Anda di halaman 1dari 9

Perkembangan anak usia Sekolah Dasar

https://silabus.org/perkembangan-psikologi/

Perkembangan Psikologi, Karakteristik Anak Usia Sekolah Menengah (SMP)

Mas Wedan28 October 2016

Perkembangan Psikologi

Perkembangan psikologi yang disampaikan oleh Tim Lembaga Administrasi Negara


(2007) bahwa perkembangan psikologi dapat diartikan sebagai perubahan yang
progresif dan continue dalam diri individu mulai lahir sampai mati. Pengertian lain dari
perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organisme
menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis
progresif, dan berkesinambungan baik menyangkut fisk atau psikis. Prinsip-prinsip
perkembangan yaitu : Perkembangan psikologi

a. Perkembangan merupakan proses yang tidak pernah berhenti

Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh
pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya

b. Semua aspek perkembangan saling mempengaruhi

Setiap aspek perkembangan individu baik fisik, emosi, intelegensi maupun sosial satu
sama lainnya saling mempengaruhi dan terdapat hubungan atau korelasi positif
diantara aspek tersebut.

c. Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan

Setiap manusia adalah unik, walaupun dalam perkembangannya dipengaruhi oleh


kondisi lingkungan yang sama

d. Perkembangan itu mengikuti pola atau arah tertentu

Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap
perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang
merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya.

e. Perkembangan terjadi pada tempo yang berlainan

Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangan terjadi pada waktu dan tempo
yang berbeda (ada yang cepat da nada yang lambat).
Berbicara tentang psikologi dalam pendidikan tidak lepas dari perhatian guru terhadap
perkembangan usia peserta didik secara individu. Peserta didik dewasa tumbuh dan
berkembang secara fisik, psikis dari fase ke fase seperti dalam hal pertumbuhan fisik,
kognitif, afektif, sosial, psikomotor, moral. Perkembangan psikologi

Karakteristik Anak Usia Sekolah Menengah (SMP)


Berbicara tentang kejiwaan, usia peserta didik SMP berkisar antara 13 sampai dengan
15 tahun dan masuk pada kelompok masa remaja awal, seperti yang dijelaskan oleh
Rumini & Sundari (2004). Rumini dan Sundari menyatakan bahwa masaremaja adalah
peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan
semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa. Rentang waktu usia remaja ini
biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 – 15 tahun = masa remaja awal, 15 – 18 tahun =
masa remaja pertengahan, dan 18 – 21 tahun = masa remaja akhir. Perkembangan
psikologi

Terdapat sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP:

a. Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan

b. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder

c. Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul,


serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan
dari orangtua.

d. Senang membandingkan kaedah-kaeadah, nilai-nilai etika atau norma


dengankenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

e. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan
keadilan Tuhan.

f. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.

g. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiriyang


sesuai dengan dunia sosial.

h. Kecenderungan minat dan pilihan karer relatif sudah lebih jelas.

Anak usia SMP adalah anak-anak yang memasuki uisa remaja, pada masa tersebut,
konsep diri mereka mengalami perkembangan yang kompleks dan melibatkan sejumlah
aspek diri mereka. Santrock (1998) dalam Desmita (2014) menyebutkan sejumlah
karakteristik penting perkembangan konsep diri pada masa remaja, yaitu :

1) Abstract and idealistic.


Pada masa remaja, anak-anak lebih meungkin membuat gambaran tentang diri mereka
dengan kata-kata yang abstrak dan idealistic. Meskipun tidak semua remaja
menggambarkan diri mereka dengan cara yang idealis, namun sebagian besar remaja
membedakan antara diri mereka yang sebenarnya dengan diri yang diidamkan. 123

2) Differentiated

Konsep diri remaja menjadi semakin terdeferensiasi. Dibandingkan dengan anak yang
lebih muda, remaja lebih mungkin untuk menggambarkan dirinya sesuai dengan
konteks atau situasi yang semakin terdeferensiasi.

3) Contradiction within them self

Setelah remaja mendeferensiasikan dirinya ke dalam sejumlah peran dan dalam


konteks yang berbeda-beda maka muncullah kontradiksi antara diri-diri yang yang
terdeferensiasi.

