Anda di halaman 1dari 16

TEORI KURIKULUM

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

“Pengembangan Kurikulum MI/SD”

Dosen Pengampu :

Uswatun Hasanah, S.Pd.I., M.Pd

Disusun Oleh :

Kelompok 01 PGMI 5E

1. Irma Ratna Fitriani (12205193083)


2. Refi Fika Dilla N. (12205193085)
3. Qotrunnada Widyartie P.S. (12205193148)
4. Zakia Zulfaningtyas (12205193178)
5. Intan Etika Sekar Sari (12205193223)

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
Agustus 2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt atas rahmat, taufik, serta
hidayah-Nya. Sholawat serta salam tidak lupa kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw,
sehingga penyusunan makalah Pengembangan Kurikulum MI/SD yang berjudul Teori
Kurikulum” dapat kami selesaikan.

Kiranya dalam penulisan ini, kami menghadapi cukup banyak rintangan dan
selesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang yang telah membantu yaitu :

1. Bapak Dr. Maftukhin, M.Ag. selaku Rektor UIN SAYYID ALI


RAHMATULLAH Tulungagung.
2. Ibu Uswatun Hasanah, S.Pd.I., M.Pd. selaku Dosen pengampu mata kuliah
Pengembangan Kurikum MI/SD yang telah membimbing kami dalam
menyampaikan makalah ini.
3. Dan semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan yang tidak dapat
disebutkan satu-satu, kami mengucapkan terima kasih.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi
lebih baik lagi.kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Waasalamu’alaikum Wr. Wb

Tulungagung, 30 Agustus 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. TEORI KURIKULUM...................................................................................................3
B. TEORI PENDIDIKAN...................................................................................................6
C. EFEKTIVITAS KURIKULUM....................................................................................10
BAB III PENUTUP................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam perkembangan suatu negara tergantung pada mutu suatu pendidikan, karna
pendidikan merupakan salah satu penunjang dalam perkembangan negara, dalam
perkembangan modernisasi ini negara kita ingin mencoba ikut berpartisipasi dalam
mengembangkan pendidikan seperti negara-negara maju khususnya.

Kurikulum merupakan salah satu komponen pendidikan yang memegang peranan


penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Kurikulum memegang kedudukan
kunci dalam pendidikan, serta berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan,
yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga
pendidikan.

Dalam perkembangannya, kurikulum selalu mengalami perubahan. Perubahan kurikulum


terjadi karena adanya perubahan kehidupan, perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta perkembangan di bidang yang berhubungan langsung dengan kehidupan
masyarakat.
Mulyani Sumantri (1988) menyatakan bahwa pengembangan kurikulum harus di lakukan
berdasarkan teori yang telah di konseptualisasikan secara teliti, terhindar dari pengaruh-
pengaruh yang tidak baik, seperti paham-paham yang tidak mendukung pembaharauan dan
kebutuhan masa depan.

Perubahan kurikulum di tingkat pendidikan tinggi secara tidak langsung akan


memepengaruhi tugas pendidik sebab komponen-komponen yang terkait dengan tugas
pendidik dalam proses pembelajaran akan selalu mengalami perbaikan-perbaikan untuk
mencari bahan-bahan ajar.
Pada makalah ini akan dianatarkan kepada suatu pemahaman mengenai apa sebenarnya
teori kurikulum, teori pendidikan, dan keefektifitasan sebuah kurikulum.
B. RUMUSAN MASALAH

Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan teori kurikulum ?

2. Apa yang dimaksud dengan teori pendidikan?

3. Apa yang dimaksud efektivitas kurikulum ?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

Adapun tujuan dalam membahas masalah tersebut yaitu sebagai berikut.


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori kurikulum.

2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan teori pendidikan.

3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan afektivitas kurikulum.


