https://silabus.org/perkembangan-psikologi/
Perkembangan Psikologi
Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang dipengaruhi oleh
pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya
Setiap aspek perkembangan individu baik fisik, emosi, intelegensi maupun sosial satu
sama lainnya saling mempengaruhi dan terdapat hubungan atau korelasi positif
diantara aspek tersebut.
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahap
perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang
merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya.
Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangan terjadi pada waktu dan tempo
yang berbeda (ada yang cepat da nada yang lambat).
Berbicara tentang psikologi dalam pendidikan tidak lepas dari perhatian guru terhadap
perkembangan usia peserta didik secara individu. Peserta didik dewasa tumbuh dan
berkembang secara fisik, psikis dari fase ke fase seperti dalam hal pertumbuhan fisik,
kognitif, afektif, sosial, psikomotor, moral. Perkembangan psikologi
e. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan
keadilan Tuhan.
Anak usia SMP adalah anak-anak yang memasuki uisa remaja, pada masa tersebut,
konsep diri mereka mengalami perkembangan yang kompleks dan melibatkan sejumlah
aspek diri mereka. Santrock (1998) dalam Desmita (2014) menyebutkan sejumlah
karakteristik penting perkembangan konsep diri pada masa remaja, yaitu :
2) Differentiated
Konsep diri remaja menjadi semakin terdeferensiasi. Dibandingkan dengan anak yang
lebih muda, remaja lebih mungkin untuk menggambarkan dirinya sesuai dengan
konteks atau situasi yang semakin terdeferensiasi.
Sifat yang kontradiktif dalam diri remaja pada akhirnya memunculkan fluktuasi diri
dalam berbagai situasi. Diri remaja akan terus memiliki ciri ketidakstabilan hingga masa
di mana remaja berhasil membentuk teori tentang dirinya.
6) Self Conscious
Remaja lebih sadar akan dirinya dibandingkan dengan anak-anak dan lebih memikirkan
tentang pemahaman diri mereka. Remaja menjadi lebih introspektif dan kadang-kadang
meminta dukungan dan penjelasan dari teman-temannya.
7) Self Protective
2) Ketidakstabilan emosi.
6) Kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi
semuanya.
7) Senang bereksperimentasi.
8) Senang bereksplorasi.
Pergolakan emosi yang terjadi pada remaja tidak dapat dipisahkan dari bermacam
pengaruh, baik itu lingkungan tempat tinggal, keluarga, sekolah dan teman-teman
sebaya serta aktivitas-aktivitas yang dilakukannya dalam kehidupan sehari-hari. Masa
remaja yang identik dengan lingkungan sosial tempat berinteraksi, membuat mereka
dituntut untuk dapat menyesuaikan diri secara efektif.
Berkaitan dengan lingkungan peserta didik, pada saat ini tidak hanya lingkungan
sekolah, rumah atau teman sepermainan namun juga lingkungan secara global
dikarenakan perkembangan teknologi. Fenomena yang perlu diperhatikn guru adalah
pengaruh globalisasi pada semua sektor dapat berdampak positif yang dapat
mendukung proses belajar seperti untuk pencarian artikel, tugas dan sebagainya.
Namun, jika teknologi disalahgunakan maka berdampak buruk terhadap moral peserta
didik. Perkembangan psikologi
Masa remaja banyak dihabiskan pada aktivitas di sekolah, sehingga apabila sekolah
tidak dapat mewadahiperkembangan remaja maka arahnya akan menjadi negative,
misalnya tawuran. Hal ini menunjukkan betapa besar gejolak emosi yang ada dalam diri
remaja bila berinteraksi dalam lingkungannya.