4) The Fluctuating Self

Sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada akhirnya memunculkan fluktuasi diri
dalam berbagai situasi. Diri remaja akan terus memiliki ciri ketidakstabilan hingga masa
di mana remaja berhasil membentuk teori tentang dirinya.

5) Real and Ideal, true and False Selves

Munculnya kemampuan remaja untuk mengkonstruksikan diri ideal mereka di samping


diri yang sebenarnya merupakan sesuatu yang membingungkan remaja. Kemampuan
menyadari adanya perbedaan antara diri yang nyata dengan diri yang ideal
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan secara kognitif.

6) Self Conscious

Remaja lebih sadar akan dirinya dibandingkan dengan anak-anak dan lebih memikirkan
tentang pemahaman diri mereka. Remaja menjadi lebih introspektif dan kadang-kadang
meminta dukungan dan penjelasan dari teman-temannya.

7) Self Protective

Merupakan mekanisme untuk mempertahankan diri , dimana di dalam upaya


melindungi dirinya remaja cenderung menolak adanya karakteristik negatif di dalam
dirinya. Gambaran diri yang positif seperti menarik, suka bersenang-senang, sensitive,
penuh kasih saying, dan ingin tahu lebih sering disebutkan sebagai bagian inti diri
remaja yang penting.

Dalam anggerrose.wordpress.com, terdapat beberapa karakteristik anak usia SMP


antara lain : 124
1) Cara berfikir kausatif. Hal ini menyangkut tentang hubungan sebab akibat. Remaja
sudah mulai berfikir kritis sehingga ia akan melawan bila orang tua, guru, lingkungan,
masih menganggapnya sebagai anak kecil. Mereka tidak akan terima jika dilarang
melakukan sesuatu oleh orang yang lebih tua tanpa diberikan penjelasan yang logis.2)
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli
perkembangan kognitif) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap
pertumbuhan operasi formal (period of formal operations). Berdasarkan pendapat
Piaget tentang teori perkembangan kognitif, maka peserta didik usia SMP masuk pada
kelompok tahap operasional formal (mulai 11 tahun dan seterusnya) dimana pada
tahap ini peserta didik sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berpikir mengenai ide dan
memikirkan beberapa alternative pemecahan masalah remaja tidak lagi menerima
informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu serta
mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri (Haryanto, Suyono, 2014).3)
Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses
informasi itu serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga
mampu mengintegrasikan pengalaman masa lalu dan sekarang untuk
ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan
kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan
lingkungan sekitar mereka.4) Emosi yang meluap-meluap. Emosi pada remaja masih
labil, karena erat hubungannya dengan keadaan hormon.5) Sosial Perkembangan
Gunarsa (2009) telah merangkum beberapa karakteristik remaja yang dapat
menimbulkan berbagai permasalahan pada diri remaja, yaitu:

1) Kecanggungan dalam pergaulan dan kekakuan dalam gerakan.

2) Ketidakstabilan emosi.

3) Adanya perasaan kosong akibat perombakan pandangan dan petunjuk hidup.

4) Adanya sikap menentang dan menantang orang tua.

5) Pertentangan di dalam dirinya sering menjadi pangkal penyebab pertentangan-


pertentang dengan orang tua.

6) Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi
semuanya.

7) Senang bereksperimentasi.

8) Senang bereksplorasi.

9) Mempunyai banyak fantasi, khayalan, dan bualan.

10) Kecenderungan membentuk kelompok dan kecenderungan kegiatan berkelompok.


Sebagian remaja mampu mengatasi permasalahan pada diri mereka dengan baik,
namun beberapa remaja justru mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis,
dan sosial dikarenakan pergolakan emosi yang tidak stabil. Beberapa permasalahan
remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada
pada diri remaja. Perkembangan psikologi

Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak dapat dipisahkan dari bermacam
pengaruh, baik itu lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman
sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa
remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka
dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif.

