1. Usia anak sekolah menengah merupakan masa transisi, coba jelaskan dari sisi perkembangan
fisik, perkembangan intelektual dan perkembangan sosialnya! (10)
2. Jelaskan perbedaan individu anak usia sekolah dasar, pada perkembangan moral. (10)
3. De Cecco dan Grawford menyebutkan 4 peranan guru dalam memberikan dan meningkatkan
motivasi siswa. Sebut dan beri penjelasan singkat keempat peranan tersebut! (10)
4. Konflik remaja lebih sering terjadi dengan ibunya daripada dengan ayahnya. Jelaskan!
(10)
5. Jelaskan perbedaan perkembangan sosial dan nilai-nilai moral pada anak usia SMP dan
SMU! (10)
JAWAB :
1. Masa remaja merupakan masa transisi perkembangan antara masa anak dan masa ke dewasa,
dimulai dari pubertas, yang ditandai dengan perubahan yang pesat dalam berbagai aspek
perkembangan, baik fisik maupun psikis
Perkembangan fisik pada remaja
a. Perubahan eksternal, adalah perubahan fisik yang terlihat jelas, yaitu perubahan pada
tinngi badan, berat badan, proporsi tubuh, organ seks, dan ciri-ciri seks sekunder
(tumbuh kumis, jakun, perubahan payudara, dll)
b. Perubahan internal adalah perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan
tidak tampak dari luar. Diantaranya, sistem pencernaan , sistem peredaran darah sistem
pernafasan, sistem endokrin, jaringan tubuh.
Perkembangan Intelektual
Pada usia remaja secara mental anak telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang
abstrak. Dengan kata lain, berfikir operasi formal lebih bersifat hipotesis dan abstrak serta
sistematis dan ilmiah dalam memecahkan masalah daripada berfikir konkrit. Rasa ingin tahu
yang besar karena remaja berada pada perkembangan kognitif yang fleksibel, maka remaja
memiliki rasa ingin tahu yang besar. Bila rasa ingin tahu itu diarahkan ke hal-hal yang positif
maka itu akan sangat membentuk dirinya dengan baik. Misal, penelitian ilmiah, lintas alam,
dan sebagainya. Tapi apabila rasa ingin tahu itu disalurkan dengan cara yang negatif maka hal
itu bisa merusak dirinya sendiri. Misal, merokok, memakai narkoba, menonton film porno,
melakukan seks bebas yang merupakan tindakan yang dilakukan remaja karena berawal dari
rasa ingin tahu yang besar.
Penyebab lainnya bisa juga diakibatkan oleh pola asuh orang tua yang cenderung masih
memperlakukan remaja sebagai anak-anak, sehingga anak tidak memiliki keleluasaan dalam
memenuhi tugas perkembangan sesuai dengan usia dan mentalnya. Semestinya, seorang
remaja sudah harus mampu mencapai tahap pemikiran abstrak sehingga saat mereka lulus
sekolah menengah, sudah terbiasa berfikir kritis dan mampu untuk menganalisis masalah dan
mencari solusi terbaik. Untuk itu, sekolah, keluarga, lingkungan punya tanggung jawab untuk
membimbing remaja dengan benar.
Perkembangan Sosial
Pada masa remaja berkembang “social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang
lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat pribadi,
minat, nilai-nilai, maupun perasaannya.Pada masa ini juga berkembang sikap “conformity”,
yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan,
kegemaran atau keinginan orang lain (teman sebaya).
Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti menampilkan sikap dan perilaku yang secara
moral dan agama dapat dipertanggung jawabkan maka kemungkinan besar remaja tersebut
akan menampilkan pribadinya yang baik. Sedangkan, apabila kelompoknya itu menampilkan
dan perilaku yang melecehkan nilai-nilai moral maka sangat dimungkinkan remaja akan
melakukan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
2. Perbedaan yang dapat terjadi pada aspek perkembangan moral pada individu banyak
tergantung dari lingkungan bukan bawaan lahir. Lingkungan keluarga, teman sebaya, dan
sekolah atau guru membuat perbedaan pada perkembangan moral anak.contoh perbuatan yang
baik yang di berikan orang tua dan guru dengan cepat akan di tiru anak usia SD seperti apa
adanya.
Adapun 2 pandangan ahli tentang perbedaan pada perkembangan moral yaitu:
a. Piaget dan tahapan moral
Menurut piaget konsepsi anak mengenai moralitas berkembang pada dua tahap utama yang
sejajar dengan tahap-tahap pra-operasional.
Tahap pertama, hambatan moralitas juga di sebut (heteronomous morality), bercirikan
kekakuan ,penyesuaian yang sederhana.para remaja melihat sesuatu seperti hitam dan putih
tidak kelabu,jadi cukup tegas karena mereka egosentrik.mereka berpendapat bahwa peraturan
tidak dapat berubah ,sehingga perilaku seseorang dapat betul atau salah.
Tahap kedua, moralitas kerja sama juga di sebut (autonomous morality) bercirikan
moral yang fleksibel (kenyal).anak-anak yang telah matang banyak bergaul dengan teman
sebaya maupun dengan orang dewasa, mereka kurang bersifat egosentrik.
b. Kohlberg dan alasan moral:
1) Tingkat 1, pra-conventional morality (anak usia 4-5 tahun) anak masih di bawah
pengawasan orang tua dan tunduk pada peraturan untuk mendapatkan hadiah atau
menghindari hukuman
2) Tingkat 2, conventional morality(anak berusia 10-13 tahun). Anak-anak telah
menginternalisasikan figur kekuasaan standar.mereka patuh pada peraturan untuk
menyenangkan orang lain atau mempertahankan perintah.
3) Tingkat 3, post-conventional (anak usia 13 tahun atau lebih). Moralitas sepenuhnya
internal.orang-orang telah mengenal beberapa konflik standar moral dan memilih di
antara standar tersebut.
3. 4 peranan guru dalam memberikan dan meningkatkan motivasi siswa De Cecco dan
Grawford diantaranya:
a. Menggairahkan siswa : Dalam proses belajar mergajar sehari-hari pengqiar harus
berusaha dapat mungkin menghindari hal-hat yang monoton dan membosankan.
b. Memberikan harapan realitis : Guru harus memelihara harapan-harapan realistis, dan
memodifikasikan harapan.harapan yang kurang abu tidak realistis.
c. Memberikan insentif (perangsang) : Misalnya mengadakan umpan balik yang sangat
berguna untuk meningkakan usaha siswa.
d. Mengarahkan : Mengarahkan tingkah laku siswa, menuju ke arah yang lebih baik.
4. Sebab, seorang anak rata-rata lebih dekat dengan ibunya. Oleh karena itu ibu biasanya lebih
emosional daripada seorang ayah. Kekhawatiran ibu yang cukup tinggi sedangkan diusia
remaja yang masih dimasa pencarian jati diri, masa orientasi dengan lingkungan, prinsip,
etika, serta selalu ingin mencoba hal-hal baru. Sehingga ibu dan anak sering berselisih
paham, mereka kesal dengan sikap orang tua mereka yang dirasa masih menganggap mereka
seperti anak kecil yang masih harus diatur