نماِ نوقننع ةخ ن
طاِبباِ ةليهةل اَلنمةدييننةة اَيلنمةكيي نماِ نوقننع ةخ ن
Berdasarkan rumusan di atas, para ulama menyatakan bahwa setiap ayat atau surat yang
dimulai dengan redaksi ( ينناِ أيهنناِ اَلننناِسwahai sekalian manusia) dikategorikan Makkiyyah,
karena pada masa itu penduduk Mekkah pada umumnya masih kufur. Sedangkan ayat atau
surat yang dimulai dengan َ( ياِ أيهاِ اَلذين أمنواwahai orang-orang yang beriman) dikategorikan
Madaniyyah, karena penduduk Madinah pada waktu itu telah tumbuh benih-benih iman di
dada mereka. Adapun kelemahan-kelemahan pada rumusan ini, antaa lain:
a. Tidak semua ayat atau surat di mulai oleh redaksi ياِ أيهاِ اَلناِسatau َياِ أيهاِ اَلذين أمنوا.
Maksudnya, tidak selalu yang menjadi sasaran surat atau ayat penduduk Mekkah atau
Madinah.
1
Muhammad Abd al Azhi al Zarqaniy, Manahil al ‘Irfan fii ‘Ulum Al-Qur’an, jilid ke-1 (Beirut: Dar al-Fikr,1998),hlm.193.
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, al-Madhal li Dirasah A-Qur’an Al-Karim (Cet. ke-1; Kairo : Dar al-Sunnah,1992),
hlm.199. Muhammad Ali As-Sayyis, Tarikh al Fiqh al-Islamiy (Cet. ke-1; Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,1990), hlm.28.
Bandingkan dengan redaksi yang dikemukakan al-Zarkasyi dalam al-Burhan fii Ulum al-Qur’an jilid 1 ke-1 (Cet. ke-1; Beirut :
Dar al- Fikr,1998), hlm.239.
2
Dalam pada itu, ada ulama yang memberikan rumusan al-Makiy dan al-Madaniy di dasarkan pada 3 teori. Pertama, teori
geografis (mulahazhah makan nuzulih), yaitu teori yang berorientasi kepada tempat nuzul ayat. Kedua, teori subjectif
(mulahazhah mukhathabina fii nuzulih), teori yang berorientasi pada subyek siapa yang di seru dalam ayat itu. Ketiga, teori
historis (mulahazhah zaman nuzulih) yaitu yang berorientasi pada sejarah waktu nuzul Al-Qur’an. Jadi standar teori ini
adalah waktu hijrah nabi.
3
Al-Zarqaniy, ibid. Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah, ibid., hlm.200. Ali al-Sayyis ,ibid.al-Zarkasyi,ibid.
3
b. Tidak semua ayat atau surat di mulai oleh redaksi ياِ أيهاِ اَلناِسmeski Makkiyyah dan
yang dimulai dengan redaksi َ ياِ أيهاِ اَلذين أمنواmeski Madaniyyah.
“ Makkiyyah ialah ayat yang diturunkan sebelum Nabi hijrah ke Madinah, sekalipun turunnya
di luar Mekkah, sedang Madaniyah ialah yang diturunkan sesudah Nabi hijrah, sekalipun
turunnya di Mekkah”.
Dibanding dua rumusan sebelumnya , tampaknya rumusan al-Makkiy dan al-Madaniy ini lebih
populer karena di anggap tuntas dan memenuhi unsur penyusunan ta’rif (definisi).
Pada umunya, para ulama membagi surat-surat al-Qur’an menjadi dua kelompok, yaitu surat-
surat Makiyyah dan Madaniyyah. Mereka berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah masing-
masing kelompoknya. Sebagian ulama mengatakan bahwa jumlah surat Makiyyah ada 94 surat,
sedangkan Madaniyyah ada 20 surat. Sebagian ulama lain mengatakan bahwa jumlah surat
Makiyyah ada 84 surat, sedangkan yang Madaniyyah ada 30 surat.
