PSIKOLOGI
UMUM TENTANG
KEPRIBADIAN
Disusun Oleh:
LATIFAH
NOVIA GIVANIE
WAHYU RAMADHAN
Dosen Pembimbing :
AMUL HUSNI FADLAN, S.Psi, M.A
NIDN. 2121108801
1
BAB II
PEMBAHASAN
KEPRIBADIAN
1
Ridwan Max Sijabat, Development Psycology, Gelora Aksara Pratama, 1980, h. 108
2
Yusuf, Syamsu. 2011. Psikologi perkembangan Anak & Remaja. Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, h. 35
2
1. Kondisi – kondisi yang membentuk Konsep Diri pada Awal Masa Kanak
– kanak
Karena lingkungan anak – anak terbatas pada rumah dan anggota
keluarga, tidaklah mengherankan bahwa banyak kondisi dalam keluarga
yang turut membentuk konsep diri dalam tahun – tahun awal dari masa
kanak – kanak. Hubungan anak dengan keluarga umumnya penting. Tetapi
sikap orang tua mengenai penampilan, kemampuan, dan prestasinya sangat
mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri.
4
Andi Mappiare, Psikologi Remaja ( Surabaya: Usaha Nasional, 1982 ), hal. 32
5
Desmita, Psikologi Perkembangan ( Bandung: Rosdakarya, 2005 ), hal. 213
Berdasarkan kondisi demikian, maka menurut erikson, salah satu
tugas perkembangan selama masa remaja adalah menyelesaikan krisis
identitas, sehingga diharapkan terbentuk suatu identitas diri yang stabil pada
akhir masa remaja. Makin dewasa dan makin tinggi kecerdasan seseorang,
makin mampu dia menggambarkan dirinya sendiri6.
Pertumbuhan identitas berkembang seiring dengan bertambahnya
berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapatnya baik dari pendidikan
keluarga, sekolah maupun dari masyarakat dimana ia tinggal. Dengan kata
lain, lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan identitas
diri remaja. Dalam teori-teori psikologi barat menyatakan bahwa, lingkungan
menyebabkan perubahan pada diri ( behaviorisme ). Lingkungan yang baik
diharapkan dapat menunjang kematangan remaja dalam menyelesaikan tugas
perkembangannya, yang dalam hal ini ditekankan pada pembentukan identitas
diri ( self identity ).
6
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, ( Jakarta: Balai Pustaka, 2002 ) , hal. 147
nilai sentral yang ada dalam dirinya. Prinsip prinsip yang diterapkan
merupakan hasil dari sosialisasi pada masa sebelumnya. Tipe kepribadian
normatif ini bisa didapatkan apabila seseorang mendapatkan perlakuan
terhadap dirinya dan perlakuan terhadap orang lain sesuai dengan tata
nilai pada suatu kelompok sosial lingkungannya. Tipe ini dapat
menyesuaikan diri dalam kelompok sosial dan memiliki kemampuan
untuk menampung aspirasi orang lain. Tipe kepribadian normatif mampu
bersifat netral dan tidak mendominasi dalam suatu kelompok.
2. Kepribadian otoriter (otoriter man)
Tipe ini dibentuk dari proses interaksi dengan lingkungan sosial yang
menghasilkan individu yang lebih mementingkan kepentingan diri sendiri
dibandingkan kepentingan orang lain. Tipe ini biasa terjadi pada anak
tunggal.Anak tunggal sudah terbiasa mendapatkan kasih sayang dan
semuanya hanya untuk dirinya sendiri. Anak tunggal terbiasa
mendapatkan perlindungan dan dukungan dari orang sekitarnya sejak
kecil, serta biasa memimpin kelompoknya. Kepribadian otoriter pada
individu menjadikannya tipe orang yang berfokus pada diri nya sendiri
dan mengendalikan sekitarnya sesuai keinginannya.
3. Kepribadian perbatasan (marginal man)
Tipe kepribadian ini relatif stabil dan memiliki ciri khas dan prinsip
tertentu yan gditunjuukkan dengan perilaku tertentu dan sering kali
mengalami perubahan. Sehingga orang dengan tipe ini memiliki lebih dari
satu karakter kepribadian. Orang bisa memiliki tipe kepribadian
perbatasan apabila dirinya hidup dalam lingkungan dua budaya, misalnya
dengan latar belakang orang tua yang berbeda negara dan beda budaya
dan harus belajar dua struktur budaya yang berbeda. Anak yang tumbuh
dalam dua budaya yang berasal dari orang tuanya, akan memiliki
kepribadian yang cukup unik. Kepribadian anak berasal dari kebiasaan
yang bercampur antar budaya yang diterapkan dalam lingkungan
rumahnya.
