Anda di halaman 1dari 20

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Pengertian Moral

Kata moral berasal dari kata latin “mos” (moris), yang berarti adat istiadat,

kebiasaan, peraturan/nilai-nilai atau tata cara kehidupan, sedangkan moralitas

adalah kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau

prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti a) Seruan untuk berbuat baik

kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan , memelihara kebersihan

dan memelihara hak oranglain, dan b) Larangan mencuri, berzina, membunuh,

meminum-minuman keras dan berjudi, seorang anak dapat di katakan bermoral

apabila tingkah laku anak tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang di junjung

tinggi oleh kelompok sosialnya.

Dan Perkembangan moral menurut john santrock adalah perubahan

penalaran, perasaan, dan perilaku tentang standar mengenai benar dan salah.

Perkembangan moral memiliki dimensi intrapersonal, yang mengatur aktivitas

seseorang ketika dia tidak terlibat dalam interaksi sosial dan dimensi interpersonal

yang mengatur interaksi sosial dan penyelesaian konflik.

Moral adalah hal yang mendorong manusia untuk melakukan tindakan

yangbaik sebagai kewajiban atau norma. Moral dapat di artikan sebagai sarana

untuk mengukur benar-tidaknya, atau baik tidaknya, tindakan manusia.

Perkembangan moral bergantung dari perkembangan kecerdasan.


8

Dengan berubahnya kemampuan anak-anak dalam menangkap dan

mengerti, maka perkembangan moralnya pun berubah ke tingkat yang lebih

tinggi. Hal ini sesuai dengan teori perkembnagan moral Piaget dan Kohlberg.

1. Tahapan Perkembangan Moral Piaget

Menurut Piaget, perkembangan moral terjadi dalam dua tahapan yang

jelas. Tahap pertama disebut piaget dengan "tahap realisme moral" atau "moralitas

oleh pembatasan". Tahap kedua disebut "tahap moralitas otonomi" atau "moralitas

oleh kerjasama atau hubungan timbal balik"

Dalam tahap pertama, perilaku anak ditentukan oleh ketaatan otomatis

terhadap peraturan tanpa penalaran atau penilaian. Mereka menganggap orangtua

dan semua orang dewasa yang berwenang sebagai maha kuasa dan mengikuti

peraturan yang diberikan pada mereka tanpa mempertanyakan kebenarannya.

Dalam tahap perkembangan moral ini anak menilai tindakan sebagai "benar"

atau 'salah" atas dasar konsekuensinya dan bukan berdasarkan motivasi di

belakangnya. Mereka sama sekali mengabaikan tujuan tindakan tersebut.

Dalam tahap kedua perkembangan moral, anak menilai perilaku atas dasar

tujuan yang mendasarinya. Tahap ini biasanya di mulai antara usia 7 atau 8 dan

berlanjut hingga usia 12 dan lebih. Antara usia 5 dan 7 atau 8 tahun, konsep anak

tentang keadilan mulai berubah. Gagasan yang kaku dan tidak luwes mengenai

benar atau salah yang dipelajari dari orangtua secara bertahap mulai dimodifikasi.

Akibatnya anak mulai mempertimbnagkan keadaan tertentu yang berkaitan

dengan suatu pelanggaran moral.


9

2. Tahapan Perkembangan Moral Kohlberg

Menurut Kohlberg tahapan perkembangang moral dibagi menjadi 3

tingkatan yaitu moralitas prakonvensional, moralitas konvensional, dan moralitas

pasca konvensional.

Pada tingakat 1 "Moralitas Prakonvensional", perilaku anak tunduk pada

kendali eksternal. Dalam tahap pertama tingkat ini, anak berorientasi pada

kepatuhan dan hukuman, dan moralitas suatu tindakan di nilai atas dasar akibat

fisiknya. Pada tahap kedua tingkat ini, anak menyesuaikan terhadap harapan

social untuk memperoleh pengharagaan.

2. Tujuan Perkembangan Moral Anak Usia Dini

Tujuan merupakan target utama yang harus dicapai dalam sebuah proses.

Keberhasilan dari sebuah proses dapat dilihat dari tercapai atau tidaknya tujuan

yang di gariskan. Tujuan pendidikan melalui pengembangan moral disini adalah

agar anak dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada padanya serta

meningkatkan motivasi dan kreativitas siswa belajar. Dalam hal ini guru atau

pendidik memberikan kesempatan, dorongan dan penghargaan pada siswa untuk

mengungkapkan perasaan dan pikirannya. Adapun tujuan dari meningkatkan

moral peserta didik ialah untuk membentuk peserta didik yang bermoral baik,

keras kemauan, sopan dalam bicara dan perbuatan mulia, dalam tingkah laku, dan

perangai, bersifat bijaksana, sempurna, sopan dan beradab, ikhlas jujur dan suci.
10

Anak Usia Dini

2.1 Pengertian Anak Usia Dini

Dalam pandangan mutakhir yang lazim dianut di Negara maju, istilah anak

usia dini (early childhood) adalah anak yang berkisar antara usia 0-8 tahun. Bila

dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, maka yang termasuk

dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia taman kanak-kanak, kelompok

bermain, dan anak masa sebelumnya (masa bayi). Di Indonesia, pengertian anak

usia dini lebih didasarkan atas "batasan formal" mengenai kapan seorang anak

mulai bersekolah, sehingga usia dini pun lebih menujuk pada rentang umur pra

sekolah, yaitu 0-6 tahun, yakni sebelum memasuki usia wajib belajar di SD. Hal

tersebut sesuai dengan UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

yang menyebutkan bahwa "Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-6

tahun".

Menurut Suyanto Santoso (2005:7) "Anak usia dini adalah anak yang

berada pada rentang masa usia lahir sampai usia delapan tahun". Serupa dengan

pendapat diatas, Eva Essa (1996) menyebut "Anak usia dini adalah sejak lahir

sampai dengan usia 8 tahun", yang berarti hingga kelas-kelas awal di SD.

Berbeda dengan pendapat di atas, Biecler dan Snowman (1993)

menyatakan " Anak usia dini adalah mereka yang berusia antara 3 sampai 6

tahun". Sedangkan menurut the National Association for the Education of Young

Children (NAEYC), "Anak usia dini adalah anak antara usia "toddler" yaitu anak

yang mulai berjalan sendiri sampai dengan usia tiga tahun dan usia masuk kelas

satu, biasanya anak usia 3-5 tahun".


11

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat dilihat adanya perbedaan

batasan awal dan akhir mengenai rentang usia, hal ini dikarenakan adanya

perbedaan penetapan usia masuk sekolah dasar, dimana pada negara-negara

tertentu ada yang memulai dua tahun lebih awal dan memulai dua tahun lebih

akhir. Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan anak usia dini

adalah anak yang berada pada rentang usia lahir sampai dengan rentang usia pra

sekolah.

2.2 Karakteristik Anak Usia Dini

Secara umum karakteristik anak usia dini adalah suka meniru, ingin

mencoba, spontan, jujur, riang, suka bermain, dan memiliki rasa ingin tahu yang

besar (suka bertanya), banyak bergerak, egosentris serta unik. Menurut Jean

Piaget (1896-1980) ada tiga cara bagaimana anak dapat mengetahui sesuatu, yaitu

melalui kategori sebagai berikut : (1) Interaksi sosial, yaitu mempelajari sesuatu

dari manusia lain, (2) Pengetahuan fisik, yaitu mengetahui sifat fisik dari suatu

benda, (3) Logical mathematical, meliputi pengertian tentang angka, klasifikasi

waktu, ruang dan konversi.

2.3 Perkembangan Anak Usia Dini

Perkembangan merupakan perubahan yang terus menerus dialami, tetapi ia

tetap menjadi satu kesatuan. Perkembangan berlangsung dengan perlahan-lahan

melalui masa demi masa, dari kanak-kanak hingga dewasa. Pembagian

perkembangan ke dalam masa-masa perkembangan hanya untuk memudahkan

kita mempelajari dan memahami jiwa anak-anak. Charlotte Buhler, seorang ahli
12

psikologi, dalam bukunya Practische Kinder Psychologies 1949, mengemukakan

masa perkembangan anak sebagai berikut :

a. Masa pertama, usia 0-1 tahun

Pada masa ini anak berlatih mengenal dunia lingkungan dengan berbagai

macam gerakan. Pada waktu lahirnya ia mengalami dunia tersendiri yang tak ada

hubungannya dengan lingkungannya. Perangsang-perangsang luar hanya sebagian

kecil yang dapat disambutnya, sebagian besar lainnya masih ditolaknya. Pada

masa ini terdapat dua peristiwa penting, yaitu belajar berjalan dan berbicara.

b. Masa kedua, usia 2-4 tahun

Keadaan dunia luar makin dikuasai dan dikenalnya melalui bermain,

kemajuan bahasa dan pertumbuhan kemauannya. Dunia luar dilihat dan dinilainya

menurut keadaan dan sifat batinnya. Semua binatang dan benda mati disamakan

dengan dirinya. Bila ia berusia tiga tahun ia akan mengalami krisis pertama

(trotzalter I)

c. Masa ketiga, usia 5-8 tahun

Keinginan bermain berkembang menjadi semangat bekerja. Rasa tanggung

jawab terhadap pekerjaan semakin tinggi. Demikian pula rasa sosialnya semakin

tinggi. Pandangan terhadap dunia sekelilingnya ditinjau dan diterima secara

objektif.

Adapun ciri-ciri tahapan perkembangan berdasarkan aspek

perkembangan anak usia prasekolah adalah :

a. Perkembangan Jasmani
13

Pada saat anak berumur 3-6 tahun mereka lebih memungkinkan untuk

melakukan berbagai keterampilan dibandingkan dengan anak berusia 0-2 tahun

dikarenakan perbedaan postur dan proporsi tubuh (bentuk fisik) mereka yang

berbeda

b. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif menunjukan perkembangan dari cara anak berfikir.

Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara berfikir untuk

menyelesaikan masalah dapat dipergunakan sebagai tolak ukur pertumbuhan

kecerdasan.

c. Perkembangan Bahasa

Mempelajari perkembangan bahasa biasanya ditujukan pada rangkaian

dan percepatan perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi

kemampuan bahasa sejak usia bayi dan dalam kehidupan selanjutnya.

d. Perkembangan Emosi dan Sosial

Perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh aspek perkembangan

anak. Pada tahap ini emosi anak prasekolah lebih rinci, bernuansa atau disebut

terdeferensiasi sedangkan perkembangan sosial biasanya dimaksudkan sebagai

perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan

yang berlaku di dalam masyarakat dimana anak itu berada.

e. Perkembangan Moral

Perkembangan moral bergantung dari perkembangan kecerdasan. Dengan

berubahnya kemampuan anak-anak dalam menangkap dan mengerti, maka

perkembangan moralnya pun berubah ke tingkat yang lebih tinggi.


14

D. METODE BERCERITA

1. Pengertian Metode Bercerita

Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi

pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik alam

pelaksanaan kegiatan pembelajaran di PAUD. Metode bercerita di laksanakan

dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan atau penjelasan tentang

hal baru, dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan

berbagai kompetensi dasar anak. Bercerita merupakan cara untuk meneruskan

warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya,bercerita juga dapat

menjadi media dalam menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dalam

masyarakat,seorang pendongeng yang baik akan menjadikan cerita sebagai

sesuatu yang menarik dan hidup. Metode bercerita merupakan salah satu metode

yang banyak di pergunakan di PAUD, bercerita merupakan salah satu pemberian

pengalaman belajar bagi anak Taman Kanak-Kanak dengan membawakan cerita

kepada anak secara lisan. Cerita yang di bawakan harus menarik, mengundang

perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak bagi anak usia

dini.

2. Tujuan Metode Bercerita

Tujuan metode bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu

mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang di sampaikan orang lain anak

dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan

selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang di

dengar dan di ceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat di pahami dan
15

lambat laun di dengarkan,di perhatikan, di laksanakan, dan di ceritakannya pada

orang lain.

3. Kelebihan Metode Bercerita

Adapun beberapa kelebihan dalam metode bercerita:

a. Dapat menjangkau jumlah anak yang relatif lebih banyak

b. Waktu yang tersedia dapat di manfaatkan dengan efektif dan efesien.

c. Pengaturan kelas menjadi lebih sederhana.

d. Guru dapat menguasai kelas dengan mudah.

e. Secara relatif tidak banyak memerlukan biaya.

4. Teknik-Teknik Bercerita

Adapun beberapa teknik dalam bercerita:

a. Teknik Bercerita Dengan Membaca Langsung Dari Buku Cerita

Teknik bercerita dengan membaca langsung itu sangat bagus bila mempunyai

puisi atau prosa yang sesuai untuk di bacakan kepada anak usia dini. Ukuran

kebaikan puisi atau prosa itu terutama menekankan pada pesan-pesan yang di

sampaikan yang dapat di tangkap anak, misalnya memahami perbuatan itu

salahdan perbuatan ini benar,atau hal ini baik dan ini jelek.

b. Teknik Bercerita Dengan Menggunakan Ilustrasi Dari Buku

Bila cerita yang di sampaikan kepada anak usia dini terlalu panjang dan

terinci, guru dapat menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang menarik

perhatian anak, agar teknik bercerita ini dapat berfungsi dengan baik.
16

c. Teknik Menceritakan Dongeng

Cerita dongeng merupakan bentuk kesenian yang paling lama

mendongeng merupakan cara meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke

generasi berikutnya. Dongeng dapat di pergunakan untuk menyampaikan pesan-

pesan kebajikan kepada anak.

d. Teknik Bercerita Dengan Menggunakan Papan Flanel

Guru dapat membuat papan flanel dengan melapisi seluas papan dengan

kain flanel yang berwarna netral misalnya warna abu-abu. Gambar tokoh-tokoh

yang mewakili perwatakan ceritanya di gunting polanya pada kertas yang di

belakangnya dilapisi kertas goso (double tip)yang paling halus agar dapat melekat

pada papan flanel.

e. Teknik Bercerita Dengan Menggunakan Media Boneka

Pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka akan tergantung pada

tema pembelajaran dan usia anak. Biasanya boneka itu terdiri dari boneka

binatang, buah-buahan dan juga keluarga seperti ayah, ibu, anak laki-laki dan

anak perempuan.

5. Mengembangkan Nilai Moral Melalui Metode Bercerita.

Penanaman kebiasaan yang baik sangat penting di lakukan sejak awal

kehidupan anak. Beberapa metode dapat diaplikasikan dalam pembiasaan ini

metode mengajar yang perlu di pertimbangkan untuk dipilih dan di gunakan

dalam pendekatan pembiasaan beribadah adalah metode bercerita. Bercerita


17

mempunyai makna penting bagi perkembangan usia kanak-kanak, karna melalui

bercerita kita dapat:

1. Mengkomunikasikan nilai-nilai budaya

2. Mengkomunikasikan nilai-nilai sosial.

3. Mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan

4. Menanamkan etos kerja,etos waktu, etos alam.

5. Membantu mengembangkan fantasi anak.

6. Membantu mengembangkan dimensi kognitif anak.

7. Membantu mengembangkan dimensi bahasa anak.

Menikmati bercerita mulai tumbuh pada seorang anak semenjak ia

mengerti akan peristiwa yang terjadi di sekitarnya dan setelah memorinya mampu

merekam beberapa berita. Masa tersebut terjadi pada usia 4-6 tahun. Isi cerita di

taman kanak-kanak mengandung nilai nilai keagamaan dan moral anak.

Ada beberapa manfaat metode bercerita bagi anak usia dini di antaranya adalah

1. Melatih daya serap/daya tangkap anak usia dini

2. Melatih daya pikir anak usia dini

3. Melatih daya konsentrasi anak usia dini

4. Mengembangkan daya imajinasi usia dini

5. Menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasana

hubungan yang akrab sesuai dengan tahap perkembangannya.

Bermacam nilai sosial, moral, dan agama dapat ditanamkan melalui

kegiatan bercerita. Nilai moral yang dapat ditanamkan kepada anak PAUD yakni

bagaimana seharusnya sikap moral seseorang yang di wujudkan dalam kehidupan


18

sehari-hari. Kita bangsa indonesia menjungjung tinggi nilai moral pancasila, maka

jabaran nilai moral pancasila dan keagamaan itulah yang harus kita kaitkan

dengan tujuan dan tema kegiatan bercerita bagi anak Paud. Berdasarkan pendapat

diatas, metode bercerita dapat meningkatkan nilai-nilai moral anak, karna kita

dapat menanamkan berbagai nilai-nilai moral, seperti nilai kejujuran, sopan,

santun, mengasihi orangtua, mengajarkan beribadah, dan lain-lain.

Guru yang kreatif dapat menciptakan bermacam topik bercerita yang

harus di prioritaskan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang terkait dengan

tujuan pendidikan yang ingin di capai .

Berikut rancangan kegiatan bercerita bagi anak Paud.

Secara umum persiapan guru untuk merancang kegiatan bercerita adalah sebagai

berikut:

1. Menetapkan tujuan dan tema yang di pilih untuk kegiatan bercerita tujuan

pengajaran melalui bercerita ada 2 macam yakni memberi informasi atau

menanamkan nilai-nilai sosial, moral, atau keagamaan. misalnya kita menetapkan

rancangan tujuan menanmkan nilai-nilai. Dalam menetapkan tujuan pengajaran itu

harus dikaitkan dengan tema yang kita pilih. Tema itu harus ada kedekatan

hubungan dengan‘.kehidupan anak di dalam keluarga, sekolah, atau di luar

sekolah.

2. menetapkan rancangan bentuk bercerita yang di pilih

Bila kita telah menetapkan rancangan tujuan dan tema yakni peka dan

tanggap terhadap penderitaan orang lain, suka menolong dan cinta terhadap orang

lain dengan tema bencana banjir, maka guru harus memilih salah satu di antara
19

bentuk-bentuk bercerita antara lain: bercerita tentang bencana banjir dengan

menggunakan ilustrasi gambar, membaca cerita tentang bencana banjir, bercerita

dengan menggunakan papan flanel.

3. Menetapkan bahan dan alat yarng di perlukan untuk kegiatan bercerita

Sesuai dengan bentuk cerita yang akan di tuturkan guru itu, ada 3 macam

bentuk bercerita: bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar, bercerita

dengan membaca buku/majalah, dan bercerita dengan menggunakan papan flanel.

Bila guru menggunakan bentuk bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar,

maka guru harus menetapkan rancangan gambar yang akan di sajikan.

4. Menetapkan rancangan langkah-langkah kegiatan bercerita

Dalam memberikan pengalaman belajar melalui penuturan cerita, guru

terlebih dahulu menetapkan rancangan langkah-langkah yang harus di lalui dalam

bercerita.

a. mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan bercerita kepada anak.

Tujuan bercerita sebagaimana telah di tetapkan adalah untuk menanamkan sikap

peka dan tanggap terhadap penderitaan orang lain, suka menolong orang lain, dan

mencintai orang lain.

b. mengatur tempat duduk anak,

c. merupakan pembukaan kegiatan bercerita.

d. merupakan pengembangan cerita yang dituturkan guru.

e. bila guru telah menyajikan langkah ketiga dan keempat secara lancar maka guru

menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan anak

dengan cara memberikan gambaran anakanak yang bernasib baik,


20

f. merupakan langkah penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita

5. Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita

Kualitas keberhasilan dengan menggunakan bercerita banyak di pengaruhi

oleh perancangan pelaksanaan kegiatan bercerita yang telah di tetapkan. Dalam

rancangan kegiatan bercerita yang bertema bencana banjir telah di tetapkan tujuan

dan nilai-nilai yang akan di sampai dalam bercerita:

a. Menanamkan kepekaan dan ketanggapan terhadap penderitaan orang

lain;

b. Menanamkan kesukaan menolong orang lain

c. Menanamkan kecintaan kepada orang lain.

B. Model tindakan

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research ), yaitu penelitian

yang dilakukan oleh guru dikelas tempat ia mengajar dengan tekanan pada

penyempurnaan atau peningkatan proses dan praksis pembelajaran.

1. Menurut Suharsimi Arikunto (2006)

Menjelaskan Penelitian Tindakan Kelas sebagai suatu pencermatan

terhadap kegiatan pembelajaran berupa sebuah tindakan yang sengaja

dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.

2. Menurut DR. Sulipan, M.Pd


21

Penelitian Tindakan Kelas atau classroom Action Research ialah penelitian

yang dilakukan pada sebuah kelas unruk mengetahui akibat dari tindakan

yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.

3. Menurut John Elliot

Penelitian Tindakan Kelas merupakan kajian tentang situasi sosial dengan

maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan didalamnya.

4. Menurut Kemmis dan Mc. Taggart (1988)

Penelitian Tindakan Kelas ialah suatu bentuk refleksi diri kolektif yang

dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi sosial untuk

meningkatkan penalaran dan keadilan praktik-praktik itu dan terhadap

situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.

b. Ciri-ciri Penelitian Tindakan Kelas

Ciri-ciri utama Penelitian Tindakan Kelas adalah :

1. Masalahnya berasal dari latar/kelas tempat penelitian dilakukan

2. Proses pemecahan masalah tersebut dilakukan secara bersiklus

3. Tujuannya untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas, atau

meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.

4. PTK dilaksanakan oleh guru sendiri

5. Adanya refleksi diri

d. Kelebihan Penelitian Tindakan Kelas

1.Kerjasama dengan teman sejawat dalam penelitian tindakan kelas

dapat menimbulkan rasa memiliki


22

2. Penelitian Tindakan Kelas mendorong berkembangnya pemikiran

kritis dan kreativitas guru

3. Penelitian Tindakan Kelas meningkatkan kemampuanguru untuk

membawa kemungkinan untuk berubak

e. Kekurangan Penelitian Tindakan Kelas

1. Kurang mendalamnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik-

teknikdasar penelitian tindakan kelas pada pihak peneliti

2. Tidak mudah menemukan dan merumuskan masalah yang hendak

diteliti

3. Tidak mudah mengelola waktu antara kegiatan rutin yang sekaligus

dilakukan dengan kegiatanpenelitian tindakan kelas

4. Keengganan atau bahkan kesulitan untuk melakukan perubahan

b.Model Penelitian Tindakan Kelas

1. Model Kemmis dan Mc. Taggart

Prosedur penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini

adalah model spiral dari kemmis & Mc Taggart (Basrowi, 2008 : 68) terdiri dari

dua siklus yang pada setiap siklusnya terdiri dari beberapa tindakan. PTK

dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap, yaitu

perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan ( action), observasi (observation),

dan refleksi (reflection). Model spiral ini merupakan model siklus berulang
23

berkelanjutan, dengan harapan pada setiap tindakan menunjukan peningkatan

sesuai perubahan dan perbaikan yang ingin dicapai.

Kemmis dan Mc Taggart mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah

suatu siklus spiral yang terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan (action),

observasi (observation), dan refleksi (reflection), yang selanjutnya mungkin

diikuti dengan siklus spiral berikutnya. Dalam perkembangannya, penelitian

tindakan berkembang sesuai dengan sasaran dan keadaan tempat yang menjadi

objek penelitian. Walaupun secara garis besar memiliki kesamaan, tetapi ada

beberapa variasi langkah-langkah yang membedakan model-model penelitian

tindakan.

Keterangan Gambar :

Siklus 1:

a. Perencanaan (Plan)

b. Tindakan dan Observasi (Act & Observe)

c. Refleksi (Reflect)

Siklus 2 :

a. Perencanaan Hasil Revisi (Revised Plan)

b. Tindakan dan Observasi (Act & Observe)

c. Refleksi (Reflect) dan seterusnya.

Gambar 3. Alur PTK Model Kemmis & Mc Taggart ( Pardjono, 2007: 22)
24

2. Model Mc Kernan

Model ini dibuat lebih rinci, yaitu dengan diidentifikasikannya

permasalahan, pembatasan masalah dan tujuan, penilaian keburukan

subjek, dan dinyatakan hipotesis atau jawaban sementara terhadap masalah

didalam setiap tingkatan atau daur. Pada setiap daur tindakan yang ada

dalam model ini selalu dievaluasi guna melihat hasil tindakan, apakah

tujuan dan permasalahan penelitian telah dapat dicapai.

3. Model Elliot

Merupakan pengembangan dan model Kemmis yang dibuat lebih rinci

pada setiap tingkatannya, model ini meliputi the reconaiseance and

general plan, the action and research, monitoring pelaksanaan dengan

observasi dan reflection and revision pada dasarnya langkah yang

dillakukan sama yaitu dimuali dari penemuan masalah kemudian

dirancang tindakan tertentu yang dinaggap mampu memecahkan masalah

tersebut, kemudian diimplementasikan, dimonitar dan selanjutnya

dilakukan tindakan berikutnya jika dianggap perlu.

4. Model Kurt Lewin;PTK pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin

pada tahun 1946. konsep inti PTK yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin

ialah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: (1)

Perencanaan ( planning), (2) aksi atau tindakan (acting), (3) Observasi

(observing), dan (4) refleksi (reflecting) (Lewin, 1990).


25

Perencanaan

SIKLUS
PTK
Refleksi Aksi

Observasi

2.8 Gambar Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Tabel 1

Diagram Pencapaian Nilai Moral Di PAUD Melati V Ciseeng

No Nama Pencapaian Nilai Moral


BSB BSH MB BB
1 Abel - - - 1
2 Anjani - - - 1
3 Aqsan - - 2 -
4 Dannis - - 2 -
5 Daffa - - - 1
6 Adil - - - 1
7 Ratu - - 2 -
8 Kayla - - 2 -
9 Khanaya - - 2 -
10 Sela - - - 1
11 Sendy - - - 1
12 Ilham - - 2 -
13 Fadhlan - - 2 -
14 Raffa - - 2 -
15 Natasya - - 2 -
Sumber Observasi Anak Didik di PAUD Melati V Ciseeng

Keterangan Hasil Pencapaian :

BB : Belum Berkembang : *
26

MB : Mulai Berkembang : **

BSH : Berkembang Sesuai Harapan : ***

BSB : Berkembang Sangat Baik : ****

Anda mungkin juga menyukai