Perbedaan-perbedaan pendapat para ulama itu dikarenakan adanya sebagian surat yang
seluruhnya ayat-ayat Makkiyyah atau Madaniyyah dan ada sebagian surat lain yang tergolong
Makiyyah atau Madaniyyah, tetapi di dalamnya berisi sedikit ayat yang lain statusnya. Surat-surat
al-Qur’an itu terbagi menjadi empat macam :
1. Surat-surat Makiyyah murni, yaitu surat-surat Makiyyah yang seluruh ayat-ayatnya juga
berstatus Makiyyah semua, tidak ada satupun yang Madaniyyah.
2. Surat-surat Madaniyyah murni, yaitu surat-surat Madaniyyah yang seluruh ayat-ayatnya juga
berstatus Madaniyyah semua, tidak ada satupun yang Makiyyah.
3. Surat-surat Makiyyah yang berisi ayat Madaniyyah, yaitu surat-surat yang sebetulnya
kebanyakan ayat-ayatnya adalah Makiyyah, sehingga berstatus Makiyyah, tetapi di dalamnya
ada sedikit ayatnya yang berstatus Madaniyyah.
4. Surat-surat Madaniyyah yang berisi ayat Makiyyah, yaitu surat-surat yang sebetulnya
kebnyakan ayat-ayatnya adalah Madaniyyah, sehingga berstatus Madaniyyah, tetapi di
dalamnya ada sedikit ayatnya yang berstatus Makiyyah.
Kegunaan ilmu / faedah ilmul makky wal madany adalah banyak sekali. Dalam hal ini, al-Zarqani di
dalam kitabnya manahilul ’irfanmenerangkan sebagian daripada kegunaan ilmu-ilmu ini, ialah :
a. Dengan ilmu ini kita dapat membedakan dan mengetahui ayat yang mana yang mansukh dan nasikh. Yakni
apabila terdapat dua ayat atau lebih mengenai suatu masalah, sedang hokum yang terkandung di dalam ayat-
5
Mhammad Bakr Isma’il, Dirasah fii ulum Al-qur’an (Kairo: Dar al-Manar, 1992), hlm.12. Muhammad bin Muhammad Abu
Syuhba,op.cit.,hlm.204-208. Al-Zarqaniy,op.cit.,hlm 197. Muhammad Ali As-Sayyis,loc.cit.
6
Al-Suyyuti, op.cit., hlm.18. Muhammad Bakr Isma’il, op.cit., hal.52. Manna’ Al-Qathan, Mabahits fii Ulum Al-Qur’an (Cet.
ke-25; Beirut: Muasassah al-Risalah, 10992), hlm.63.
7
Al-Zarqaniy,ibid., Muhammad Ali As-Sayyis, ibid., hlm.28. Manna al-Qathan, op.cit.,hlm.64.
3
ayat itu bertentangan. Kemudian dapat diketahui bahwa ayat yang satu makkiyah, sedang ayat lainnya
madaniyah; maka sudah tentu ayat yang makkiyah itulah yang di nasakh oleh ayat yang madaniyah, karena
ayat yang madaniyah adalah yang terakhir turunnya.
b. Dengan ilmu ini pula, kita dapat mengetahui Sejarah Hukum Islam dan perkembangannya yang bijaksana
secara umum. Dan dengan demikian, kita dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap ketinggian
kebijaksanaan islam di dalam mendidik manusia baik secara perorangan maupun secara masyarakat.
c. Ilmu ini dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian, dan keaslian al-Qur’an 8, karena
melihat besarnya perhatian umat islam sejak turunnya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan al-
Qur’an, sampai hal-hal yang sedetail-detailnya; sehingga mengetahui ayat-ayat yang mana turun sebelum
hijrah dan sesudahnya; ayat-ayat yang diturunkan pada waktu Nabi berada di kota tempat tinggalnya
(domisilinya) dan ayat yang turun pada waktu Nabi sedang dalam bepergian atau perjalanan; ayat-ayat yang
turun pada malam hari dan siang hari; dan ayat-ayat yang turun pada musim panas dan musim dingin dan
sebagainya.
d. Dapat mengetahui situasi dan kondisi lingkungan masyarakat pada waktu turunnya Al Qur’an,
khususnya masyarakat Makkah dan Madinah.
Dengan demikian, maka siapapun yang ingin berusaha merusak kesucian dan keaslian al-Qur’an
pastilah segera diketahui oleh umat islam.
Dr. Shubhi al-Shalih dalam bukunya Mabahits fi Ulumil Qur’an menyatakan, bahwa dengan Ilmul
Makky wal Madany kita dapat mengetahui fase-fase (marhalah) dari da’wah islamiah yang di tempuh oleh al-
Qur’an secara berangsur-angsur dan yang sangat bijaksana itu, kondisi masyarakat pada waktu turunnya ayat-
ayat al-Qur’an, khususnya masyarakat Mekkah dan Madinah. Demikian pula, dengan ilmu ini kita dapat
mengetahui uslub-uslub / style-style bahasanya yang berbeda-beda, karena ditunjukkan pada golongan-golongan
yang berbeda, yakni : orang-orang mu’min, orang-orang musyrik, dan orang-orang ahlul kitab. Demikian pula
orang-orang munafiq.
Ilmul Makky wal Madany merupakan cabang ilmu-ilmu al-Qur’an yang sangat penting diketahui atau
dikuasai oleh seorang mufassir, sampai-sampai di kalangan Ulama al-Muhaqqiqun, antara lain Abul Qasim al-
Naisaburi (ahli nahwu dan tafsir, wafat tahun 406 H) tidak membenarkan seseorang menafsirkan al-Qur’an
tanpa mengetahui Ilmul Makky wal Madany.
Abul Qasim al-Naisaburi dalam Kitab al-Tanbih ‘ala Fadhli ‘Ulumil Qur’an menerangkan sebagai
berikut : “Di antara ilmu-ilmu al-Qur’an yang paling utama adalah ilmu tentang :
Semuanya itu ada 25 macam ilmu (merupakancabang dari Ilmul Makky wal Madany). Siapapun yang
tidak mengetahui semuanya itu dan tidak bisa membedakan antara 25 macam ilmu tersebut, maka ia tidak boleh
berbicara (menafsirkan) tentang al-Qur’an. (baca al-Burhan karangan al-Zarkasyi halaman 192, dan al—Itqan
karangan al-Suyuti juz I halaman 8).
Kesimpulan
Pengetahuan tentang ayat-ayat Mekkah dan Madinah merupakan bagian yang terpenting dalam
‘Ulum Qur’an. Hal ini bukan saja merupakan kepentingan kesejarahan melainkan juga untuk
memahami dan menafsirkan ayat-ayat yang bersangkutan.
Sebagaian surat di dalam al-Qur’an berisi ayat-ayat dari kedua periode tersebut dan dalam
beberapa hal muncul perbedaan pendapat dari kalangan para ulama tentang klasifikasi ayat-ayat
tertentu. Bagaimanapun juga secara keseluruhan memang sudah berhasil disusun suatu pola pemisahan
(pembagian) yang sudah mapan, dan telah digunakan secara meluas secara ilmu tafsir, dan dijabarkan
dari bukti-bukti internal yang ada dalam teks al-Quran itu sendiri.
Definisi Al-Makiy dan Al-Madaniy oleh para ahli tafsir meliputi berdasarkan tempat turunnya
suatu ayat, berdasarkan khittab/ seruan/ panggilan dalam ayat tersebut, berdasarkan masa turunnya
ayat tersebut.
Surat-surat al-Qur’an itu terbagi menjadi empat macam antara lain : Surat-surat Makiyyah
murni, Surat-surat Madaniyyah murni, Surat-surat Makiyyah yang berisi ayat Madaniyyah, Surat-surat
Madaniyyah yang berisi ayat Makiyyah.
Karakteristik surat dan ayat-ayat Al-Qur’an ini terbagi menjadi dua yaitu karakteristik Al-
Makkiy dan karakteristik Al-Madaniy.
Adapun kegunaan mempelajari Ilmu ini antara lain agar dapat membedakan ayat-ayat nasikh
dan mansukh, agar dapat mengetahui sejarah hukum Islam dan tahapan-tahapannya secara umum,
mendorong keyakinan yang kuat, agar mengetahui fase-fase dakwah Islamiyah yang telah ditempuh
oleh Al-Qur’an secaa bertahap, agar dapat mengetahui keadaan lingkungan, situasi, dan kondisi
masyarakat pada waktu turun ayat-ayat Al-Qur’an, agar mengetahui gaya bahasanya yang berbeda-
beda.
3
DAFTAR PUSTAKA