Berkaitan dengan lingkungan peserta didik, pada saat ini tidak hanya lingkungan
sekolah, rumah atau teman sepermainan namun juga lingkungan secara global
dikarenakan perkembangan teknologi. Fenomena yang perlu diperhatikn guru adalah
pengaruh globalisasi pada semua sektor dapat berdampak positif yang dapat
mendukung proses belajar seperti untuk pencarian artikel, tugas dan sebagainya.
Namun, jika teknologi disalahgunakan maka berdampak buruk terhadap moral peserta
didik. Perkembangan psikologi

Masa remaja banyak dihabiskan pada aktivitas di sekolah, sehingga apabila sekolah
tidak dapat mewadahiperkembangan remaja maka arahnya akan menjadi negative,
misalnya tawuran. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri
remaja bila berinteraksi dalam lingkungannya.

Tambahan materi dari modul 5

Anda pasti sudah pernah belajar tentang perkembangan manusia atau anak mulai dari
lahir sampai dengan dewasa. Pengalaman dan pemahaman Anda ketika mengambil
mata kuliah yang berkaitan dengan perkembangan anak, akan sangat membantu Anda
dalam mengikuti tuton sesi 6 ini. Jika pemahaman Anda masih bertahan sampai kini,
maka sebagian dari kajian dalam modul ini merupakan pengulangan. Tentu saja
diharapkan pengulangan tersebut akan mengerucut menjadi pemahaman yang lebih
solid dan komprehensif. Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa topik ini masih perlu
dikaji dalam program Magister Pendidikan. Uraian berikut ini akan menjawab
pertanyaan Anda.

Seperti yang terdapat dalam Modul 5 BMP MPDR5101, maka dalam tuton sesi 6 ini,
Anda akan diajak untuk kembali mengkaji perkembangan anak usia SD dan SMP
secara lebih mendalam dan komprehensif, sehingga pemahaman Anda tentang tahap-
tahap perkembangan anak, khususnya untuk anak usia SD dan SMP menjadi mantap.
Sebagaimana yang telah Anda kaji dalam Modul 4 BMP MPDR5101, tahap-tahap
perkembangan anak, khususnya yang diajukan oleh Piaget merupakan salah satu
pertimbangan utama dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah satu kompetensi
pendidik yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
adalah: “Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual” (BSNP, 2007:20). Dalam Standar Kompetensi Guru Kelas
SD/MI Lulusan S1, kompetensi inti tersebut berbunyi: Mengenal peserta didik secara
mendalam (Dikti, 2006). Tentu ada latar belakangnya mengapa kompetensi tersebut
menjadi wajib bagi setiap pendidik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Santrock
(2008), makin banyak guru belajar tentang perkembangan anak, makin tinggi
pemahaman guru akan cara mengajar yang sesuai untuk peserta didik tersebut.
Dengan demikian, pemahaman terhadap perkembangan peserta didik harus selalu
segar dan terbaru karena ilmu tentang perkembangan tersebut juga berkembang.
Pemahaman yang benar dan solid tentang perkembangan anak akan mengarah
kepada pemahaman yang solid dan benar tentang karakteristik anak karena
karakteristik anak sangat terkait erat dengan tahap-tahap perkembangan anak.

Perkembangan pada hakikatnya adalah pola perubahan biologis, kognitif, dan sosio-
emosional yang mulai dari terjadinya konsepsi dan berlanjut sepanjang masa hidup
manusia. Perkembangan dapat dibagi menjadi berbagai periode. Salah satu dari
pembagian periode perkembangan itu adalah: masa bayi, masa kanak-kanak awal,
masa sekolah, masa adolesen, dan masa dewasa. Dalam perkembangan terdapat tiga
isu yang menjadi kontroversi di antara pakar psikologi perkembangan, yaitu (1) isu
bawaan vs lingkungan, (2) isu berkelanjutan dan terputus-putus, dan (3) isu
pengalaman dini vs pengalaman kemudian. Para pendidik seyogianya mengambil jalan
tengah, yaitu semua faktor yang dipertentangkan tersebut berpengaruh atau
menentukan perkembangan anak.

Menurut Piaget, perkembangan kognitif berlangsung dalam 4 tahap, yaitu tahap sensori
motor (usia 0-2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), tahap operasi konkret
(usia 7-11 tahun), dan tahap operasi formal (usia 11-15 tahun). Melihat rentang usia
tersebut dapat diperkirakan anak usia SD dan SMP berada pada akhir tahap pra-
operasional sampai dengan masa operasi formal.

