Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWATAN JIWA SEHAT


PADA USIA PRA SEKOLAH
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KHATULISTIWA

DISUSUN OLEH :

FITRI NURUL PRAMESTI


NIM. 211133009

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PONTIANAK

PROGRAM STUDI NERS KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN JIWA SEHAT
PADA USIA PRA SEKOLAH
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KHATULISTIWA

Pontianak, 06 Juni 2022


Telah di persiapkan dan disusun oleh :

FITRI NURUL PRAMESTI


NIM. 211133009

Telah disetujui

I
.Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik/CI

Nurbani, S.Kp. M.Kep Ns. Sundratno, S. Tr. Kep


NIP.197603282002122001 NIP.197307121994031004
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN SEHAT JIWA
USIA PRASEKOLAH (3 – 6 TAHUN)

1. PENGERTIAN
Usia pra sekolah menurut PMK no. 66 tahun 2014 tentang Pemantauan
Pertumbuhan, Perkembangan, dan Gangguan Tumbuh Kembang Anak adalah usia 36
tahun. Anak pada usia ini disebut juga anak usia dini. Perry dan Potter dalam Ahyani
(2018) menyebutkan usia anak prasekolah merupakan masa kanak-kanak awal, yaitu
berada pada usia 3 sampai 6 tahun.
Awal masa kanak-kanak dimulai sebagai penutup masa bayi, usia dimana
ketergantungan secara praktis sudah dilewati, diganti dengan tumbuhnya kemandirian
dan berakhir di sekitar usia masuk sekolah dasar. Anak mulai memiliki kesadaran
tentang dirinya sebagai pria atau wanita, dapat mengatur diri dalam buang air (toilet
training), dan mengenal beberapa hal yang dianggap berbahaya ( mencelakakan
dirinya). Potensial mengembangkan rasa inisiatif adalah tahap perkembangan anak usia
3-6 tahun dimana pada usia ini anak akan belajar berinteraksi dengan orang lain,
berfantasi dan berinisiatif, pengenalan identitas kelamin, meniru (yahya, 2011).
Perkembangan psikososial adalah proses perkembangan kemampuan anak dalam
berinisiatif menyelesaikan masalahnya sendiri sesuai dengan pengetahuannya.
Kemampuan ini diperoleh jika konsep diri anak positif karena anak mulai berkhayal dan
kreatif serta meniru peran-peran di sekelilingnya. Anak berinisiatif melakukan sesuatu
dan memberi hasil. Anak merasa bersalah jika tindakannya berdampak negatif. Sikap
lingkungan yang suka melarang dan menyalahkan, membuat anakn kehilangan inisiatif.
Pada saat dewasa, anak akan mudah mengalami rasa bersalah jika melakukan kesalahan
dan tidak kreatif (Keliat et.al, 2011).
Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan tahap perkembangan pra
sekolah merupakan tahap perkembangan anak usia 3-6 tahun dimana pada usia ini
merupakan penutup masa bayi dan awal dari masa anak-anak. anak pada masa ini akan
belajar berinteraksi dengan orang lain, berfantasi dan berinisiatif, pengenalan identitas
kelamin, meniru serta berfantasi, berkhayal, kreatif dan berinisiatif menyelesaikan
masalahnya sendiri dengan meniru peran-peran di sekitarnya.

2. Perkembangan Anak Usia Pra sekolah


a. Perkembangan fisik

Anak bertambah tinggi rata rata 2,5 inci dan bertambah berat antara 5-7 pon
pertahun. Meskipun demikian, pola pertumbuhan bervariasi secara individual.
Perbandingan tubuh sangat berubah dan penampilan bayi tidak tampak lagi. Wajah
tetap kecil tetapi dagu tampak lebih jelas dan leher lebih memanjang. Gumpalan
pada bagian-bagian tubuh berangsur berkurang dan tubuh cenderung berbentuk
kerucut, dengan perut yang rata (tidak buncit), dada yang lebih bidang dan bahu
lebih luas dan lebih persegi. Lengan dan kaki lebih panjang dan lebih lurus, tangan
dan kaki tumbuh lebih besar. Postur tubuh ada yang posturnya gemuk lembek
( endomorfik), ada yang kuat berotot (mesomorfik) dan ada lagi yang relatif kurus
( ektomorfik ).
Kebiasaan fisiologis meliputi nafsu makan, kebiasaan tidur, toileting. Nafsu
makan anak sering diwarnai dengan perkembangan minat terhadap makanan yang
disukai dan yang tidak disukai. Jumlah tidur yang dibutuhkan sehari-hari berbeda,
tergantung pada berbagai faktor tertentu, misal banyaknya latihan di siang hari dan
macam kegiatan yang dilakukan. Pada usia 3 atau 4 tahun anak sudah harus dapat
mengendalikan kantung kemih meski belum sempurna, sehingga sekalipun merasa
lelah dan mengalami ketegangan emosi, anak-anak akan tetap tidak mengompol.

b. Perkembangan Motorik

Ketrampilan motorik kasar meningkat secara dramatis selama masa awal anak
anak. Anak anak menjadi lebih berani ketika keterampilan motorik kasar mereka
meningkat. Kehidupan anak anak sangat aktif, lebih aktif daripada titik lain mana
pun pada siklus kehidupan. Ketrampilan motorik halus juga meningkat secara
substansial selama masa pra sekolah. Penguasaan keterampilan yang umum pada
masa ini adalah (Ahyani, 2018) :
1) Keterampilan tangan

Antara usia 5 dan 6 tahun, sebagian besar anak-anak sudah pandai melempar
dan menangkap bola. Mereka dapat menggunakan gunting, dapat membentuk
tanah liat, membuat kue-kue dan menjahit. Dengan krayon, pensil dan cat
anakanak dapat mewarnai gambar, menggambar atau mengecat gambarnya
sendiri dan dapat menggambar orang
2) Keterampilan kaki

Pada usia antara 3 dan 4 tahun ia mulai naik sepeda roda tiga. Pada usia 5 atau 6
tahun ia belajar melompat dan berlari cepat. Mereka juga sudah dapat memanjat,
lompat tali, keseimbangan tubuh dalam berjalan di atas dinding atau pagar,
sepatu roda, menari dan sebagainya.

c. Perkembangan kognitif

Pada masa ini, anak mulai memperhatikan hal-hal kecil yang tadinya tidak
diperhatikan. Dengan demikian, anak-anak tidak lagi bingung kalau menghadapi
benda-benda, situasi atau orang-orang yang memilki unsur-unsur yang sama. Piaget
menamakan tahap berpikir praoperasional, suatu tahap yang berlangsung dari usia 2
atau 3 tahun sampai 7 atau 8 tahun. Piaget dalam Ahyani (2018) membagi
perkembangan kognitif tahap praoperasi dalam dua bagian yaitu umur 24 tahun
dicirikan oleh perkembangan pemikiran simbolis. dan umur 4-7 tahu dicirikan oleh
perkembangan intuitif.
Karakteristik anak pada tahap praoperasional adalah mereka menanyakan
serentetan pertanyaan. Pertanyaan mereka memberi petunjuk akan perkembangan
mental mereka dan mencerminkan rasa ingin tahu intelektual. Pertanyaan ini
menandai munculnya minat anak anak akan penalaran dan penggambaran mengapa
sesuatu seperti itu.
d. Perkembangan bahasa

Keterampilan bahasa pada anak usia pra sekolah mengalami perkembangan yang
pesat, dimensi perkembangan bahasa pada usia ini mencakup (Ahyani, 2018):
1) Peningkatan dalam keterampilan berbicara
Pada usia pra sekolah merupakan saat berkembang pesatnya penguasaan tugas
pokok dalam belajar berbicara, yaitu menambah kosa kata, menguasai pengucapan
kata-kata dan menggabungkan kata-kata menjadi kalimat
2) Isi pembicaraan
Pada mulanya, pembicaraan anak-anak bersifat egosentris dalam arti ia
terutama bicara tentang dirinya sendiri, berkisar pada minat, keluarga dan
miliknya. Menjelang akhir awal masa kanak-kanak mulailah pembicaraan yang
bersifat sosial dan anak berbicara tentang orang lain di samping dirinya sendiri
3) Jumlah bicara
Awal masa kanak-kanak terkenal sebagai masa tukang ngobrol, karena
sekali anak dapat berbicara dengan mudah, ia tak putusputusnya bicara.
Sebaliknya, ada anak-anak lain yang relatif diam, yang tergolong pendiam.
e. Perkembangan psikososial

a) Perkembangan emosi
Emosi yang umum pada awal masa pra sekolah adalah (Ahyani,
2018) :
1) Amarah
Penyebabnya adalah pertengkaran mengenai permainan, tidak
tercapainya keinginan dan serangan yang hebat dari anak lain. Ia
mengungkapkan rasa marah dengan ledakan marah yang ditandai menangis,
berteriak, menggertak, menendang, atau memukul.
2) Takut

Pada mulanya reaksi anak terhadap rasa takut adalah panik, kemudian
berlari, menghindar dan bersembunyi, menangis dan menghindari situasi yang
menakutkan. Hal-hal yang menimbulkan rasa takut yang umum adalah
pengalaman yang kurang menyenangkan, seperti cerita-cerita, gambar, acara
radio,televisi dan sebagainya.
3) Cemburu

Anak menjadi cemburu jika ia mengira bahwa minat dan perhatian


orang tua beralih kepada orang lain, misalnya adiknya yang baru lahir. Anak
mengungkapkan kecemburuannya dengan mengompol, pura-pura sakit, nakal
dan sebagainya yang semuanya itu bertujuan untuk menarik perhatian.
4) Ingin tahu
Reaksi pertama adalah dalam bentuk penjelajahan sensorimotorik,
kemudian sebagai akibat dari tekanan sosial dan hukuman ia bereaksi dengan
bertanya
5) Iri hati

Hal ini diungkapkan dengan berbagai cara, dan yang paling umum
adalah mengeluh tentang benda miliknya, dengan mengungkapkan keinginan
untuk memiliki barang seperti dimiliki orang lain. Atau dengan mengambil
benda orang lain yang menimbulkan iri hatinya tersebut
6) Gembira

Ia mengungkapkan kegembiraannya dengan tersenyum dan tertawa,


bertepuk tangan, melompat-lompat atau memeluk benda atau orang yang
membuatnya bahagia
7) Sedih

Anak mengungkapkan kesedihannya dengan menangis atau kehilangan


selera makan, maupun kegiatan lain yang biasa ia lakukan. Anak biasanya
merasa sedih jika ia kehilangan seseorang atau sesuatu yang dianggap berarti
bagi dirinya
8) Kasih sayang

Ia mengungkapkan kasih sayang dengan fisik, misalnya memeluk,


menepuk dan mencium objek kasih sayangnya.
b) Perkembangan social

Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh iklim sosiopsikologis


keluarganya (Yahya, 2011). Jika di lingkungan keluarga tercipta suasana yang
harmonis, saling memperhatikan, saling membantu dalam menyelesaikan tugas
keluarga, terjalin komunikasi antar anggota keluarga dan konsisten dalam
melaksanakan aturan, maka anak akan memilki kemampuan atau penyelesaian
sosial dalam hubungan dengan orang lain.
Pola perilaku sosial pada anak antara lain: meniru, persaingan, kerja sama,
simpati (kadang-kadang timbul sebelum usia 3 tahun), empati (mengerti
perasaan dan emosi orang lain dan membayangkan dirinya pada kondisi orang
lain). Sedangkan perilaku tidak sosial antara lain: negativisme ( melawan otoritas
orang dewasa, perlawanan fisik berubah menjadi perlawaanan verbal dan pura-
pura tidak mendengar atau tidak mengerti), agresif (dari bentuk serangan fisik
berubah menjadi serangan verbal atau memaki/menyalahkan orang lain),
perilaku berkuasa, mementingkan diri sendiri, merusak, pertentangan seks
(sering kali laki-laki berperilaku agresif yang melawan anak perempuan),
prasangka (prasangka sosial timbul pertama-tama dari prasangka agama atau
sosial ekonomi, tetapi lebih lambat dari prasangka seks).

c) Perkembangan Moral

Menurut Piaget dalam Ahyani (2018) pada masa ini pengertian anak
tentang baik dan buruk, tentang keadilan, menjadi lebih beragam dan lentur.
Dalam hal penilaian baik-buruk ia mulai mempertimbangkan dampak dari situasi
khusus. Ia mulai memahami bahwa penilaian tentang baik dan buruk dapat
berubah, tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku itu. Piaget
percaya bahwa masa anak-anak awal ditandai oleh moralitas heteronom, tetapi
pada usia 10 tahun mereka beralih ke suatu tahap yang lebih tinggi yang disebut
moralitas otonom. Menurut Piaget, anak anak yang lebih tua memperhitungkan
maksud individu, percaya bahwa aturan dapat berubah, dan sadar bahwa
hukuman tidak selalu menyertai suatu perbuatan yang salah.
Pada usia ini anak sudah dapat mengikuti tuntutan dari orang tua atau
lingkungan sosialnya. Pada akhir usia ini, anak sudah dapat memahami alasan
yang mendasari suatu peraturan. Disamping itu anak sudah dapat
mengelompokkan setiap bentuk perilaku dengan konsep benar-salah.

Menurut Keliat et.al (2011) karakteristik perilaku psikososial anak pra


sekolah antara lain:
a. Perkembangan normal : inisiatif

1) Perkembangan motorik halus : bisa mengikat tali sepatu, menggunakan


gunting, meniru gambar, menulis beberapa huruf dan angka.
2) Perkembangan motorik kasar : bisa mengendarai sepeda roda tiga, naik
tangga, melompat dengan satu kaki, menangkap bola, melompati tali.
3) Anak mengenal jenis kelaminnya.
4) Anak mengalami kecemburuan dan persaingan terhadap orang tua sesama
jenis.
5) Anak merasakan cinta terhadap orang tua lain jenis.
6) Anak sering meniru ibu dan ayahnya seperti dalam hal berpakaian.
7) Anak suka menghayal dan kreatif.
8) Orang terdekat anak adalah keluarga.
9) Kesadaran moral mulai berkembang.
10) Anak suka bermain dengan teman sebaya.

11) Mulai berkembang superego dan berkurang egosentrisnya.

b. Penyimpangan perkembangan : rasa bersalah

1) Tidak percaya diri, malu untuk tampil


2) Pesimis, tidak memiliki minat dan keinginan
3) Takut salah dalam melakukan sesuatu
4) Sangat membatasi aktifitasnya sehingga terkesan malas dan tidak
mempunyai inisiatif
3. Proses Terjadinya

Inisiatif adalah kelanjutan autonomi. Parameternya adalah kualitas usaha,


perencanaan, dan kegiatan dengan tujuan motorik melakukan sesuatu. Melalui cara ini,
anak belajar menguasai dunia di sekitarnya, mempelajari keterampilan dasar dan
hukum alam. Contohnya: benda jatuh ke bawah, bola dan roda menggelinding,
aritmatika sederhana seperti tambah dan kurang, bertanya dan menjawab pertanyan
dengan baik dan lain-lain. Setelah penguasaan pada hal-hal ini mulai berkembang,
anak mulai beraktivitas dengan tujuan nyata. Contohnya: anak berusia 3 tahun mulai
menyusun pasir di pantai untuk membuat rumah. Suatu emosi baru yaitu rasa bersalah
(guilt) mulai timbul dan dapat membingungkan anak bila upayanya gagal. Pengertian
guilt tersebut sangat berbeda dengan konsep rasa bersalah pada orang dewasa, yang
selain bersifat emosional juga bernuansa kognitif, sedangkan pada tingkat
perkembangan ini, pemahaman guilt lebih mendekati pemahaman emosi “kecewa”
pada orang dewasa. Karena itu, bila ia menyusun pasir terlalu tinggi sehingga “rumah”
tersebut runtuh, ia merasa bersalah dan marah atau menangis. Karena itu, kita tidak
boleh mengatakan kepada si anak, itulah, karena tidak mau mendengar perkataan
orang tua, rumahnya runtuh.” Rasa bersalah yang sangat kuat akan timbul pada anak.
Ia merasa bahwa dirinya anak nakal karena rumah tersebut runtuh. Ia tidak berani lagi
berinisiatif menyusun pasir tinggi-tinggi untuk membuat rumah yang tinggi. Ia
terhambat dalam mengembangkan jeberanian dan kemandirian. Ia bergantung pada ide
orang lain. Ia tidak mengembangkan kompetensi menjadi orang berprestasi, konseptor,
atau pemimpin dan tidak bercita-cita tinggi (Nurdin, 2011).
Pada tahap perkembangan ini, kompetensi penilaian (judgement) mulai
berkembang melalui krisis initiative versus guilt. Berdasarkan penilaian awal tersebut,
anak mulai mengembangkan perilaku kepemimpinan, konseptor, dan pencapaian
tujuan (goal oriented behaviour). Namun, perilaku tersebut harus kita kendalikan agar
tidak menjadi risk taking behavior. Contohnya: nekad menyeberang jalan raya,
memanjat di tempat berbahaya, bermain api, dan sebagainya. Anak tetap harus
merasakan rasa bersalah bila ia melakukan aktivitas yang tidak dapat ditoleransi.
Karena itu, keseimbangan antara inisiatif dan rasa bersalah sangat penting pada tahap
perkembangan ini (Nurdin, 2011).
.
4. Faktor predisposisi

1) Biologis
• Imunisasi lengkap

• Tidak ada riwayat sakit fisik/cacat

• Tidak ada riwayat trauma kepala

• Tidak ada riwayat genetic gangguan jiwa

2) Psikologis
• Pencapaian 8 aspek perkembangan: kognitif, bahasa, komunikasi, emosi,
moral, spiritual, psikososial, fisik (motorik kasar dan halus)
• Kemampuan toilet training (pada usia 1-3 tahun)

3) Sosiokultural
• Dukungan keluarga dalam menstimulasi tumbang di usia 1-3 tahun

• Anak yang diinginkan

• Tidak ada labeling diri negative dari keluarga

• Tidak ada kekerasan fisik, verbal, emosi

• Dilibatkan dalam mengambil keputusan sederhana

• Keluarga menstimulasi tumbuhnya inisiatif anak

• Belajar konsep benar-salah, baik-buruk

• Dilibatkan dalam kegiatan ibadah

5. Faktor presipitasi

1) Biologis
• Pertumbuhan fisik sesuai usia 
tidak ada keluhan fisik saat ini
• status nutrisi baik
• tidak ada gangguan tidur 
belajar keterampilan fisik baru.
2) Psikologis
• diberi kesempatan bertanya

• diberi kesempatan bercerita tentang pengalamannya

• diberi kesempatn bermain dengan teman sebayanya

• diberi kesempatan berlatih mewarnai, membaca, menulis

3) Sosiokultural
• mendapatkan kesempatan berteman, berinteraksi dengan orang lain

• mudah adaptasi dengan lingkungan baru

• mengenal jenis kelamin

• mendapat kesempatan terlibat dalm pekerjaan rumah tangga sederhana

• diterima dan disayangi oleh lingkungan keluarga

• mendapat kesempatan mengenal hal baru

• mendapat feedback dari lingkungan sekitar

6. Penilaian stressor

1) Kognitif

Mampu menunjukkan inisiatif, banyak bertanya, kritis terhadap informasi,


mampu menilai konsep benar-salah, sebab-akibat, mampu berbicara dengan kalimat
panjang, mengenal warna (minimal 4 warna)
2) Afektif

Amarah, takut, iri hati, sedih, cemburu, kasih sayang,


gembira, ingin tahu.
3) Fisiologis
Tidak nafsu makan, perubahan kebiasaan tidur, kebiasaan latihan/aktifitas
harian anak, toileting : mengompol.
4) Perilaku

Tidak percaya diri, malu untuk tampil, pesimis, tidak memiliki minat dan
keinginan, takut salah dalam melakukan sesuatu, sangat membatasi aktifitasnya
sehingga terkesan malas dan tidak mempunyai inisiatif
5) Respon sosial

Tidak mau bermain, tidak mau keluar rumah, menarik diri.

7. Sumber koping

1) Personal ability

Kemampuan anak mengetahui identitas dirinya, menunjukkan minat pada hal


yang disenangi, mudah berpisah dengan orang tua
2) Social support

Kemampuan orang tua dalam mengetahui perkembangan anak usia


prasekolah, penyimpangan tugas perkembangan, cara menstimulasi, mencari
informasi yankes.
3) Material Asset
Asuransi kesehatan: jamkesmas, dll; penghasilah keluarga: mencukupi
kebutuhan keluarga, keluarga memiliki tabungan dan asset pribadi, punya akses ke
yankes.
4) Positif belief
Orang tua percaya dengan yankes, persepsi yang baik terhadap nakes, selalu
menggunakan yankes, keyakinan agama yang berhubungan dengan kesehatan,
keyakinan budaya keluarga yang berhubungan dengan kesehatan

8. Mekanisme koping

1) Konstruktif
Mudah berpisah dengan orangtua, menghayal dan kreatif, bermain dengan
menggunakan alat-alat yang ada di rumah, belajar keterampilan fisik baru, melakukan
prilaku yang benar misal: mengikuti disiplin orangtua, mengidentifikasi jenis kelamin,
mengenal warna (minimal 4 warna), berbicara dalam kalimat panjang
2) Destruktif
Tidak percaya diri, malu untuk tampil, pesimis, tidak memiliki minat dan
keinginan, takut salah dalam melakukan sesuatu, sangat membatasi aktifitas sehingga
terkesan malas dan tidak punya inisiatif

9. Pengkajian

a. Identitas

Nama anak ,usia dan jenis Kelamin, nama dan pekerjaan orang tua/wali.

b. Keluhan

Keluhan utama saat pengkajian, keluhan yang paling sering muncul /


dominan dirasakan oleh anak maupun keluhan yang disampaikan orang tua
tentang kesehatan fisik maupun perilaku anaknya.
c. Status pertumbuhan dan perkembangan saat ini

Aspek yang dikaji berupa perkembangan fisik, psikoseksual, kognitif dan


moral sesuai tahapan usia anak pra sekolah.
d. Faktor predisposisi Biologis :

• Imunisasi lengkap

• Tidak ada riwayat sakit fisik/cacat

• Tidak ada riwayat trauma kepala

• Tidak ada riwayat genetic gangguan jiwa

Psikologis
• Pencapaian 8 aspek perkembangan: kognitif, bahasa, komunikasi, emosi,
moral, spiritual, psikososial, fisik (motorik kasar dan halus)
• Kemampuan toilet training (pada usia 1-3 tahun)

Sosiokultural
• Dukungan keluarga dalam menstimulasi tumbang di usia 1-3 tahun
• Anak yang diinginkan

• Tidak ada labeling diri negative dari keluarga

• Tidak ada kekerasan fisik, verbal, emosi

• Dilibatkan dalam mengambil keputusan sederhana

• Keluarga menstimulasi tumbuhnya inisiatif anak

• Belajar konsep benar-salah, baik-buruk

• Dilibatkan dalam kegiatan ibadah

e. Faktor presipitasi
Biologis
• Pertumbuhan fisik sesuai usia  tidak ada keluhan fisik saat ini
• status nutrisi baik
• tidak ada gangguan tidur  belajar keterampilan fisik baru.

Psikologis
• diberi kesempatan bertanya
• diberi kesempatan bercerita tentang pengalamannya
• diberi kesempatn bermain dengan teman sebayanya
• diberi kesempatan berlatih mewarnai, membaca, menulis

Sosiokultural
• mendapatkan kesempatan berteman, berinteraksi dengan orang lain
• mudah adaptasi dengan lingkungan baru
• mengenal jenis kelamin
• mendapat kesempatan terlibat dalm pekerjaan rumah tangga sederhana
• diterima dan disayangi oleh lingkungan keluarga
• mendapat kesempatan mengenal hal baru
• mendapat feedback dari lingkungan sekitar
f. Penilaian terhadap stressor
Respon anak dalam menghadapi stressor baik respon kognitif, afektif, fisiologis
dan sosial
g. Sumber koping

Kemampuan yang dimiliki oleh anak dan orang tua untuk menghadapi
masalah/stressor, sumber daya lingkungan, dan asset material yang bisa digunakan
untuk mempertahankan kesehatan fisik dan mental anak.
h. Mekanisme koping

• Konstruktif
Mudah berpisah dengan orangtua, menghayal dan kreatif, bermain
dengan menggunakan alat-alat yang ada di rumah, belajar keterampilan fisik
baru, melakukan prilaku yang benar misal: mengikuti disiplin orangtua,
mengidentifikasi jenis kelamin, mengenal warna (minimal 4 warna), berbicara
dalam kalimat panjang
• Destruktif
Tidak percaya diri, malu untuk tampil, pesimis, tidak memiliki minat
dan keinginan, takut salah dalam melakukan sesuatu, sangat membatasi aktifitas
sehingga terkesan malas dan tidak punya inisiatif

10. Diagnosa Keperawatan

 Kesiapan peningkatan perkembangan anak pra sekolah

11. Rencana Tindakan Keperawatan

1) Tujuan Asuhan Keperawatan


a. Kognitif, anak mampu:

• Berinisiatif untuk bermain pada alat – alat rumah tangga


• Menciptakan kreatifitas dan senang berhayal
• Memahami perbedaan benar dan salah
• Mengenal beberapa warna
• Merangkai kata dan kalimat
• Mengenal jenis kelamin
b. Psikomotor, anak mampu:

• Mempertahankan kesehatan fisik


• Melakukan kegiatan fisik sesuai usianya
• Membantu pekerjaan rumah tangga yang sederhana
• Melakukan permainan yang diajarkan
• Mencoba hal baru dan pantang menyerah
c. Afektif, klien:

• Senang bermain dengan teman sebaya


• Mampu mengekspresikan rasa senang, sedih, marah secara wajar
2) Tindakan
Tindakan pada anak :
b. Latih anak kebersihan diri

c. Bantu anak mengembangkan keterampilan motorik: bermain dengan


melibatkan aktifitas fisik, ciptakan lingkungan yang aman bagi anak, beri
kesempatan sukses
d. Latih anak mengembangkan keterampilan bahasa: ajak anak nerkomunikasi
dengan sopan santun, beri contoh yang benar
e. Latih anak mengembangkan keterampilan psikososial: motivasi anak untuk
bermain dengan teman sebaya dan mengikuti perlombaan
f. Latih anak memahami identitas dan peran sesuai jenis kelamin: ajari anak
mengenal bagian tubuh dan fungsinya, ajari anak mengenal perbedaan jenis
kelamin
g. Bantu anak mengembangkan kecerdasan: bantu anak menggali kreatifitasnya,
bimbing anak mengembangkan keterampilan baru, latih anak mengenal huruf,
angka, warna dan benda, serta latih anak membaca, menggambar dan
berhitung.
h. Bantu anak mengenal dan memahami nilai moral: terapkan nilai agama dan
budaya positif pada anak, latih kedisiplinan pada anak
i. Beri pujian pada pencapaian anak terhadap tugas rumah/tugas sekolah

j. Ajak anak berdiskusi tentang pengalaman yang menyenangkan,


rencana/gagasan/ide
k. Latih disiplin: waktu belajar, waktu bermain, dan lain – lain.

Tindakan pada keluarga


a. Jelaskan perkembangan yang harus dicapai anak pra – sekolah

b. Latih cara memfasilitasi inisiatif anak pra – sekolah, hindarkan menyalahkan


tetapi lebih kepada membimbing
c. Sediakan permainan dan kegiatan yang mendorong inisiatif

d. Ajarkan cara mendorong inisiatif: bertanya ide/gagasan/keinginan anak:


fasilitasi dan dampingi serta beri pujian
e. Menyepakati waktu penggunaan smartpone dan media sosial

f. Diskusikan tanda penyimpangan dan cara mengatasinya serta pelayanan

Kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahyani, N.L, Astuti, D. (2018). Buku Ajar Psikologi Perkembangan Anak dan
Remaja. Penerbit : Badan Penerbit Universitas Muria Kudus. ISBN: 9 789021 180761.

Damayanti, R., Keliat. B.A.K., Hastono, S.P. (2010). Pengaruh Terapi Kelompok
Terapeutik (TKT) Terhadap Kemampuan Ibu dalam Memberikan Stimulasi
Perkembangan Inisiatif Anak Usia Pra Sekolah di Kelurahan Kedaung Bandar Lampung. FIK
UI : Jakarta

Depkes.(2006). Pedoman Pelaksanaan Simualsi, Deteksi dan Intervensi Dini


Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar. Direktorat Bina Kesehatan
Anak Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat: Depkes RI

Keliat, B.A., Daulima, N.C.H., & Farida, P. (2011). Manajemen Keperawatan


Psikososial dan Kader Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC

Muhmila M., Hardisana., dan Indria Dini. 2010. Psikologi Umum dan Anak:
AKBID YPSDMI GARUT;

Nurdin, A.E.(2011). Tumbuh kembang Perilaku Manusia. Cetakan I. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 66 tahun 2014 tentang Pemantauan


Pertumbuhan, Perkembangan, dan gangguan tumbuh Kembang Anak.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta : DPD PPNI.

Psikologi Perkembangan (Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan).


Jakarta.Erlangga; Jahja Yurdik. 2011.
.

Anda mungkin juga menyukai