7
BAB II
PEMBAHASAN

A. TEORI KURIKULUM

Teori merupakan suatu perangkat pernyataan yang bertalian satu sama lain, yang
disusun sedemikian rupa sehingga memberikan makna yang fungsional terhadap
serangkaian kejadian. Perangkat pernyataan tersebut dirumuskan dalam bentuk definisi
deskriptif atau fungsional, suatu konstruksi fungsional, asumsi-asumsi, hipotesis,
generalisasi, hukum, atau term-term. Isi rumusan- rumusan tersebut ditentukan oleh
lingkup dari rentetan kejadian dicakup, jumlah pengetahuan empiris yang ada, dan
tingkat keluasan dan kedalaman teori dan penelitian di sekitar kejadian- kejadian
tersebut.
Kalau konsep-konsep itu diterapkan dalam kurikulum, maka dapatlah
dirumuskan tentang teori kurikulum, yaitu sebagai suatu perangkat pernyataan yang
memberikan makna terhadap kurikulum sekolah. Makna tersebut terjadi karena adanya
petunjuk perkembangan, penggunaan dan evaluasi kurikulum. Bahan kajian dari teori
kurikulum adalah hal-hal yang berkaitan dengan penentuan keputusan, penggunaan,
perencanaan, pengembangan, evaluasi kurikulum, dan lain-lain.
Menurut Bobbit, inti teori kurikulum itu sederhana, yaitu kehidupan manusia.1
Kehidupan manusia meskipun berbeda-beda pada dasarnya sama, terbentuk oleh
sejumah kecakapan pekerjaan. Pendidikan berupaya mempersiapkan kecakapan-
kecakapan tersebut dengan teliti dan sempurna. Kecakapan-kecakapan yang harusdikuasai
untuk dapat terjun dalam kehidupan sangat bermacam-macam, bergantung pada
tingkatannya maupun jenislingkungan. Setiap tingkatan dan lingkungan kehidupan
menuntut penguasaan pengetahuan, keterampilan, sikap, kebiasaan, apresiasi tertentu.
Hal-hal itu merupakan tujuan kurikulum. Untuk mencapai hal-hal itu ada serentetan
pengalaman yang harusdikuasai anak. Seluruh tujuan beserta pengalaman-pengalaman
tersebut itulah yang menjadi bahan kajian teori kurikulum.

Perkembangan teori kurikulum selanjutnya dibawakan oleh Hollis Caswell.


Dalam peranannya sebagai ketua divisi pengembang kurikulum di beberapa negara
bagian di Amerika Serikat (Tennessee, Alabama, Florida dan Virginia), ia
mengembangkan konsep kurikulum yang berpusat pada masyarakat atau pekerjaan
(society centered) maka Caswell mengembangkan kurikulum yang bersifat interaktif.

1
Franklin Babbit, The Curriculum (Boston: Hounghton Mifflin, 1918), 28.
8
Dalam pengembangan kurikulumnya, Caswell menekankan pada partisipasi guru,
berpartisipasi dalam menentukan kurikulum, menentukan struktur organisasi dari
penyusunan kurikulum, dalam merumuskan pengertian kurikulum, merumuskan
tujuan, memilih isi, menentukan kegiatan belajar, desain kurikulum, menilai hasil,
dan sebagainya.2
Ralph W. Tylor (1949) sebagaimana dikutip Sukmadanata mengemukakan
empat pertanyaan pokok yang menjadi inti kajian kurikulum: 1) Tujuan pendidikan
yang manakah yang ingin dicapai oleh sekolah? 2) Pengalaman pendidikan yang
bagaimanakah yang harus disediakan untuk mencapai tujuan tersebut? 3) Bagaimana
mengorganisasikan pengalaman pendidikan tersebut secara efektif? 4) Bagaimana kita
menentukan bahwa tujuan tersebut telah tercapai?.3
Beauchamp merangkumkan perkembangan teori kurikulum antara tahun 1960
sampai dengan 1965. la mengidentifikasi adanya enam komponen kurikulum sebagai
bidang studi, yaitu: landasan kurikulum, isi kurikulum, desain kurikulum, rekayasa
kurikulum, evaluasi dan penelitian, dan pengembangan teori.4
Thomas L. Faix (1966) menggunakan analisis struktural-fungsional yang
berasal dari biologi, sosiologi, dan antropologi untuk menjelaskan konsep kurikulum.
Fungsi kurikulum dilukiskan sebagai proses bagaimana memelihara dan
mengembangkan strukturnya.
Ada sejumlah pertanyaan yang diajukan dalam analisis struktural-fungsional ini.
Topik dan subtopik dari pertanyaan ini menunjukkan fenomena-fenornena
kurikulum. Pertanyaan- pertanyaan itu menyangkut: (1) pertanyaan umum tentang
fenomena kurikulum, (2) sistem kurikulum, (3) unit analisis dan unsur-unsurnya, (4) struktur
sistem kurikulum, (5) fungsi sistem kurikulum, (6) proses kurikulum, dan (7) prosedur
analisis struktural-fungsional.
Alizabeth S. Maccia sebagaimana dikutip Sukamadanata dari hasil analisisnya
menyimpulkan adanya empat teori kurikulum, yaitu: (1) teori kurikulum, (2) teori
kurikulum- formal, (3) teori kurikulum evaluasional, dan (4) teori kurikulum
praksiologi.5
Mauritz Johnson (1967) membedakan antara kurikulum dengan proses pengembangan
kurikulum. Kurikulum merupakan hasil dari sistem pengembangan kurikulum, tetapi
sistem pengembangan bukan kurikulum. Menurut Johnson, kurikulum merupakan
seperangkat tujuan belajar yang terstruktur. Jadi, kurikulum berkenaan dengan tujuan

2
Ronald Doll Caswel, Curriculum Improvement: Decision Making and Process (Boston: Allyn Bacon
Inc., 1974), 46.

3
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, 29.

4
Beauchamp, Curriculum, 68.
5
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, 31.
9
dan bukan dengan kegiatan. Berdasarkan rumusan kurikulum tersebut, pengalaman
belajar anak menjadi bagian dari pengajaran.6

Sukmadanata mengemukakan tiga unsur dasar kurikulum, yaitu aktor, artifak,


dan pelaksanaan.7 Aktor adalah orang-orang yang terlibat dalam pelaksanaan
kurikulum. Artifak adalah isi dan rancangan kurikulum. Pelaksanaan adalah proses
interaksi antara aktor yang melibatkan artifak. Studi kurikulum menurut Frymier
meliputi tiga langkah; perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Kata kurikulum, berasal dari bahasa Latin (Yunani), yakni cucere yang berubah
menjadi kata benda curriculum. Kurikulum, jamaknya curicula, pertama kali dipakai
dalam dunia atletik. Dalam dunia atletik, kurikulum diartikan a race course, a place
for running a chariot.8 Suatu jarak untuk perlombaan yang harus ditempuh oleh
seorang pelari. Sedangkan a chariot diartikan semacam kereta pacu pada zaman dulu,
yakni suatu alat yang membawa seseorang dari start sampai finish.

Perkembangan lebih lanjut, kurikulum dipakai juga dalam dunia pendidikan.


Dalam dunia pendidikan, kurikulum mempunyai arti sebagai berikut:
a. Kurikulum dalam arti sempit atau tradisional

Dalam arti sempit atau tradisional, kurikulum sebagai a course, asa specific
fixed course of study, as in school or college, as one leading to a degree.9 Dalam
pengertian ini, kurikulum sebagai sejumlah mata pelajaran di sekolah atau di
perguruan tinggi yang harus ditempuh untuk mendapatkan ijazah atau naik tingkat.
Carter V. Good mengemukakan pengertian kurikulum adalah a systematic
group of course or subject required for graduation in major field of study.10
Kurikulum merupakan sekumpulan mata pelajaran atau sekwens yang bersifat
sistematis yang diperlukan untuk lulus atau mendapatkan ijazah dalam bidang studi
pokok tertentu. Robert Zaiz berpendapat curriculum is a resources of subject
matters to be mastered.11 Kurikulum adalah serangkaian mata pelajaran yang harus
dikuasai.
Dari pengertian di atasdapat dikatakan bahwa kurikulum adalah sejumlah mata
pelajaran yang disajikan guru kepada siswa untuk mendapatkan ijazah atau naik
tingkat. Pengertian kurikulum ini, saat sekarang, sama dengan “rencana pelajaran di
sekolah, yang disajikan guru kepada murid.” Arieh Levy mengemukakan,
kurikulum semacam ini, tidak lebih dari daftar singkat mengenai sasaran dan isi
pendidikan yang diajarkan di sekolah atau program silabus atau pokok bahasan
6
Johnson, Intentionality, 108.
7
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum, 32.

8
Webster, Webster’s New Dictionary of American Language (t.tp.: The World Publisshing Company, 1964), 361-62
9
Webster, Webster’s New International Dictionary (t.tp.: GG Merriam Company, 1953), 648.
10
Carter V. Good, Dictionary of Education (t.tp.: McGraw-Hill a Book Company, 1959), 113.
11
Azia, Curriculum, 71.
10
yang akan diajarkan.12
Dalam hubungan ini, Paul Langrand mengemukakan, kurikulum seperti di
atas mempunyai kaitan hanya sedikit pada kehidupan, terlepas dari kenyataan yang
konkret, sehingga terjadi jurang antara pengalaman dan pendidikan, dan tidak
adanya segala macam bentuk tanya jawab atau keikut-sertaan murid di dalam proses
pendidikan.13

b. Kurikulum dalam arti luas atau modern

Kurikulum dalam pengertian ini bukan sekedar sejumlah mata pelajaran,


tetapi mempunyai cakupan pengertian yang lebih luas. Yakni, sesuatu yang nyata
terjadi dalam proses pendidikan.
Pendapat para ahli di bawah ini mencerminkan pengertian kurikulum di atas, antara
lain:

1) Ronald Doll mengemukakan bahwa kurikulum ... all the experiences which are
offered to learners under the auspices or direction of the school.14 Kurikulum
meliputi semua pengalaman yang disajikan kepada murid di bawah bantuan
atau bimbingan sekolah.
2) William B. Ragan mengartikan kurikulum ... all the experiences of children for
which the school accepts responsibility.15Kurikulum adalah semua pengalaman
murid di bawah tanggung jawab sekolah.
3) Harold B. Alberty dan Elsie J. Alberty mendefinisikan kurikulum all of the
activities that are provided for student by the school constitute, its
curriculum.16Kurikulum adalah segala kegiatan yang dilaksanakan sekolah bagi
murid-murid.
Dari sejumlah pendapat di atas dapat disimpulkan, kurikulum adalah
semua pengalaman, kegiatan, dan pengetahuan murid di bawah bimbingan dan
tanggung jawab sekolah atau guru. Pengertian kurikulum ini memberikan
implikasi pada program sekolah bahwa semua kegiatan yang dilakukan murid
dapat memberikan pengalaman belajar. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat meliputi
kegiatan di dalam kelas. Misalnya, kegiatan dalam mengikuti proses belajar mengajar
(tatap muka), praktek keterampilan, dan sejenisnya, atau kegiatan di luar kelas, seperti
jawab moral dari segi perbuatannya” ( Powerbakawatja, 1976: 2014).

12
Arief Lavy, Planing the School Curriculum (Bandung: Bharata Karya Aksara, 1983), 1-2.
13
Paul Langrand, An Introduction to Life Long Education, ter. (Jakarta: Gunung Agung, 1981), 18.

14
Ronald Doll, Curriculum Improment Decision Making and Process (t.tp.: Ally and Bacon, 1974), 22.

15
William B. Ragan, Modern Elementary Curriculum (t.tp.: Holt Rinehart and Winston Inc.,1974), 44.

16
Ronald Doll, Curriculum Improment Decision Making and Process (t.tp.: Ally and Bacon, 1974), 22.
11
Selanjutnya dikatakan bahwa:
“Sudah tercapainya kedewasaan maka tugas pembentukan seseorang secara
teknis selesai dan perkembangan selanjutnya akan dapat berlangsung di
bawah berbagai pengaruh yang pemanfaatannya terutama terletak pada
orang itu sendiri yang atas dasar tanggung jawab yang menentukannya”.
(Poerbakawatja, 1976: 2014).
Pengertian pendidikan yang dikemukakan oleh Poerbakawatja serta
penjelasan tentang batas waktu pendidikan relatif lebih operasional. Selain itu,
relatif lengkap, karena menyebutkan sejumlah komponen pendidikan yakni
pendidikan, peserta didik tujuan pendidikan, dan cara mendidik.
Pengertian pendidikan yang lebih operasional dan formal setelah
kemerdekaan antara lain dapat ditemukan dalam undang-undang Republik
Indonesia No. 2 Tahun 1999 dalam undang-undang tersebut, pada Bab 1 Pasal 1
dikemukakan pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, dan atau latihan bagi peranannya di
masa yang akan datang.
Pengertian ini meski relatif operasional, belum dapat dikatakan lengkap titik
dikatakan lengkap karena masih terdapat komponen pendidikan yang tidak
disebutkan secara tersurat. komponen dimaksud adalah Pendidik. dalam Pengertian
tersebut hanya disebut salah satu komponen manusia sebagai komponen pendidikan
yakni peserta didik.
Pengertian pendidikan yang lebih operasional dan formal lainnya dan
paling mutakhir saat ini adalah konteks pendidikan nasional terdapat dalam
undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. dalam undang-undang
tersebut, pada Bab 1 Pasal 1 dikemukakan:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan pengendalian diri kepribadian kecerdasan akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya masyarakat bangsa dan negara.”
Seperti pengertian dalam undang-undang pendidikan sebelumnya, dalam
undang-undang pendidikan ini pun ternyata unsur manusia sebagai komponen
pendidikan belum disebutkan secara lengkap Apapun alasannya tidak
dicantumkannya komponen pendidik pada pengertian pendidikan, tanpa
mencantumkan unsur pendidik dapat memberikan kesan bahwa posisi pendidik
tidaklah penting dalam sistem pendidikan titik padahal, ibarat pertanian yang tidak
mungkin berlangsung tanpa petani, pendidikan pun tidak mungkin berlangsung
12
tanpa adanya pendidik. 17

Maka disimpulkan bahwa teori pendidikan dapat didefinisikan bahwa


sebagai landasan dan pijakan awal dalam pengembangan praktik pendidikan,
misalnya pengembangan kurikulum, manajemen sekolah dan proses belajar
mengajar. Dan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh
keluarga, sekolah, dan masyarakat dengan memberikan bimbingan pengetahuan
keterampilan dan pembekalan budi pekerti yang bertujuan untuk menanamkan

17
kegiatan pramuka, wisata karya, kunjungan ke tempat- tempat
wisata/sejarah, peringatan hari-hari besar nasional dan keagamaan, dan sejenisnya.
Bahkan, semua kegiatan yang berhubungan dengan pergaulan antara murid
dengan guru, murid dengan murid, murid dengan petugassekolah, dan pengalaman
hidup murid sendiri. Tegasnya, pengertian kurikulum ini mengandung cakupan
yang luas, karena meliputi semua kegiatan murid, pengalaman murid, dan semua
pengaruh, baik fisik maupun non fisik terhadap pertumbuhan dan perkembangan
murid.
Kurikulum dalam pengertian rencana belajar bersamaan arti dengan
pengajaran. Artinya, kurikulum itu banyak berkaitan dengan rencana dan cita-cita yang
ingin dicapai, sedangkan pengajaran terletak pada perwujudan atau pelaksanaan
rencana itu dalam kegiatan belajar-mengajar. Itulah sebabnya, pengembangan
kurikulum sama artinya dengan pengembangan pengajaran. Perbedaan kurikulum
dengan pengajaran terletak bukan pada implementasinya, melainkan pada
keluasan cakupannya. Kurikulum berkenaan dengan tujuan, isi, dan metode
yang lebih luas, sedangkan yang lebih sempit menjadi tugas pengajaran. Dengan
kata lain, kurikulum berhubungan dengan apa yang ingin dicapai (tujuan),
sedangkan pengajaran berkaitan dengan bagaimana mencapai tujuan itu
(prosedur).

Perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan pendekatan terhadap


persoalan keduanya. Persoalan kurikulum dapat dipecahkan atas dasar nilai,
sedangkan persoalan pengajaran dapat dipecahkan melalui pendekatan empirik.

