Anda di halaman 1dari 11

UPAYA PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK SEJAK

PERKEMBANGAN USIA DINI, MELALUI PERAN ORANG TUA

Maulida Novi Rahmawati


Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu Keguruan Insitut
Agama Islam Negeri Ponorogo
Email : nopinopi521@gmail.coom

Abastrak : Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi yang dimiliki
melalui proses pembelajaran. Peran pendidikan sangat penting dalam memajukan sumber daya bangsa.
Perlunya menamkan pendidikan pada anak sejak usia dini, agar mereka memiliki karakter yang baik.
Pendidikan karakter pada anak usia dini mengajarkan tentang mana hal yang baik dan buruk. Pendidikan
anak usia dini merupakan pembinaan yang dilakukan orang tua ataupun orang lain dalam memberikan
rangsangan pendidikan kepada anak mulai sejak lahir sampai berusia enam tahun. Arti penting
pendidikan usia dini sudah menjadi salah satu perhatian pemerintah. Terdapat sebuah angapan bahwa
pendidikan yang dimuali dari taman kanak-kanak pun seberannya sudah terlambat. Pada usia 0-4 sel
jaringan otak anak mengalami perkembangan yang luar biasa. Apabila saat usia tersebut anak tidak
mendapat rangsangan yang maksimal, akan menyebabkan pertumbuhan fisik maupun mental tidak
berkembang secara optimal. Dalam hal ini peran kelurga sangat strategis dalam optimilasi pendidikan
anak.

Kata Kunci : Anak Usia Dini, Pendidikan Karakter, Orang Tua

Abstract : Education is an effort so that humans can develop their potential through the learning process.
The role of education is very important in advancing the nation's resources. The need to instill education
in children from an early age, so that they have good character. Character education in early childhood
teaches about what is good and bad. Early childhood education is coaching carried out by parents or other
people in providing educational stimuli to children from birth to six years of age. The importance of early
childhood education has become one of the government's concerns. There is an assumption that
education that starts from kindergarten is too late. At the age of 0-4 children's brain tissue cells
experience extraordinary development. If at that age the child does not get maximum stimulation, it will
cause physical and mental growth not to develop optimally. In this case, the role of the family is very
strategic in optimizing children's education.

Keyword : early childhood, character building. parent


Pendahuluan

Anak merupakan anugrah terindah dari Tuhan, dan dalam hal ini orang tua memiliki
peran yang luar biasa dalam mendidiknya agar menjadi manusia yang memiliki karakter
baik. Selain dalam urusan mendidik orang tua juga memiliki tangungjawab dalam
perekembangan fisik maupun perkembangan mental pada anak. Tugas ayah dan ibu dalam
hal mendidik adalah sama, sebab banyak anggapan pada dilingkungan sekitar bahwa
kewajiban dan peran ayah hanyalah bekerja mencari nafkah untuk menghidupi keluarga
sedangkan ibu bertugas mendidikan anak dan mengurusi pekerjaan rumah tangga. Padahal
dalam hal ini keduanya bisa berjalan beriringan tanpa harus memberatkan salah satu pihak.
Ayah merupakan pendidik, pelindung, dan pemimpin keluarga. Adapun kewajiban
dari ibu adalah menjaga, memelihara, mengelola keluarga, merawat dan mendidik anak.
Pada prinsipnya setiapp ayah dan ibu pasti mengiginkan keberhasilan dalam pendidikan
anaknya yaitu memiliki karakter yang baik, maka agar hal tersebut dapat terwujud harus
adanya usaha keras dari kedua orang tua untuk menenamkan pendidikan karakter sejak
anak usia dini. Pendidikan dalam keluarga sangat berperan mengembangkan watak,
kepribadian, mengajarkan cara berbahasa dan pergaulan sehari-hari pada anak,
mengajarkan moral, dan mengajarkan keterampilan. Dari lingkungan keluarga tersebut
dapat dijadikan fondasi untuk memulai langkah-langkah pembiasaan bersikap dan
berperilaku baik. Hal ini dapat dimulai dari teladan yang diberikan oleh kedua orang tua
terlebih dahulu.
Terdapat banyak anggapan bahwa pendidikan baru bisa dimulai ketika anak sudah
memasuki sekolah dasar. Padahal faktanya pendidikan dapat dimulai sejak anak usia dini
melalui perantara lingkungan keluarga. Chicago, mengemukakan pada pertumbuhan sel
jaringan otak pada anak usia 0-5 mencapai 50% dapat diartikan sebagai usia emas. Karena
ketika usia tersebut seorang anak tidak mendapatkan rangsangan yang maksimal maka
segala tumbuh kembang anak baik dalam hal fisik maupun mental tidak akan berkembang
secara optimal.
Metode

Penelitian yang digunakan menggunakan studi keperpustakaan library research


dengan memusatkan perhatian pada pembentukan karakter anak usia dini. Pada teknik
pengumpulan data dilakukan dengan mengidentifikasi buku, jurnal, artikel, dan hasil
penelitian terdahulu yang mendukung tema penelitian. Libarary research
menginterprestasikan data secara deskripsi analisis. Teknik analisis data menggunakan
pendekatan deskriptif analisi. Tahapan ini dimualai dengan melakukan reduksi data dari
sumber kepustakaan, kemudian mengorganisasi dan memaparkan data, dan melakukan
verifikasi kemudian di akhiri dengan menyimpulkan data untuk menyabab rumusan
masalah.

Hasil Pembahasan

Pendidikan Anas Usia Dini

Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang diselengarakan dengan tujuan
untuk memfalitasi pertumbuhan dan perkembang anak secara menyeluruh meliputi
berbagai aspek. Berdasarkan Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional menjelaskan bahwa pPendidikan anak usia dini merupakan upaya untuk
pembinaan yang ditunjukan sejak dalam usia kandungan sampai mereka berusia 6 tahun,
yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan agar membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani anak. Dari undang-undang ini dengan tegas
menjelaskan pentingnya pendidikan anak sejak usia dini.
Proses perkembangan anak sejak lahir sampai enam tahun meliputi berbagai aspek
mulai dari aspek fisik, non fisik dengan cara memberikan rangsangan pada perkembangan
spiritual, moral, emosional, motorik, akal pikiran, dan sosial. Upaya yang dilakukan meliputi
pemeliharaan kesehatan, pemberian nutrisi dan vitamin, stimulasi intelektual, belajar secara
aktif dan memberikan kesempatan pada anak untuk mengekplorasi diri dalam berbgai
kesempatan.
Pernyataan dari Developmentally Approprite Practices (DAP) menyatakan bahwa
pendidikan anak usia berada pada usia 0-8 tahun. Pada fase ini anak memiliki
perkembangan mental yang sangat pesat. Dengan demikian, pendidikan anak usia dini
dapat menjadi sarana untuk menggali potensi anak agar dapat berkembang secara optimla.
Berdasarkan karakteristik anak usia dini dan karakteristik perkembangan anak usia dini.
Karakteristik anak usia dini dengan orang dewasa dalam berprilaku. Dengan demikian,
dalam hal belajar dan mengerjakan sesuatu pastinya berbeda dengan orang dewasa. Berikut
karakteristik anak usia dini :

a. Bersifat egosentaris
b. Mempunyai relasi sosial dengan benda-bendadan manusia yang sifatnya sederhana
dan primitive
c. Ada satu kesatuan jasmani dan rohani yang hampir tidak terpisahkan sebagai satu
totalitas, sikap hidup fisiognomis yaitu anak secara langsung memberikan
atribut/sifat lahiriyah atau matrelial terhadap suatu kegiatan

Sedangkan menurut Hartati mengemukakan beberapa karakteristik anak usia dini


yaitu :

a. Memiliki rasa ingin tahu yang besar


b. Merupakan pribadi yang unik
c. Suka berfantasi dan berimajinasi
d. Masa potensial untuk belajar
e. Memiliki sifat egonsentaris
f. Memiliki rentan daya konsentrasi yang pendek
g. Merupakan bagian dari makhluk sosial

Berikut karakteristik perkembangan anak usia dini :

a. Masa bayi usia 0-1 tahun


Pada masa bayi ini perkembangan fisik mengalami kecepatan yang sangat luar biasa,
paling cepat dibandingkan usia selanjutnya. Berikut berbagai karakteristik anak usia
bayi :
- Mempelajari keterampilan motorik mulai dari lari, berguling, merangkak, duduk,
berdiri, dan berjalan.
- Mempelajari keterampilan menggunakan panca indra seperti melihat,
mengamati, mendengarkan, meraba, mengecap, dan memasukan makanan ke
mulutnya.
- Mempelajari komunikasi sosial.Dengan dimulai dari lingkungan sekitar melalui
komunikasi responsive dari orang sekitar akan mendorong bayi dalam
memperluas respon verbal dan non verbal.

b. Usia 2-3
Pada usia inii terdapat beberapa kesamaan karakteristik dengan masa sebelumnya,
yang secara fisik masih mengalami pertumbuhan yang pesat. Berikut karakteristik
khusus bagi anak usia 2-3 tahun:
- Mereka sangat aktif mengeksplorasi benda-benda yang ada disekitarnya dan
memiliki rasa ingin tahu yang luar biasa. Eksplorasi yang dilakukan anak terhadap
berbagai benda yang ditemui merupakan sebuah proses belajar yang efektif.
Motivasi belajar pada anak usia 2-3 tersebut menepati grafik tertinggi.
- Mereka mulai mengembangkan kemampuan berbahasa yang diawali dengan
berceloteh tidak jelas, kemudia dapat berbicara satu atau dua patah meskipun
belum jelas maknanya. Mereka terus belajar tentang komunikasi dimulai dari
memahami pembicaraan orang lain lalu mengungkapan apa yang ada di isi
hatinya.
- Mereka mulai belajar mengembangkan emosi. Perkembangan emosi anak
berdasarkan pada lingkungan sekitar. Sebab emosi bukan ditentukan dari
bawahan, tetapi bagaimana lingkungan sekitar memperlakukannya.

c. Usia 4-6 tahun


Pada usia ini anak memiliki karakteristik sebagai berikut :
- Berkaitan dengan perkembangan fisik dalam usia ini, anak sangat aktif
melakukan berbagai kegiatan. Hal ini dapat bermanfaat bagi pengembangan
otot-otot kecil maupun besar. Contohnya dengan berlari dan melompat.
- Perkembangan bahasa mereka semakin baik. Pada usia ini anak mampu
memahami pembicaraan orang lain, meniru pembicaraan orang lain, mengulang-
ngulang pembicaraan dan mengungkapkan apa yang ada di pikirannya, meskipun
terbatas.
- Dalam hal permainan pada usia ini bersifat individu namun aktivitas
permainannya dilakukan bersama.
Tumbuh Kembang Anak

Kata pertumbuhan sering kali dikaitkan dengan kata perkembangan dan akhirnya
menjadi sebuah istilah tumbuh kembang. Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa
pertumbuhan merupakan bagian dari perkembangan. Tapi pada hakekatnya pertumbuhan
dan perkembangan merupakan dua hal yang berbeda. Makna pertumbuhan adalah
perubahan ukuran dan bentuk tubuh. Seperti bertambah tinggi, bertambah berat badan,
intinya perubahan pada fisik tubuh.
Dalam hal pertumbuhan seorang anak sangat mudah diamati melalui penimbangan
berat badan dan pengukuran tinggi badan. Pemantauan ini dapat dilakukan orang tua dan
pasti diperhatikan oleh desa melalui posyandu balita pada anak yang dilakukan secara terus
meneurus. Sedangkan perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung secara
bertahap dan dalam waktu tertentu. Seperti kecerdasan dan tingkah laku. Pada tahap
proses perubahan mental ini mengalami tahap kematangan terlebih dahulu. Jadi ketika saat
kematangan ini belum tiba maka anak sebaiknya tidak dipaksa untuk mempelajari/bisa akan
tahap selanjutnya.
Pada hakekatnya pertumbuhan dan perkembangan setiap anak berbeda-beda yaitu
ada yang cepata ada juga yang lambat, tergantung faktor bakat, genetik, dan lingkungan.
Maka dari itu perlakuan perlakuan terhadap anak berdeda dengan menyesuaikan tipe yang
dimiliki. Pertumbuhan anak tidak akan memberikan arti bagi masa depan anak jika derajat
kesehatan dan gizi anak kurang baik. Pertumbuhan pada otak anak ditentukan oleh
bagaimana cara pengasuhan dan pemberian makan serta stimulasi anak usia dini. Apabila
gizi buruk ataupun tidak seimbang ditambah derajat kesehatan yang rendah akan
menjadikan penghambat pertumbuhan otak serta akan menurunkan kemampuan otak
dalam mencatat, menyerap, dan merekonstruksi informasi.Selain itu dapat menghambat
pertumbuhan fisik dan motorik anak.

Kecerdasan Optimal Pada Anak Usia Dini

Hakekatnya setiap anak memiliki potensi kecerdasan masing-masing dengan latar


belakang yang berbeda-beda. Menurut Gardner, 1998. Kegiatan pendidikan anak usia dini
harus memperhatikan sembilan macam kecerdasan atau imajinasI yang dilakukan anak
tersebut ketika sedang belajar. Berikut sembilan kecerdasan tersebut :

a. Kecerdasan verbal, yaitu kemampuan anak untuk memanipulasi bahasa secara


efektif dan bertujuan untuk mengespresikan diri. Kemampuan ini dapat dirangsang
dengan bercerita, mendengarkan, berdiskusi, dan membaca.
b. Kecerdasan logika matematik, yaitu kemampuan untuk mendeteksi pola-pola dan
berpikir logis. Kemampuan ini dapat dirangsang dengan bermaian sambil berhitung
dan bermain dengan benda-benda.
c. Kecerdasan visual spasial, yaitu kemampuan anak dalam menyelesaikan masalah
dengan cara memanipulasi dan menciptakan melalui imajinasi mental. Kemampuan
ini dapat dirangsang melalui permainan kertas warna-warni, puzle, balok-balok,
mengambar dan melukis.
d. Kecerdasan musikal, yaitu kemampuan anak untuk mengenal irma dan ritme musik.
Kemampuan ini dapat dirangsang melalui irama, nada, berbagai bunyi, memainkan
alat musik, dan bertepuk tanggan.
e. Kecerdasan kinestik, yaitu kemampuan anak untuk menggunakan salah satu
kemampuan mental dalam mengkoordinasi gerakan tubuh. Kemampuan ini dapat
dirangsang melalui gerakan tubuh.
f. Kecerdasan mencintai keindahan alam, yaitu kemampuan anak untuk menangkap
informasi melalui keindahan alam. Kemampuan ini dapat dirangsang melalui
kegiatan bercocok tanaman, pengamatan lingkungan sekitar, dan mengamati gejala
alam.
g. Kecerdasan berkawan, yaitu kemampuan anak untuk melakukan hubungan antar
manusia. Kemampuan ini dapat dirangsang dengan bermaian bersama teman.
h. Kecerdasan mengenal diri sendiri, yaitu kemampuan untuk memahami diri sendiri.
Kemampuan ini dapat dirangsang dengan percaya diri, kontrol diri, disiplin, dan
mengenal diri sendiri.
i. Kecerdasan spiritual, yaitu kemampuan mengenal dan mencintai Tuhan.
Kemampuan ini dapat dirangsang melalui penanaman nilai-nilai moral, budi pekerti,
dan pendidikan agama.
Peran Orang Tua Sebagai Pendidik Anak Usia Dini

Pendidikan anak usia dini melalui peran keluarga dan lingkungannya. Banyak sekali
orang tua yang belum paham pentingnya pendidikan anak usia dini, maka dari itu
pemerintah memfasilitasi dengan adanya taman bermain/piaud/tk/ra. Pada hakekatnya
pendidikan formal maupun pendidikan non formal merupakan pelengkap bagi pendidikan
informal. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan utama bagi anak, karena keluarga
merupakan fondasi bagi anak untuk menumbuhkan strutur kepribadian. Dan orang tua
menjadi menjadi kunci bagi keberhasilan anak.
Pendidikan keluarga adalah upaya pendidikan yang dilaksanakan oleh keluarga
dengan memanfaatkan sumber yang ada dalam keluarga maupun lingkungan yang
berbentuk kegiatan belajar secara mandiri. Kelurga merupakan unit sosial terkecil yang
memiliki fungsi sosial dan fungsi pendidikan pada anak harus benar-benar dioptimalkan.
Pada tahap pertama peran orang tua mengajarkan pendidikan agama sejak usia dini, dengan
mengajarkan anak beribadah, membaca doa, dan mengikuti kegiatan positif. Karena setiap
agama yang dianut pasti mengajarkan kebaikan. Penanaman jiwa religius memang lebih baik
sejak anak usia agar ketika dewasa memliki benteng dalam berbuat sesuatu.
Peran orang tua pada tahap kedua mengajarkan anak pendidikan sosial yang dimulai
sejak usia dini, dengan memberikan contoh/teladan bagi anak untuk bertingkah laku sopan,
saling menyayangi sesama saudara, ramah dan sopan pada orang lain, bersahabat dengan
baik, dan bersifat adil. Adanya contoh yang diberikan orang tua akan memudahkan dalam
mengajarkan anak untuk berbuat sosial. Tahap ketiga peran orang tua mengajarkan
pendidikan karakter dengan mengajarkan sifat jujur, sopan, tidak boleh berbohong, tidak
boleh sombong, menghormati orang yang lebih, bertingkah sopan, dan bertangungjawab.

Pengaruh Lingkungan Keluarga Kepada Pendidikan Anak Usia Dini

Sejak usia dini anak memerlukan lingkungan yang baik, nyaman, dan tenang yang
sengaja diciptakan oleh keluarga, agar mengasah potensi dan dapat tumbuh secara optimal.
Pengaruh lingkungan keluarga pada pendidikan anak memili perbedaan. Ada keluarga yang
mendidik anak-anaknya sesuai dengan jaman yang ada/modern. Namun ada juga orang tua
yang mendidik anak-anaknya dengan cara terdahulu, sesuai yang pernah dialami orang tua
ketika masih usia anak-anak.
Sebagain keluarga mempadupadankan antara cara mendidik jaman dahulu dan cara
mendidik modern. Hal ini disebabkan karena keluarga satu dengan keluarga lainnya
berbeda. Dari lahir seorang anak sudah dirawat dan dibesarkan oleh kelurarga. Secara tidak
langsung keluarga mempengaruhi dan menentukan perkembangan dari anak tersebut
dengan cara benda-benda sekitar, orang-orang sekitar, adat istiadat, kebiasaan, dan
peraturan-peraturan yang ada dalam keluarga.
Dalam lingkungan keluarga anak-anak berinteraksi dengan seluruh anggota keluarga,
tidak menutup kemungkingan bahwa kebiasaan yang dilakukan anggota keluarga
mempengaruhi pendidikan formal maupun informal anak. Pendidikan formal yang
dimaksudkan seperti cara makan, tidur, berpakain, mandi, dan membersihkan tempat tidur.
Begitupun dengan pendidikan informal dalam keluarga yang banyak meletakkan dasar-dasar
kepribadian anak sejak usia dini.

Kesimpulan

Anak merupakan anugrah terindah yang diberikan oleh Tuhan kepada kedua orang
tua. Dan memiliki potensi yang luar biasa yang pastinya satu anak dengan anak yang lain
memiliki perbedaan. Dan pada hakekatnya anak baik, tinggal bagaimana orang tua/keluarga
mengarahkannya. Pendidikan pada anak usia dini sangatlah penting, terutama dalam
membentuk karakter anak. Masa emas/ anak usia 0-6 tahun yang dimana tumbuh dan
perkembangan fisik, kecerdasan, dan mental mengalami perkembangan yang cukup pesat.

Keluarga merupakan sebuah satuan unit kecil yang menjadi tempat pendidikan
pertama bagi anak untuk menetukan masa depan anak tersebut. Kelurga menjadi wadah
dan tempat untuk pertumbuhan dan perkembangan anak-anak yang mencangkup segala
aspek. Jadi keluarga memiliki peranan besar dalam membentuk karakter anak, sebab baik
buruknya seorang anak ditentukan dari keluarga/kedua orang tua. Sebagai orang tua
memang seharusnya memberikan yang terbaik pada anak, baik dalam pendidikan,
kesehatan sejak anak usia dini, agar nantinya anak dapat menjadi bermanfaat bagi orang
lain.
Daftar Pustaka

Hasanah, Uswatun.’’Pola Asuh Orang Tua Dalam Membentuk Karakter Anak’’. Jurnal
Elementary Insitut Agama Islam Negeri Metro 3, no 2, 2016.

Anda mungkin juga menyukai