Anda pasti sudah pernah belajar tentang perkembangan manusia atau anak mulai dari
lahir sampai dengan dewasa. Pengalaman dan pemahaman Anda ketika mengambil
mata kuliah yang berkaitan dengan perkembangan anak, akan sangat membantu Anda
dalam mengikuti tuton sesi 6 ini. Jika pemahaman Anda masih bertahan sampai kini,
maka sebagian dari kajian dalam modul ini merupakan pengulangan. Tentu saja
diharapkan pengulangan tersebut akan mengerucut menjadi pemahaman yang lebih
solid dan komprehensif. Mungkin Anda bertanya-tanya, mengapa topik ini masih perlu
dikaji dalam program Magister Pendidikan. Uraian berikut ini akan menjawab
pertanyaan Anda.
Seperti yang terdapat dalam Modul 5 BMP MPDR5101, maka dalam tuton sesi 6 ini,
Anda akan diajak untuk kembali mengkaji perkembangan anak usia SD dan SMP
secara lebih mendalam dan komprehensif, sehingga pemahaman Anda tentang tahap-
tahap perkembangan anak, khususnya untuk anak usia SD dan SMP menjadi mantap.
Sebagaimana yang telah Anda kaji dalam Modul 4 BMP MPDR5101, tahap-tahap
perkembangan anak, khususnya yang diajukan oleh Piaget merupakan salah satu
pertimbangan utama dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah satu kompetensi
pendidik yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas)
Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
adalah: “Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural,
emosional, dan intelektual” (BSNP, 2007:20). Dalam Standar Kompetensi Guru Kelas
SD/MI Lulusan S1, kompetensi inti tersebut berbunyi: Mengenal peserta didik secara
mendalam (Dikti, 2006). Tentu ada latar belakangnya mengapa kompetensi tersebut
menjadi wajib bagi setiap pendidik. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Santrock
(2008), makin banyak guru belajar tentang perkembangan anak, makin tinggi
pemahaman guru akan cara mengajar yang sesuai untuk peserta didik tersebut.
Dengan demikian, pemahaman terhadap perkembangan peserta didik harus selalu
segar dan terbaru karena ilmu tentang perkembangan tersebut juga berkembang.
Pemahaman yang benar dan solid tentang perkembangan anak akan mengarah
kepada pemahaman yang solid dan benar tentang karakteristik anak karena
karakteristik anak sangat terkait erat dengan tahap-tahap perkembangan anak.
Perkembangan pada hakikatnya adalah pola perubahan biologis, kognitif, dan sosio-
emosional yang mulai dari terjadinya konsepsi dan berlanjut sepanjang masa hidup
manusia. Perkembangan dapat dibagi menjadi berbagai periode. Salah satu dari
pembagian periode perkembangan itu adalah: masa bayi, masa kanak-kanak awal,
masa sekolah, masa adolesen, dan masa dewasa. Dalam perkembangan terdapat tiga
isu yang menjadi kontroversi di antara pakar psikologi perkembangan, yaitu (1) isu
bawaan vs lingkungan, (2) isu berkelanjutan dan terputus-putus, dan (3) isu
pengalaman dini vs pengalaman kemudian. Para pendidik seyogianya mengambil jalan
tengah, yaitu semua faktor yang dipertentangkan tersebut berpengaruh atau
menentukan perkembangan anak.
Menurut Piaget, perkembangan kognitif berlangsung dalam 4 tahap, yaitu tahap sensori
motor (usia 0-2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), tahap operasi konkret
(usia 7-11 tahun), dan tahap operasi formal (usia 11-15 tahun). Melihat rentang usia
tersebut dapat diperkirakan anak usia SD dan SMP berada pada akhir tahap pra-
operasional sampai dengan masa operasi formal.
Menjelang akhir tahap pra-operasional, anak sudah mulai berpikir simbolik dan intuitif,
banyak bertanya tentang “mengapa” dan mulai memiliki kemampuan sentrasi, yaitu
memusatkan perhatian hanya pada satu karakteristik benda dan mengabaikan
karakteristik lain. Karena itu, anak pra-operasional belum menguasai konservasi. Di
samping itu, karena belum mampu berpikir operasional, mereka belum mampu berpikr
terbalik.
Tahap operasi konkret merupakan tahap yang dialami oleh hampir semua anak SD.
Perkembangan kognitif utama dalam masa ini adalah tumbuhnya kemampuan berpikir
desentrasi, sehingga mereka sudah menguasai konsep konservasi, klasifikasi, seriasi,
dan transitivity. Namun, semua ini terbatas pada objek, hal-hal atau situasi yang bersifat
konkret, sedangkan hal-hal atau situasi yang bersifat abstrak belum dapat dijangkau
oleh pikiran mereka. Ciri utama berpikir mereka adalah logis, sebagai ganti dari berpikir
intuitif.
Tahap operasi formal atau abstrak berlangsung pada usia 11-15 tahun dan berlanjut
sampai masa dewasa. Karena itu, anak SD kelas 5 atau 6 dan anak SMP berada pada
tahap operasi formal. Perubahan mendasar awal tahap ini adalah tumbuhnya
kemampuan berpikir abstrak, baik dalam melihat hubungan sesuatu objek maupun
kejadian atau situasi. Dengan demikian, pada usia ini (usia 11-15 tahun) anak-anak
sudah mampu memahami informasi secara verbal. Mereka sudah mulai berpikir logis
dan idelis, serta membayangkan sesuatu pemecahan masalah.
Di samping kemampuan berpikir lebih abstrak dan lebih idelistik, anak-anak dalam
tahap operasi formal juga mulai berpikir lebih logis, seperti seorang ilmuan (scientist).
Mereka mulai menggunakan: hypothethical-deductive reasoning, dengan mulai
merencanakan suatu pemecahan masalah dan menguji hasilnya. Ini berarti, untuk
memecahkan masalah, mereka mulai dengan hipotesis, kemudian mengumpulkan data
untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut, dan akhirnya menarik kesimpulan. Di
Indonesia, hal ini terkenal dengan metode ilmiah, yang diterapkan dalam IPA atau
sains.
Bahasa merupakan komunikasi yang memiliki aturan atau norma yang terdiri dari lima
sistem aturan, yaitu phonologi, morphologi, sintaksis, semantik, dan pragmatik. Kelima
sistem aturan inilah yang merupakan kaidah satu bahasa, yang juga disebut sebagai
sistem aturan dasar. Phonologi berkaitan dengan aturan bunyi
bahasa, morphologi berkaitan dengan aturan pembentukan kata, sintaksis berkaitan
dengan aturan dalam mengorganisasikan kata-kata menjadi kalimat yang bermakna,
semantik berkaitan dengan aturan makna, dan pragmatik berkaitan dengan aturan
penggunaan bahasa dalam konteks.
Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh faktor bawaan berupa faktor biologis yang
memungkinkan manusia berbahasa atau berbicara, dan faktor lingkungan tempat anak
dibesarkan. Ragam bahasa seseorang, lebih-lebih seorang anak, sangat dipengaruhi
oleh lingkungan orang-orang yang berinteraksi dengannya. Hal ini sangat kentara
misalnya pada perbedaan kosa kata dan gaya bicara anak yang dibesarkan di
lingkungan pedesaan dengan di kota besar.
Perkembangan motorik, yaitu gerakan yang merupakan koordinasi antara otak, otot,
dan syaraf terjadi sangat pesat, baik motorik kasar (gerakan yang bertumpu pada
tangan dan kaki) maupun motorik halus (gerakan yang bertumpu pada kecekatan jari).
Menjaga keseimbangan badan juga sudah mulai dikuasai, sehingga anak-anak SD dan
SMP sudah mampu mengikuti berbagai permainan.
Guru Olah Raga atau Penjaskes wajib memahami perkembangan fisik-motorik anak
dengan baik sehingga mampu merancang berbagai latihan/permainan yang sesuai dan
bermanfaat bagi perkembangan fisik-motorik anak. Demikian pula guru kelas,
khususnya kelas 1, 2, 3 harus memperhatikan keterampilan motorik halus anak,
khususnya ketika menulis dan menggambar atau kerajinan tangan, sehingga dapat
memberi bantuan/latihan yang tepat.