Menjelang akhir tahap pra-operasional, anak sudah mulai berpikir simbolik dan intuitif,
banyak bertanya tentang “mengapa” dan mulai memiliki kemampuan sentrasi, yaitu
memusatkan perhatian hanya pada satu karakteristik benda dan mengabaikan
karakteristik lain. Karena itu, anak pra-operasional belum menguasai konservasi. Di
samping itu, karena belum mampu berpikir operasional, mereka belum mampu berpikr
terbalik.

Tahap operasi konkret merupakan tahap yang dialami oleh hampir semua anak SD.
Perkembangan kognitif utama dalam masa ini adalah tumbuhnya kemampuan berpikir
desentrasi, sehingga mereka sudah menguasai konsep konservasi, klasifikasi, seriasi,
dan transitivity. Namun, semua ini terbatas pada objek, hal-hal atau situasi yang bersifat
konkret, sedangkan hal-hal atau situasi yang bersifat abstrak belum dapat dijangkau
oleh pikiran mereka. Ciri utama berpikir mereka adalah logis, sebagai ganti dari berpikir
intuitif.
Tahap operasi formal atau abstrak berlangsung pada usia 11-15 tahun dan berlanjut
sampai masa dewasa. Karena itu, anak SD kelas 5 atau 6 dan anak SMP berada pada
tahap operasi formal. Perubahan mendasar awal tahap ini adalah tumbuhnya
kemampuan berpikir abstrak, baik dalam melihat hubungan sesuatu objek maupun
kejadian atau situasi. Dengan demikian, pada usia ini (usia 11-15 tahun) anak-anak
sudah mampu memahami informasi secara verbal. Mereka sudah mulai berpikir logis
dan idelis, serta membayangkan sesuatu pemecahan masalah.

Di samping kemampuan berpikir lebih abstrak dan lebih idelistik, anak-anak dalam
tahap operasi formal juga mulai berpikir lebih logis, seperti seorang ilmuan (scientist).
Mereka mulai menggunakan: hypothethical-deductive reasoning, dengan mulai
merencanakan suatu pemecahan masalah dan menguji hasilnya. Ini berarti, untuk
memecahkan masalah, mereka mulai dengan hipotesis, kemudian mengumpulkan data
untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut, dan akhirnya menarik kesimpulan. Di
Indonesia, hal ini terkenal dengan metode ilmiah, yang diterapkan dalam IPA atau
sains.

Bahasa merupakan komunikasi yang memiliki aturan atau norma yang terdiri dari lima
sistem aturan, yaitu phonologi, morphologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Kelima
sistem aturan inilah yang merupakan kaidah satu bahasa, yang juga disebut sebagai
sistem aturan dasar. Phonologi berkaitan dengan aturan bunyi
bahasa, morphologi berkaitan dengan aturan pembentukan kata, sintaksis berkaitan
dengan aturan dalam mengorganisasikan kata-kata menjadi kalimat yang bermakna,
semantik berkaitan dengan aturan makna, dan pragmatik berkaitan dengan aturan
penggunaan bahasa dalam konteks.

Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh faktor bawaan berupa faktor biologis yang
memungkinkan manusia berbahasa atau berbicara, dan faktor lingkungan tempat anak
dibesarkan. Ragam bahasa seseorang, lebih-lebih seorang anak, sangat dipengaruhi
oleh lingkungan orang-orang yang berinteraksi dengannya. Hal ini sangat kentara
misalnya pada perbedaan kosa kata dan gaya bicara anak yang dibesarkan di
lingkungan pedesaan dengan di kota besar.

Pemerolehan bahasa anak berlangsung melalui tahap-tahap, mulai dengan meraban


pada usia sekitar 3-6 bulan, bahasa satu kata, mulai pada bulan ke 10-13, dan bahasa
dua kata muncul pada usia 18-24 bulan. Ketika mereka mulai menunjukkan ucapan
lebih dari dua kata, anak-anak pada dasarnya sudah mendemonstrasikan penguasaan
kaidah morphologi. Selanjutnya, anak-anak menunjukkan kemajuan sangat pesat
dalam penguasaan phonologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik.

Perkembangan bahasa anak usia SD terjadi dengan pesat. Sesuai dengan


perkembangan kognitifnya, anak usia 6 tahun mempunyai kosa kata ekspresif sekitar
2.600 kata dan kosa reseptif sekitar 20.000-24.000 kata. Kalimat mulai bagus dan
kompleks, dengan menggunakan hampir semua unsur kalimat. Pada usia 8 tahun
anak-anak sudah banyak bicara, suka membual, serta mulai mengungkapkan ide dan
masalah secara verbal. Namun, mereka masih menunjukkan kesulitan dengan
hubungan komparatif. Pada usia 10 tahun, sebagian besar waktu mereka manfaatkan
untuk berbicara, sehingga pemahaman bertambah baik dan tentu saja penguasaan
kosakata bertambah terus. Akhirnya, pada usia 12 tahun, kosakata reseptif anak sudah
sekitar 50.000 kata. Mereka sudah mulai menggunakan ungkapan, kata-kata bersayap,
sehingga gaya bahasa mereka sudah seperti orang dewasa.

Perkembangan bahasa anak hendaknya dijadikan acuan oleh guru dalam


merencanakan dan melaksanakan pembelajaran karena bahasa terkait dengan seluruh
mata pelajaran. Penguasaan bahasa secara baik akan berpengaruh terhadap keaktifan
anak dalam semua mata pelajaran. Karena itu, tugas-tugas, latihan, atau kegiatan yang
diberikan untuk anak SD dan SMP haruslah bervariasi, mulai dari menjawab dengan
satu kata, bagian kalimat, dengan kalimat tunggal atau kompleks, dan kemudian dalam
bentuk uraian. Hal ini tentu harus dilakukan secara bertahap, sesuai dengan
karakteristik bahasa yang mereka miliki.

Pertumbuhan fisik-motorik anak usia sekolah (6-12 tahun) menunjukkan pencapaian


yang besar dalam koordinasi, baik dalam motorik halus, maupun motorik kasar.
Bersamaan dengan pertumbuhan tersebut, anak usia 6 tahun telah mulai menguasai
koordinasi dan keseimbangan, sehingga mereka mampu naik sepeda dan melempar
bola dengan baik. Namun, untuk semua kemampuan ini, anak-anak memerlukan
latihan, yang lamanya bervariasi sesuai dengan jenis keterampilan yang akan dikuasai
dan kondisi fisik- motorik masing-masing anak. Sepanjang masa perkembangan ini,
secara berangsur-angsur anak-anak akan menunjukkan koordinasi fisik yang
memungkinkan mereka melakukan berbagai gerakan.

Perkembangan fisik-motorik anak dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan


terutama keadaan sosial-ekonomi keluarga. Faktor gizi banyak berpengaruh terhadap
pertumbuhan fisik anak dan kesehatannya, dan pada gilirannya, faktor kesehatan juga
berpengaruh terhadap perkembangan fisik anak. Kondisi fisik anak usia SD pada
umumnya seragam, terutama bila latar belakang sosial-ekonomi keluarga sama.
Perkembangan fisik pada masa ini lambat dan relatif seragam; namun, ketika mulai
memasuki usia 12 tahun, yaitu masa adolesen atau pubertas, perkembangan fisik
menjadi sangat pesat.

Perkembangan motorik, yaitu gerakan yang merupakan koordinasi antara otak, otot,
dan syaraf terjadi sangat pesat, baik motorik kasar (gerakan yang bertumpu pada
tangan dan kaki) maupun motorik halus (gerakan yang bertumpu pada kecekatan jari).
Menjaga keseimbangan badan juga sudah mulai dikuasai, sehingga anak-anak SD dan
SMP sudah mampu mengikuti berbagai permainan.

Guru Olah Raga atau Penjaskes wajib memahami perkembangan fisik-motorik anak
dengan baik sehingga mampu merancang berbagai latihan/permainan yang sesuai dan
bermanfaat bagi perkembangan fisik-motorik anak. Demikian pula guru kelas,
khususnya kelas 1, 2, 3 harus memperhatikan keterampilan motorik halus anak,
khususnya ketika menulis dan menggambar atau kerajinan tangan, sehingga dapat
memberi bantuan/latihan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai