Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DESENTRALISASI DALAM PENGELOLAAN PENDIDIKAN

MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Berbasis Sekolah
Dosen Pengampu:
Dr. Hj. Luluk Indarti, S.Ag, M.Pd. I

MPI 5A
Kelompok 9:
1. M. Aziz Fatkhur Rahman (126207211021)
2. Beta Pertiwi Regita Cahyani (126207213114)
3. Elvita Septa Sari (126207213116)
4. Nurun Nazhiifatun Ni’mah (126207213124)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGGUNG
NOVEMBER 2023
PRAKATA
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
taufik dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah ini
dengan judul “Konsep Desentralisasi dalam Pengelolaan Pendidikan”. Ucapan
terimakasih, penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberi motivasi,
ruang dan waktu untuk membuat makalah ini. Adapun ucapan terimakasih yang
penulis sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Abd. Aziz, M.Pd.I. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sayyid
Ali Rahmatullah Tulungagung
2. Dr. H. Ahmad Muhtadi Anshor, M.Ag. selaku Wakil Rektor I Bidang
Akademik & Pengembangan Lembaga Universitas Islam Negeri Sayyid Ali
Rahmatullah Tulungagung
3. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M.Pd.I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
4. Dr. Muhammad Zaini, M.A. selaku Ketua Jurusan Tarbiyah Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah
Tulungagung
5. Dr. H. Masduki, M.Ag. selaku Koordinator Program Studi Manajemen
Pendidikan Islam
6. Dr. Hj. Luluk Indarti, S.Ag, M.Pd. I. selaku dosen pengampu mata kuliah
Manajemen Berbasis Sekolah yang ikhlas dan tulus dalam membimbing kami
7. Drs. Samsul Huda, M. Pd. I. selaku Kepala Perpustakaan UIN SATU
Tulungagung
8. Teman-teman mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung
khususnya Program Studi Manajemen Pendidikan Islam angkatan 21 kelas 5A
Di dalam makalah ini kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Besar harapan kami agar pembaca berkenan memberikan umpan balik baik
berupa kritik atau saran. Semoga makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai
pihak. Aamiin.
Tulungagung, 05 November 2023

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA .................................................................................................................. ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
C. Tujuan Pembahasan .......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 3
A. Hakikat Desentralisasi ...................................................................................... 3
B. Konsep Desentralisasi Pendidikan .................................................................... 4
C. Tujuan Desentralisasi Pendidikan ..................................................................... 6
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Desentralisasi Pendidikan ....................... 8
BAB III PENUTUP .................................................................................................. 10
A. Kesimpulan ..................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................... 11
DAFTAR RUJUKAN .............................................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan sistem pendidikan di Indonesia telah melalui perkembangan
yang panjang, hal ini seiring dengan kondisi bangsa Indonesia. Jauh sebelum
Indonesia mencapai kemerdekaan, sistem pendidikan yang berkembang di
Indonesia adalah sistem pendidikan tradisional yang disesuaikan dengan tuntutan
dan kebutuhan masyarakat. Pada awal kemerdekaan, para pendiri republik yang
sebagian besar adalah para tokoh pendidikan, memusatkan usahanya untuk
membangun sistem pendidikan nasional sebagai pengganti dari sistem pendidikan
kolonial yang telah berlangsung lebih dari tiga abad. Sistem pendidikan nasional
mulai penampakan bentuknya sejak terbitnya undang-undang nomor 4 tahun 1950
tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah.

Telah terjadi perubahan dan perkembangan, antara lain tentang tujuan


pendidikan, kurikulum, metode mengajar, penilaian pendidikan terus berlangsung
dengan adanya perubahan rencana pembelajaran 1964, kurikulum 1968,
kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994, KTSP, kurikulum 2013, dan
kini berlangsung kurikulum merdeka. Perubahan pada aspek kekuasaan dan
kewenangan penyelenggaraan pendidikan, antara lain tampak pada perubahan
sistem pendidikan nasional yang mulanya sentralistik kini menjadi sistem
pendidikan nasional yang mengalami desentralisasi.

Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang pemerintahan oleh


pemerintah daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah
dalam sistem negara kesatuan republik Indonesia. Sebagai suatu sistem yang
dipakai dalam bidang pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi,
gimana sebagian kewenangan pemerintahan pusat dilimpahkan kepada pihak lain
untuk dilaksanakan.

Dalam konteks pelaksanaan otonomi daerah ditegaskan bahwa sistem


pendidikan nasional yang bersifat sentralistis selama ini kurang mendorong
terjadinya demokratisasi dan desentralisasi penyelenggaraan pendidikan. Sebab
sistem pendidikan yang sentralisasi diakui kurang bisa mengakomodasi

1
keberagaman daerah, keberagaman sekolah, serta keberagaman peserta didik,
bahkan cenderung mematikan partisipasi masyarakat dalam pengembangan
pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana hakikat desentralisasi?
2. Bagaimana konsep desentralisasi pendidikan?
3. Bagaimana tujuan desentralisasi pendidikan?
4. Bagaimana faktor pendukung dan penghambat desentralisasi pendidikan?

C. Tujuan Pembahasan
Dengan adanya rumusan masalah tersebut, maka dapat diketahui tujuan dari
pembahasan tema makalah ini, sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan hakikat desentralisasi.
2. Untuk mendeskripsikan konsep desentralisasi pendidikan.
3. Untuk mendeskripsikan tujuan desentralisasi pendidikan.
4. Untuk mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat desentralisasi
pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Desentralisasi
Secara etimologis, istilah desentralisasi berasal dari bahasa latin de, artinya
lepas dan centrum, yang berarti pusat, sehingga bisa diartikan melepaskan dari
pusat. Sementara dalam undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, pasal 1
disebutkan bahwa desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah pusat kepada daerah otonomi untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem negara kesatuan republik Indonesia.1

Pengertian desentralisasi dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI)


mengemukakan bahwa sistem pemerintahan yang lebih banyak memberikan
kekuasaan kepada pemerintah daerah. Pada dasarnya prinsip desentralisasi itu
mencakup aktivitas ekonomi, aktivitas pendidikan, interaksi sosial, aktivitas
politik, pembuatan keputusan, produksi, dan seterusnya. Jadi, ada sebuah
pengakuan bahwa sebagian aktivitas harus terjadi pada tingkatan yang lebih
tersentralisasi, tapi bebannya ada pada sentralisasi pendukung mereka untuk
membenarkan penggunaannya. Struktur dan proses yang terdesentralisasi menjadi
normanya.

Intinya, desentralisasi adalah transfer tanggung jawab dalam hal


perencanaan, manajemen, dan pemunculan sumber daya dan alokasinya dari
pemerintah pusat kepada:

1. Unit-unit lapangan dari kementrian pemerintah pusat.


2. Unit-unit atau tingkat pemerintahan yang berada di bawahnya.
3. Otoritas atau korporasi publik semi-otonom.
4. Otoritas regional atau fungsional yang ber area luas.
5. Organisasi sektor privat dan sukarela.

Dari pemahaman ini, desentralisasi memfokuskan pada: pertama, hubungan


di antara tiga sektor utama pemerintahan, yaitu, sektor publik, sektor privat,dan

1
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah
(hasil revisi).

3
sektor sukarela; kedua, dalam sektor publik sendiri, di mana desentralisasi
memfokuskan pada struktur dan proses pembuatan keputusan dan tentang sumber
daya dan alokasi tanggung jawab di antara tingkatan pemerintahan, yaitu
pemerintah pusat, pemerintah daerah tingkat I (provinsi), dan tingkat II
(kabupaten).2

Tingkatan pemerintahan di sini adalah konsep yang sangat penting dan


sering kali digunakan dalam mendefinisikan desentralisasi, seperti yang telah
sering kita pakai dalam pembahasan di atas. Karena itu, memahami desentralisasi
tentu saja harus memahami tingkatan dari pemerintahan ini. Jelas desentralisasi
merupakan sebuah proyek yang sangat luar biasa yang bila dijalankan secara
murni dan konsekuen akan menciptakan kemakmuran, kedamaian, kesejahteraan,
dan keamanan bagi rakyat sebuah bangsa. Karena semua komponen bangsa akan
turut ambil bagian dalam pembangunan, karena segala kebijakan tidak lagi
sentralistik yang hanya menunggu perintah, sehingga bangsa ini menjadi tidak
mandiri dalam melakukan aktivitas pembangunannya.

Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa desentralisasi pendidikan


adalah suatu proses dimana suatu lembaga yang lebih rendah kedudukannya
menerima penyimpangan kewenangan untuk melaksanakan segala tugas
pelaksanaan pendidikan, termasuk pemanfaatan skala fasilitas yang ada serta
penyusunan kebijakan dan pembiayaan.

B. Konsep Desentralisasi Pendidikan


Otonomi daerah sebagai salah satu bentuk desentralisasi pemerintahan, pada
hakikatnya ditujukan untuk memenuhi kepentingan bangsa secara keseluruhan,
yaitu upaya untuk lebih mendekati tujuan-tujuan penyelenggaraan pemerintahan
untuk mewujudkan cita-cita masyarakat yang lebih baik, suatu masyarakat yang
lebih adil dan lebih sejahtera.
Desentralisasi diartikan sebagai penyerahan wewenang pemerintahan oleh
pemerintah kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (pasal 1 ayat (7)

2
Muhammad Noor, “Memahami Desentralisasi Indonesia”, (Yogyakarta:Interpena, 2012),
hal. 5-6.

4
UU Nomor 32 Tahun 2004). Menurut Hasbullah dalam buku otonomi pendidikan,
desentralisasi adalah suatu proses dimana suatu lembaga yang lebih rendah
kedudukannya menerima pelimpahan kewenangan untuk melaksanakan segala
tugas pelaksanaan pendidikan, termasuk pemanfaatna segala pasilitas yang ada
serta penyusunan kebijakan dan pembiayaan.
Tentang desentralisasi ini ada beberapa konsep yang dikemukakan oleh para
ahli sebagai berikut:
1. Desentralisasi merupakan penyerahan wewenang dari tingkat pemerintahan
yang lebih tinggi kepada pemerintah yang lebih redah, baik yang
menyangkut bidang legislatif, judikatif, atau administratif.
2. Desentralisasi menurut Socjanto adalah sebagai suatu sistem yang dipakai
dalam bidang pemerintahan merupakan kebalikan dari sentralisasi, dimana
sebagai kewenangan. pemerintah pusat dilimpahkan kepada pihak lain
untuk dilaksanakan.
3. Mardiasmo mengartikan Desentralisasi tidak hanya berarti pelimpahan
wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah yang lebih rendah, tetapi
juga pelimpahan beberapa wewenang pemerintahan ke pihak swasta dalam
bentuk privatisasi.
4. Hogerwert memberikan definisi Desentralisasi adalah sebagai pengakuan atau
penyerahan wewenang oleh badan- badan umum yang lebih rendah untuk secara
mandiri dan berdasarkan pertimbangan kepentingan sendiri mengambil keputusan
pengaturan pemerintahan, serta wewenang yang terjadi dari hal itu. Struktur.
5. Pengertian desentralisasi koswara pada dasarnya mempunyai makna bahwa
melalui proses desentralisasi urusan-urusan pemerintahan yang semula termasuk
wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat sebagaian diserahkan kepada
pemerintah daerah agar menjadi urusan rumah tangga sehingga urusan tersebut
beralih kepada dan menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah daerah.
6. Desentralisasi atau mendesentralisasi pemerintahan bisa berarti
merestrukturisasikan atau mengatur kembali kekuasaan sehingga terdapat
suatu sistem tanggung jawab bersama antara intitusi-institusi pemerintah
tingkat pusat, regional, maupun lokal sesuai dengan prinsip subsidiaritas.
Sehingga meningkatkan kualitas keefektifan yang menyeluruh dari sistem

5
pemerintahan, dan juga meningkatkan otoritas dan kapasitas tingkat
subnasional.
Dari beberapa konsep diatas dapat disimpulkan bahwa desentralisasi
merupakan adanya penyerahan wewenang urusan yang semula menjadi
kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah untuk melaksanakan
urusan-urusan tersebut.
Kewenangan pengelolaan pendidikan berubah dari sistem sentralisasi
kesistem desentralisasi. Desentralisasi pendidikan berarti terjadinya pelimpahan
kekuasaan dan wewenang yang lebih luas kepada daerah untuk membuat
perencanaan dan mengambil keputusannya sendiri dalam mengatasi permasalahan
yang dihadapi pendidikan.3
C. Tujuan Desentralisasi Pendidikan
Adapun tujuan dan orientasi dari desentralisasi pendidikan sangat bervariasi
berdasarkan pengalaman desentralisasi pendidikan yang dilakukan di beberapa
negara Amerika Latin, di Amerika Serikat dan Eropa. Jika yang menjadi tujuan
adalah pemberian kewenangan di sektor pendidikan yang lebih besar kepada
pemerintah daerah , maka fokus desentralisasi pendidikan yang dilakukan adalah
pada pelimpahan kewenangan yang lebih besar kepada pemerintah lokal atau
kepada Dewan Sekolah. Implisit ke dalam strategi desentralisi pendidikan yang
seperti ini adalah target untuk mencapai efisiensi dalam penggunaan sumber daya
(school resources; dana pendidikan yang berasal dari pemerintah dan
masyarakat).4
Di lain pihak, jika yang menjadi tujuan desentralisasi pendidikan adalah
peningkatan kualitas proses belajar mengajar dan kualitas dari hasil proses belajar
mengajar tersebut, maka desentralisasi pendidikan lebih difokuskan pada
reformasi proses belajar-mengajar. Partisipasi orang tua dalam proses belajar
mengajar dianggap merupakan salah satu faktor yang paling menentukan. Dalam
kenyataannya, desentralisasi pendidikan yang dilakukan di banyak Negara
merupakan bagian dari proses reformasi pendidikan secara keseluruhan dan tidak

3
Sam Chan, Analisis SWOT: Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2005), hal. 78.
4
Armida S. Alisjahbana, Otonomi Daerah dan Desentralisasi Pendidikan, (Bandung:
Universitas Padjadjaran, 2000), hal. 2.

6
sekedar merupakan bagian dari proses otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.
Desentralisasi pendidikan akan meliputi suatu proses pemberian kewenangan
yang lebih luas di bidang kebijakan pendidikan dan aspek pendanaannya dari
pemerintah pusat ke pemerintah lokal dan pada saat yang bersamaan kewenangan
yang lebih besar juga diberikan pada tingkat sekolah.
Terdapat delapan tujuan utama desentralisasi, yaitu:
1. Mempercepat pertumbuhan ekonomi (accelerated economic development)
2. Meningkatkan efesiensi manajemen (increased management efficiency)
3. Distribusi tanggung jawab dalam bidang keuangan (redistribution of
financial responsibility)
4. Meningkatkan demokratisasi mealalui distribusi kekuasaan (increased
democratization. trough the distribution of power)
5. Control local menjadi lebih besar melalui deregulasi (greater local control
trough. deregulation),
6. Pendidikan berbasis kebutuhan pasar (market-based education),
7. Menetralisasi pusat-pusat kekuasaan (neutralizing competing centers of
power),
8. Meningkatkan kualitas pendidikan (improving the quality of education).5
Desentralisasi pendidikan merupakan peluang bagi peningkatan mutu
kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dengan kata lain, ia merupakan peluang
bagi peningkatan mutu pendidikan di setiap daerah. Hal ini karena perhatian
terhadap peningkatan mutu guru, peningkatan mutu manajemen kepala sekolah,
peningkatan sarana dan prasarana pendidikan, pembiayaan pendidikan menjadi
lebih baik jika dikelola oleh para pejabat pendidikan yang ada di daerah. Pada
akhirnya, tujuan desentralisasi pendidikan adalah pada pemerataan mutu
pendidikan yang meningkat ini.
Desentralisasi pendidikan merupakan salah satu model pengelolaan
pendidikan yang menjadikan sekolah sebagai proses pengambilan keputusan dan
merupakan salah satu upaya untuk memperbaiki kualitas pendidikan serta sumber

5
Hadiyanto, Mencuri Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan Di Indonesia, Jakarta:
Rineka Cipta, 2004, hal 27.

7
daya manusia termasuk profesionalitas guru yang belakangan ini dirisaukan oleh
berbagai pihak baik secara regional maupun secara internasional.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat Desentralisasi Pendidikan
Desentralisasi pendidikan merupakan pelimpahan kekuasaan dan
wewenang yang lebih luas kepada daerah untuk membuat perencanaan dan
mengambil keputusan sendiri dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi
bidang pendidikan, akan tetapi tetap mengacu kepada tujuan pendidikan nasional
sebagai bagian dari upaya pencapaian tujuan pembangunan nasional.
Beberapa faktor pendukung dalam keberhasilan proses desentralisasi
pendidikan, antara lain: Menerapkan deregulasi, Menetapkan semiotonom atau
melaksanakan desentralisasi secara bertahap dan berkesinambungan,
Melaksanakan kepemimpinan demokratis dan partisipatif dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, dan Menetapkan akuntabilitas pendidikan.6
1. Menerapkan deregulasi. Deregulasi dalam konteks faktor pendukung
keberhasilan proses desentralisasi pendidikan merujuk pada upaya untuk
mengurangi atau menghapus regulasi, aturan, dan birokrasi yang berlebihan
yang mungkin menghambat pelaksanaan desentralisasi pendidikan.
Deregulasi bertujuan untuk memberikan lebih banyak otonomi dan
fleksibilitas kepada pemerintah daerah, sekolah, dan komunitas pendidikan
dalam mengelola sistem pendidikan.
2. Menetapkan semiotonom atau melaksanakan desentralisasi secara bertahap
dan berkesinambungan. Desentralisasi yang bertahap dan berkesinambungan
membantu menciptakan kondisi yang lebih kondusif untuk keberhasilan
proses desentralisasi pendidikan, sehingga perubahan dapat terjadi dengan
lebih baik, lebih efektif, dan lebih berkelanjutan.
3. Melaksanakan kepemimpinan demokratis dan partisipatif dalam
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Kepemimpinan yang mendorong
keterlibatan aktif dan partisipasi berbagai stakeholder, termasuk guru, siswa,
orang tua, dan komunitas sekolah, dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan program pendidikan di tingkat sekolah.

6
Luluk Indarti, Manajemen Berbasis Sekolah Strategi dan Implementasi, (Tulungagung:
Yayasan Abdulloh Arief, 2021), hal. 74.

8
4. Menetapkan akuntabilitas pendidikan. memastikan bahwa terdapat
mekanisme yang jelas dan efektif untuk memonitor, mengevaluasi, dan
memastikan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat
desentralisasi, seperti pemerintah daerah, sekolah, dan komunitas lokal.
Dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung keberhasilan proses
desentralisasi pendidikan adalah menerapkan deregulasi, melaksanakan
desentralisasi secara bertahap dan berkesinambungan, melaksanakan
kepemimpinan yang demokratis dan partisipatif dalam penyelenggaraan
pendidikan di sekolah, dan menetapkan akuntabilitas pendidikan.

Sedangkan faktor penghambat dalam keberhasilan proses desentralisasi


pendidikan, antara lain: 1) Sumber Daya Manusia dari tiap-tiap daerah yang belum
memadai secara merata. Berhubungan dengan kualiatas dan kuantitas, ada daerah
tertentu yang masih sangat tertinggal dalam memahami dan menganalisis serta
mengaplikasikan desentralisasi pendidikan. 2) Kuantitas SDM, meskipun saat ini
begitu banyak lulusan sarjana tetapi apabila faktor-faktor lain, seperti kompetensi
guru tidak menunjang, jumlah lembaga pendidikan yang tidak sesuai dengan
jumlah lulusan, justru ini yang akan menimbulkan masalah yang baru bagi
pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. 3) Sarana dan Prasarana di
pemerintah daerah yang belum memadai, terjadi di wilayah pemerintah daerah
yang awalnya selalu diberi oleh pemerintah pusat dalam sarana dan prasarana.
Dengan diberlakukannya desentralisasi pemerintah daerah memikirkan dan
mendapatkan sarana dan prasarana secara mandiri.7

7
Maisyanah, Analisis Dampak Desentralisasi Pendidikan dan Relevansi School Based
Management, Jurnal Quality, volume 6 Nomor 2, (2018), hal. 7.

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Desentralisasi pendidikan adalah suatu proses dimana suatu lembaga yang
lebih rendah kedudukannya menerima penyimpangan kewenangan untuk
melaksanakan segala tugas pelaksanaan pendidikan, termasuk pemanfaatan
skala fasilitas yang ada serta penyusunan kebijakan dan pembiayaan.
2. Konsep desentralisasi merupakan adanya penyerahan wewenang urusan
yang semula menjadi kewenangan pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah untuk melaksanakan urusan-urusan tersebut. Desentralisasi
pendidikan berarti terjadinya pelimpahan kekuasaan dan wewenang yang
lebih luas kepada daerah untuk membuat perencanaan dan mengambil
keputusannya sendiri dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi
pendidikan.
3. Tujuan desentralisasi pendidikan adalah peningkatan kualitas proses belajar
mengajar dan kualitas dari hasil proses belajar mengajar tersebut, maka
desentralisasi pendidikan lebih difokuskan pada reformasi proses belajar-
mengajar.
4. Faktor pendukung keberhasilan proses desentralisasi pendidikan adalah 1).
Menerapkan deregulasi, 2). Melaksanakan desentralisasi secara bertahap
dan berkesinambungan, 3). Melaksanakan kepemimpinan yang demokratis
dan partisipatif dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, dan
menetapkan akuntabilitas pendidikan.
Faktor penghambat dalam keberhasilan proses desentralisasi pendidikan,
antara lain: 1) Sumber Daya Manusia dari tiap-tiap daerah yang belum
memadai secara merata, 2) Kuantitas Sumber Daya Manusia, meskipun saat
ini begitu banyak lulusan sarjana tetapi apabila faktor-faktor lain, seperti
kompetensi guru tidak menunjang, 3) Sarana dan Prasarana di pemerintah
daerah yang belum memadai.

10
B. Saran
Dengan selesainya makalah ini, kami sangat berharap atas pemberian kritik dan
saran yang diberikan oleh teman teman. Oleh karena itu, kami meminta kritik dan
juga saran kepada pembaca untuk menunjukkan kekurangan dari makalah ini agar
menjadi lebih baik dan memiliki kualitas yang lebih baik lagi kedepannya.
Berdasarkan pembahasan diatas, jika pembaca ingin mengkaji lebih dalam lagi
terkait Konsep Desentralisasi dalam Lembaga Pendidikan, penulis menyarankan
kepada pembaca untuk membaca buku apa saja yang berkaitan dengan konsep
dentralisasi lembaga pendidikan dalam manajemen berbasis sekolah.

11
DAFTAR RUJUKAN
Alisjahbana, Armida S. 2000. Otonomi Daerah dan Desentralisasi Pendidikan.
(Bandung: Universitas Padjadjaran).
Chan, shan. 2005. Analisis SWOT: Kebijakan Pendidikan Era Otonomi Daerah.
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada).
Hadiyanto. 2004. Mencuri Sosok Desentralisasi Manajemen Pendidikan Di
Indonesia. (Jakarta: Rineka Cipta).
Indarti, Luluk. 2021. Manajemen Berbasis Sekolah Strategi dan Implementasi,
(Tulungagung: Yayasan Abdulloh Arief).
Maisyanah. 2018. Analisis Dampak Desentralisasi Pendidikan dan Relevansi School
Based Management. Jurnal Quality. volume 6 Nomor 2. hal. 7
Noor, Muhammad. 2012. “Memahami Desentralisasi Indonesia”. Cetakan pertama.
(Yogyakarta:Interpena).
Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah(hasil revisi).

12

Anda mungkin juga menyukai