D. Teori dan Pendekatan dalam Kepribadian
Berdasarkan definisi dan sudut pandang para psikolog, diungkapkan
mengenai tipe-tipe kepribadian. Beberapa psikolog membagi tipe kepribadian
berbeda satu sama lain, dan perbedaan ini disebabkan oleh sudut pandang dari
mana penelitian atas kepribadian dimulai atau didasarkan oleh faktor tertentu
yang juga berbeda antara satu ahli dengan lainnya. Oleh karena itu beberapa
tipe kepribadian yang akan dikemukakan berikut ini, dibatasi oleh pendapat
yang dianggap cukup banyak diperbincangkan oleh para ahli.
1. Trait Theory
Tokohnya Gordon Allport dan, R.B. Cattell. Mereka mendefinisikan trait
(watak), sebagai susunan neuropsychic yang mempunyai kemampuan
memberikan banyak rangsangan pada fungsi-fungsi yang sederajat dan
mengarahkan bentuk dan pengungkapan perilaku. R.B. Cattell
mengklasifikasikan sifat berdasarkan empat pasang tipe yaitu:
a. Common versus unique; artinya terdapat sifat-sifat umum yang
dimiliki oleh semua orang dan orang yang memiliki sifat khusus dan
tidak dimiliki oleh orang lain;
b. Surface versus source; artinya suatu sifat ada yang dengan mudah
dapat dilihat dan ada yang harus dilakukan penelitian lebih jauh baru
dapat kelihatan;
c. Constitutional versus environtmental mold; yaitu sifat yang
tergantung pada pembawaan (constitutional) dan yang tergantung
pada lingkungan;
d. Dynamic versus ability and temperament; dynamic artinya sifat yang
mendorong seseorang untuk mencapai tujuan dan sifat yang
menentukan kemampuan untuk mencapai tujuan dan temperamen
adalah aspek-aspek emosional yang mengarahkan kepada aktifitas.
2. Psychoanalysis Theory
Tokohnya adalah Sigmund Freud yang mengatakan bahwa kepribadian
manusia adalah pertarungan antara Id, Ego dan Super Ego. Id adalah
bagian kepribadian manusia yang mengendalikan dorongan-dorongan
biologis seperti dorongan sex dan sifat agresif, Id bertindak atas prinsip
kesenangan semata, sehingga seringkali disebut sebagai tabiat hewani
manusia. Super Ego adalah hati nurani yang bertindak atas prinsip moral.
Super ego merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultural
masyarakatnya, Id dan Super Ego seringkali bertentangan, dan ketiganya
berada dalam alam bawah dasar manusia. Ego merupakan kepribadian
yang menjembatani antar keinginan Id dan aturan yang ditentukan oleh
super ego. Baik id, ego dan super ego, ketiganya berada dalam alam
bawah sadar manusia.
Jadi dalam teori psikoanalisis dijelaskan oleh Freud bahwa perilaku
manusia merupakan interaksi antara komponen biologis (id), psikologis
(ego) dan sosial (super ego) atau menurut Jalaluddin Rahmat disebut
sebagai unsur animal, rasional dan moral. Freud juga mengemukakan
bahwa kepribadian manusia dipengaruhi oleh tingkatan psychosexual
yang dibagi ke dalam tiga tingkatan yaitu:
a. Oral Stage: umur 0 – 1½ tahun dicirikan dengan kesenangan pada
bagian mulut dan bibir seperti ngemut, menggigit, dan menelan.
b. Anal Stage: umur 1½ – 3 tahun dicirikan dengan sering
mempermainkan sesuatu yang keluarnya dari analnya.
c. Phallic Stage: umur 3 – 6 tahun sangat tertarik pada bagian-bagian
vitalnya.
Pada fase ini juga mulai terlihat kesenangan pada lawan jenisnya, seperti
anak laki-laki yang menyenangi ibunya dan anak perempuan menyenangi
bapaknya. Apa hubungan antara fase perkembangan dengan kepribadian
seseorang? Menurut Freud, rasa frustrasi dan konflik yang terjadi pada
fase-fase tertentu akan mempengaruhi kepribadian seseorang pada saat
beranjak dewasa yang mengakibatkan 2 hal yaitu yang disebut: Fixation
(perasaan yang mendalam) dan Regression. Sebagai contoh; jika
seseorang mengalami fixation pada oral stage maka orang tersebut akan
cenderung berkarakter rakus, dan kurang peduli, dan jika mengalami hal
yang sama pada anal stage maka ia cenderung kikir dan kepala batu.
3. Phenomenology Theory
Tokoh adalah: Abraham Maslow, dan Carl Rogers. Berbeda dengan teori
psikoanalisis yang menekankan pada masalah perkembangan
psychosexual, ketidaksadaran (unconscious), teori ini lebih menekankan
pada masalah persepsi, pengertian, perasaan dan pengertian akan diri
sendiri (self).
Teori ini melihat manusia sebagai pribadi unik dan sangat individual
sifatnya artinya kepribadian seseorang dalam perkembangannya, sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungannya, dalam hal ini orang tua dan
orang-orang yang menjadi panutannya. Teori-teori tentang kepribadian
banyak pula dibahas oleh para pakar di antaranya adalah sebagai berikut.
E. Penilaian Kepribadian
1. Penilaian kepribadian yang bersifat pra ilmiah
Usaha-usaha untuk menyusun teori maupun konsep yang utuh dalam
rangka menjelaskan perilaku manusia sudah sejak lama dilakukan orang.
Usaha ini sudah sejak lama dilakukan dan diperbaiki secara bertahap
karena disadari pentingnya teori dan konsep yang utuh tentang perilaku
manusia untuk kepentingan kehidupan manusia itu sendiri.
Hasil dari usaha-usaha yang telah dilakukan oleh manusia ada yang
nilainya ilmiahnya masih jauh dari memadai dan karenanya dapat disebut
dengan usaha-usaha pra ilmiah7.
Usaha-usaha ini menurut suryabrata ( 2002 : 6-10 ) terwujud dalam
berbagai bentuk yaitu :
Pada abad pertengahan psikologi kebribadian seseorang lebih diidentikan
dengan cir-ciri fisik yang nampak pada tubuh sese orang, namun semua
itu tidaklah begitu spesifik dan meyakinkan karena psikologi kepribadian
itu tidaklah nampak pada fisik seseorang adapun hal-hal yang sering
dilakukan oleh orang-orang jaman dahulu untuk mengetahui kepribadian
seseorang melalui fisik terbagi kedalam beberapa usaha pra Ilmiah yaitu:
1. Chirologi :Ilmu Guratan tangan
2. Astrologi :Ilmu Perbintangan
7
Farozin, Muhammad. 2004. Pemahaman tingkah laku. Jakarta : PT Asdi Mahasatya., h.
25
3. Grafologi :Ilmu tulisan tangan
4. Phisiogrami ;Ilmu tentang wajah
5. Phrenologi :Ilmu tentang tengkorak
6. Onychologi :Ilmu tentang kuku.
2. Penilaian kepribadian yang lebih tinggi nilainya
Berbeda dengan usaha pemahaman tingkah laku yang bersifat pra ilmiah
dengan kecenderungan saling lepas satu sama lain, pada usaha-usaha
pemahaman tiingkah laku yang lebih tinggi nilainya ini terdapat
kesinambungan antara satu dengan yang lainnya, jadi ada usaha perbaikan
dari pandangan sebelumnya yang dipandang memiliki kelemahan
pandangan baru yang mengacu pada perbaikan dari beberapa bagian
terdahulu yang dipandang lemah.
Usaha-usaha tergolong merupakan usaha yang lebih tinggi nilainya
daripada usaha-usaha yang bersifat pra ilmiah adalah pemahaman tingkah
laku manusia melalui teori tipologi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi yang penuh
ketergantungan, yakni kira-kira dua tahun sampai saat anak matang secara
seksual, kira-kira 13 tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria.
Pola kepribadian yang dasarnya telah diletakkan pada masa bayi,
mulai berbentuk dalam awal masa kanak – kanak. Karena orang tua, saudara
– saudara kandung dan sanak saudara yang lain merupakan dunia sosial bagi
anak – anak, maka bagaimana perasaan mereka kepada anak – anak, maka
bagaimana perlakuan mereka merupakan faktor penting dalam pembentukan
konsep diri, yaitu inti pola kepribadian. Inilah sebabnya mengapa Glasner
mengatakan bahwa konsep diri anak “terbentuk di dalam Rahim hubungan
keluarga”.
Masa remaja merupakan salah satu tahap perkembangan sepanjang
rentang kehidupan manusia yang paling unik, penuh dinamika, sekaligus
penuh tantangan dan harapan. Masa remaja merupakan masa transisi atau
peralihan, karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak
lagi memiliki status kanakkanak. Dipandang dari segi sosial, remaja
mempunyai suatu posisi marginal.
B. Saran
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu kami meminta kritik dan saran yang membangun untuk
kesempurnaan makalah di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA