Anda di halaman 1dari 35

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep perkembangan Anak usia Prasekolah

1. Definisi Perkembangan

Wong (2002) dalam buku Supartini (2004) mengatakan

perkembangan menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara

bertahap dari tingkat yang paling rendah ke tinggi dan kompleks

melalui proses maturasi dan pembelajaran, perkembangan

berhubungan dengan peningkatan kapasitas individu untuk berfungsi

yang dicapai melalui proses pematangan, pertumbuhan dan

pembelajaran.

2. Definisi Anak Usia Prasekolah

Patmonodewo (2008) dikutip dalam jurnal skripsi Gunawan (2017)

mengatakan anak prasekolah adalah mereka yang berusia 3- 6 tahun.

Anak prasekolah adalah anak yang berusia 3 sampai 6 tahun yang

mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu di rangsang

dan dikembangkan agar pribadi anak tesebut berkembang secara

optimal (Supartini, 2004).

14
15

3. Ciri-ciri Anak Prasekolah

ciri-ciri anak prasekolah meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan

kognitif anak :

a. Ciri Fisik

Penampilan atau gerak-gerik prasekolah mudah di bedakan

dengan anak yang berada dalam tahapan sebelumnya. Anak

prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki

penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai

kegiatan-kegiatan yang dapat di lakukan sendiri. Berikan

kesempatan pada anak untuk lari, memanjat, dan melompat.

Usahakan kegiatan tersebut sebanyak mungkin sesuai dengan

kebutuhan anak dan selalu di bawah pengawasan. Anak laki-laki

lebih besar, namun anak perempuan lebih terampil dalam tugas

yang bersifat pratis, khususnya dalam tugas motorik halus, tetapi

sebaiknya jangan mengeritik anak laki-laki apabila tidak terampil.

Ciri fisik pada anak usia 3-6 tahun tinggi badan bertambah rata-

rata 3 inci. Saat usia 6 tahun tinggi anak 46,6 inci cm. Anak

prasekolah usia 3-6 tahun laki-laki adalah mempunyai berat badan

49 pon dan perempuan 48,5 pon, tulang dan otot menjadi besar,

lebih kuat dan berat, sehingga anak tampak kurus meskipun berat

badan bertambah (Hurlock, 1980).


16

b. Ciri Sosial

Anak prasekolah biasanya juga mudah bersosialisasi dengan

orang sekitarnya. Anak pada tahapan ini umumnya memiliki satu

atau dua sahabat yang cepat berganti. Mereka umumnya dapat

menyesuaikan diri secara sosial, mereka mau bermain dengan

teman atau bermain dengan dirinya sendiri. Sahabat yang biasa di

pilih yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang

menjadi sahabat yang terdiri dari jenis kelamin berbeda. Pada usia

2-3 tahun anak menunjukan minat yang nyata utuk melihat anak-

anak lain dan berusaha mengadakan kontak sosial dengan mereka.

Ini dikenal sebagai bermain sejajar, yaitu bermain sendiri-sendiri,

tidak bermain dengan anak lain-lain.Bermain sejajar merupakan

bentuk kegiatan sosial yang pertama-tama dilakukan dengan

teman sebaya (Hurlock, 1980).

c. Ciri Emosional

Anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan

bebas dan terbuka, sikap marah, iri hati, takut, cemburu, gembira

pada anak prasekolah sering terjadi. Mereka sering kali

memperebutkan perhatian guru dan orang sekitar (Hurlock,

1980).

d. Ciri Kognitif

Anak prasekolah umumya sudah terampil berbahasa, sebagian

dari mereka senang berbicara, khususnya pada kelompoknya.


17

Sebaiknya anak di beri kesempatan untuk menjadi pendengar

yang baik. Anak usia 2-4 tahun sudah dapat menghubungkan satu

kejadian dengan kejadian yang simultan dan anak mampu

menampilkan pemikiran yang egosentrik, pada usia 4-7 tahun

anak mampu membuat klasifikasi, menjumlahkan, dan

menghubungkan objek-objek anak mulai menunjukkan proses

berfikir intuifif (anak menyadari bahwa sesuatu adalah benar

tetapi dia tidak dapat mengatakan alasanya), anak menggunakan

banyak kata yang sesuai tetapi kurang memahami makna

sebenarnya serta anak tidak mampu untuk melihat sudut pandang

orang lain (Patmonodewo, (2008) dalam jurnal skripsi Gunawan,

(2017) ) .

4. Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Perkembangan pada anak terjadi mulai pertumbuhan dan

perkembangan secara fisik, intelektual, emosi, sosialisasi, moral

dan kepribadian. Peristiwa pertumbuhan secara fisik dapat terjadi

dalam perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari

tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Pertumbuhan secara

intelektual dapat dilihat dari kemampuan secara simbol maupun

abstrak seperti berbicara, bermain, berhitung, dan membaca,

sedangkan perkembangan secara emosional dapat dilihat dari

perilaku sosial di lingkungan anak. Perkembangan moral dilihat

dari belajar bagimana bertindak tanpa mengetahui mengapa


18

sedangkan perkembangan kepribadian dilihat dari pada saat masa

bayi karena orang tua merupakan dunia sosial bagi anak-anak.

Maka bagimana perlakuan perasaan mereka kepada anak-anak dan

bagaiamana perlakuan mereka merupakan faktor penting dalam

pembentukan konsep diri yaitu inti pola kepribadian (Hurlock,

1980).

5. Tingkat Perkembangan Anak Usia Prasekolah

Menurut Wong (2008), perkembangan anak prasekolah di bagi atas

perkembangan kepribadian dan perkembangan fungsi mental.

a. Perkembangan kepribadian

Perkembangan kepribadian terdiri dari perkembangan

psikososial, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan

mental.

1). Perkembangan Psikososial

Supartini (2004) mengatakan masalah psikososial,

merupakan krisis yang dihadapi anak pada usia 3 dan 6

tahun di sebut “inisiatif versus rasa bersalah”. Orang

terdekat anak usia prasekolah adalah keluarga,

perkembangan inisiatif diperoleh dengan cara mengkaji

lingkungan melalui kemampuan indranya. Anak

mengembangkan keinginan dengan cara eksplorasi

terhadap apa yang ada disekelilingnya. Hasil akhir yang

diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu


19

sebagai prestasinya. Perasaan bersalah akan timbul pada

anak apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga

merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak tercapai.

2). Perkembangan Psikoseksual

Anak prasekolah termasuk pada tahap falik, selama fase

ini genetalia menjadi area menarik dan area tubuh yang

sensitif. Anak mulai mempelajarinya adanya perbedaan

jenis kelamin perempuan dan laki-laki dengan mengetahui

adanya perbedaan alat kelamin. Seringkali anak perasan

dengan pernyataan yang diajukannya berkaitan dengan

perbedaan ini.

3). Perkembangan Moral

Pada perkembangan kognitif salah satu tugas yang

berhubungan dengan periode prasekolah adalah kesiapan

untuk sekolah dan pelajaran sekolah. Disini terdapat fase

preconventional pada tahapan ini anak belajar baik dan

buruk, atau benar dan salah melalui budaya sebagai dasar

dalam peletakan nilai moral. Ada 3 tahapan yaitu :

(a) Tahap satu disadari oleh adanya rasa egosentris pada

anak yaitu rasa cinta dan kasih sayang akan

menolong memahami tentang kebaikan dan

sebaliknya ekspresi kurang perhatian bahkan


20

membencinya akan membuat mereka mengenal

keburukan

(b) Tahap dua, yaitu orentasi hukuman dan ketaatan

baik buruk sebagai konsekuensi dan tindakan.

(c) Tahap tiga yaitu anak berfokus pada motif yang

menyenangkan sebagai suatu kebaikan. Anak

menjalankan aturan sebagai sesuatu yang

memuaskan mereka sendiri.

6. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan

(Wong 2000 dalam buku Supartini 2004) faktor tersebut adalah

faktor herediter, lingkungan, internal

a. Keturunan (herediter)

Faktor pertumbuhan yang dapat diturunkan (herditer) adalah

jenis kelamin, ras dan kebangsaan Marlow 1998 dalam buku

Supartini 2004. Jenis kelamin ditentukan sejak awal dalam

kandungan (fase konsepsi) dan setelah lahir, anak laki-laki

lebih tinggi dan berat daripada perempuan. Ras atau suku

bangsa memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.

b. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat memengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan anak adalah lingkungan pranatal dan

lingkungan internal anak.


21

1). Lingkungan pranatal

Lingkungan di dalam uterus sangat besar pengaruhnya

terhadap perkembangan fetus, terutama karena ada selaput

yang menyelimuti dan melindungi fetus dari lingkungan

luar. Beberapa kondisi lingkungan dalam uterus dapat

menggangu pertumbuhan dan perkembangan janin adalah

gangguan nutrisi karena ibu mendapat gizi adekuat baik

secara kualitas maupun kuantitas.

2). Pengaruh budaya lingkungan

Budaya keluarga dan masyarakat akan mempengaruhi

bagaimana mereka mempresepsikan dan memahami

kesehatan dan berperilaku sehat. Pola perilaku ibu yang

sedang hamil dipengaruhi oleh budaya yang dianutnya.

3). Status sosial dan ekonomi keluarga

Anak yang berada dibesarkan dalam lingkungan keluarga

yang sosial ekonominya rendah, bahkan punya banyak

keterbatasan untuk memberi makanan bergizi, membayar

biaya pendidikan, dan memenuhi kebutuhan primer lainya,

tentunya keluarga akan dapat mendapat kesulitan untuk

membantu anaknya dalam mecampai tingkat pertumbuhan

dan perkembangan yang optimal.


22

4). Nutrisi

Khususnya selama periode pertumbuhan dan

perkembangan yang cepat misalnya seperti masa prenatal,

usia bayi atau remaja akan membutuhkan banyak protein

dan kalori. Anak dapat mengalami hambatan pertumbuhan

dan perkembangan hanya karna kurangnya asupan nutrisi.

Penyebab status nutrisi kurang pada anak adalah asupan

nutrisi yang tidak adekuat secara kuantitatif maupun

kualitatif, Hiperaktivitas fisik atau istirahat yang kurang

adekuat, adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan

kebutuhan nutrisi, adanya penyakit yang menyebabkan

peningkatan kebutuhan nutrisi, stres emosi yang

menurunkan nafsu makan.

5). Iklim dan cuaca

Iklim tertentu dapat memengaruhi status kesehatan

anak, seperti pada musim penghujan yang dapat

menimbulkan bahaya banjir pada daerah tertentu, akan

menyebabkan sulitnya transportasi untuk mendapatkan

bahaya makanan, penyakit menular, seperti diare dan

penyakit kulit yang mengancam semua orang termasuk

bayi dan anak-anak.


23

6). Olahraga/ latihan fisik

Olahraga dan latihan fisik berdampak pada pertumbuhan

fisik maupun perkembangan psikososial anak. Manfaat

olahraga dapat meningkatkan sirkulasi darah sehingga

akan meningkatkan suplai oksigen ke seluruh tubuh.

7). Posisi anak dalam keluarga

Posisi anak sebagai anak tunggal, anak sulung, anak

tengah atau anak bungsu akan memengaruhi bagaimana

pola anak tersebut diasuh dan dididik dalam keluarga.

Anak tunggal akan lebi cepat berkembang dan

mengembangkan harga diri yang positif karena secara

terus-menerus berinteraksi dengan orang dewasa. Anak

tunggal mereka lebih tergantung dan kurang mandiri.

Anak pertama mendapatkan perhatian penuh karena belum

ada saudara lain. Segala kebutuhan dipenuhi, tetapi dilain

pihak biasanya orang tua belum punya pengalaman dalam

mengasuh anak. Anak petama cenderung perfeksionis dan

cenderung sering cemas.

Anak tengah berada diantara anak tertua dan bungsu.

Orang tua biasanya lebih percaya diri dalam merawat

anak, bahkan cenderung agak kurang perduli. Anak tengah

cenderung lebih mandiri, tetapi biasanya kurang maksimal

dalam mencapai prestasi.Sesuai dengan posisi anak


24

terkecil adalah anak termuda usianya dalam keluarga

biasanya mendapat perhatian dari semua anggota sehingga

anak mempunyai kepribadian hangat, ramah dan penuh

perhatian kepada orang lain.

c. Faktor internal

1). Kecerdasan

Kecerdasan dimilki anak sejak ia dilahirkan. Anak akan di

lahirkan kecerdasan yang rendah tidak akan mencapai

prestasi yang cemerlang. Walaupun stimulus yang

diberikan lingkungan tinggi.

2). Pengaruh hormonal

Ada tiga hormon utama yang mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan anak yaitu hormon somatotropik

adalah hormon pertumbuhan yang memengaruhi tinggi

badan karena menstimulasi terjadinya proliferasi sel

kartilago dan sistem skeletal. Hormon tiroid adalah

menstimulasi metabolisme tubuh. Hormon gonadotropin

adalah hormon untuk menstimulasi pertumbuhan sel

interstisial dan testis untuk memproduksi testosteron, dan

ovarium untuk memproduksi estrogen.

3). Pengaruh emosi

Orang tua dan ibu orang terdekat tempat anak belajar

untuk bertumbuh dan berkembang. Dengan demikian


25

apabila orang tua memberi contoh membentak saata anak

rewel, marah saat jengkel, anak akan menirukan perilaku

orang tua tersebut.

7. KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)

1. Definisi

Formulir KPSP adalah alat/instrument yang digunakan untuk

mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

Adapun tujuan dari KPSP adalah yaitu : Untuk mengetahui ada

tidaknya hambatan dalam perkembangan anak.

2. Jadwal skrinning/pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur

3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan. Apabila

ada orangtua atang dengan keluhan anaknya mengalami tumbuh

kembang sedangkan umur anak bukan umur skrinning maka

memeriksa menggunakan KPSP dengan umur skrinning terdekat

yang lebih muda.

3. Aspek yang di nilai

Aspek yang dinilai meliputi 4 kelompok besar yang disebut sektor

perkembangan, yaitu:

a). Personal sosial (perilaku sosial)

Aspek yang berhubungan dengan kemandirian, bersosialisasi

dan berinteraksi dengan lingkungannya.


26

b). Fine motor adaptive (gerak motorik halus)

Aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk

mengamati sesuatu, melakukan gerakan-gerakan yang

melibatkan bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil,

tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

c). Language (bahasa)

Kemamapuan untuk memberikan respon terhadap suara,

mengikuti perintah dan berbicara spontan.

d). Gross motor (gerak motorik kasar)

Aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

4. Alat/instrumen yang digunakan adalah :

a). Formulir KPSP menurut umur, formulir ini berisikan 9-10

pertanyaan sasaran KPSP adalah umur 0-72 bulan.

5. Cara penilaian KPSP

a). Pada waktu pemeriksaan anak dilakukan, anak harus

dibawa.

b). Tentukan usia anak dengan menanyakan tanggal bulan dan

tahun anak lahir bila umur anak lebih dari 16 hari

dibulatkan menjadi 1 bulan.

Contoh: bayi umur 3 bulan 16 hari dibulatkan menjadi 4

bulan. Bila umur bayi 3 bulan 15 hari dibulatkan menjadi 3

bulan.
27

c). Setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai

dengan umur anak.

d). KPSP terdiri dari 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan

yang dijawab ibu/pengasuh anak, dan perintah kepada

ibu/pengasuh anak atau petugas untuk melakukan tugas

perkembangan pada KPSP.

e). Jelaskan kepada orang tua agar tidak ragu-ragu atau takut

menjawab, oleh karena itu pastikan ibu/pengasuh anak

mengerti apa yang ditanyakan kepadanya.

f). tanyakan pertanyaan tersebut secara berurutan, satu per satu

setiap pertanyaan hanya ada satu jawaban ya atau tidak catat

jawaban tersebut.

g). Ajukan pertanyaan yang berikutnya setelah ibu/pengasuh

anak menjawab pertanyaan sebelumnya dengan jelas.

h). Teliti kembali pertanyaan yang sudah dijawab.

Meneliti kembali apakah semua pertanyaan telah dijawab.

Menghitung jumlah jawaban ya.

6. Interpretasi Hasil KPSP

a). Hitung jawaban ya

(1). Jawaban ya, bila ibu/ pengasuh anak menjawab: anak bisa

atau pernah sering atau kadang-kadang melakukanya.

Hitung jawaban tidak (bila jawaban belum pernah atau tidak

pernah).
28

(2). Jawaban tidak bila ibu/ pengasuh anak menjawab: anak

belum pernah melakukan atau tidak pernah atau ibu/

pengasuh anak tidak tahu.

b). Bila jawaban ya = 9-10, perkembangan anak sesuai dengan

tahapan perkembangan sesuai (S)

c). Bila jawaban ya = 7 atau 8, perkembangan anak meragukan

meragukan (M)

d). Bila jawaban ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada

penyimpangan (P).

e). Rincilah jawaban tidak pada nomer berapa saja. Sesuai

dengan keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bahasa dan

personal sosial) (Kementrian RI, 2012)

8. Tugas Perkembangan Anak Usia Prasekolah

a. Perkembangan Bahasa pada anak Usia Prasekolah

Kemampuan bicara dan bahasa dialami oleh anak prasekolah

umur 60-72 bulan melalui tahapan-tahapan tertentu tahapan

tersebut dijabarkan oleh Kementrian kesehatan (2012) seperti

berikut :

1). Stimulasi yang perlu dilanjutkan :

(a). Teruskan berlanggananan majalah anak atau meminjam

buku- buku anak dari taman bacaan/ perpustakaan. Buat

agar anak sering melihat dan membaca buku.


29

(b). Sering- sering membaca buku, kemudian dibicarakan

bersama. Setelah selesai membaca sebuah cerita pendek,

tanya pada anak beberapa pertanyaan.

2). Mengenal benda yang serupa dan berbeda

Bantu anak mengenal benda yang serupa dan yang berbeda.

Tanya pada anak perbedaanya radio- televisi, kursi- bangku,

pisau- garpu, bunga – pohon, cermin – kaca jendela.

Tanyakan persamaannya sepeda-sepeda roda tiga, kapal-

kapal terbang, panci- dandang, dan lain-lain.

3). Bermain tebak-tebakan

Minta anak menbak/ menyebutkan nama benda yang ada di

dekatnya, setelah anda menjelaskan tanda-tanda benda

tersebut misalnya : sedang duduk di meja makan, didekatnya

ada keranjang buah apel hijau kesukaan ayah. Ajukan

pertanyaan : coba tebak benda apakah ini? Bentuknya bulat

seperti bola kasti, berwarna hijau, dapat dimakan, ayah suka

sekali dengan benda tersebut. Diharapkan anak bisa

menjawab “ Apel “. Mula- mula orang tua perlu membantu

anak.

4). Berlatih mengigat-ingat

Sediakan benda-benda yang diperlukan. Ajak anak bermain,

mula-mula katakan “ kita isi keranjang ini dengan barang-


30

barangmu, dilihat dan diingat ya, apa saja yang dimasukkan

kedalam keranjang ini. Nah ini.... mu “. Minta anak

mengulangi menyebut nama benda tersebut. Kemudian

giliran anak menyebutkan nama benda dan memasukkan ke

keranjang. Secara bergantian memasukan barang. Tambahkan

1-2 jenis benda lagi. Minta anak menyebutkan nama- nama

benda tersebut. Jika anak sering di latih, maka semakin

banyak pengethauan anak yang dimiliki.

5). Menjawab pertanyaan “ mengapa ?”

Ajari anak menjawab pertanyaan dengan” mengapa rumah

mempunyai atap ? “. Bantu anak menjawab pertanyaan

tersebut.

6). Mengenal rambu/ tanda lalu lintas.

Ajari anak mengenal rambu/ tanda lalu lintas, misalnya

dilarang parkir”, jalan berliku. Tanda kereta api lewat dan

sebaliknya.

7). Mengenal uang logam

Ajari anak anda mengenal berbagai jenis uang logam Rp.

500.- Ajari anak untuk membedakan beberapa uang logam

bantu anak menjawab membedakan uang tersebut.

8). Mengamati / meneliti keadaan sekitarnya.

