Anda di halaman 1dari 17

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN (PRESCHOOL)

TENTANG PERTUMBUH KEMBANGAN

Dosen Pembimbing: Shanti Rosmaharani, S.Kep.,Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH :

1. Adhitya Cahya Sakti 181301002


2. Hagai Nicholas Dimas Krisanto 181301011
3. Dita Ayu Kurniawati 181301012
4. Dwi Zuliana 181301013
5. Muhammad Alfan 181301037
6. Nando Gusti Ilham Nugroho 181301040
7. Novaliano Rabbani Syahrandy 181301043

SEKOLAH ILMU TINGGI KESEHATAN PEMKAB JOMBANG


TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Konsep Anak Prasekolah


2.1.1 Pengertian Anak Prasekolah
Periode prasekolah mendekati tahun antara 3 dan 6 tahun. Anak-anak
menyempurnakan penguasaan terhadap tubuh mereka. Perkembangan fisik pada
anak usia prasekolah berlangsung menjadi lambat, dimana perkembangan kognitif
dan psikososial terjadi cepat (Kozier,2010).
Menurut Wong (2008) anak usia prasekolah mempunyai usia 3-5 tahum.
Pencapaian perkembangan anak usia prasekolah yaitu biologis, psikososial, kognitif,
spiritual, dan sosial. keberhasilan pencapaiaan tingkat pertumbuhan dan
perkembangan sebelumnya sangat penting bagi anak prasekolah untuk
memperluas tugas-tugas yang telah mereka kuasai selama masa toddler. Dari
beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa anak usia prasekolah
adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun dengan ciri perkembangan fisik yang
lambat dan perkembangan kognitif dan psikososial yang cepat. pertumbuhan dan
perkembangan anak prasekolah sangat ditentukan dari keberhasilannya dalam
pencapaian pertumbuhan dan perkembangan selama masa toddler.
2.2 Perkembangan
Anak usia pra sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 3-6 tahun, ketika
anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria dan wanita, dapat mengatur
diri dalam buang air (toilet training) dan mengenal beberapa hal yang dianggap
berbahaya atau mencelakakan dirinya (Yusuf, 2001). Perkembangan anak dipengaruhi
oleh lingkungan, dimana keadaan normal atau tidak normal dipengaruhi oleh konflik
pribadi individu dan hubungan individu dengan masyarakatnya. Ada beberapa macam
perkembangan umum pada anak usia pra sekolah adalah :
A) Perkembangan fisik
Perkembangan fisik merupakan dasar bagi kemajuan perkembangan
berikutnya.dengan meningkatnya pertumbuhan tubuh, baik menyangkut berat
badan dan tinggi badan, maupun kekuatannya memungkinkan anak dapat lebih
mengembangkan keterampilan fisiknya dan eksplorasi terhadap lingkungannya
dengan tanpa bantuan dari orang tuanya. Perkembangan sistem syaraf pusat
memberikan kesiapan keadaan anak untuk lebih meningkatkan pemahaman dan
penguasa terhadap tubuhnya. Proporsi tubuh anak berubah secara dramatis, tulang
kakinya tumbuh dengan cepat, namun pertumbuhan tengkoraknya tidak secepat
usia sebelumnya. Pertumbuhan tulang-tulangnya semakin besar dan kuat,
pertumbuhan giginya semakin lengkap dan komplit sehingga dia sudah menyenangi
makanan padat. Untuk perkembangan fisik anak sangat diperlukan gizi yang cukup,
baik protein, vitamin dan mineral serta karbohidrat (Yusuf, 2001)
Saat berusia 3-5 tahun, anak terlihat lebih tinggi dan lebih kurus. Dari usia toddler anak
cenderung bertambah tinggi bukan bertambah berat. Saat berusia 5 tahun, ukuran otak
anak prasekolah hampir menyamai ukuran otak individu dewasa. Ekstremitas tumbuh
lebih cepat daripada batang tubuh, menyebabkan tubuh anak tampak tidak proporsional.
a) Berat badan
Anak prasekolah hanya mengalami kenaikan sebanyak 3-5 kg dari berat
badan saat mereka berusia 3 tahun, sehingga berat badan mereka hanya
mencapai kurang lebih 18-20 kg.
b) Tinggi badan
Anak prasekolah tumbuh sekitar 25 cm setiap tahunnya. Dengan demikian, setelah
usia 5 tahun, tinggi badan mereka menjadi dua kali panjang badan lahir, yaitu sekitar
100 cm.
c) Kemampuan motorik
Anak prasekolah mampu mencuci tangan dan wajah, serta menyikat gigi mereka.
Mereka merasa malu untuk memperlihatkan tubuh mereka. Biasanya, anak
prasekolah berlari dengan keterampilan yang meningkat
setiap tahunnya. Setelah usia 5 tahun, anak berlari dengan sangat terampil dan
dapat melompat tiga langkah. Anak prasekolah dapat berdiri seimbang di atas jari-
jari kaki dan dapat mengenakan pakaian tanpa bantuan (Kozier, 2010).

B) Perkembangan keterampilan
Perkembangan ketrampilan motorik dipelajari anak tergantung sebagian pada
kesiapan kematangan terutama kesempatan yang diberikan untuk mempelajari dan
bimbingan yang diperoleh dalam menguasai ketrampilan ini secara cepat dan efisien.
Implikasi perkembangan motorik anak secara optimal memerlukan lingkungan
pendidikan yang kondusif. Oleh sebab itu diperlukan tempat dan perlengkapan
permainan yang memberikan peluang kepada mereka untuk dapat bergerak secara
leluasa (Hurlock, 1999).
Menurut Sudjiningsih (1998) ketrampilan motorik pada anak meliputi :
a. Motorik halus.
ketrampilan menulis, menggambar sendiri, mewarnai gambar, menggunakan
gunting, bermain tanah liat atau palm, menyisir rambut, berpakaian sendiri
dan membuat kue-kue.
b. Motorik kasar. Diantaranya adalah melompat dan berjalan cepat, memanjat,
naik sepeda roda tiga, berenang, lompat tali, keseimbangan berjalan diatas
pagar, sepatu roda dan menari. c. Perkembangan bahasa. Selama masa pra
sekolah anak-anak memiliki kebutuhan dan dorongan yang kuat untuk belajar
berbicara. Hal ini disebabkan dua hal, pertama belajar berbicara merupakan
sarana pokok dalam sosialisasi; kedua, belajar berbicara merupakan sarana
untuk memperoleh kemandirian. Untuk meningkatkan komunikasi anakanak
harus meningkatkan kemampuan untuk mengerti apa yang dikatakan orang
lain (Hurlock,1999)
C) Perkembangan psikososial
Menurut Erikson dalam Kozier (2010) krisis perkembangan anak usia prasekolah
adalah inisiatif versus rasa bersalah. Anak prasekolah harus memecahkan
masalah sesuai hati nurani mereka. Kepribadian mereka berkembang. Erikson
memandang krisis pada masa ini sebagai sesuatu yang penting bagi
perkembangan konsep diri. Anak prasekolah harus belajar dengan apa yang
dapat mereka lakukan. Akibatnya anak prasekolah meniru perilaku, dan imajinasi
serta kreativitasnya menjadi hidup.

D) Perkembangan kognitif

Menurut Pieget dalam Kozier (2010) perkembangan kognitif anak prasekolah


merupakan fase pemikiran intuitif. Anak masih egosentrik, tetapi egosentrisme
perlahan-lahan berkurang saat anak menjalani dunia mereka yang semakin
berkembang. Anak prasekolah belajar melalui trial and error dan hanya
memikirkan 1 ide pada satu waktu. Sebagian besar anak yang berusia 5 tahun
dapat menghitung uang koin. Kemampuan membaca juga mulai berkembang

E) Perkembangan moral

Anak prasekolah mampu berperilaku prososial, yakni setiap tindakan yang


dilakukan individu agar bermanfaat bagi orang lain. Perilaku moral biasanya
dipelajari melalui upaya meniru, mula-mula orang tua dan kemudian orang
terdekat lainnya. Anak parsekolah mengontrol perilaku mereka karena mereka
menginginkan cinta dan persetujuan dari orang tua. Biasanya mereka
berperilaku baik di tatanan sosial (Kozier, 2010).
pada usia ini. Anak menyukai dongeng dan buku-buku mengenai binatang dan
lainnya.

F) Perkembangan spiritual

Menurut Fowler dalam Kozier (2010) anak yang berusia 3-6 tahun berada pada
tahap perkambangan intuitif-proyektif. Pada tahap ini, kepercayaan merupakan
hasil didikan orang-orang terdekat, seperti orang tua atau guru. Anak mulai
belajar meniru perilaku religius, contohnya, menundukkan kepala saat berdoa,
meskipun mereka tidak memahami makna perilaku tersebut. Anak prasekolah
membutuhkan penjelasan sederhana mengenai masalaah spiritual seperti yang
terdapat dalam buku bergambar, anak seusia ini menggunakan imajinasi mereka
untuk mewujudkan berbagai gagasan, seperti malaikat atau setan.

G) Perkembangan bahasa

Desiningsih (2012) mengemukakan bahwa anak usia 3 - 6 tahun dalam


perkembangan bahasanya berada pada fase diferensiasi. Pada fase ini
keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Anak
telah mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya,
mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran, dan
berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik,
bertanya, menjawab, memerintah, dan memberitahu.

H) Perkembangan emosi

Menurut Susanto (2011) yang dikutip oleh Esti (2015) Anak prasekolah berada
dalam masa perkembangan kepribadian yang unik, anak sering tampak keras
kepala, menjengkelkan, dan melawan orang tua. Anak mulai berkenalan serta
belajar menghadapi rasa kecewa saat apa yang dikehendaki tidak terpenuhi. Rasa
kecewa, marah, sedih merupakan suatu yang wajar dan natural. Pada masa
prasekolah berkembang juga perasaan harga diri yang menuntut pengakuan dari
lingkungannya. Jika lingkungannya (orang tua) tidak mengakui harga diri anak,
seperti memperlakukan anak secara keras, atau kurang menyayanginya, maka
pada diri anak akan berkembang sikap-sikap antara lain keras kepala atau
menentang, menyerah menjadi penurut, harga diri kurang, serta pemalu. Emosi
adalah reaksi internal atau perasaan, bersifat positif dan negatif, dan menyiapkan
individu untuk bertindak. Afek adalah ekspresi keluar dari emosi melalui raut
muka, gerakan tubuh, intonasi, dan vokalisasi. Emosi memiliki peranan yang
sangat penting dalam perkembangan anak, baik pada usia prasekolah maupun
pada tahap-tahap perkembangan selanjutnya, karena memiliki pengaruh
terhadap perilaku anak. Anak memiliki kebutuhan emosional, yaitu:

a. Dicintai

b. Dihargai

c. Merasa aman

d. Merasa kompeten

e. Mengoptimalkan kompetensi

Anak mengkomunikasikan emosi melalui verbal, gerakan dan bahasa tubuh.


Bahasa tubuh ini perlu kita cermati karena bersifat spontan dan seringkali
dilakukan tanpa sadar. Dengan memahami bahasa tubuh, kita dapat memahami
pikiran, ide, tingkah laku serta perasaan anak. Bahasa tubuh yang dapat diamati
antara lain :

a. Ekspresi wajah

b. Napas

c. Ruang gerak

d. Pergerakan tangan dan lengan

Pada usia prasekolah anak-anak belajar menguasai dan mengekspresikan emosi.


Pada usia 6 tahun anak-anak memahami konsep emosi yang lebih kompleks,
seperti kecemburuan, kebanggaan, kesedihan dan kehilangan, tetapi anak-anak
masih memiliki kesulitan di dalam menafsirkan emosi orang lain. Pada tahapan ini
anak memerlukan pengalaman pengaturan emosi, yang mencakup:
a. Kapasitas untuk mengontrol dan mengarahkan ekspresi emosional

b. Menjaga perilaku yang terorganisir ketika munculnya emosi-emosi yang kuat


dan untuk dibimbing oleh pengalaman emosional

Faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi anak menuru Desiningrum


(2012) yaitu:

1) Keadaan anak

Keadaan individu pada anak, misalnya cacat tubuh ataupun kekurangan pada
diri anak akan sangat mempengaruhi perkembangan emosiaonal anak, bahkan
akan berdampak pada lebih jauh pada kepribadian anak. misalnya rendah diri,
mudah tersinggung, atau menarik diri dari lingkungan.

2) Jenis kelamin anak

Perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi perkembangan emosi terutama


karena perbedaan hormonal antara laki-laki dan perempuan. Peran jenis
kelamin dan tuntutan sosial sesuai jenis kelamin juga akan mempengaruhi
perkembangan emosi anak.

3) Faktor belajar

Pengalam belajar anak dari lingkungan akan menentukan reaksi potensial

mana yang akan digunakan anak untuk marah.

4) Konflik-konflik dalam proses perkembangan

Setiap anak melalui berbagai konflik dalam menjalani fase-fase


perkembangan yang pada umumnya dapat dilalui dengan baik. Namun, jika
anak tidak dapat mengatasi konflik-konflik tersebut, biasanya mengalami
gangguan-gangguan emosi.

5) Lingkungan keluarga

Keluarga merupakan lembaga pertama dan utama dalam kehidupan anak.


berdasarkan pengalaman berinteraksi dengan keluarga maka akan
menentukan pola perilaku anak terhadap orang lain dalam lingkungannya.
Dalam pembentukan kepribadaian anak, keluarga mempunyai pengaruh yang
besar dalam perkembangan emosi anak. Banyak faktor dalam keluarga yang
ikut berpengaruh dalam perkembangan emosi seorang anak, antaranya yaitu
pola asuh orang tua, pola komunikasi dalam keluarga, dan tingkat pendidikan
orang tua. Pola asuh merupakan sikap orang tua dalam berinteraksi dengan
anaknya. Sikap orang tua ini meliputi cara orang tua memberikan aturan-
aturan, hadiah maupun hukuman, cara orang tua menunjukkan otoritasnya,
dan cara orang tua memberikan perhatian serta tanggapan terhadap perilaku
anaknya (Desiningrum, 2012).

2.3 Ciri Anak Praschool (Pra Sekolah)


Adalah anak dengan usia 3 – 6 tahun

Ciri fisik anak pra sekolah


Penampilan maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang
berada dalam tahapan sebelumya :
a. Anak prasekolah umumnya aktif
Mereka telah memiliki penguasaan dan control terhadap tubuhnya dan sangat
menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.
b. Setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istirahat yang
cukup, sering kali anak tidak menyadari bahwa mereka harus beristirahat cukup.
c. Otot – otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari control terhadap jari
dan tangan. Olehy karma itu biasanya anak belum terampil, belum biasa melakukan
kegiatan yang rumit misalnya mengikat tali sepatu.
d. Anak masih sering mengalami kesulitan apabila harus memfokuskan pandangannya
pada objek – objek yang kecil ukurannya, itulah sebabnya koordinasi tangan masih
belum sempurna.
e. Walaupun tubuh anak lentur tapi tengkorak kepala yang melindungi otak masih
lunak.
f. Walaupun anak laki – laki lebih besar, anak perempuan lebih terampil dalam tugas
yabg bersifat praktis, khusubya dalam tugas motorik halus.

Ciri sosial anak prasekolah


a. Umumnya anak pada tahap ini memiliki sati atau dua sahabat, sahabat yang dipilih
biasanya yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat dari
jenis kelamin yang berbeda.
b. Kelompok bermain cenderung kecil dan tida terorganisasi dengan baik, oleh
karena kelompok tersebut cepat berganti – ganti.
c. Anak lebih mudah seringkali bermain bersebelahan dengan anak yang lebih besar.
Ciri emosional pada anak prasekolah
a. Anak prasekolah cenderung mengekpresikan emosinya dengan bebas dan terbuka.,
sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut.
b. Iri hati pada anak prasekolah sering terjadi, mereka seringkali memperebutkan
perhatian guru.

Ciri kognitif anak prasekolah


a. Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian dari merekla
senang berbicara khususnya dalam klelompoknya.
b. Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi minat, kesempatan,
interaksi, mengagumi dan kasih sayang.

Cara yang dilakukan agar anak berkembang menjadi kompeten dengan cara sebagai
berikut :
a. Lakukan interaksi sesering mungkin dan bervariasi dengan anak.
b. Tunjukan minat terhadap apa yang dilakukan dan dikatakan anak
c. Berikan kesempatan kepada anak untuk meneliti dan mendapatkan kesempatan
dalam banyak hal.
d. Berikan kesempatan dan dorongan untuk melakukan kegiatan secara mandiri.
e. Tentukan batas – batas tingkah laku yang diperoleh oleh lingkungannya.
f. Kagumilah apa yang dilakukan anak.
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak
Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan
normal dan merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Menurut Andriana (2011) dalam
Desiningrum (2012) secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh
terhadap tumbuh kembang anak yaitu :
a) Faktor Internal
1) Ras atau etnik atau Bangsa

Anak yang dilahirkan dari ras atau bangsa Amerika, tidak memiliki faktor
herediter ras atau bangsa Indonesia, begitu pula sebaliknya.
2) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh yang tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
3) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama
kehidupan dan masa remaja.
4) Jenis kelamin
Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada anak
laki-laki. Akan tetapi setalah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki
laki akan lebih cepat bila dibandingkan dengan anak perempuan.
5) Genetik
Genetik adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri
khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh
kembang anak, misalnya yaitu kekerdilan.

b) Faktor Eksternal
Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak antaranya :
1) Faktor Prenatal
a. Gizi
Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan
mempengaruhi perkembangan janin.
b. Kelainan Imunologi
Eritroblastosis Fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin
dan darah ibu, sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah
janin,kemudian melalui plasenta masukkedalam perdaran darah janin dan
menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia
dan kernikterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.
c. Psikologi ibu
Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan salah atau kekerasan mental
pada ibu hamil dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan
perkembangan janin selama dalam kandungan.
2) Faktor persalinan
Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala dan asfiksia dapat
menyebabkan kerusakan otak, karena kurangnya asupan oksigen dalam otak.
Sehingga tumbuh kembang anak dapat terhambat.
3) Faktor Pasca Persalinan
Pasca persalinan juga dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak yaitu:
a. Gizi
Untuk tumbuh kembang anak, diperlukan zat makanan yang adekuat, agar anak
menjadi lebih sehat dan dapat berkembang sesuai dengan usianya.
b. Psikologis
Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak diinginkan
oleh orangtuanya atau anak yang selalu merasa tertekan akan mengalami
hambatan dalam pertumbuhan dan pekembangannya.
c. Sosial Ekonomi
Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan serta kesehatan
lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, hal tersebut dapat menghambat
pertumbuhan anak.
d. Lingkungan Pengasuhan
Pada lingkungan pengasuhan, interaksi antar ibu dan anak sangat
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Karena orangtua adalah orang terdekat
anak, sehingga sangat diperlukan adannya hubungan yang baik antara orangtua
dengan anak.
e. Stimulasi
Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, khususnya dalam
keluarga misalnya yaitu penyediaan mainan, sosialisasi anak, serta keterlibatan
ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Prioritas Masalah

1. Kecemasan orang tua berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga memberi perawatan pada perubahan yang akan terjadi
pada status kesehatan anaknya.
2. Resiko cedera fisik pada anak b/d ketidakmampuan keluarga
memodifikasi lingkungan yang aman untuk anak prasekolah.
3. Resiko terjadinya gangguan kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh pada An. D b/d ketidakmampuan keluarga
mengenali masalah nutrisi yang dibutuhkan pada anak
prasekolah
B. Perencanaan Asuhan Keperawatan Keluarga
No Tgl Diagnosa Tujuan Intervensi rasionalisasi
keperawatan
1 Kecemasan orang tua Tujuan umum: Anjurkan keluarga Dengan
berhubungan dengan Setelah dilakukan untuk pengungkapan apa
ketidakmampuan pengkajian mengungkapkan yang dirasakan
keluarga kecemasan kecemasannya kepada perawat,
memberikan keluarga dapat dapat mengurangi
perawatan pada berkurang beban yang
perubahan yang akan Tujuan khusus: Anjurkan keluarga dirasakan
terjadi pada status Keluarga mampu untuk tetap Mekanisme koping
kesehatan anaknya. mengenali masalah mempertahankan keluarga yang
Keluarga mampu mekanisme koping adekuat dapat
memutuskan keluarga dalam mencegah trauma
tindakan yang menghadapi yang berlebih
tepat untuk masalah
mengatasi
kecemasan. Anjurkan keluarga
untuk mengurangi Dengan cara
stresor yang mencegah dan tidak
menyebabkan selalu memikirkan
kecemasan masalah
Anjurkan keluarga
untuk meminta
bantuan dari Pelayanan
tenaga kesehatan
kesehatan dalam merupakan salah
upaya mengurangi satubentuk
masalah kesehatan sumber daya yang
ada di
masyarakat.
2. Resiko cedera fisik Keluarga dapat Anjurkan keluarga Makanan tidak
pada anak b/d mengetahui untuk meminta merupakan focus
ketidakmampuan berbagai resiko bantuan dari anak melainkan
keluarga yang berhubungan tenaga kesehatan bermain.
memodifikasi dengan anak dalam upaya
lingkungan yang prasekolah mengurangi
aman untuk anak masalah kesehatan
prasekolah
Anjurkan orang tua Agar anak lebih
atau keluarga meningkat nafsu
untuk selalu makannya dan
mengawasi tidak terfokus
kegiatan anak pada bermain.
khususnya bermain
yang dapat
membahayakan
fisik.
Anjurkan keluarga Biasanya anak
untuk memberikan lebih asyik
tempat tersendiri bermain hingga
untuk bermain lupa makan.
anak.
Anak cenderung
Ajurkan keluarga bosan dengan
menjauhkan atau makanan yang
menyimpan biasa ia makan.
peralatan yang
dapat
membahayakan
anak

Anjurkan keluarga
membuat
pembatas atau
pagar depan rumah
agar anak lebih
leluasa dalam
bermain.
3. Resiko terjadinya Kebutuhan nutrisi memiliki
gangguan nutrisi anak terpenuhi kandungan gizi
dan kebutuhan dengan kriteria yang baik pada
tubuh pada An. D khususnya terjadi anak.
b/d peningkatan berat Berikan
ketidakmampuan badan lingkungan yang
keluarga nyaman dan
mengenali menarik pada saat
masalah nutrisi anak makan.
yang dibutuhkan Anjurkan untuk
anak perhatikan waktu
makan anak
Anjurkan keluarga
agar anak mencoba
makanan yang baru
dan masih
memenuhi gizi
seimbang.

C. Pelaksanaan / Implementasi
Tgl Diaknosa Pelaksanaan / Implementasi
I 1. Menganjurkan keluarga untuk
mengungkapkan kecemasan.
2. Menganjurkan keluarga untuk tetap
mempertahankan mekanisme koping keluarga
dalam menghadapi masalah.
3. Menganjurkan keluarga untuk mengurangi
stressor yang menyebabkan kecemasan
4. Menganjurkan keluarga untuk meminta
bantuan dari tenaga kesehatan dalam upaya
mengurangi masalah kesehatan.
II 1. Menganjurkan orang tua atau keluarga
untuk selalu mengawasi kegiatan anak
khususnya bermain yang dapat
membahayakan fisik.
2. Menganjurkan keluarga untuk memberikan
tempat tersendiri untuk bermain anak.
3. Menganjurkan keluarga menjauhkan atau
menyimpan peralatan yang dapat
membahayakan anak
4. Menganjurkan keluarga membuat pembatas
atau pagar depan rumah agar anak lebih
leluasa dalam bermain.

III 1. Menganjurkan keluarga menyediakan


makanan yang menarik namun memiliki
kandungan gizi yang baik pada anak.
2. memberikan lingkungan yang nyaman dan
menarik pada saat anak makan.
3. Menganjurkan untuk perhatikan waktu
makan anak
4. Menganjurkan keluarga agar anak mencoba
makanan yang baru dan masih memenuhi gizi
seimbang
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anak usia pra sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar 3-6 tahun,
ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria dan wanita, dapat
mengatur diri dalam buang air (toilet training) dan mengenal beberapa hal yang dianggap
berbahaya atau mencelakakan dirinya. Perkembangan anak dipengaruhi oleh lingkungan,
dimana keadaan normal atau tidak normal dipengaruhi oleh konflik pribadi individu dan
hubungan individu dengan masyarakatnya. Perkembangan anak dipengaruhi oleh
lingkungan, dimana keadaan normal atau tidak normal dipengaruhi oleh konflik pribadi
individu dan hubungan individu dengan masyarakatnya. Ada beberapa macam
perkembangan umum pada anak usia pra sekolah adalah Perkembangan fisik,
Perkembangan keterampilan, Perkembangan psikososial, Perkembangan moral,
Perkembangan kognitif, Perkembangan spiritual, Perkembangan bahasa dan Perkembangan
emosi

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA

https://www.scribd.com/doc/119157478/Askep-Keluarga-Preschool-Kel-3
https://www.academia.edu/32945420/USIA_TUMBUH_KEMBANG_INFANT_TODLER_PRESCHOOL_S
CHOOL_ADOLESENCE_YOUNG_ADULT_ADULT_OLD_FISIK_PSIKOSEXUA_L
http://ners-novriadi.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-keluarga-dengan_6.html
https://slideplayer.info/slide/12410499/
Carpenito & Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC: Jakarta Sunaryo.
2005. Psikologi Untuk Keperawatan. EGC: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai