Otonomi Pendidikan
Dosen Pengampu :
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Otonomi pendidikan tinggi mengandung pengertian bahwa lembaga
pendidikan tinggi harus memiliki kebebasan dalam mengambil keputusan
serta merumuskan kebijakan yang menyangkut permasalahan baik
administrasi maupun bagian lainnya tanpa campur tangan dari pemerintah.
Dapat dimaknai bahwa otonomi pendidikan tinggi bersifat kodrati juga
merupakan hak asasi untuk perguruan tinggi. Tujuan utama dari
pendidikan tinggi sendiri adalah membentuk manusia yang demokratis.
Oleh karena itu otonomi pendidikan iki dirasa sangat diperlukan pada
perguruan tinggi mengingat perguruan tinggi harus terbebas pada
kepentingan politik, kekuasaan. Pendidikan tinggi harus memiliki
pengetahuan berdasarkan kebenaran yang mereka ketahui, bukan
pembenaran.
Dengan adanya otonomi pendidikan, lembaga pendidikan seperti
perguruan tinggi dapat mengatur dan mengelola kegiatan secara mandiri
yang ada di perguruan tersebut baik dalam bidang akademik maupun non-
akademik sehingga mutu pendidikan di perguruan tinggi tersebut dapat
meningkat serta bisa bersaing secara global. Selain hal tersebut, otonomi
pendidikan juga diperlukan bagi perguruan tinggi untuk membantu
pencapaian cita-cita pendidikan nasional.
Akuntabilitas yang dapat diartikan sebgai pertanggung jawaban
mengenai kinerja yang dilaksanakan berpengaruh erat terhadap kinerja
otonomi pendidikan yang berada pada perguruan tinggi. Dimana pdalam
menjalankan kewenangan dalam pendidikan diperlukan tanggung jawab
yang penuh untuk mencapai hasil yang dituju.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian otonomi dan pendidikan Tinggi ?
2. Bagaimana penyelenggaraan badan hukum pendidikan ?
3. Bagaimana perkembangan akuntabilitas perguruan tinggi?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian otonomi dan pendidikan tinggi
2. Untuk mengetahui penyelenggaraan badan hukum pendidikan
3. Untuk mengetahui perkembangan akuntabilitas perguruan tinggi
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Hartono, Otonomi Pendidikan, Jurnal Potensia, Vol. 14, Edisi 1, 2015, hal 54-55.
2
Marsus Suti, Strategi Peningkatan Mutu Di Era Otonomi Pendidikan, Jurnal MEDTEK,
Vol. 3, No. 2, 2011, Hal 1-2
3
Indra Bastian, Akuntansi Pendidikan (Jakarta : Erlangga, 2006), hal 27.
3
Sarjana, Magister, Spesialis dan Doktor dimana pendidikan tersebut
diselenggarakan oleh perguruan tinggi.4
B. Badan Hukum Penyelenggara Otonomi Pendidikan
Penyelenggaraan otonomi pendidikan dilimpahkan oleh badan
hukum pendidikan kepada perguruan tinggi sebagai salah satu dari badan
hukum tersebut. Ini berarti wewenang penyelenggaraan otonomi
pendidikan tinggi merupakan wewenang yang diberikan kepada intusi atau
pejabat berdasarkan peraturan dan perundangan kerna
4
Syahrizal Abbas, Manajemen Perguruan Tinggi (Jakarta : Kencana Prenada Media
Group, 2008), hal 88.
4
Ada beberapa alternatif berupa opsi-opsi bentuk badan hukum
sehingga masing-masing perguruan dapat memilih sesuai dengan
aspirasi, kematangan organisasi, dan memberikan kemudahan serta
kenyamanan. Opsi bentuk badan hukum yang dapat digunakan dalam
pengelolaan perguruan tinggi, dapat dilaksanakan:
5
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan (UU Yayasan) dan Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun
2008 tentang Pelaksanaan UU Yayasan. Namun, apabila badan hukum
tersebut berbentuk perkumpulan maka tunduk pada Staatblad 1870
Nomor 64 tentang Perkumpulan-Perkumpulan Badan Hukum,
sebagaimana diubah dengan Staatblad 1904 Nomor 272 tentang
Perkumpulan-Perkumpulan Badan Hukum, Pasal 1653 sampai dengan
Pasal 1665 KUH Perdata, dan peraturan perundang-undang yang
mengatur perkumpulan.
6
2. pembukaan, perubahan dan penutupan program studi/fakultas;
3. kurikulum;
4. proses pembelajaran dan penilaian hasil belajar serta syarat
kelulusan;
5. kegiatan intrakulikuler dan ekstrakulikuler;
6. organisasi kemahasiswaan;
Pengecualian dalam pendelegasian kepada rektorat adalah dalam
bidang kewenangan terhadap keuangan, dimana pengelolaannya tetap
dilakukan oleh pengurus yayasan misalnya dalam hal penerimaan dan
pengeluaran untuk pemenuhan kebutuhan dalam rangka
penyelenggaraan pendidikan tinggi dan bila akan dilakukan tindakan
kepemilikan.5
C. Perkembangan Akuntabilitas Perguruan Tinggi
5
Carolina Magdalena Lasambouw, “ANALISIS KEBIJAKAN TENTANG OTONOMI
PERGURUAN TINGGI DALAM BENTUK BADAN HUKUM PENDIDIKAN,” Sigma-Mu 5, no. 2
(2013): 37–54.
6
H. A. R. Tilaar, 2001. Manajemen Pendidikan Nasional. Penerbit PT Remaja Rosda
Karya, Bandung.Hal 13
7
dalam jangka waktu pendek. Pengembangan itu tidak terjadi dari dalam,
melainkan “diatur” dari atas sesuai dengan kepentingan lingkungannya.
Sebaiknya, pendidikan ini teralihkan fokusnya kepada perkembangan dan
keterwujudan kemampuan manusia atau Human Capacity Development
(HCD) sepanjang hayat. Yang berhak dan mampu memiliki berbagai peran
dalam meraih berbagai peluang partisipasi, sebagai anggota masyarakat,
orang tua, pekerja dan konsumen. Human Capacity Development (HCD)
menunjukkan kontelasi keterampilan, sikap dan perilaku dalam
melangsungkan hidup mencapai kemandirian, sekaligus memiliki daya
saing tinggi dan daya tahan terhadap gejolak ekonomi dunia.7
7
Conny. R. Semiawan, 1999. Pendidikan Tinggi: Peningkatan Kemampuan Manusia,
Penerbit Grasindo, Jakarta.Hal 14-15
8
1. Rencana Induk Pengembangan (RIP)
2. Rencana Strategis
3. Kurikulum
4. Tenaga kependidikan
5. Calon mahasiswa
6. Sarana dan prasarana
7. Penyelenggaraan pendidikan
8. Penyelenggaraan penelitian
9. Penyelenggaraan pengabdian kepada masyarakat
10. Kerjasama
11. Administrasi dan pendanaan progam
12. Pelaporan kegiatan proses belajar mengajar
9
sarjana. Walaupun ujian negara dan status akreditasi perguruan tinggi,
belum dapat secara objektif menjamin mutu kelulusannya, namun paling
tidak secara administratif dapat dipertanggungjawabkan. Dengan
keluarnya SK ini, nampaknya ada sebagian besar PTS yang menyambut
gembira dan sebagian lagi kebingungan. Hal ini, dapat dimengerti, bagi
PTS daerah yang kecil, tentunya akan sulit untuk dapat bersaing dengan
PTS yang besar. Dengan adanya ujian negara, minimal ada lembaga lain
yang menjamin mutu lulusannya, yakni Kopertis dan Perguruan Tinggi
Negeri pembina. Sehingga dengan demikian, lulusannya dijamin oleh
kedua Institusi tersebut. Dengan tidak adanya Ujian Negara, maka
ijasahnya hanya ditanda tangani oleh pimpinan PTS setempat, yang secara
psikologis belum dikenal oleh masyarakat luas. Dari segi lain, dengan
keluarnya SK ini, PTS khususnya di daerah untuk dapat segera mandiri
dan melengkapi berbagai fasilitasnya, sehingga layak dikatakan sebagai
suatu Perguruan Tinggi. Tanggung jawab pengelola PTS semakin besar,
karena dapat dikontrol lulusannya oleh masyarakat. Hal ini merupakan
tantangan bagi PTS untuk dapat bersaing menghasilkan lulusannya yang
dapat diterima oleh masyarakat dan pasar kerja. SK tersebut juga disertai
dengan sanksi administratif berupa penutupan perguruan tinggi.
10
Akuntabilitas suatu perguruan tinggi merupakan hal yang sangat
penting untuk menjaga mutu lulusannya dengan masyarakat pemakainya.
Adanya “keunggulan” tertentu lulusannya, merupakan hal memberikan
nilai tambah bagi lulusannya dan citra perguruan tinggi yang
bersangkutan. Apalagi dalam pengembangan kurikulum sepenuhnya
diserahkan kepada perguruan tinggi yang bersangkutan sehingga masa
yang akan datang, kompetisi antara perguruan tinggi akan semakin ketat.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat diambil kesimpulan dari penjelasan diatas bahwa pengertian
otonomi pendidikan adalah kemampuan daerah untuk mengatur,
mengelola serta mengurus pendidikannya sendiri sesuai dengan
keinginannya namun tetap mengacu pada peraturan undang-undang yang
telah ditetapkan. sedangkan pengertian dari pendidikan tinggi sendiri
adalah pendidikan yang berada pada jalur sekolah yang jenjangnya lebih
tinggi daripada pendidikan menengah.
Badan hukum pendidikan melimpahkan penyelenggara otonomi
pendidikan kepada perguruan tinggi sebagai salah satu dari badan hukum
tersebut. Terdapat dua bentuk badan hukum penyelenggara pendidikan
yaitu untuk negeri bisa berbentuk PTN ataupun PTN BHMN sedangkan
untuk swasta berbentuk yayasan ataupun perkumpulan.
Untuk menjamin akuntabilitas perguruan tinggi dapat dilakukan
upaya pengawasan, pengendalian, dan pembinaan terhadap perguruan
tinggi. Akuntabilitas bagi perguruan tinggi sangat penting hal tersebut
dikarenakan dengan adanya akuntabilitas dapat menjaga mutu lulusannya
dengan masyarakat pemakainya.
12
DAFTAR PUSTAKA
13