Anda di halaman 1dari 19

TUGAS TERSTRUKTUR DOSEN PENGAMPU

Rentang Perkembangan Manusia Taufik Hidayat, Dr., M. Kes.

Rentang Perkembangan Masa Kanak-Kanak Awal dan Akhir

Disusun oleh:

Laila Fathurohmah : 190103040445

Meliana Annisa : 190103040137

Raudhatul Jannah : 190103040440

Siti Rahimah : 190103040432

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI BANJARMASIN

FAKULTAS USHULUDDIN DAN HUMANIORA

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM

BANJARMASIN

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanak-kanak merupakan masa pembentukan karakter yang paling credible, pada
tahap ini juga anak mudah sekali diajarkan sesuatu hal yang bahkan sering dianggap
sulit. Anak-anak sangat senang untuk mencoba sesuatu sekalipun ia tidak bisa karena
pada dasarnya anak-anak merasa tertantang. Dalam bermain pun anak-anak dipancing
oleh kemampuan motoriknya. Sehingga memunculkan kreativitas luar biasa.
Anak-anak perlu bimbingan dari orang tua maupun lingkungan dalam
mengembangkan kemampuan kognitif dan motorik mereka. Kemampuan yang terdapat
pada anak-anak berbeda satu dengan yang lain. Sehingga peran keluarga dan
lingkungan sangatlah penting untuk mengendalikan dan mengarahkan kemampuan
mereka.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan dan pertumbuhan fisik dan psikomotorik pada masa
kanak-kanak awal dan akhir?
2. Bagaimana perubahan sensori dan persepsi pada masa kanak-kanak awal dan
akhir?
3. Bagaimana perkembangan reflek, gerak, dan perilaku kompleks pada masa
kanak-kanak awal dan akhir?
4. Apa saja gangguan perkembangan pada anak?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui perkembangan dan pertumbuhan fisik dan psikomotorik pada
masa kanak-kanak awal dan akhir.
2. Untuk mengetahui perubahan sensori dan persepsi pada masa kanak-kanak awal
dan akhir.
3. Untuk mengetahui perkembangan reflek, gerak, dan perilaku kompleks pada
masa kanak-kanak awal dan akhir.
4. Untuk mengetahui jenis gangguan perkembangan pada anak.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan dan Pertumbuhan Fisik dan Psikomotorik


Masa kanak-kanak dimulai setelah melewati masa bayi hingga saat anak dapat
berdiri sendiri sekitar usia 2 tahun sampai anak matang secara seksual sekitar usia 13
tahun untuk wanita dan 14 tahun untuk pria. Perkembangan biologis pada masa ini
berjalan sangat cepat, namun secara sosiologis masih sangat terikat oleh lingkungan
dan keluarganya.

1. Masa Kanak-Kanak Awal (Early Childhood)


Masa kanak kanak awal dimulai pada umur 2 sampai 6 tahun yang sering disebut
sebagai problem age atau troublesome age, karena orang tua sering dihadapkan pada
masalah anak-anak yang tidak menurut, keras kepala, dan negativisme. Masa kanak-
kanak awal disebut juga dengan masa pra sekolah, yaitu masa persiapan secara fisik
dan mental untuk menghadapi tugas-tugas saat memulai pendidikan formal. Namun,
para psikologi menyebut masa kanak-kanak awal ini sebagai:1
a. Usia kelompok, yaitu anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai
persiapan dan penyesuaian diri saat mereka memasuki sekolah.
b. Usia menjelajah atau eksplorasi, yaitu anak-anak ingin mengetahui keadaan
lingkungannya, mekanismenya, perasaannya, dan bagaimana ia dapat menjadi
bagian dari lingkungannya.
c. Usia bertanya, yaitu anak banyak bertanya mengenai berbagai hal yang ingin
ia ketahui atau jelajahi.
d. Usia meniru, yaitu anak meniru gaya pembicaraan dan tindakan orang yang ia
temui.
e. Usia kreatif, yaitu anak lebih menunjukkan kreativitas dalam bermain.

Menurut beberapa para ahli, tugas perkembangan pada masa kanak-kanak awal
yaitu belajar mengerti tentang perilaku seks yang benar, belajar membedakan benar
dan salah dalam hubungannya dengan orang-orang di luar rumah terutama di
lingkungan tetangga, sekolah, dan teman bermain, belajar mengembangkan hati
1
Miftahul Jannah, Tugas-Tugas Perkembangan pada Usia Kanak-Kanak, International Journal of
Child and Gender Studies Vol. 1 No. 2, 2015, 89.
nurani, dan belajar memberi dan menerima kasih sayang, toilet training, belajar
membedakan jenis kelamin, dan belajar kontak perasaan dengan orang lain.
Perkembangan pada masa kanak-kanak awal dibagi menjadi beberapa, yaitu:

A. Perkembangan Fisik
- Pertumbuhan tinggi mencapai 6,25 cm setiap tahun dan berat 2,5 – 3,5 kg
setiap tahun.
- Pada usia 6 tahun, berat harus kurang lebih mencapai tujuh kali berat
pada waktu lahir.
- Postur tubuh anak berbentuk gemuk (endomorfik), berotot (mesomorfik),
dan relatif kurus (ektomorfik).
- Tulang dan otot anak mengalami pengerasan.
- Wajah tetap kecil, dagu tampak jelas, dan leher memanjang. Gumpalan
tubuh berkurang dan tubuh cenderung berbentuk kerucut, dengan perut
yang rata, dan dada yang lebih bidang, bahu lebih luas dan persegi,
lengan dan kaki lebih panjang dan lurus, tangan dan kaki lebih besar.

B. Perkembangan Motorik
Awal masa kanak-kanak ialah masa paling menyenangkan bagi mereka untuk
mempelajari keterampilan tertentu. Guna mengeksplor kemampuan dan minat
anak-anak dari sesuatu yang mereka senangi sehingga bisa memunculkan
kreativitas yang bersifat keterampilan. Keterampilan pada dasarnya ada pada
tangan dan kaki, seperti keterampilan dalam aktivitas makan dan berpakaian
sendiri. Kemajuan terbesar keterampilan berpakaian pada kanak-kanak antara
usia 1,5 dan 3,5 tahun.2

a. Perkembangan Motorik Kasar


Motorik kasar mencakup keterampilan otot-otot besar, misalnya
merangkak, tengkurap, mengangkat leher, berlari, melempar, menangkap,
dan duduk.
- Usia 4 tahun menyukai kegiatan fisik yang menantang, seperti melompat
dari tempat tinggi dan mulai belajar sepeda roda tiga dan berenang.

2
Perkembangan Anak-anak Awal
- Usia 5 atau 6 tahun menyukai perlombaan, seperti balapan sepeda,
balaparan lari, dan kegiatan lainnya yang mengandung bahaya. Mereka
juga sudah pandai melempar dan menangkap, melompat, berlari cepat,
dan memanjat.
- Saat mencapai usia Taman Kanak-kanak, mereka harus bisa mandi dan
berpakaian sendiri, mengikat tali sepatu dan menyisir rambut dengan
sedikit atau tanpa bantuan.
- Keterampilan kaki yang sudah dikuasai yaitu lompat tali,
menyeimbangkan tubuh, sepatu roda, bermain sepatu es, dan menari.3

b. Perkembangan Motorik Halus


Perkembangan motorik halus pada masa kanak-kanak ditekankan pada
koordinasi gerakan yang berkaitan dengan kegiatan meletakkan dan
memegang suatu objek menggunakan jari tangan. Pada masa ini, anak sudah
mampu mengkoordinasikan gerakan visual motorik, seperti
mengkoordinasikan gerakan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara
bersama-sama seperti menulis dan menggambar. Melalui keterampilan
motorik, anak dapat menghibur dirinya dan memperoleh kesenangan seperti
senang saat memainkan boneka dan melempar bola.
Peningkataan potensi psikomotorik akan lebih baik jika lingkungan
tumbuh kembang anak sangat mendukung gerak anak mencari kreativitas.
Kegitan diluar ruangan bisa menjadi pilihan paling bagus karena dapat
memberikan stimulus perkembangan otot. Keterampilan yang sudah bisa
dilakukan, yaitu:4
- Memutar kenop, penutup, pengicik telur.
- Menuang cairan tanpa tumpah.
- Merapatkan atau membuka resleting, kancing, dan pengait celana.
- Membawa atau menyisipkan benda dengan tingkat
- Membentuk adonan mainan atau tanah liat.
- Menggunakan peralatan menulis dengan baik.

3
Sujarwo dan Cukup Pahala Widi, Kemampuan Motorik Kasar dan Halus Anak Usia 4-6 Tahun,
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. Vol. 11 No. 2, 2015, 97.

4
Hiryanto, dkk, Masa Kanak-kanak Awal,
2. Masa Kanak-Kanak Akhir (Late Childhood)
Masa kanak-kanak akhir dialami pada usia 6 tahun sampai masuk ke masa
pubertas sekitar usia 11-13 tahun yang biasa disebut masa usia sekolah atau masa
intelektual, dimana anak sudah siap untuk mendapat pendidikan di sekolah. Orang
tua menyebut masa ini dengan usia yang menyulitkan dan usia yang tidak rapih
karena anak tidak mau menuruti perintah orang tua dan lebih banyak dipengaruhi
oleh teman sebayanya. Sedangkan para pendidik melabelkan masa ini dengan
periode kritis dalam dorongan prestasi. Ahli psikologi juga menyebut masa ini
sebagai usia berkelompok, usia penyesuaian diri, usia kreatif, dan usia bermain.5
Menurut Robert J. Havighurst, tugas perkembangan pada masa kanak-kanak
akhir yaitu:6
- Mempelajari dan mengembangkan keterampilan fisik maupun yang
diperlukan
untuk kehidupan sehari-hari
- Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri
- Belajar menyesuaikan diri dengan teman sebayanya
- Mengembangkan peran sosial gender yang tepat
- Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, tata, dan tingkatan nilai.
- Mencapai kebebasan pribadi

A. Perkembangan Fisik
- Pertumbuhan fisik lebih stabil
- Jaringan lemak berkembang lebih cepat dari pada jaringan otot
- Keterampilan gerak mengalami kemajuan pesat, semakin lancar, dan
lebih terkoordinasi dibanding masa sebelumnya.
- Pertumbuhan tinggi mencapai 2-3 inchi setiap tahun. Rata-rata anak
perempuan lebih tinggi daripada anak laki-laki.
- Rahang dan mulut bertambah besar, dahi melebar dan rata, bibir berisi,
hidung lebih besar dan membentuk, badan memanjang, leher lebih
panjang, dada melebar, perut tidak buncit, lengan dan tungkai
memanjang, tangan dan kaki dengan lambat tumbuh membesar.
5
Hurlock, Developmental Psychology: A Lifespon Approach, (Jakarta: Erlangga, 1990), 146-148.

6
Miftahul Jannah, Tugas-Tugas Perkembangan pada Usia Kanak-Kanak, International Journal of
Child and Gender Studies Vol. 1 No. 2, 2015, 91.
- Mempunyai 22 buah gigi tetap.7

B. Perkembangan Motorik
Selama masa anak-anak akhir, perkembangan motorik anak menjadi lebih
halus dan lebih terkoordinasi daripada masa awal kanak-kanak. Untuk
memperhalus keterampilan-keterampilan motorik mereka, anak-anak terus
melakukan berbagai aktivitas fisik. Aktivitas fisik ini dilakukan dalam bentuk
permainan yang bersifat informal maupun permainan yang diatur sendiri oleh
anak.
Anak-anak pada masa ini mengembangkan kemampuan dengan melakukan
permainan dengan peraturan, karena mereka sudah paham dan dapat menaati
peraturan dalam permainan tersebut. Pada waktu yang sama, anak-anak
mengalami peningkatan dalam koordinasi dan pemilihan waktu yang tepat dalam
melakukan berbagai cabang olahraga yang dapat membuat anak untuk belajar
bersaing, meningkatkan harga diri, dan memperluas pergaulan dengan teman
sebaya.
Keterampilan yang sudah dapat dilakukan yaitu:
- Usia 6 tahun, koordinasi antara mata dan tangan digunakan untuk
membidik, menyepak, melempar, dan menangkap sudah berkembang.
- Usia 7 tahun, tangan anak semakin kuat dan mereka lebih menyukai
menulis menggunakan pensil.
- Usia 8-10 tahun, tangan digunakan secara bebas, mudah, dan tepat. Anak
sudah bisa menulis dengan baik, ukuran huruf menjadi lebih kecil dan
lebih rapi.
- Usia 10-12 tahun, mulai memperlihatkan keterampilan yang menyerupai
kemampuan orang dewasa, seperti menghasilkan karya kerajinan atau
memainkan instrumen musik. Pada usia ini, anak-anak juga mempunyai
kegemaran membaca yang mencapai puncaknya.
- Sudah mempunyai kosa kata yang banyak sehingga kemampuan
berbicara atau komunikasinya lebih bermakna.
7
Zadit Alkaff, Akhir Masa Kanak-Kanak (Ilmu Jiwa Perkembangan), 2015 di
https://www.kompasiana.com/zadit/54f95a5aa3331176178b4c39/akhir-masa-kanakkanak-ilmu-jiwa-
perkembangan# pada 9 November 2020.
B. Perubahan Sensori dan Persepsi
1. Perkembangan Sensorik

Kemampuan sensorik adalah sistem penghantar rangsangan dari reseptor


kepusat otak. Keterampilan yang dimiliki seorang anak untuk menggunakan
indra yang ada pada dirinya yang meliputi indra penglihatan, pendengaran,
perasa, penciuman, hingga sentuhan. Dikutip dari Collaborative for Children,
dengan adanya kemampuan sensorik, anak bisa mengenali dan menjelajahi
lingkungan sekitar selama masa tumbuh kembangnya. Jadi bisa dibilang,
kemampuan sensorik adalah salah satu aspek perkembangan yang penting untuk
dimiliki dengan baik oleh anak. Kemampuan sensorik anak akan berkembang
seiring dengan usianya.8 Secara rinci, ada 7 hal mendasar mengenai keterampilan
sensorik guna mendukung perkembangan anak:

1. Penciuman (alfaktor) berhubungan gengan rangsangan pada penciuman

dengan memberikan indra penglihatan

2. Penglihatan (visual) berhubungan dengan rangsangan pada indra


pendengaran.

3. Peraba (taktil) berhubungan dengan indra peraba yaitu berupa stimulasi


taktil yang dapat dilakukan melalui sentuhan dang tekanan.

4. Pendengaran (auditori) berhubungan dengan rangsangan pada indra


pendengaran.

5. Keseimbangan (vastibular) berhubungan dengan rangsangan pada


keseimbangan tubuh dapat di lakukan dengan memberi rangsangan
dengan ayunan lembut.

6. Pengecapan, berhubungan dengan rangsangan pada indra pengecap


dengan memperkenalkan rasa.

7. Gerak antar sendi (propioseptif) berhubungan dengan rangsangan


persendian tubuh dengan menggerak-gerakkan aroma harum.
8
Karinta Ariani Setia Putri, Perkembangan Kemampuan Sensorik Bayi dan Cara Mengasahnya,
di https://hellosehat.com/parenting/bayi/kemampuan-sensorik-bayi/ pada 10 November 2020.
Kemampuan sensorik sebenarnya tidak berfungsi sendiri, melainkan
berhubungan dengan kecerdasan emosional anak, perkembangan kognitif anak,
serta fisik. Semua indra yang ada pada tubuh harus saling bekerja sama guna
mendukung proses pembelajaran, pergerakan, serta perilaku anak. 9

2. Perkembangan Persepsi

Pendidikan anak usia dini merupakan dimana anak harus mulai melakukan
pembelajaran dengan baik. Ada beberapa aspek yang akan dipelajari oleh anak
usia dini salah satunya yaitu aspek persepsi. Aspek ini merupakan aspek penting
yang akan dipelajari oleh anak usia dini untuk mengembangkan pengetahuan
baginya. Terdapat pengertian persepsi yang dikemukakan menurut para ahli,
yaitu:

1. Menurut Davidoff, 1981 : Persepsi merupakan proses pengorganisasian dan


penginterpretasikan terhadap stimulus oleh organisme atau individu sehingga
didapat sesuatu yang berarti dan merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam
diri individu.

2. Menurut Moskowitz dan Orgel, 1969 : Persepsi merupakan proses yang


intergrated dalam diri individu terhadap stimulus yang diterima.

3. Menurut Linzdzey dan Aronson : Suatu proses yang terjadi dalam diri
sesorang yang bertujuan untuk mengetahui, menginterpretasi, dan
mengevaluasi orang lain yang di persepsi baik mengenai sifatnya,
kualitasnya, ataupun keadaan lain yang ada dalam diri orang yang di persepsi
sehingga terbentuk gambaran mengenai orang lain sebagai objek persepsi
tersebut.

4. Mender, 1958 : Persepsi adalah suatu proses aktivitas sesorang dalam


memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan
sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain.

9
https://www.zwitsal.co.id/archive/stimulasi-maksimal-pada-7-sistem-sensorik-bayi-?
#:‘:text=Memberi%20stimilasi%20pada%20sistem%20sensorik,%2C%20Visua%2C%20auditori%20dan
%20pengecapan
5. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Persepsi adalah
tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang
mengetahui beberapa hal melalui panca indera.

Persepsi bagi anak usia dini merupakan aspek yang paling dominan untuk
melakukan pembelajaran, karena persepsi memerlukan objek dan pancaindera.
Jadi untuk melakukan pembelajaran pada anak usia dini sebaiknya menggunakan
aspek persepsi ini, karena apa yang dilakukan anak pasti membutuhkan objek
dan panca indera. Persepsi juga memiliki beberapa jenis, antara lain :

 Persepsi visual : persepsi visual yaitu dengan indera penglihatan. Persepsi ini
merupakan tahap awal bagi anak usia dini karena disini anak usia dini mulai
mengenal dunianya. Seperti melakukan kegiatan yang dilakukan sehari-hari .
seperti anak usia ini dengan memulai pembelajaran pastinya dengan
menggunakan indera penglihatan untuk melihat suatu objek yang akan
digunakan untuk media belajarnya.

 Persepsi auditori : persepsi auditori yaitu dengan indera pendengaran.


Persepsi ini setiapa hari dilakukan untuk anak usia dini, karena dalam
melakukan pembelajaran anak usia dini mampu mendengarkan apa yang
telah diajarkan oleh pendidik atau guru.

 Persepsi pengerabaan : persepsi pengerabaan dengan kulit. Yakni anak


mampu merangsang seperti merasakan apa yang telah dirasakaannya melalui
kulit. Yakni anak mampu merasakan hembusan angin, dan lain-lain.

 Persepsi penciuman : persepsi penciuman yakni hidung, anak usia dini untuk
melakukan pembelajaran atau dapat mencium sesuatu misalnya bau yang ada
disekitarnya itu kan menggunakan indera penciuman yaitu hidung.

 Persepsi pengecapan : persepsi pengecapan yakni lidah. Anak untuk dapat


merasakan rasa seperti saat ia makan.

Proses terjadinya persepsi stimulus mengenai alat indera merupakan proses


fisik. Stimulus yang diterima oleh alat indera diteruskan oleh saraf sensori ke
otak. Proses ini disebut proses fisiologis kemudian terjadilah proses di otak
sebagai pusat kesadaran sehingga anak menyadari apa yang dilihat, apa yang
didengar, apa yang diraba. Proses yang terjadi di otak atau dalam pusat kesadaran
inilah yang disebut sebagai pusat psikologis. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa anak usia dini mampu melakukan proses persepsi ini, karena
anak usia dini untuk melakukan proses pembelajaran yang mulus dengan
menggunakan proses persepsi ini, karena proses ini dilakukan pada kehidupan
sehari-hari. Tanpa adanya aspek persepsi ini anak usia ini ataupun individu
laainnya tidak akan dapat melakukan hal-hal yang akan dilakukannya dengan
sempurna.Jadi, aspek persepsi sangatlah penting bagi pembelajaran anak usia
dini.10

C. Gangguan Perkembangan Anak


1. Retardasi Mental (Tua Grahita)

Tuna Grahita atau Mental Retardation (MR) pada mulanya memang


mengacu pada aspek kognitif saja (ketidakmampuan dalam berfikir), tetapi
ternyata aspek kognitif yang rendah ini juga akan berpengaruh dalam fungsi-
fungsi psikologi yang lain sehingga defisinisi menjadi berkembang.

Retardasi mental ialah keadaan dengan intelegensia yang kurang (subnormal)


sejak masa perkembangan. Biasanya juga terdapat perkembangan mental yang
kurang secara keseluruhan. Retardasi mental bukan suatu penyakit walaupun
retardasi mental merupakan hasil dari proses patologik di dalam otak yang
memberikan gambaran keterbatasan terhadap intelektual dan fungsi adaptif.
Retardasi mental dapat terjadi tanpa atau dengan gejala gangguan jiwa ataupun
gangguan fisik yang lainnya.

Perkembangannya bervariasi, banyak anak dengan retardasi mental menjadi


lebih baik seiring berjalannya waktu, terutama bila mereka mendapatkan
dukungan, bimbingan dan kesempatan pendidikan yang besar. Apabila mereka
tumbuh dalam lingkungan yang kurang baik, maka dapat menghambat
perkembangan anak atau mengalami kemunduran dalam hubungannya dengan
anak-anak yang lain.

10
Putri Wulan, Aspek Persepsi bagi Anak Usia Dini, 2016, di
https://www.kompasiana.com/putri-wulan/56f34ce8f57a61fc04cee67f/aspek-persepsi-bagi-anak-usia-
dini?page=2 pada 10 November 2020.
Retardasi mental dapat disebabkan oleh aspek biologis, psikososial, atau
kombinasi keduanya. Penyebab biologis mencakup gangguan kromosom dan
genetis, penyakit infeksi, dan penggunaan alkohol pada saat ibu mengandung.
Meski demikian, masih banyak lagi kasus-kasus retardasi mental yang tidak
dapat dijelaskan, lebih utamanya retardasi mental yang ringan. Mungkin
penyebabnya merupakan dari unsur budaya atau keluarga, seperti pengasuhan
dalam lingkungan rumah yang miskin atau interaksi antar faktor psikososial dan
genetis. Namun gangguan ini dapat dicegah dan diobati.

Dalam melakukan pencegahan terdapat beberapa cara yaitu pencegahan


primer, pencegaham sekunder, dan pencegahan tersier. Pencegahan primer dapat
dilakukan dengan pendidikan kesehatan pada masyarakat, perbaikan keadaan
sosio ekonomi, konseling genetik dan tindakan kedokteran. Pencegahan sekunder
meliputi diagnosa dan pengobatan dini peradangan otak, perdarahan subdural,
kraniostenosis. Pencegahan tersier merupakan pendidikan penderita atau latihan
khusus sebaiknya disekolah luar biasa. Dapat diberi neuroleptika kepada yang
gelisah, hiperaktif atau dektrukstif.11

2. ADHD (Attention-Deficit Hiperactivy Disorder)

ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik


anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan
cenderung berlebihan. Gejalanya bisa ditandai dengan berbagai keluhan perasaan
gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu
meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri.

Gangguan perkembangan ADHD ini biasanya didiagnosis pertama kali


ketika anak berada di sekolah dasar, ketika masalah dengan perhatian atau
hiperaktifitas-impulsifitas menyulitkan anak untuk menyesuaikan diri. ADHD
disiagnosis 2 sampai 9 kali lebih banyak diderita oleh anak lak-laki dibanding
anak perempuan. Kurangnya perhatian juga merupakan dasar dari masalah yang
mencakup ketidakmampuan untuk duduk tenang lebih dari beberapa menit,
mengganggu temper tantrum, keras kepala, dan tidak berespon terhadap hukum.
11
Nathania Bayu Astrella, ADHD pada Anak dengan Retardasi Mental, Jurnal Psikologi Vol 5
No 1, 2018, 39.
Aktifitas dan kegelisahan pada anak ADHD menghambat kemampuan
mereka untuk berfungsi di sekolah. Mereka tampak tidak dapat duduk dengan
tenang. Mereka gelisah dan bergerak-gerak di kursi, mengganggu kegiatan anak-
anak lain, mudah marah dan melakukan perilaku yang berbahaya seperti berlari
kejalan tanpa melihat.

Gejala ADHD pada bayi yaitu terlalu banyak bergerak, sering menangis,
mempunyai pola tidur yang buruk, sulit makan atau minum, sellau kehausan, dan
cepat marah. Sedangkan gejala ADHD pada balita yaitu sulit berkonsentrasi atau
mempunyai rentang konsentrasi yang sangat pendek, sangat aktif dan selalu
bergerak, impulsif, cenderung penakut, mempunyai daya ingat yang pendek,
tidak percaya diri, mempunyai masalah tidur, sulit makan, dan sangat cerdas
tetapi prestasi belajar tidak prima.

3. Autistik

Autisme, spektrum autisme, dan kelainan perkembangan pervasif, merupakan


kelainan perkembangan yang luas meliputi kelainan kognitif dan perilaku. Gejala
utamanya adalah gangguan sosialisasi, gangguan komunikasi verbal dan non-
verbal, dan perilaku yang terbatas dan diulang-ulang, sesuai dengan kriteria
diagnostik. Autisme, sering terjadi pada anak-anak, angka kejadiannya sekitar 1
diantara 500 anak.

Kelainan ini sering tidak diketahui atau tidak terdiagnosis sampai usia 2-3
tahun, penyebab utama karena label yang diberikan pada anak atau salah
diagnosis. Penyebab lain adalah tidak tersedianya alat untuk skrining yang dapat
digunakan secara rutin. Padahal diagnosis dini dan intervensi dini dapat
memperbaiki kondisi sebagian besar anak yang menderita autism, yaitu dengan
cara merencanakan pendidikan anak, dukungan dan pendidikan pada keluarga,
pengelolaan stres dan penderitaan bathin keluarga, dan memberikan pelayanan
kesehatan dan pengobatan pada anak.

Autisme adalah gangguan pervasif pada anak yang ditandai dengan adanya
gangguan dan keterlambatan dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku,
komunikasi dan interaksi sosial. Autisme atau gangguan autistic adalah salah
satu gangguan terparah dimasa kanak-kanak. Autism bersifat kronis dan
berlangsung sepanjang hidup. Anak-anak yang menderita autis tampak benar-
benar sendiri di dunia, terlepas dari upaya orang tua untuk menjembatani muara
yang memisahkan mereka.

Anak-anak autis sering digambarkan oleh orang tua sebagai “bayi yang baik”
diawal masa balita. Namun, setelah mereka berkembang, mereka mulai menolak
afeksi fisik seperti pelukan dan ciuman. Perkembangan bahasanya berada
dibawah standart. Biasanya mereka mulai menunjukkan jarak sejak tahun
pertama, seperti tidak mau memandang wajah orang lain.

Gejala-gejala autism, yaitu:

1. Sikap anak yang menghindari tatapan mata (eye contaact) secara langsung

2. Melakukan gerakan atau kegiatan yang sama secara berulang-ulang


(repetitive), gerakan yang terlalu aktif atau sebaliknya terlalu lamban.

3. Terkadang pertumbuhan fisik atau kemampuan bicara sangat terlambat

4. Sangat lamban dalam menguasai bahasa sehari-hari, hanya mengulang-ulang


beberapa kata saja atau mengeluarkan suara tanpa arti.

5. Hanya suka akan mainannya sendiri dan mainan itu saja yang dia mainkan.

6. Serasa dia mempunyai dunianya sendiri, sehingga sulit untuk berinteraksi


dengan orang lain.

7. Suka bermain air dan memperhatikan benda yang berputar, seperti roda
sepeda atau kipas angina

8. Kadang suka melompat, mengamuk atau menangis tanpa sebab. Anak autis
sangat sulit dibujuk, bahkan menolak untuk digendong dan dibujuk oleh
siapapun

9. Sangat sensitive terhadap cahaya, suara maupun sentuhan

10. Mengalami kesulitan mengukur ketinggian dan kedalaman, sehingga mereka


sering takut melangkah pada lantai yang berbeda tinggi.
Gangguan autism ini dapat diterapi dengan menggunaka beberapa cara,
yaitu:12

1. Applied Behavioral Analysis (ABA)

ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai. Sistem yang dipakai adalah
memberi pelatihan khusus pada anak dengan memberikan positive
reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini bisa diukur kemajuannya.

2. Terapi Wicara

Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam bicara dan
berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol, banyak pula individu
autistik yang non-verbal atau kemampuan bicaranya sangat kurang. Kadang-
kadang bicaranya cukup berkembang, namun mereka tidak mampu untuk
memakai bicaranya untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain.

3. Terapi Okupasi

Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam perkembangan


motorik halus. Gerak-geriknya kaku dan kasar, mereka kesulitan untuk
memegang pensil dengan cara yang benar, kesulitan untuk memegang sendok
dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain sebagainya. Dalam hal ini terapi
okupasi sangat penting untuk melatih mempergunakan otot -otot halusnya
dengan benar.

4. Terapi Fisik

Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak diantara


individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam motorik kasarnya.
Kadang-kadang tonus ototnya lembek sehingga jalannya kurang kuat.
Keseimbangan tubuhnya kurang bagus. Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris
akan sangat banyak menolong untuk menguatkan otot-ototnya dan memperbaiki
keseimbangan tubuhnya.

5. Terapi Sosial

12
http://saradevina.wordpress.com/2010/06/04/autisme-retardasi-mental-dan-adhd/
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah dalam
bidang komunikasi dan interaksi. Banyak anak-anak ini membutuhkan
pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi dua arah, membuat teman, dan
main bersama ditempat bermain. Seorang terapis sosial membantu dengan
memberikan fasilitas pada mereka untuk bergaul dengan teman-teman sebaya
dan mengajari cara-caranya.

6. Terapi Bermain

Seorang anak autistik membutuhkan pertolongan dalam belajar bermain.


Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan
interaksi sosial. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dengan teknik
tertentu.

7. Terapi Perilaku

Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Teman-temannya seringkali tidak


memahami mereka, mereka merasa sulit mengekspresikan kebutuhannya,
Mereka banyak yang hipersensitif terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak
heran bila mereka sering mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk
mencari latar belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya
dengan merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut untuk
memperbaiki perilakunya.

8. Terapi Perkembangan

Floortime, Son-rise dan RDI (Relationship Developmental Intervention)


dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak dipelajari minatnya,
kekuatannya dan tingkat perkembangannya, kemudian ditingkatkan kemampuan
sosial, emosional dan Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan
terapi perilaku seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih
spesifik.

9. Terapi Visual

Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual learners atau
visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk mengembangkan
metode belajar komunikasi melalui gambar-gambar, Dan PECS (Picture
Exchange Communication System). Beberapa video games bisa juga dipakai
untuk mengembangkan ketrampilan komunikasi.

10. Terapi Biomedik

Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang tergabung dalam


DAN (Defeat Autism Now). Banyak dari para perintisnya mempunyai anak
autistik. Mereka sangat gigih melakukan riset dan menemukan bahwa gejala-
gejala anak ini diperparah oleh adanya gangguan metabolisme yang akan
berdampak pada gangguan fungsi otak. Terrnyata lebih banyak anak mengalami
kemajuan bila mendapatkan terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan
dari dalam tubuh sendiri (biomedis).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Masa kanak-kanak awal (early childhood) dimulai dari umur 2-6 tahun Pada masa
kanak-kanak awal ditandai dengan perkembangan fisik yang pertumbuhan tinggi
mencapai 6,25 cm setiap tahun dan berat 2,5 – 3,5 kg setiap tahun, postur tubuh anak
berbentuk gemuk (endomorfik), berotot (mesomorfik), dan relatif kurus (ektomorfik),
tulang dan otot anak mengalami pengerasan, wajah tetap kecil, dagu tampak jelas, dan
leher memanjang, gumpalan tubuh berkurang dan tubuh cenderung berbentuk kerucut,
dengan perut yang rata, dan dada yang lebih bidang, bahu lebih luas dan persegi, lengan
dan kaki lebih panjang dan lurus, tangan dan kaki lebih besar. Sedangkan perkembangan
motoriknya terbagi menjadi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar mencakup
keterampilan otot-otot besar, misalnya merangkak, tengkurap, mengangkat leher, berlari,
melempar, menangkap, dan duduk. Sedangkan pada motorik halus ditekankan pada
koordinasi gerakan yang berkaitan dengan kegiatan meletakkan dan memegang suatu
objek menggunakan jari tangan.
Sedangkan pada masa kanak-kanak akhir (late childhood) dimulai dari umur 6-13
tahun. Pada masa kanak-kanak akhir ini ditandai dengan perkembangan fisik
Keterampilan gerak mengalami kemajuan pesat, semakin lancar, dan lebih terkoordinasi
dibanding masa sebelumnya. Pada perkembangan motoriknya anak menjadi lebih halus
dan lebih terkoordinasi daripada masa awal kanak-kanak. Untuk memperhalus
keterampilan-keterampilan motorik mereka, anak-anak terus melakukan berbagai
aktivitas fisik, salah satunya dengan melakukan permainan yang memakai peraturan.
Kemampuan sensorik berhubungan dengan kecerdasan emosional
anak, perkembangan kognitif anak, serta fisik. Semua indra yang ada pada tubuh harus
saling bekerja sama guna mendukung proses pembelajaran, pergerakan, serta perilaku
anak. Sedangkan perkembangan persepsi bagi anak usia dini merupakan aspek yang
paling dominan untuk melakukan pembelajaran, karena persepsi memerlukan objek dan
panca indera. Persepsi sendiri terbagi menjadi beberapa yaitu auditori, visual,
pengerabaan, pengecapan, dan penciuman.
Dalam proses perkembangan anak terdapat beberapa gangguan yang menghambat
perkembangan anak, yaitu retardasi mental (tua grahita,) ADHD, dan autism.
Daftar Pustaka

Alfiyan, Akhmad. (2017). Periodisasi Perkembangan Masa Kanak-Kanak Awal.


Alkaff, Zadit. (2015). Akhir Masa Kanak-Kanak (Ilmu Jiwa Perkembangan) di
https://www.kompasiana.com/zadit/54f95a5aa3331176178b4c39/akhir-masa-
kanakkanak-ilmu-jiwa-perkembangan# pada 9 November 2020.
Astrella, Bayu Nathania. (2018). ADHD pada Anak dengan Retardasi Mental, Jurnal
Psikologi Vol 5: 1, 38-49.
Hiryanto, dkk. Masa Kanak-kanak Awal.
Hurlock. (1990). Developmental Psychology: A Lifespon Approach. Jakarta: Erlangga.
Jannah, Miftahul. (2015). Tugas-Tugas Perkembangan pada Usia Kanak-Kanak.
International Journal of Child and Gender Studies, Vol. 1: 2.
Putri, Asri Adila. (2015). Masa Kanak-Kanak Awal (AUD) Perkembangan Psikososial
di https://www.kompasiana.com/asriadila/555317346523bdd90c16ffc8/masa-
kanak-kanak-awal-aud-perkembangan-psikososial# pada 9 November 2020.

Putri, Karinta Ariani Setia. (2020). Perkembangan Kemampuan Sensorik Bayi dan Cara

Mengasahnya di https://hellosehat.com/parenting/bayi/kemampuan-sensorik-
bayi/ pada 10 November 2020.

Sujarwo dan Cukup Pahala Widi. (2015). Kemampuan Motorik Kasar dan Halus Anak
Usia 4-6 Tahun. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. Vol. 11: 2.
Wulan, Putri. (2016). Aspek Persepsi bagi Anak Usia Dini, 2016, di
https://www.kompasiana.com/putri-wulan/56f34ce8f57a61fc04cee67f/aspek-
persepsi-bagi-anak-usia-dini?page=2 pada 10 November 2020.

Anda mungkin juga menyukai