Anda di halaman 1dari 18

Summary

MATA KULIAH MANAJEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


Dosen: Dr. Titik Haryati, M.Si.

Waktu Kuliah
Hari, tanggal : Jumat, 3 Juni 2022
Waktu : 12.30 s.d. 13.30

Judul Materi Kuliah


FUNGSI DAN UNSUR MANAJEMEN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

oleh
Nama Mahasiswa : Anita Yuli Astuti
NPM : 21510086

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN PASCASARJANA


UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
Semester Genap 2021/2022
A. Manajemen Pendidikan Nasional pada Sistem Pemerintahan Sentralistik
Dalam manajemen pendidikan dikenal dua mekanisme pengaturan, yaitu sistem
sentralisasi dan desentralisasi. Dalam sistem sentralisasi, segala sesuatu yang berkenaan
dengan penyelenggaraan pendidikan diatur secara ketat oleh pemerintah pusat. Sementara
dalam sistem desentralisasi, wewenang pengaturan tersebut diserahkan kepada pemerintah
daerah. Kedua sistem tersebut dalam prakteknya tidak berlaku secara ekstrem, tetapi dalam
bentuk kontinum; dengan pembagian tugas dan wewenang antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah (lokal). Hal ini juga berlaku dalam manajemen pendidikan di Indonesia,
sebagaimana dijelaskan dalam Penjelasan UUSPN 1989 bahwa pendidikan nasional diatur
secara terpusat (sentralisasi), namun penyelenggaraan satuan dan kegiatan pendidikan
dilaksanakan secara tidak terpusat (desentralisasi). Hal tersebut cukup beralasan karena
masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan sehingga untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya dan mengurangi segi-segi negatif, pengelolaan pendidikan
tersebut memadukan sistem sentralisasi dan desentralisasi.

Dalam pendekatan sentralisasi yang bernuansa politis, semua kekuasaan dipegang


oleh otoritas Pusat. Institusi daerah hanya sekedar sebagai pelaksana yang dikontrol dan
dikendalikan secara penuh oleh Pusat. Pendekatan ini dipandang cocok untuk kondisi
negara yang baru berdiri atau belum berpengalaman, yang rawan stabilitas dan memiliki
sumberdaya yang sangat terbatas. Dengan pendekatan sentralisasi ini semua kegiatan
daerah dapat dikontrol langsung oleh pusat sehingga keseragaman antar daerah dapat
dijamin untuk memperkuat kohesi nasional.
Pendekatan sentralistik semacam ini juga menjadi acuan pengelolaan pendidikan di
Indonesia selama ini, sebagaimana dikemukakan Suyata (1998:17) bahwa "corak sistem
pendidikan kita cerminan dari sistem pemerintahan yang dianut cenderung sentralistik";
atau sebagaimana dikemukakan Tilaar (1990:5) bahwa "Perencanaan dan manajemen
pendidikan dewasa ini di Indonesia mempunyai ciri yang masih sangat sentralistik dan
birokratik, sesuai dengan kecenderungan umum dalam perencanaan pembangunan
nasional yang masih sangat sentralistik".
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat dan kehidupan
masyarakat yang semakin maju, yang menuntut setiap warga masyarakat untuk turut
berperan secara aktif dan proaktif dalam kancah kehidupan yang semakin demokratis dalam
lingkup zaman globalisasi sekarang ini maka pendekatan sentralistik dalam pengelolaan
pendidikan dipandang sudah tidak sesuai lagi. Pendekatan yang lebih mengutamakan peran
pemerintah atau negara tersebut dapat dipandang sebagai penghambat kemandirian dan
pemberdayaan potensi masyarakat, bahkan lebih jauh Raywid (1985: 400-401)
mengemukakan bahwa "Peningkatan partisipasi negara dalam kontrol terhadap sistem
persekolahan lokal dipandang sebagai penghambat dalam mencapai keunggulan
pendidikan".
Goenawan Ardi Wardhana (1990: 2-3) lebih lanjut mengemukakan beberapa alasan
secara terperinci yang menunjuk kepada kekurang-sesuaian pendekatan sentralistik di atas,
yakni:
1. Keadaan geografis dan demografis Indonesia sebagai negara kepulauan dengan wilayah
penyebarannya yang sangat luas, dengan konsekuensi: besarnya jumlah satuan-satuan
pelaksana pendidikan yang harus dikelola, besarnya jarak geografis dan administratif
antara satuan-satuan utama pendidikan di pusat dengan satuan-satuan pelaksana
pendidikan, sukarnya satuan-satuan administratif pusat untuk memperoleh gambaran
yang akurat mengenai kebutuhan riil akan pendidikan di daerah dan sumberdaya yang
dibutuhkan, sehingga sukar untuk mengambil keputusan yang tepat mengenai alokasi
sumber daya pendidikan bagi satuan-satuan pelaksana pendidikan secara rinci.
2. Adanya perbedaan yang bermakna antar provinsi dalam hal tingkat perkembangannya,
yang tercermin pada tingkat perkembangan pendidikan, tersedianya sumberdaya
administratif dan pendidikan lokal serta keadaan sarana dan prasarana perekonomian.
Hal ini menimbulkan adanya permasalahan di daerah-daerah tertentu menyangkut
pemenuhan kebutuhan akan sumber daya baik untuk keperluan administratif, untuk
penyelenggaraan pendidikan maupun penyelenggaraan komunikasi yang harus
ditangani secara khusus.
Dengan kata lain jumlah satuan atau lembaga pendidikan yang sangat besar, letak
geografis berbagai satuan pendidikan yang jauh dari instansi pengelola, dan
keanekaragaman kebutuhan pendidikan di daerah beserta sumberdaya yang diperlukan,
dipandang mengandung derajat kepemilikan masalah yang sangat tinggi di dalam
pengelolaan pendidikan. Derajat kepemilikan masalah tersebut akan dapat ditangani secara
lebih berdayaguna dan berhasilguna apabila dilakukan oleh satuan administratif pada
jenjang yang cukup rendah, sehingga jumlah satuan yang dikelola, jarak antara satuan yang
dikelola dan instansi pengelola, dan derajat keanekaragaman kebutuhan lokal dapat
terjangkau dalam rentang pengelolaan satuan administratif yang bersangkutan.
Pengelolaan yang dilakukan oleh institusi yang paling dekat dengan daerah setempat ini
memungkinkan untuk memberikan layanan pendidikan yang lebih bermutu kepada
masyarakat.

B. Model Desentralisasi Pendidikan dan Implikasinya


1) Pengertian Desentralisasi
a) Pengertian Desentralisasi Menurut UU No 32 Tahun 2004
Secara etimologis, istilah desentralisasi berasal dari bahasa Latin de, artinya
lepas dan centrum, yang berarti pusat, sehingga bisa diartikan melepaskan dari
pusat. Sementara, dalam Undang-undang No. 32 tahun 2004, bab I, pasal 1
disebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia
b) Pengertian Desentralisasi Menurut (Hoogerwert dalam Hasbullah, 2010: 5)
Desentralisasi adalah sebagai pengakuan atau penyerahan wewenang oleh
badan-badan umum yang lebih rendah untuk secara mandiri dan berdasarkan
pertimbangan kepentingan sendiri mengambil keputusan pengaturan pemerintahan,
serta struktur wewenang yang terjadi dari hal itu.
c) Pengertian Desentralisasi Manajemen Menurut Tim Dosen Administrasi Pendidikan
UPI (2013:23)
Desentralisasi Manajemen mengandung makna bahwa proses pendelegasian
atau pelimpahan kekuasaan atau wewenang dalam sistem yang diberikan oleh
atasan ke tingkat bawahan.
d) Pengertian Desentralisasi Manajemen Pendidikan Menurut Tim Dosen Administrasi
Pendidikan UPI (2013:23)
Desentralisasi Manajemen Pendidikan adalah pelimpahan wewenang dari
pemerintah kepada daerah untuk membuat keputusan manajemen dan menyusun
perencanaan sendiri dalam mengatasi masalah pendidikan, dengan mengacu kepada
sistem pendidikan nasional.

2) Implikasi Desentralisasi Manajemen Pendidikan :


a) Perundang-undangan Pendidikan
Setiap penataan organisasi dan manajemen sebagai konsekuensi dari wewenang
yang diterima, tidak terlepas dari adanya asas legalitas sebagai landasan berpijak
dalam membangun perangkat-perangkat operasional organisasi dan manajemen
yang accountable bagi kepentingan masyarakat, sekaligus untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, salah satu keberhasilan desentralisasi
manajemen pendidikan tergantung pada dukungan peraturan perundang-
undangan. peraturan perundang-undangan tersebut terdiri dari dua sumber :
i. Komitmen politik yang bersumber pada amanat rakyat
ii. Kemauan politik yang harus konkrit dengan segala akibat hukum yang
menyertainya secara konsisten.
b) Struktur Kelembagaan Pendidikan
Pembaharuan struktur kelembagaan pendidikan di daerah perlu memperhatikan
tiga hal pokok yaitu :
i. kewenangan,
ii. kemampuan, dan
iii. kebutuhan masing-masing daerah dengan berazaskan pada demokratisasi,
pemberdayaan dan pelayanan umum di bidang pendidikan.
c) Pengembangan Kurikulum Pendidikan
Perubahan yang paling mendasar dalam aspek manajemen kurikulum, bahwa
pendidikan harus mampu mengoptimalkan semua potensi kelembagaan yang ada
dalam masyarakat, baik pada lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola
pemerintah, masyarakat atau swasta.
Persyaratan dasar penetapan jenis kurikulum antara lain :
i. Kurikulum dikembangkan berdasarkan minat dan bakat peserta didik
ii. Kurikulum berkaitan dengan karakteristik potensi wilayah setempat
iii. Kurikulum dikembangkan secara nyata sebagai dasar penguatan sektor
usaha pemberdayaan ekonomi masyarakat
iv. Pembelajaran berorientasi pada peningkatan kompetensi ketrampilan
untuk belajar dan bekerja lebih bersifat aplikatif dan operasional
v. Jenis ketrampilan ditetapkan oleh pengelola program bersama-sama
dengan peserta didik, orang tua, tokoh masyarakat dan mitra kerja.

d) Pengembangan Tenaga Kependidikan


Desentralisasi manajemen menuntut profesionalisasi ketenagaan, maka sebagai
suatu konsep, desentralisasi dipercaya banyak mengandung makna yang
menggambarkan suatu situasi yang penuh tantangan. Bahkan sering
digambarkan sebagai keadaan dalam era reformasi, dimana segala sesuatu yang
berbau orde baru yang penuh intrik kolusi, korupsi dan nepotisme perlu
dimusnahkan dalam menajemen pembangunan bangsa. Masing-masing individu
utamanya tenaga kependidikan dituntut harus dapat hidup secara jujur, kreatif,
responsif, inovatif dan transparan.
Para manajer pendidikan khususnya di daerah kabupaten/ kota dituntut untuk
mampu :
i. Meningkatkan partisipasi dan kepedulian masyarakat serta pengusaha
untuk dapat berperan aktif dalam pembangunan bidang pendidikan.
ii. Membuat terobosan baru di bidang pendidikan.
iii. Mengidentifikasi masalah-masalah oendidikan di daerah secara spesifik
termasuk upaya penanggulangannya.
iv. Memperluas kewenangan daerah kabupaten/kota untuk melaksanakan
pembangunan pendidikan.

e) Pembiayaan Proses Pendidikan


Salah satu persoalan dalam desentralisasi manajemen pembiayaan pendidikan
apabila diserahkan sepenuhnya kepada pemerintah daerah ialah adanya
pemikiran untuk menerapkan pendekatan ekonomi dalam pendidikan. Pendidikan
mempunyai manfaat ekonomi juga mempunyai manfaat sosial-psikologis yang
sulit dianalisis secara ekonomi. Pendekatan ekonomi dalam menganalaisis
pendidikan memberikan kontribusi sekurang-kurangnya terhadap dua hal yaitu :
i. Analisis efektivitas dalam arti analisis penggunaan biaya yang
dimanfaatkan untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan;
ii. Analisis efesiensi penyelenggaraan pendidikan dalam arti perbandingan
hasil dengan sejumlah pengorbanan yang diberikan.

f) Sarana dan Prasarana Pendidikan


Aspek sarana dan prasarana pendidikan berkenaan dengan fasilitas dan
kemudahan-kemudahan dalam pelaksanaan pendidikan yang tersedia. Sarana
dan prasarana pendidikan masih sangat tergantung pengadaannya dari
pemerintah pusat, sementara pendistribusiannya belum terjamin merata sampai
ke tujuaannya sehingga kemandirian dan rasa turut bertanggung jawab daerah
masih dirasakan kurang maksimal.

C. Prinsip-Prinsip Desentralisasi Pendidikan


Desentralisasi pendidikan merupakan proses pemberian kewenangan yang lebih luas
di bidang kebijakan pendidikan dan aspek pendanaannya dari pemerintah pusat ke
pemerintah daerah dan pada saat yang bersamaan kewenangan yang lebih besar diberikan
pula kepada sekolah dalam bentuk manajemen berbasis sekolah (MBS). Konsekuensi logis
dalam pelaksanaan desentralisasi berdampak pada berbagai sektor, antara lain sektor
pendidikan yang notabene menyangkut sistem pendidikan nasional. Secara konseptual,
terdapat dua jenis desentralisasi pendidikan, yaitu:
1. Desentralisasi kewenangan di bidang pendidikan dalam hal kebijakan pendidikan dan
aspek pendanaannya dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah (provinsi,
kabupaten/kota). Konsep desentralisasi pendidikan ini terutama berkaitan dengan
otonomi daerah dan desentralisasi penyelenggaraan pemerintahan dari pusat ke daerah.
2. Desentralisasi pendidikan dengan fokus pada pemberian kewenangan yang lebih besar
di tingkat sekolah. Konsep desentralisasi pendidikan ini memfokuskan pada pemberian
kewenangan yang lebih besar pada tingkat sekolah dilakukan dengan motivasi untuk
meningkatkan kualitas hasil pendidikan (Burki, dkk. 1999).
Tujuan dan orientasi dari desentralisasi pendidikan sangat bervariasi. Manakala
desentralisasi yang menjadi tujuan adalah pemberian kewenangan di bidang pendidikan
yang lebih besar kepada pemerintah daerah, maka fokus desentralisasi pendidikan yang
dilakukan adalah pada pelimpahan kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah
daerah atau kepada dewan pendidikan dan/atau komite sekolah. Implisit ke dalam strategi
desentralisasi pendidikan yang seperti ini merupakan target untuk mencapai efisiensi dalam
pemberdayaan sumber daya (tenaga, material dan dana pendidikan berasal dari
Pemerintah dan masyarakat). Selanjutnya, manakala yang menjadi tujuan desentralisasi
pendidikan adalah peningkatan kualitas proses belajar-mengajar dan kualitas dari hasil
proses belajar-mengajar tersebut maka desentralisasi pendidikan lebih difokuskan pada
reformasi proses belajar-mengajar. Dalam hal ini, partisipasi orang tua dalam proses
belajar mengajar dianggap merupakan salah satu faktor yang menentukan.
Proses desentralisasi bidang pendidikan yang meliputi pemberian kewenangan yang
lebih besar ke pemerintah daerah dalam alokasi anggaran dan perencanaan pendidikan di
daerah, serta pemberian kewenangan yang lebih besar pada sekolah dalam hal manajemen
guru, pendanaan, pemilihan kepala sekolah, manajemen proses belajar-mengajar
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas dan relevansi pendidikan. Oleh karena itu,
penyelenggaraan desentralisasi pendidikan diharapkan akan muncul sekolah-sekolah yang
efektif mengacu pada prinsip manajemen berbasis sekolah (MBS). Pada hakikatnya, MBS
merupakan bentuk kewenangan pemerintah pusat ke satuan pendidikan (sekolah) dalam
mengelola program kegiatan pembelajaran di sekolah masing-masing melalui musyawarah
seluruh komponen warga sekolah (kepala sekolah, guru, siswa, orangtua siswa,
masyarakat, komite sekolah dan/atau para pemangku kepentingan (stakeholders) lainnya.
Dengan kata lain, seluruh aktivitas sekolah dilaksanakan atas dasar musyawarah dan
mufakat antara warga sekolah.
Desentralisasi pendidikan yang efektif tidak hanya melibatkan proses pemberian
kewenangan dan pendanaan yang lebih besar dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah,
tetapi desentralisasi harus menyentuh pemberian kewenangan yang lebih besar ke sekolah
dalam menentukan berbagai kebijakan, seperti organisasi dan proses belajar-mengajar,
manajemen guru, struktur dan perencanaan di tingkat sekolah, dan sumber pendanaan
sekolah. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas memberikan
kewenangan otonomi pendidikan langsung kepada setiap satuan pendidikan melalui
manajemen berbasis sekolah. Mutu dan relevansi pendidikan ada pada setiap proses
pentahapan pada satuan pendidikan.

D. Implikasi Model Otonomi Daerah dalam Sistem Pendidikan Nasional


1) Klasifikasi Urusan Pemerintahan
Berdasarkan UU Nomor 23 tahun 2014 klasifikasi urusan pemerintahan terdiri dari 3
urusan yakni :
a) Urusan Pemerintahan Absolut,
Urusan pemerintahan absolut adalah Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya
menjadi kewenangan Pemerintah Pusat
b) Urusan Pemerintahan Konkuren,
Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang dibagi
antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah
Untuk urusan konkuren dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah
provinsi.
Daerah kabupaten/kota dibagi menjadi urusan pemerintahan wajib dan
urusan pemerintahan pilihan.
Urusan Pemerintahan Wajib adalah Urusan Pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh semua Daerah.
Urusan Pemerintahan Pilihan adalah Urusan Pemerintahan yang wajib
diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.
c) Urusan Pemerintahan Umum.
Urusan pemerintahan umum adalah Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.

2) Pembagian urusan pemerintahan konkuren antara Pemerintah Pusat dan Daerah,


Provinsi serta Daerah Kabupaten/Kota
a) Wajib
Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat adalah:
i. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah provinsi atau lintas negara;
ii. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah provinsi atau lintas
negara;
iii. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah
provinsi atau lintas negara;
iv. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan oleh Pemerintah Pusat; dan/atau
v. Urusan Pemerintahan yang peranannya strategis bagi kepentingan nasional.
Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
Provinsi adalah:
i. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah kabupaten/kota;
ii. Urusan Pemerintahan yang penggunanya lintas Daerah kabupaten/kota;
iii. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah
kabupaten/kota; dan/atau
iv. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan oleh Daerah Provinsi.
Kriteria Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota adalah:

i. Urusan Pemerintahan yang lokasinya dalam Daerah kabupaten/kota;


ii. Urusan Pemerintahan yang penggunanya dalam Daerah kabupaten/kota;
iii. Urusan Pemerintahan yang manfaat atau dampak negatifnya hanya dalam
Daerah kabupaten/kota; dan/atau
iv. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber dayanya lebih efisien apabila
dilakukan oleh Daerah kabupaten/kota.
b) Pilihan
Ketentuan mengenai pembagian urusan pemerintahan daerah dan pemerintah
pusat dalam urusan pilihan adalah sebagai berikut.

i. Penyelenggaraan urusan pemerintahan bidang kehutanan, kelautan, serta


energi dan sumber daya mineral dibagi antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah.
ii. Urusan Pemerintahan bidang kehutanan yang berkaitan dengan pengelolaan
taman hutan raya kabupaten/kota menjadi kewenangan daerah
kabupaten/kota.
iii. Urusan pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral yang berkaitan
dengan pengelolaan minyak dan gas bumi menjadi kewenangan Pemerintah
Pusat.
iv. Urusan Pemerintahan bidang energi dan sumber daya mineral yang berkaitan
dengan pemanfaatan langsung panas bumi dalam daerah kabupaten/kota
menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota.

3) Asas Penyelengaraan Pemerintah Daerah Menurut Inu Kencana (2011:105)


Asas-Asas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah tidak terlepas dari penyelenggaraan pemerintahan pusat, karena
pemerintahan daerah merupakan bagian dari penyelenggaraan pemerintahan
negara.Dengan demikian asas penyelenggaraan pemerintahan berlaku juga dalam
penyelenggaraan pemerintahan daerah, termasuk asas-asas penyelenggaraan
pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan tentang
pemerintahan daerah.

Asas dan prinsip pemerintahan daerah menggunakan asas desentralisasi,


dekonsentralisasi dan tugas pembantuan. Penyelenggaraan asas desentralisasi secara
utuh dan bulat yang dilaksanakan di daerah kabupaten dan kota. Asas tugas
pembantuan yang dapat dilaksanakan di daerah provinsi, kabupaten, kota, dan
desa. Untuk membahasnya bisa diuraikan secara sederhana tentang asas
penyelenggaraan pemerintahan daerah sebagai berikut :
i. Asas Desentralisasi yaitu penyerahan sebagian urusan pemerintah pusat kepada
daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Maksud dari
sebagian urusan karena tidak semua urusan dapat diserahkan kepada daerah
baik provinsi maupun kabupaten/kota. Urusan Pertahanan dan Keamanan
(Hankam) dan moneter misalnya masih menjadi urusan pemerintah pusat.
Kenapa demikian ? Apabila urusan Pertahanan dan keamanan apabila diserahkan
kepada daerah maka hal ini bisa menimbulkan keberanian daerah untuk melawan
pemerintah pusat, demikian juga urusan moneter apabila diserahkan kepada
daerah maka dikhawatirkan akan menjadikan kesenjangan dan perbedaan pada
mata uang. Demikian juga urusan peradilan tetap menjadi urusan pemerintah
pusat, apabila diserahkan kepada daerah maka gerakan sparatis yang dijatuhi
hukuman karena melakukan pemberontakan kepada pemerintah pusat
malah bisa bisa dianggap sebagai pahlawan oleh daerahnya.
ii. Asas Dekonsentrasi merupakan pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat
atau pejabat di atasnya (Wilayah Provinsi) melimpahkan wewenangnya kepada
kepala Kantor departemen di Kabupaten. Beberapa keuntungan asas
pemerintahan daerah dekonsentrasi yakni :
➢ Mampu mengurangi keluhan akan undang-undang maupun peraturan lain
yang diterbitkan oleh pemerintah.
➢ Bisa membantu aparat pemerintahan yang tengah melaksanakan informasi
atau memegang amanat dari pemerintahan daerah. Kemudian amanat ini
diteruskan kepada pemerintahan pusat.
➢ Mempermudah rakyat berkomunikasi langsung kepada pemerintahan daerah.
iii. Asas Pembantuan (medebewind). Mede berasal dari bahasa Belanda yang
artinya “ikut serta” sedangkan bewind artinya berkuasa atau memerintah. Jadi
Pemerintah daerah ikut serta dalam mengurus suatu urusan, namun demikian
urusan itu harus dipertanggungjawabkan kepada pemerintah pusat. Tugas
pembantuan merupakan upaya pemerintahan pusat terkait peningkatan
efektifitas pelayanan umum dengan merata. Fungsi asas ini lebih condong ke
media dalam rangka pengembangan pembangunan daerah tertentu.

4) Kewenangan Pemerintah Pusat dalam Urusan Pemerintah Konkuren


i. Urusan Pemerintahan Konkuren merupakan urusan pemerintahan yang dibagi
antara pemerintah pusat, daerah provinsi, dan daerah kabupaten/kota, yang
menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah. Urusan Pemerintahan Konkuren
yang menjadi kewenangan pemerintah pusat adalah apabila lokasi, penggunaan,
manfaat atau dampak negatifnya lintas daerah provinsi atau lintas negara,
penggunaan sumber daya lebih efisien apabila dilakukan oleh pemerintah pusat,
dan/atau strategis bagi kepentingan nasional.
ii. Urusan Pemerintahan Konkuren yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi
adalah apabila lokasi, penggunaan, manfaat atau dampak negatifnya lintas
daerah kabupaten/kota, dan/atau penggunaan sumber daya lebih efisien apabila
dilakukan oleh pemerintah provinsi.

➢ Urusan Pemerintahan Wajib


✓ Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan Dasar,
antara lain pendidikan; kesehatan; pekerjaan umum dan penataan ruang;
perumahan rakyat dan kawasan permukiman; ketentraman, ketertiban
umum, dan perlindungan masyarakat; serta sosial.
✓ Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar,
antara lain tenaga kerja; pemberdayaan perempuan dan pelindungan
anak; pangan; pertanahan; lingkungan hidup; administrasi kependudukan
dan pencatatan sipil; pemberdayaan masyarakat dan desa; pengendalian
penduduk dan keluarga berencana; perhubungan; komunikasi dan
informatika; koperasi, usaha kecil, dan menengah; maupun penanaman
modal.

➢ Urusan Pemerintahan Pilihan


✓ Urusan Pemerintahan Pilihan dipetakan berdasarkan potensi, proyeksi
penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan, antara lain bidang
kelautan dan perikanan, pariwisata, pertanian, kehutanan, energi dan
sumber daya mineral, perdagangan, perindustrian, dan transmigrasi.
✓ Adapun yang menjadi Urusan Pemerintahan Umum, meliputi:
• pembinaan wawasan kebangsaan dan ketahanan nasional dalam
rangka memantapkan pengamalan Pancasila, pelaksanaan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, pelestarian
Bhinneka Tunggal Ika serta pemertahanan dan pemeliharaan
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
• pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa;
• pembinaan kerukunan antarsuku dan intrasuku, umat beragama,
ras, dan golongan lainnya guna mewujudkan stabilitas keamanan
lokal, regional, dan nasional;
• penanganan konflik sosial sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan;
• koordinasi pelaksanaan tugas antarinstansi pemerintahan yang ada
di wilayah daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota untuk
menyelesaikan permasalahan yang timbul dengan memperhatikan
prinsip demokrasi, hak asasi manusia, pemerataan, keadilan,
keistimewaan dan kekhususan, potensi serta keanekaragaman
daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
• pengembangan kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila; dan
• pelaksanaan semua Urusan Pemerintahan yang bukan merupakan
kewenangan daerah dan tidak dilaksanakan oleh Instansi Vertikal.
5) Unsur-unsur Perangkat Daerah
Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014, pengertian tentang pemerintahan daerah
yakni; Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pengertian
pemerintah daerah terdiri dari; Kepala Daerah dan Perangkat Daerah. Unsur Perangkat
Daerah Provinsi terdiri dari :
a. Sekretariat Daerah
b. Sekretariat DPRD
c. Inspektorat Daerah
d. Dinas Daerah
e. Perangkat Daerah.
Sedangkan unsur Perangkat Daerah untuk pemerintah daerah Kabupaten/Kota terdiri
dari :
a. Sekretariat Daerah
b. Sekretariat DPRD
c. Inspektorat Daerah
d. Dinas Daerah
e. Badan Daerah
f. Kecamatan (Kelurahan sebelumnya sebagai perangkat daerah pada saat ini dari
perangkat daerah menjadi perangkat kecamatan).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka menurut Rahyunir Rauf (2016;145), bahwa;
"Terkait dengan unsur perangkat daerah dapat dinyatakan hal-hal sebagai berikut:
a. Perangkat Daerah terdiri dari dua bentuk, yakni perangkat daerah provinsi dan
perangkat daerah kabupaten/kota, baik yang diatur UU Nomor 23 Tahun 2014
maupun yang diatur pada UU Nomor 32 Tahun 2004.
b. Pada UU Nomor 23 Tahun 2014 dinyatakan bahwa unsur perangkat daerah provinsi
terdiri dari 5 (lima) unsur yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD,
Inspektorat, Dinas Daerah, dan Badan Daerah. Sedangkan pada UU Nomor 32
Tahun 2004 perangkat daerah provinsi hanya terdiri dari 4 (empat) unsur, yakni;
Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD, Dinas Daerah dan Lembaga Teknis Daerah.
Sedangkan unsur perangkat daerah kabupaten/kota pada UU Nomor 23 Tahun
2014 terdiri dari dari 6 (enam) unsur, yakni sekretariat daerah, sekretariat DPRD,
Inspektorat, Dinas Daerah, Badan Daerah dan Kecamatan.

E. Problematika dan Solusinya


Di Indonesia, desentralisasi mempunyai implikasi yang sangat luas terhadap upaya
reformasi pendidikan.
1. Masalah akuntabilitas pendidikan.
Akuntabilitas harus menjadi salah satu preferensi nilai dalam upaya pelaksanaan
pendidikan oleh daerah, masyarakat, dan institusi pendidikan itu sendiri. Isu
akuntabilitas yang harus dikaji sehubungan dengan pelaksanaan desentralisasi
pendidikan adalah kepastian standar mutu pendidikan yang harus dapat dijamin.
Dikuatirkan pelaksanaan desentralisasi pendidikan justru akan menimbulkan
ketidakpastian dalam standar mutu (uncertainty about standards of achievement) dan
bahkan disparitas mutu pendidikan antardaerah dan antarsekolah. Cukup beralasan
untuk mengemukakan masalah ketidakpastian standar mutu dan disparitas mutu
tersebut karena kondisi objektif setiap sekolah di setiap daerah menunjukkan perbedaan
yang sangat beragam, terutama dalam kapasitas sekolah menyediakan sumber daya
tenaga kependidikan, sumber daya dana, sarana dan prasarana serta fasilitas
pendukung lainnya. Diperlukan suatu standar mutu yang jelas dan kuat baik yang
menyangkut sumber daya maupun proses pendidikan sehingga setiap sekolah di setiap
daerah dapat menghasilkan lulusan yang mampu bersaing merebut dan menciptakan
peluang usaha ekonomi yang produktif dalam suatu tatanan interaksi masyarakat global,
pasar bebas, dan yang kompetitif.
2. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya tenaga kependidikan mempunyai peranan yang
sangat strategis dalam pelaksanaan desentralisasi pendidikan. Profesionalisme,
kompetensi, dan komitmen SDM tampaknya masih menjadi agenda permasalahan yang
harus dituntaskan ketika sekolah-sekolah sudah memasuki dan melangkah di era
desentralisasi pendidikan. Beberapa agenda yang perlu dikaji dalam upaya persiapan
dan pengembangan tersebut adalah identifikasi kebutuhan dan standarisasi tenaga
kependidikan di setiap daerah dan setiap sekolah, pengadaan dan pengembangan
tenaga kependidikan, pendayagunaan dan peningkatan kinerja tenaga kependidikan,
serta pengembangan karier tenaga kependidikan.
3. Finansial
Implikasi finansial yaitu masalah kemampuan investasi dan dana pendidikan.
Desentralisasi pendidikan menuntut kemampuan finansial yang cukup kuat dari setiap
daerah dan dari setiap institusi pendidikan. Saat ini, secara konstitusional telah
ditegaskan komitmen bersama melalui amandemen ke-4 UUD 45 pasal 31, bahwa harus
dialokasikan sekurang-kurangnya 20% dari anggaran negara/daerah untuk sektor
pendidikan. Namun disparitas kemampuan ekonomi antardaerah akan tetap menjadi
persoalan yang harus dikaji bersama. Berbagai kasus gaji guru yang belum dibayar yang
dapat dicermati di berbagai daerah menunjukkan bahwa masalah dukungan finansial
menjadi salah satu masalah serius.
4. Masalah peningkatan partisipasi masyarakat.
Partisipasi orang tua dan masyarakat menjadi bagian penting dan bahkan merupakan
salah satu prasyarat bagi terselenggaranya desentralisasi pendidikan. Desentralisasi
pendidikan diharapkan dapat memberi landasan yang sangat kuat untuk
mengembangkan pola manajemen yang dapat menumbuhkan partisipasi masyarakat.
Inisiatif kreatif masyarakat merupakan daya dorong partisipasi yang harus terus
ditumbuhkan. Partisipasi masyarakat merupakan tuntutan dan bahkan menjadi
kebutuhan utama untuk keberhasilan meningkatkan dan mengembangkan pendidikan di
daerah.

F. Perkembangan Sistem Pemerintahan


Secara garis besar sejarah Indonesia terbagi atas tiga masa, yaitu masa Orde lama, masa
Orde baru, dan masa reformasi.
1) Sistem pemerintahan Indonesia masa orde lama
Masa pemerintahan orde lama berjalan dari tahun 1945 hingga tahun 1968 di bawah
kepemimpinan presiden Soekarno. Penyebutan masa “orde lama” merupakan istilah
yang diciptakan pada masa orde baru. Sebenarnya Soekarno tidak begitu
menyukai istilah “orde lama” ini. Ia lebih suka menyebut masa kepemimpinannya
dengan istilah “orde revolusi”. Pada tanggal 18 agustus 1945, Indonesia mengesahkan
UUD 1945 sebagai dasar Negara. Sebenarnya di bawah UUD 1945 telah tercantum
bahwa Indonesia menggunakan system pemerintahan presidensial.namun setelah tiga
bulan terjadi penyimpangan terhadap UUD 1945.
Penyimpangan itu adalah mengenai pembentukan cabinet parlementer dengan Sultan
Syahrir sebagai perdana menteri. Sehingga pada masa ini, dipengaruhi oleh Belanda,
Indonesia menggunakan system parlementer. Masa parlementer berakhir ketika
dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

2) Sistem pemerintahan masa orde baru


Istilah “orde baru” di pakai untuk memisahkan kekuasaan era Soekrno (orde lama)
dengan masa kekuasaan era Soeharto. Era orde baru juga digunakan untuk menandai
setelah masa baru setelah ditumpasnya pemberontakan PKI tahun 1965. Pada masa
orde baru, awalnya demokrasi di Indonesia mengalami kemajuan. Namun, dalam
perkembangannya kehidupan demokrasi era orde baru tidak jauh berbeda dengan
demokrasi terpimpin. System pemerintahan presidential juga terlihat
ditonjolkan.kemudian soeharto menetapkan demokrasi pancasila sebagai system
pemerintahan Indonesia.
3) Sistem pemeritahan masa reformasi
Era reformasi dimulai dari tumbangnya kekusaan soeharto pada tahun 1998 hingga
sekarang. Pada era reformasi, pelaksnaan system pemerintahan demokrasi pancasila
diterapkan sesuai dengan asa demokrasi yang berlandaskan pancasila. Pada era ini,
pemerintahan memberikan ruang gerak kepada partai politik dan DPR untuk turut serta
mengawasi pemerintahan secara kritis.

G. Karakteristik Sistem Pemerintahan Daerah, Sentralisasi dan Desentralisasi


Pendidikan
1) Sistem sentralisasi memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya.
Adapun kelebihan dan kekurangan sentralisasi adalah sebagai berikut:
a) Kelebihan Sentralisasi
• Kemudahan dalam berkoordinasi karena adanya unity of command.
• Kemudahan dalam mengendalikan sistem manajerial.
• Terjadi pemusatan keahlian (expertise), dimana hal tersebut dapat
dimanfaatkan secara maksimal karena pemberian wewenang dari pemimpin.
• Implementasi kebijakan umum terhadap keseluruhan dapat dilaksana dengan
lebih mudah.
• Terciptanya strategi yang konsisten untuk kemajuan organisasi atau
pemerintah.
• Mencegah munculnya daerah-daerah yang berusaha untuk independen atau
memisahkan diri.
b) Kekurangan Sentralisasi
• Suatu organisasi atau pemerintah menjadi sangat tergantung pada daya respon
sekelompok orang sehingga respon terhadap perubahan lingkungan menjadi
lambat.
• Sebagian besar manusia menjadi tidak kreatif dan kurang inisiatif karena
terbiasa diarahkan.
• Munculnya pemerintah yang otoriter yang akhirnya tidak mengakui hak-hak
daerah.
• Segelintir elite politik akan melakukan eksploitasi kekayaan alam di daerah-
daerah.
• Hilangnya kemampuan masyarakat dalam melakukan inovasi dimana hal
tersebut tidak sesuai dengan demokrasi terbuka.
c) Dampak Sentralisasi
Setelah melihat kelebihan dan kekurangan sentralisasi, mau tidak mau hal tersebut
pasti akan menimbulkan dampak terhadap berbagai bidang kehidupan. Mengacu
pada pengertian sentralisasi, adapun dampak sentralisasi adalah sebagai berikut:
• 1. Bidang Ekonomi
✓ Sentralisasi memiliki dampak positif bagi ekonomi, yaitu perekonomian
yang lebih teratur dan terarah karena hanya pemerintah pusat yang
mengatur sistem perekonomian.
✓ Namun, sentralisasi juga memiliki dampak negatif, yaitu sulitnya setiap
daerah untuk berkembang karena tidak dapat mengatur perekonomiannya
sendiri sehingga sebagian besar uang yang beredar hanya di wilayah
pemerintah pusat.
• 2. Bidang Politik
✓ Dampak positif sentralisasi di bidang politik, yaitu pemerintah daerah lebih
mudah dalam pengambilan keputusan karena keputusan kebijakan
dilakukan oleh pemerintah pusat.
✓ Sedangkan dampak negatifnya, yaitu pemerintah daerah akan terus
tergantung pada keputusan kebijakan pemerintah pusat sehingga proses
pelaksanannya menjadi sangat lambat.
• 3. Bidang Sosial Budaya
✓ Di bidang sosial budaya, sentralisasi dapat membantu mempersatukan
segala perbedaan kebudayaan yang ada di Indonesia. Dengan begitu,
maka setiap daerah dapat menonjolkan kebudayaannya sekaligus
memperkuat semboyan “Bhineka Tunggal Ika”.
✓ Dampak negatif sentralisasi bagi sosial budaya, yaitu terjadinya dominasi
pemerintah pusat terhadap seluruh kegiatan negara. Hal tersebut akan
memudarkan atau menghilangkan eksistensi daerah sebagai tatanan
pemerintah lokal dengan keunikan sosial budaya sendiri yang pada
akhirnya ‘membunuh’ kreativitas dan inisiatif masyarakat daerah.
• 4. Bidang Pertahanan dan Keamanan
✓ Dampak positif sentralisasi terhadap hankam, yaitu adanya jaminan
keamanan dan menekan konflik antar daerah yang dapat mengganggu
stabilitas nasional negara Indonesia.
✓ Dampak negatifnya adalah menonjolnya berbagai organisasi kemiliteran
sehingga militer memiliki hak yang lebih dibandingkan dengan organisasi
lainnya.

2) Sistem Pemerintahan Desentralisasi memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan dalam


penerapannya. Adapun kelebihan dan kekurangan sentralisasi adalah sebagai berikut:
a) Kelebihan
• Meringankan manajemen pemerintah pusat. Sebab struktur organisasinya
merupakan pendelegasian wewenang.
• Meringankan pekerjaan pemerintah pusat yang menumpuk
• Kinerja pemerintah daerah lebih efisien sebab tidak perlu menunggu instruksi dari
pusat untuk menuntaskan masalah
• Meningkatkan hubungan pemerintah daerah dengan pusat serta gairah kerja
pemerintahan pun lebih meningkat
• Mengurangi birokrasi dalam arti buruk. Maksudnya birokrasi yang putus namun
akhirnya segera dilaksanakan.
• Memberikan kepuasan bagi daerah karena sifat desentralisasi sendiri adalah
langsung. Hal ini merupakan efek desentralisasi secara psikologis
• Risiko kerugian dalam organisasi, bidang kepegawaian, fasilitas, dalam satu
bagian tertentu dapat dibagi-bagi.
• Pengambilan keputusan pemerintah daerah lebih cepat
b) Kekurangan
• Struktur pemerintahan menjadi lebih kompleks dan berakibat lemahnya
koordinasi karena besarnya organ pemerintahan.
• Memerlukan biaya besar dan sulit memperoleh keseragaman dan kesederhanaan
• Keputusan yang diambil memerlukan waktu lama karena akan menempuh banyak
perundingan
• Adanya desentralisasi teritorial mendorong timbulnya paham kedaerahan
• Keseimbangan dan kesesuaian kepentingan daerah mudah terganggu
• Kemajuan daerah tidak merata.

c) Dampak
• 1. Bidang Sosial Budaya
✓ Dampak positif desentralisasi dalam bidang sosial budaya adalah semakin
kuat dan terbentuknya ikatan sosial budaya di tiap daerah. Hal ini akan
memaksimalkan pengembangan kebudayaan sosial budaya yang kian baik.
✓ Namun dampak negatifnya juga bisa terjadi. Yakni akan timbul persaingan
antar daerah otonom. Sebab daerah-daerah tersebut akan saling
menonjolkan kebudayaan masing-masing sehingga dikhawatirkan akan
melunturkan rasa persatuan dan kesatuan.
• 2. Bidang Politik
✓ Di bidang politik, desentralisasi akan membuat pemerintah daerah semakin
aktif dalam mengelola daerahnya. Sebab pemerintah daerah memiliki
kewenangan membuat serta memutuskan kebijakan tertentu. Hal ini
merupakan salah satu dampak positif sistem desentralisasi pada bidang
tersebut.
✓ Namun kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah juga menimbulkan
dampak negatif. Salah satunya berpotensi disalahgunakan untuk
kepentingan kelompok tertentu, golongan, hingga pribadi.
Penyalahgunaan tersebut bisa timbul karena euforia yang berlebihan.
• 3. Bidang Ekonomi
✓ Di bidang ekonomi, desentralisasi memberikan dampak positif dimana
pemerintah daerah berwenang mengelola sumber daya alam yang ada di
daerahnya. Hal ini berdampak pada peningkatan pendapatan daerah dan
masyarakatnya.
✓ Namun kewenangan tersebut juga berpotensi diselewengkan atau
disalahgunakan oleh pejabat daerah setempat. Hal ini akan memperbesar
potensi munculnya praktik Korupsi, Kolusi dan Nepotisme atau KKN.
Dampak tersebut mungkin saja terjadi jika pengawasan pemerintah pusat
dan pihak berwenang kendor.
• 4. Bidang Keamanan
✓ Dalam bidang keamanan, desentralisasi memiliki dampak positif. Yakni
akan menimbulkan rasa memiliki sehingga melakukan upaya untuk
mempertahankan NKRI. Upaya tersebut dilakukan dengan menjalankan
kebijakan tertentu sehingga dapat meredam keinginan untuk memisahkan
diri dari NKRI.
✓ Namun dampak negatifnya mampu menimbulkan potensi konflik antar
daerah. Hal tersebut bisa terjadi karena berbagai hal. Salah satunya ketika
daerah tidak merasa tidak pusat dengan sistem terkait.

Anda mungkin juga menyukai