Pada umur ini, anak-anak senang bertanya. Tulis beberapa

pertanyaan di selembar kertas dan bacakan kepada anak,


31

kemudian minta ia menjawabnya. Contohnya : “ berapa buah

lampu yang ada di rumah ini ? “.

b. Faktor-faktor yang dapat menghambat perkembangan

bahasa seseorang

Perkembangan bahasa pada tahun pertama dapat dihambat oleh

3 hal. Hal ini dipaparkan oleh American-specch leagugue-

hearing-asociaition (2005) dikutip dalam jurnal Pujaningsih

(2010). Ke-3 hal tersebut adalah

1). Fokus belajar: perkembangan bahasa kadang terhambat

ketika anak belajar keterampilan-keterampilan lain

misalnya: ketika anak belajar berjalan, berdiri, pada saat

anak belajar keterampilan lain, konsentrasi dan energi yang

ia miliki sudah banyak terfosir sehingga cadangan energi

untuk belajar bahasa hanya sedikit.

2). Jumlah maupun macam bahasa yang anak dengar. Anak

dalam kesehariannya mendengarkan lebih dari satu macam

bahasa dirumah maka ia akan kesulitan dalam memahami

kosakata, bunyi bahasa maupun aturan grammer dari

masing-masing bahasa. Hal ini sering menyebabkan anak

lama untuk mulai berbicara.

3). Rangsang lingkungan. Rangsang lingkungan ini berupa

respon dan orang terdekat di sekitar anak. Bila anak tidak


32

sering diajak berkomunikasi tentang segala sesuatu di

sekitarnya maka ia tidak akan memahami apa yang terjadi.

9. Tugas perkembangan anak usia prasekolah kemampuan

personal sosial

a.Kemampuan bersosialisasi dan kemandirian usia prasekolah

Kemampuan bersosialisasi dan kemandirian dialami oleh anak

prasekolah umur 60-72 bulan melalui tahapan-tahapan tertentu

tahapan tersebut dijabarkan oleh Kementrian kesehatan (2012)

seperti berikut :

1). Stimulasi kegiatan yang perlu dilanjutkan :

a). Dorong agar anak berpakaian sendiri, menyimpan

mainanya tanpa bantuaan, dan membantu kegiatan di

rumah seperti memasak, bersih-bersih rumah dan

sebagainya.

b). Ajak anak bicara tentang apa yang dirasakan anak,

ikutkan anak dalam acara makan sekeluarga.

c). Rencanakan kegiatan ke luar sering-sering, beri anak

kesempatan mengunjungi tetangga, teman dan saudara

tanpa ditemani anda.

d). Beri kesempatan memilih televisi yang ingin dilihat,

tetapi orang tua tetap membantu memelihkan acara.

Batas waktu menonton televisi durasi 2 jam sehari. Lihat


33

dan bicarakan beberapa acara yang dilihat di dengar

bersama.

2). Berkomunikasi dengan anak

Luangkan waktu sehari untuk bercakap-cakap dengan anak.

Dengarkan ketika anak berbicara dan tunjukan bahwa anda

mengerti pembicaraan anak. Jangan menyalahkan,

mempengaruhi, memarahi arau mencaci anak.

3). Berteman dan bergaul

Pada umur ini anak-anak senang sekali bergaul dan

membutuhkan teman sebaya untuk bermain. Bantu dan beri

anak kesempatan dan berkumpul dengan teman-temanya.

Ajari anak dalam memakai kata yang tepat ketika

menyampaikan maksudnya pada teman-temanya.

4). Mematahui peraturan keluarga

Buat persetujuan dengan suami/istri anda mengenai

peraturan keluarga. Sertakan anak pada “pertemuan”

keluarga ketika memberikan peraturan tersebut. Adakan

pertemuan untuk membicarakan acara keluarga minggu ini/

minggu depan rencana jalan- jalan menentukan mandi sore,

sembhayang/ ibadah.
34

b. Bentuk perkembangan sosial dan tidak sosial anak usia

prasekolah

Hurlock (1980) mengatakan bahwa ada 2 pola perilaku yaitu

perilaku sosial dan tidak sosial anak usia prasekolah antara

lain:

1). Pola perilaku sosial :

a). Meniru

Agar sama dengan kelompok, anak meniru sikap dan

perilaku orang yang sangat ia kagumi.

b). Persaingan

Keinginan untuk mengungguli dan mengalahkan orang-

orang lain sudah tampak pada usia empat tahun. Ini

dimulai di rumah dan kemudian berkembang dalam

bermain dengan anak di luar rumah.

c). Kerja sama

Pada akhir tahun ketiga bermain kooperatif dan kegiatan

kelompok mulai berkembang dan meningkat baik dalam

frekuensi maupun lamanya langsung bersamaan dengan

meningkatnya kesempatan untk bermain dengan anak.

d). Simpati

Karena simpati membutuhkan pengertian tentang

perasaan-perasaan dan emosi orang lain maka hal ini


35

hanya kadang-kadang timbul sebelum 3 tahun. Semakin

banyak kontak bermain semakin banyak simpati yang

akan berkembang.

e). Empati

Seperti halnya simpati, empati membutuhkan pengertian

tentang perasaan dan emosi orang-orang. Relatif hanya

sedikit anak yang melakukan hal hal ini sampai awal

masa anak-anak berakhir.

f). Dukungan sosial

Menjelang berakhirnya awal masa anak-anak dukungan

dari teman-teman menjadi penting daripada persetujuan

orang-orang dewasa. Anak beranggapan bahwa perilaku

nakal dan mengganggu merupakan cara untuk

memperoleh dukungan dari teman-teman sebaya.

g). Membagi

Dari pengalaman bersama orang-orang lain, anak

mengetahui bahwa salah satu cara untuk memperoleh

persetujuan sosial adalah dengan membagi miliknya

terutama mainan untuk anak-anak lain.

h). Perilaku akrab

Anak pada waktu bayi memperoleh kepuasan dari

hubungan hangat, erat, dan personal dengan orang lain

berangsur-angsur memberikan kasih sayang kepada


36

orang lain di sekitar rumah, dari teman, keluarga dan

guru.

2). Perilaku tidak sosial

a). Negativisme

Negativisme atau melawan otoritas orang dewasa

mencapai puncaknya antara umur 3-4 tahun dan

kemudian menurun. Perlawanan fisik lambat laun

berubah menjadi perlawanan verbal dan pura-pura tidak

mendengar tidak mengerti permintaan orang dewasa.

b). Agresif

Perilaku agresif meningkat pada usia 2-4 tahun kemudian

menurun. Serangan serangan fisik berubah menjadi

verbal seperti memaki-maki atau menyalahkan orang

lain.

c). Perilau berkuasa

Perilaku berkuasa atau meraja mulai usia 3 tahun

semakin meningkat dengan bertambah banyaknya

kesempatan untuk kontak sosial.

d). Memikirkan diri sendiri

Anak seringkali memikirkan dirinya sendiri. Lambat laun

memikirkan dirinya sendiri berkurang tetapi murah hati

sangat sedikit.
37

e). Memetingkan dirinya sendiri

Memetingkan dirinya sendiri lambat laun akan berubah

menjadi minat dan perhatian kepada orang lain.

Cepatnya perubahan ini bergantung pada banyaknya

kontak dengan orang-orang di lingkunganya.

f). Merusak

Ledakan amarah sering disertai dengan tindakan merusak

benda-benda di sekitarnya. Tidak perduli miliknya atau

orang lain. Makin hebat amarhnya makin luas

tindakanya.

g). Pertentangan seks

Umur 4 tahun anak laki-laki dan perempuan masih

berhubungan dengan baik. Setelah itu anak laki-laki

mengalami tekanan sosial yang tidak menghendaki

aktivitas bermain yang dianggap bermain dengan

wanita seperti ’’ banci’’.

h). Prasangka

Kebanyakan anak prasekolah lebih suka bermain

dengan teman yang berasal dari ras yang sama tetapi,

mereka jarang menolak bermain dengan ras lain.


38

B. Sejarah perkembangan teknologi

1. Konsep gadget

Gadget adalah sebuah perangkat atau instrumen elektronika

yang memiliki tujuan dan fungsi praktis terutama untuk

membantu pekerjaan manusia. Gadget adalah suatu benda atau

barang yang dicipatakan khusus di era yang serba maju ini

dengan tujuan untuk membantu segala sesuatu menjadi mudah

dan praktis dibandingkan teknologi sebelumnya.

Beberapa contoh dari gadget yaitu:

a). Smarthphone

Smartphone pertama kali ditemukan pada tahun 1992 oleh

IBM di Amerika serikat, smartphone pada zaman itu tak

secanggih itu karna smartphone pertama kali hanya

dilengkapi fasiilitas, kalender, buku telpon, jam dunia.

b). Laptop

Alan kay bisa dikatakan sebagai penemu gadget yang

disebut laptop. pada tahun 1970 telah merancang komputer

portable. Didukung oleh Adam Osborne sebagai penerbit

software di Amerika serikat.

c). Tablet pc

Elisa grey disebut sebagai penemu perangkat yang kini di

sebut PC Tablet. Perangkat ini berfungsi untuk mengenali


39

tulisan tangan, namun alat tersebut bukan disebut sebagai

PC Tablet tetapi Teleautograph. Mulai tahun 2000 Gates

mengembangkan hasilnya adalah gadget yang di sebut

Pctablet atau sering disingkat menjadi tablet.

d). Video game

Penemu game adalah Stven russel pada tahun 1962.

ia memproduksi beberapa permainan yang terkenal adalah

star wars. Lalu dikembangkan di tahun 2000an teknologi

tampilan game berubah, mulai dari efek suara hingga

gambar. Keberadaan gadget yang merupakan salah satu

wujud kemajuan dalam bidang teknologi baru membuat

seseorang yang mampu mengaplikasikanya merasa

selangkah lebih maju dari sebelumya.

Karena bagaimanapun juga, keberadaannya

mempermudah kehidupan dan memiliki pengaruh yang luar

biasa bagi kehidupan. Semenjak adanya gadget,

komunikasi menjadi lebih mudah. Gadget juga dapat

mempengaruhi perilaku sosial seseorang, tergantung

bagaimana orang tersebut memanfaatkan gadget.

Apabila orang tersebut dapat memanfaatkannya

dengan baik, gadget bisa sangat membantu dan

mempermudah segalanya. Akan tetapi, apabila orang

tersebut menyalahgunakan penggunaannya, maka fungsi


40

gadget yang seharusnya bersifat mempermudah hubungan

sosial atau komunikasi seseorang malah menjadikan

hubungan sosial tersebut semakin buruk hanya karena tidak

mau bersilaturrahmi secara langsung dan sibuk dengan

gadget masing-masing ketika sedang berkumpul dengan

orang lain (Isuidharmanjaya, 2014).

2. Penggunaan Gadget pada Anak Prasekolah

Gadget tidak hanya beredar dikalangan usia dewasa, tetapi

juga beredar dikalangan anak usia dini ataupun prasekolah.

Seiring perkembangan zaman, masyarakat modern termasuk

anak-anak, memang tidak bisa dilepaskan dari keberadaan

gadget yang semakin beredar luas. Sehingga saat ini tidak aneh

lagi apabila anak kecil berusia balita bahkan prasekolah di

zaman sekarang sudah menggunakan gadget.

Gadget yang merupakan wujud nyata dari teknologi baru yang

berisi aneka aplikasi dan program yang menyenangkan seolah-

olah telah menjadi sahabat bagi anak, bahkan bisa menyihir

anak-anak untuk duduk manis berjam-jam dengan bermain

gadget. Menurut penelitian (Rideout, 2013 dalam jurnal skripsi

Gunawan 2017) didapatkan hasil bahwa terdapat anak usia 2

sampai 4 tahun telah menghabiskan waktunya di depan layar

selama 1 jam 58 menit perharinya dan anak usia 5 hingga 8


41

tahun menghabiskan waktu didepan layar selama 2 jam 21 menit

setiap harinya.

Hal ini tak bertentangan dengan pendapat Starburger (2011)

dalam jurnal skripsi Gunawan (2017) yang menyatakan bahwa

anak hanya boleh berada di depan laya r< 1 jam setiap harinya.

Manusia beraktifitas sebanyak 960 menit sehari, dengan

demikian orang dewasa yang kecanduan gadget akan menyentuh

perangkatnya itu setiap 4,8 menit sekali di kala senggang. Anak-

anak, tidak akan jauh berbeda apabila orang tua tidak memiliki

ketegasan dalam pembatasan durasi dan anak sudah terlalu

bergantung dengan penggunaan gadget.

Kecanduan gadget pada anak dapat terlihat dari beberapa

tanda seperti saat diminta berhenti bermain gadget, tidak mau

merespon panggilan baik dari orang tua ataupun orang lain

(kemampuan komunikasi) ketika sedang bermain gadget, dan

apabila anak tersebut sudah masuk tahap sekolah, nilai akademis

(kemampuan anak) menurun dikarenakan anak sudah tidak

tertarik lagi dengan materi pembelajaran yang ada disekolah.

3. Durasi Penggunaan Gadget

Menurut Kamus Besar Indonesia, intensitas adalah suatu

keaadaan tingkatan atau ukuran intensitasnya. Intesitas dalam

penelitian ini yaitu tingkat lamanya (durasi) dan seringnya

(Frekuensi) seseorang dalam kegiatan berulang-ulang. Orang tua


42

harus mempertimbangkan berapa banyak waktu yang

diperbolehkan untuk anak usia prasekolah dalam bermain

gadget, karena total lama penggunaan gadget dapat

mempengaruhi perkembangan anak. The American Academy Of

pediatrics (AAP) menyatakan harus ada batas waktu ketika

anak-anak menghabiskan waktu di depan layar/gadget, yaitu

satu atau dua jam per hari dan mencegah paparan media Screen

pada anak usia di bawah 2 tahun A. S. Page, et all (2010)

dikutip dalam jurnal skripsi Nurmasari (2016). Starburger

(2011) dalam jurnal skripsi Gunawan (2017) berpendapat

bahwa seorang anak hanya boleh berada di depan layar < 1 jam

setiap harinya. Pendapat tersebut didukung oleh Sigman (2010)

dalam jurnal skripsi Gunawan (2017) yang mengemukakan

bahwa waktu ideal lama anak usia prasekolah dalam

menggunakan gadget yaitu 30 menit hingga 1 jam dalam sehari.

Sedangkan menurut asosiasi dokter anak Amerika dan

Canada, mengemukakan bahwa anak usia 0-2 tahun alangkah

lebih baik apabila tidak terpapar oleh gadget, sedangkan anak

usia 3-5 tahun diberikan batasan durasi bermain gadget sekitar 1

jam perhari, dan 2 jam perhari untuk anak usia 6-18 tahun. Akan

tetapi, faktanya di Indonesia masih banyak anak-anak yang

menggunakan gadget 4 – 5 kali lebih banyak dari jumlah yang

direkomendasikan. Pemakaian gadget yang terlalu lama dapat


43

berdampak bagi kesehatan anak, selain radiasinya yang

berbahaya, penggunaan gadget yang terlalu lama dapat

mempengaruhi tingkat agresif pada anak.

Penelitian yang dilakukan Wendy W. L. GOH et al (2015)

dikutip dalam jurnal skripsi Nurmasari (2016), batas waktu

mengaplikasikan game di komputer pada anak di singapura

berkisar antara 5 menit sampai 5 jam sehari. Batas waktu paling

umum berkisar 30 menit sampai 2 jam per hari. Anak- Anak

usia 4-8 tahun rata-rata menggunakan telepon 20-37 menit per

hari dan oline 27-44 menit perhari (Rosen et al, 2014 dikutip

dalam jurnal skripsi Nurmasari 2016).

Anak akan cenderung malas bergerak dan dan lebih memilih

duduk atau terbaring sambil menikmati cemilan yang nantinya

dapat menyebabkan anak kegemukan atau berat badan

bertambah secara berlebihan. Selain itu, anak menjadi tidak

peka terhadap lingkungan di sekelilingnya. Anak yang terlalu

asik dengan gadgetnya berakibat lupa untuk berinteraksi

ataupun berkomunikasi dengan orang sekitar maupun keluarga

dan itu akan bedampak sangat buruk apabila dibiarkan secara

terus menerus.
44

4. Faktor faktor Penyebab kecanduaan Gadget

Faktor resiko dalam menggunakan smartphone adalah

menyebabkan kecanduandalam menggunakan smartphone

(Yuswanto, 2010 dalam jurnal Agusta, 2016) ada 4 faktor

penyebab :

a. Faktor internal

1). Tingkat sensation seeking yang tinggi

pada dasarnya sikap ini terbentuk karena adanya

aktifitas rutin yang menyebabkan kebosanan serta

kebutuhan untuk mencari perhatian orang lain atau

membuat suasana menjadi gempar Reeve (2009) dalam

jurnal Agusta (2016). Sifat sensation seekingditandaai

oleh kebutuhan berbagai macam sensasi dan pengalaman

yang baru, luar biasa dan kompleks, serta kesediaan untuk

mengambil resiko baik secara fisik, sosial, hukum maupun

finansial (Agusto, 2014 dalam jurnal Agusta, 2016)

2) self esteem yang rendah

Self evaluasi diri individu terhadap kualitas atau

keberadaan diri sebagaimana manusia.


45

3). Kontrol diri yang rendah

Kemampuan indvidu untuk menyusun, membimbing,

mengatur dan mengarahkan langkah dan tindakanya untuk

mencapai sesuatu yang di inginkan.

b. Situasional

Faktor ini terdiri atas faktor-faktor penyebab yang mengarah

pengguan telepon genggam sebagai sarana membuat individu

nyaman secara psikologis ketika menghadapi situasi yang

tidak nyaman. Dalam hal ini indvidu akan cepat bertindak

ketika berada pada situasi yang tidak nyaman dan merasa

terganggu aktivitas bila ada situasi yang tidak di inginkan dan

mengalihkan perhatian pada smartphone.

c. Faktor sosial

Terdiri atas faktor penyebab kecanduaan telepon genggam

sebagai sarana berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang

lain.

d. Faktor eksternal

Berasal dari luar individu. Faktor ini terkait dengan tingginya

paparan media tentang telpon genggam dan berbagai

fasilitasnya (Frontier consulting group, 2012 dalam jurnal

Agusta, 2016).
46

1). Pola pengasuhan

Wong (2000) dalam buku Supartini (2004) pola

pengasuhan parenting atau perawatana anak sangat

bergantung kepada nilai-nilai yang dimiliki keluarga.

Pada budaya timur seperti di indonesia, peran pengasuhan

dan perawatan lebih banyak dipegang oleh istri dan ibu

perubahan status ibu sebagai wanita karier dapat

mempengaruhi pengasuhan ini.

2). Orang tua yang menggunakan gadget

Shin (2014) orang tua pecandu gadget penyebab anak

menggunakan gadget karena perangkat digital

melemahkan otak anak dan mengacau kan proses

tumbuh- kembangnya. Perangkat tersebut membuat

hubungan anak dan ibu kacau. Anak mempelajari

kemampuan mengontrol emosi dan berempati dari ibu.

Namun ibu adalah pecandu perangkat digital sehingga

tidak bisa menjalankan perananan sebagai ibu.

3). Friedmen (1998) dalam buku Supartini (2004) stuktur

komunikasi menunjukkan bagaimana pola anggota

keluarga dalam berkomunikasi satu dengan yang lain.


47

5. Dampak Pengenalan Gadget pada Anak Prasekolah

a. Dampak Positif

Penggunaan gadget memiliki dampak tersendiri bagi para

penggunanya, baik orang dewasa ataupun anak-anak.

Dampak yang timbul bergantung dengan bagaimana orang

tersebut menggunakannya dan memanfaatkannya.

Adapun beberapa dampak positif gadget pada anak

(Isuidharmanjaya, 2014) yaitu :

1). Meningkatkan ketajaman pengelihatan

2). Merangsang untuk mengikuti perkembangan

teknologi terbaru

3). Mendukung aspek akademis

4). Meningkatkan kemampuan berbahasa

5). Meningkatkan keterampilan mengetik

6). Mengurangi tingkat stres

7). Meningkatkan keterampilan matematis

b. Dampak Negatif

Selain memiliki dampak positif, penggunaan gadget juga

dapat berdampak negatif bagi anak menurut

(Isuidharmanjaya, 2014) yaitu :

1). Kesehatan otak terganggu

2). Kesehatan mata terganggu


48

3). Kesehatan tangan

4). Gangguan tidur

5). Suka menyendiri

6). Perilaku kekerasan

7). Pudarnya kreativitas

8). Menjadi pribadi tertup

9). Terpapar radiasi ancaman cyberbulliying

(Isuidharmanjaya, 2014).

Penggunaan gadget yang berlebihan (kecanduan), apalagi

dengan akses konten yang tidak baik, seperti adegan kekerasan

yang anak lihat dalam game dan film, serta pornografi,

dipercaya mempengaruhi secara negatif baik perilaku atapun

kemampuan anak.

Anda mungkin juga menyukai