Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“KEBIJAKAN DESENTRALISASI PENDIDIKAN DALAM MASALAH


MANAJEMEN KURIKULUM, SDM, PEMBIAYAAN, DAN MANAJEMEN
SARANA PRASARANA”

Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Kebijakan Pendidikan

Dosen Pengampu : usth Helda Recitasari, S.Pd

Disusun oleh:
Tinka Salihah
Yahya Almajid
Muhammad Rayhan Madani

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (TARBIYAH)


TAHUN AKADEMIK 2021/2022 M

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM DARUNNAJAH JAKARTA


Jl. Ciledug Raya No.01, RT.1/RW.3, Ulujami, Kec. Pesanggrahan, Kota Jakarta Selatan
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12250
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan karunia-Nya
kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun judul dari makalah ini adalah
“KEBIJAKAN DESENTRALISASI PENDIDIKAN DALAM MASALAH
MANAJEMEN KURIKULUM, SDM, PEMBIAYAAN, DAN MANAJEMEN
SARANA PRASARANA”. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas dari mata
kuliah Kebijakan Pendidikan.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
mata kuliah yang bersangkutan yang telah memberi kami tugas. Dan terimakasih kepada tim yang
sudah turut andil dalam pembuatan makalah ini.

Karena keterbatasan waktu dan kemampuan kami, penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna. Maka, apabila ada kritik dan saran tang membangun senantiasa kami terima. Semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kami yang membuat makalah, serta teman-teman kami sekalian.

Jakarta, 02 April 2022

Pemakalah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………….I

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………...II

BAB I………………………………………………………………………………………........1

PENDAHULUAN……………………………………………………………………………....1

A. Latar Belakang…………………………………………………………………………..1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………………………….1
BAB II…………………………………………………………………………….……...…...…2

PEMBAHASAN…………………………………………………………………………….…..2

A. Hakikat desentralisasi…………………………………………………………………………......
B. Konsep desentralisasi pendidikan……………………………………………………………….
C. Tujuan desentralisasi pendidikan………………………………………………………………..
D. Syarat keberhasilan desentralisasi pendidikan……………………………………………….
E. Langkah-langkah desentralisasi pendidikan………………………………………………….

PENUTUP…………………………………………………………………………….……………

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………
B. Saran…………………………………………………………………………………………………..
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………….......
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan system pendidikan di Indonesia telah melalui perkembangan yang panjang,


seiring dengan kondisi Indonesia. Jauh sebelum Indonesia mencapai kemerdekaan, system
pendidikan yang berkembang di Indonesia adalah system pendidikan tradisional yang disesuaikan
dengan tuntunan dan kebutuhan masyarakat.

System pendidikan nasaional telah mengalami tiga kali perubahan Dari Undang-Undang
Nomor 4 Tahun 1950, Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1954, dan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1989. Selama waktu tersebut telah terjadi perubahan dan perkembangan, baik dari aspek
substansi maupun kekuasaan dan kewenangan penyelenggaranya.

Perubahan dari aspek kekuasaan dan kewenangan penyelenggaraan pendidikan, antara lain
terlihat dari perubahan system pendidikan nasional yang mulanya sentralistik kini menjadi
pendidikan system nasional yang mengalami desentralisasi.

Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang pemerintah oleh pemerintah kepada


otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam system NKRI. Sebagai suatu
system yang dipakai dalam bidang pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi, dimana
sebagian wewenang pemerintah pusat dilimpahkan kepada pihak lain untuk dilaksanakan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat desentralisasi?
2. Bagaimana konsep desentralisasi pendidikan?
3. Apa tujuan desentralisasi pendidikan?
4. Apa syarat keberhasilan desentralisasi pendidikan?
5. Langkah-langkah desentralisasi pendidikan?

C. Manfaat

Kehadiran makalah ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam pembelajaran landasan
pendidikan khususnya pengetahuan tentang konsep desentralisasi pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Hakikat Desentralisasi

Secara etimologis, istilah kata desentralisasi dari bahasa latin yaitu de, artinya lepas dan
centreum, yang berarti pusat, sehingga bisa diartikan melepaskan dari pusat. Sementara dalam
Undang-Undang No.32 Tahun 2004, bab I, pasal 1 disebutkan bahwa desentralisasi adalah
penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonomi untuk mengatur dan
mengurus urusan pemerintah dalam system NKRI.

Pengertian desentralisasi pendidikan menurut (Hurst dalam Nugroho, 2000: 2), “the
decentralization process implies the transfer of certain function from small group of policymakers
to a small group of authorities at the local level” dengan kata lain desentralisasi merupakan proses
penyerahan fungsi-fungsi tertentu dari sekelompok kecil pembuat kebijakan kepada satu kelompok
kecil pemegang kekuasaan pada tataran lokal. Definisi Hurst tersebut telah menggambarkan dengan
jelas proses penyerahan fungsi-fungsi pemerintahan yang kemudian diberikan kepada pemerintah
daerah.

Sedangkan pengertian desentralisasi menurut (Chau dalam Nugroho , 2000; 2) desentralisasi


pada konsep pendelegasian kekuasaan kepada pemerintah daerah, dengan tujuan meningkatkan
efisiensi dalam penggunaan sumber daya.

Pengertian desentralisasi dalam KBBI mengemukakan bahwa system pemerintahan yang


lebih banyak memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah, selanjutnya pengertian
desentralisasi menurut (Hoogerwert dalam Hasbullah, 2010: 5) desentralisasi adalah sebagai
pengakuan atau penyerahan wewenang-wewenang oleh badan umum yang lebih rendah untuk
secara mandiri dan berdasarkan pertimbangan kepentingan sendiri mengambil keputusan
pengaturan pemerintahan,, serta struktur wewenang yang terjadi dari hal itu.

Dari beberapa pernyataan yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa desentralisasi
pendidikan adalah proses dimana suatu lembaga yang lebih rendah kedudukannya menerima
pelimpahan kewenangan untuk melaksanakan segala tugas, pelaksanaan pendidikan, termasuk
pemanfaatan segala fasilitas yang ada serta penyusunan kebijakan dan pembiayaan.

B. Konsep desentralisasi pendidikan

Otonomi pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20


Tahun 2003 adalah terungkap pada Bak Hak dan Kewajiban Warga Negara, Orang tua, Masyarakat
dan Pemerintah.Pada bagian ketiga Hak dan Kewajiban Masyarakat Pasal 8 disebutkan bahwa
“Masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan
evaluasi program pendidikan; pasal 9 Masyarakat berkewajiban memberikan dukungan sumber
daya dalam penyelenggaraan pendidikan”.

Begitu juga pada bagian keempat Hak dan Kewajiban Pemerintah dan Pemerintah Daerah,
pasal 11 ayat (2) “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna
terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai lima belas tahun”.
Khusus ketentuan bagi Perguruan Tinggi, pasal 24 ayat (2) “Perguruan Tinggi memiliki otonomi
untuk mengelola sendiri lembaganya sebagai pusat penyelenggaraan pendidikan tinggi, penelitian
ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep otonomi pendidikan mengandung
pengertian yang luas, mencakup filosofi, tujuan, format dan isi pendidikan serta manajemen
pendidikan itu sendiri. Implikasinya adalah setiap daerah otonomi harus memiliki visi dan misi
pendidikan yang jelas dan jauh ke depan dengan melakukan pengkajian yang mendalam dan meluas
tentang trend perkembangan penduduk dan masyarakat untuk memperoleh konstruk masyarakat di
masa depan dan tindak lanjutnya, merancang sistem pendidikan yang sesuai dengan karakteristik
budaya bangsa Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika dalam perspektif tahun 2020.

Kemandirian daerah itu harus diawali dengan evaluasi diri, melakukan analisis faktor
internal dan eksternal daerah guna mendapat suatu gambaran nyata tentang kondisi daerah sehingga
dapat disusun suatu strategi yang matang dan mantap dalam upaya mengangkat harkat dan martabat
masyarakat daerah yang berbudaya dan berdaya saing tinggi melalui otonomi pendidikan yang
bermutu dan produktif.

C. Tujuan desentralisasi pendidikan


1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi
2. Meningkatkan efisiensi manajemen
3. Distribusi tangnggung jawab dalam bidang keuangan
4. Miningkatkan demokratisi melalui distribusi kekuasaan
5. Control local menjadi lebih besar melalui deregulasi
6. Pendidikan berbasis kebutuhan pasar
7. Menetralisasi pusar-pusat keuangan
8. Meningkatkan kualitas pendidikan

Konsep desentralisasi pendidikan yang pertama terutama berkaitan dengan otonomi daerah
dan desentralisasi penyelenggaraan pemerintahan dari pusat ke daerah.
Sedangkan konsep desentralisasi pendidikan yang memfokuskan pada pemberian
kewenangan yang lebih besar pada tingkat sekolah dilakukan dengan motivasi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan. Adapun tujuan dan orientasi dari desentralisasi pendidikan sangat bervariasi
berdasarkan pengalaman desentralisasi pendidikan yang dilakukan di beberapa Negara Amerika
Latin, di Amerika Serikat dan Eropa.

Jika yang menjadi tujuan adalah pemberian kewenangan di sektor pendidikan yang lebih
besar kepada pemerintah daerah, maka fokus desentralisasi pendidikan yang dilakukan adalah pada
pelimpahan kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah lokal atau kepada Dewan Sekolah.
Implisit ke dalam strategi desentralisi pendidikan yang seperti ini adalah target untuk mencapai
efisiensi dalam penggunaan sumber daya (school resources; dana pendidikan yang berasal yang
pemerintah dan masyarakat).

Di lain pihak, jika yang menjadi tujuan desentralisasi pendidikan adalah peningkatan
kualitas proses belajar dan kualitas dari hasil proses belajar mengajar tersebut, maka desentralisasi
pendidikan lebih difokuskan pada reformasi proses belajar-mengajar. Partisipasi orang tua dalam
proses belajar mengajar dianggap merupakan salah satu faktor yang paling menentukan.

Desentralisasi pendidikan merupakan peluang bagi peningkatan mutu kegiatan belajar


mengajar di sekolah. Dengan kata lain, ia merupakan peluang bagi peningkatan mutu pendidikan di
setiap daerah. Hal ini karena perhatian terhadap peningkatan mutu guru, peningkatan mutu
manajemen kepala sekolah, peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan pendidikan
menjadi lebih baik jika dikelola oleh para pejabat pendidikan yang ada di daerah. Pada akhirnya,
tujuan desentralisasi pendidikan adalah pada pemerataan mutu pendidikan yang meningkat ini.

Desentralisasi pendidikan merupakan salah satu model pengelolaan pendidikan yang


menjadikan sekolah sebagai proses pengambilan keputusan dan merupakan salah satu upaya untuk
memperbaiki kualitas pendidikan serta SDM termasuk profesionalitas guru yang belakangan ini
dirisaukan oleh berbagai pihak baik secara regional maupun secara internasional.

D. Syarat keberhasilan proses desentralisasi pendidikan

Keberhasilan desentralisasi pendidikan setidaknya akan tergantung pada beberapa faktor


pendukung. Di bawah ini akan dikemukakan empat faktor penunjang keberhasilan desentralisasi
pendidikan, yaitu
1. Menerapkan deregulasi,

meningkatkan fleksibilitas melalui penerapan deregulasi merupakan kunci utama untuk memacu
efektivitas desentralisasi pendidikan di daerah dan sekolah. Deregulasi merupakan proses
pemangkasan jalur birokrasi yang terlalu ketat dan panjang.

Deregulasi juga berarti menghilagkan rantai birokrasi yang terlalu banyak. Sebagai system
semetinya bukan untuk mempersulit dan memperlambat proses, tetapi sebaiknya pemperlancar
proses layanan pendidikan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

2. Menerapkan semiotonom atau melaksanakan desentralisasi secara bertahap dan


berkesinambungan.
3. Melaksanakan kepemimpinan demokratis dan partisipatif dalam penyelenggaraan
pendidikan disekolah.
4. Menerapkan profesionalitas transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan desentralisasi
pendidikan.
E. Langkah-langkah desentralisasi

Menurut Hanif Al Khadri, langkah pelaksanaan Desentralisasi Manajemen Pendidikan :

1. Langkah-langkah pelaksanaan Desentralisasi Manajemen Pendidikan

Langkah-langkah pelaksanaan desentralisasi manajemen pendidikan mengacu pada proses


dan substansi manajemen pendidikan. Desentralisasi manajemen harus dilakukan secara bertahap,
tidak sebagaimana membalikkan tangan, walaupun sekarang jamannya reformasi di segala bidang.
Hal ini terkait dengan permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia akibat penerapan sentralisasi
yang berkepanjangan.

Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pelaksanaan desentralisasi Manajemen


Pendidikan adalah:

a. Planning atau perencanaan

Adapun langkah-langkah ini mencakup (1) penyiapan perangkat perundang-undangan yang


mengatur system organisasi dan manajemen pendidikan antara pusat, wilayah, dan daerah, dalam
kerangka desentralisasi manajemen pendidikan (hal ini merupakan tugas pemerintah dan DPR
dalam rangka menyusun Undang-Undang. (2) penyusunan program kerja pelaksanaan desentralisasi
manajemen pendidikan, misalnya ada RENSTRA dibidang manajemen pendidikan di daerah.

(3) penjadwalan pelaksanaan desentralisasi manajemen pendidikan (4) penganggaran yang


melibatkan kerjasama pemerintah dan stakeholders.
b. Pelaksanaan desentralisasi manajemen pendidikan

Adapun pelaksanaan nya mencakup(1) Penempatan personel pengelola dan pelaksana


pendidikan dalam keseluruhan struktur organisasi yang telah dibentuk, (2) mengatur mekanisme
kerja antar instansi yang terkait sesuai dengan organinisasi yang dibentuk, (3) penyediaan sarana
administratif yang memadai untuk penyelenggaraan desentralisasi manajemen pendidikan; (4)
Penyiapan tenaga lapangan, baik pengelola maupun pelaksana pendidikan, terutama kesiapan
mental dan kemampuannya; (5) Penyiapan mental dan kemampuan tenaga pendidik dan tenaga
administratif yang menopang pelaksanaan desentralisasi manajemen pendidikan.

2. Desentralisasi substansi Manajemen Pendidikan

Substansi manajemen pendidikan nasional mencakup tata perundang-undangan, organisasi


pendidikan, kurikulum, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, dana, peserta didik, lingkungan
fisik, dan kerjasama dengan masyarakat. Di bidang peraturan perundangan, pemerintah pusat
berperan menetapkan perundangan strategis yang bersifat umum, misalnya Undang-Undang tentang

Sistem Pendidikan Nasional, sementara peraturan lainnya diserahkan kepada pemerintah


daerah. Sebut saja misalnya UU No. 5 tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah
dan PP No. 65 tahun 1951 tentang Pelaksanaan Penyerahan Sebagian daripada Urusan Pemerintah
Pusat dalam Lapangan Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan kepada Provinsi perlu ditinjau
ulang.

Begitu pula keputusan-keputusan menteri yang tidak sejalan dengan prinsip desentralisasi
dan demokratisasi harus diganti. Dibidang organisasi pendidikan, pemerintah pusat menerapkan
struktur organisasi pendidikan nasional, sementara organisasi pendidikan didaerah diserahkan
kepada daerah masing-masing agar sesuai dengan kebutuhan dan situasai daerah.

Masalah yang dihadapi oleh Negara Indonesia adalah tidak meratanya kemampuan daerah
satu dengan yang lainnya. Di bidang kurikulum, pemerintah pusat menetapkan taksonomi ilmu atau
sejumlah kometensi yang wajib dikembangkan di seluruh jenis dan jenjang pendidikan, dan kalau
toh masih memerlukan “ Core Curriculum” hanya yang bermuatan dengan pembentukan akhlaq dan
nilai-nilai serta wawasan nasional; sementara kurikulum lainnya ditetapkan di daerah, dengan
perbandingan 30% dari pusat dan 70% dari daerah.

Di bidang sumber daya manusia, pada tahap awal desentralisasi tetap dimungkinkan peran
serta pemerintah pusat yang dikurangi secara minimal dalam membantu daerah yang kurang sumber
dayanya. Namun, dalam jangka panjang diharapkan masing-masing daerah otonom dapat
menyediakan sumber daya manusia secara mandiri.
Hal ini bukan berarti orang yang berasal dari daerah itu saja yang boleh bekerja di daerah
itu, tetapi secara demokratis dan alami akan tersaring orang-orang yang berkualitas untuk
menangani manajemen pendidikan. Di bidang sarana dan prasarana pendidikan, hendaknya
pemerintah pusat tidak lagi mendominasi, tetapi manajemen pendidikan ditopang oleh sarana dan
prasarana yang diadakan oleh daerah itu sesuai dengan kemampuannya.

Hal ini akan mendorong persaingan pembangunan di daerah untuk meningkatkan


pendapatan daerah, sehingga dapat mencukupi kebutuhan pendidikan di daerah itu. Di bidang dana,
daerah otonom diharapkan mencukupi kebutuhan pendidikannya secara mandiri.

Pemerintah Pusat akan memperoleh masukan dana dari pajak dan perusahaan nasional dan
multi nasional yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat untuk penyelengaraan negara termasuk
subsidi di bidang pendidikan. Di bidang peserta didik, warga masyarakat dapat secara leluasa untuk
menentukan pilihan sekolahnya, misalnya dari daerah otonom satu ke daerah otonom lain sangat
terbuka dimungkinkan.

Hal ini akan mendorong masing-masing lembaga pendidikan untuk meningkatkan


kualitasnya, sehingga mendapatkan peserta didik yang melimpah, pada gilirannya akan
meningkatkan penghasilan lembaga pendidikan itu untuk penyelenggaraan pendidikan di
daerahnya. Di bidang pendayagunaan lingkungan fisik, daerah otonom memiliki hak yang seluas-
luasnya untuk mendayagunakan lingkungan fisik di sekitarnya untuk kepentingan pendidikan.

Di bidang kerjasama dengan berbagai pihak, daerah diberi kesempatan seluasluasnya untuk
melaksanakannya dengan menggali peran serta stakeholders dalam penyelenggaraan pendidikan.
Bahkan, dimungkinkan seluas-luasnya kerjasama daerah dengan luar negeri untuk kepentingan
pendidikan. Peran serta masyarakat industri, perusahaan, instansi pemerintah dan swasta di daerah
dalam memajukan pendidikan sangat urgen dijalin.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa desentralisasi pendidikan
pada hakikatnya berkorelasi positif terhadap peningkatan mutu lulusan lembaga pendidikan dan
efesiensi pengelolaan pendidikan. Apabila sekolah dapat dikelola dengan optimal oleh personalia
yang profesional, pengambilan keputusan dilakukan oleh pihak-pihak yang lebih dekat dan tahu
tentang kebutuhan dan potensi sekolah, maka mutu pendidikan akan lebih maksimal sesuai yang
diharapkan.

Pengelolaan pendidikan yang baik menghasilkan Indonesia yang baru, desentralisasi


pendidikan merupakan suatu keharusan jika kita ingin cepat mengejar ketertinggalan dari bangsa
lain. Melalui pendidikan yang demokratis akan melahirkan masyarakat yang kritis dan bertanggung
jawab. Masyarakat yang demokratis akan mampu menciptakan masyarakat madani yaitu
masyarakat yang berbudaya tinggi yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan yang mana sangat
menghargai hak-hak asasi manusia.

B. Saran

Penulis menyarankan agar pembaca lebih memperbanyak lagi referensi-referensi mengenai


desentralisasi pendidikan selain makalah ini. Ini dikarenakan oleh keterbatasan penulis dalam
mencari referensi-referensi dalam penyusunan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Hadiyanto. 2004. Mencari Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan di Indonesia. Jakarta:


Rineka Cipta.

Hasbullah. 2010. Otonomi Pendidikan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Riant Nugroho. 2000. Desentralisasi Tanpa Revolusi. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Tim Pusat Bahasa. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Keempat Departemen Pendidikan
Nasional. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kinalova. 2012. Kelebihan dan Kelemahan Desentralisasi Pendidikan, (Online),


http://kinalova.blogspot.com/2012/09/kelebihan-dan-kekurangan-sentralisasi.html, diakses 6
Desember 2014.

Anda mungkin juga menyukai