B. TEORI PENDIDIKAN

Teori adalah hasil dari proses ilmiah tidak secara bertahap teori diproses
melalui pengumpulan fakta, pengembangan konsep dan perumusan generalalisasi.
Generalisasi dan keterkaitan logis antara generasi adalah wujud konkrit teori.
Sedangkan Pendidikan secara etimologi berasal dari kata “paedagogie” dari
bahasa Yunani, terdiri dari kata “pais” artinya anak dan “again” artinya
13
pengetahuan keterampilan dan pembentukan watak kepribadian yang dapat
menciptakan generasi yang berdaya saing, cerdas intelektual dan saleh spiritual. 18
C.Efektifitas Kurikulum
Perubahan dan pengembangan kurikulum bertujuan untuk memaksimumkan efektifitas
mengajar dan mengajar melalui perubahan isi, kegiatan dan perbaikan proses
pendidikan yang direncanakan. Jika cara berpikir ini diterima, maka diskusi perubahan
kurikulum dapat dihubungkan dengan konsep efektifitas kurikulum. Konsep ini
mengandung kritik karena sulit diketahui efektivitas kurikulum bagi guru yang
membimbing, jadi jika diartikan, paedagogie artinya bimbingan yang diberikan
kepada anak. Dalam bahasa Romawi pendidikan berasal dari kata “educate” yang
berarti mengeluarkan sesuatu yang berada dari dalam. Sedangkan dalam bahasa
Inggris pendidikan diistilahkan dengan kata “to educate” yang berarti memperbaiki
moral dan melatih intelektual.
Secara bahasa definisi pendidikan mengandung arti bimbingan yang
dilakukan oleh seseorang (orang dewasa) kepada anak-anak, untuk memberikan
pengajaran, perbaikan moral dan melatih intelektual. Bimbingan kepada anak-anak
dapat dilakukan tidak hanya dalam pendidikan formal yang diselenggarakan
pemerintah, akan tetapi peran keluarga dan masyarakat dapat menjadi lembaga
pembimbing yang mampu menumbuhkan pemahaman dan pengetahuan.
Menurut Edgar Dalle yang menjelaskan bahwa pendidikan sebagai usaha
sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah
sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan
peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tetap.
Abdurrahman Saleh Abdullah yang menjelaskan pendidikan sebagai proses
yang dibangun masyarakat untuk membawa generasi-generasi baru ke arah
kemajuan dengan cara-cara tertentu sesuai dengan kemampuan yang berguna untuk
mencapai tingkat kemajuan paling tinggi. Untuk dalam dunia pendidikan keluarga,
sekolah dan masyarakat merupakan Tri pusat pendidikan. Ketika Lembaga ini
mempunyai peranan yang sama Untuk mengantarkan manusia menjadi makhluk
yang berbudaya dan berpengetahuan. pola pendidikan yang dikembangkan dalam
keluarga adalah pendidikan informal berupa pembentukan pembiasaan kebiasaan
dan cara melakukan kegiatan sehari-hari seperti cara makan berbicara, berpakaian,
tata krama dan lain-lain.
Menurut John dewey pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan
Kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan sesama
alam.
Pendidikan menurut Ivan illich adalah proses memberikan manusia berbagai
14
mengajar dan bagi siswa yang belajar.Kritik selanjutnya apakah factor lain mampu
mengkontribusi efektivitas kurikulum.

Kurikulum dikatakan efektif jika dapat berinteraksi secara tepat dengan kompetensi
guru. Interaksi ini mampu memfasilitasi kinerja guru, membantu siswa dalam
mengukur pengalaman belajar yang sesuai dengan kebutuhannya dan memproduksi
outcome pendidikan yang diharapkan. Karakteristik awal kurikulum seperti tujuan
nasional, isi mata pelajaran, sumber dan teknologi pendidikan dapat dijadikan dasar
sebagai kurikulum sekolah. Evaluasi Efektivitas kurikulum dapat meliputi proses dan
outcomes seperti kinerja guru, serta hasil dan pengalaman belajar siswa. Variable yang
dapat dimanipulasi, diubah, atau dikembangkan oleh peneliti dapat memperbaiki
kinerja guru dan outcomes sekolah, serta pengalaman belajar siswa adalah variabel
yang erat hubungannya dengan efektivitas kurikulum dan kompetensi guru.19
Didalam bidang pendidikan, efektifitas ini dapat ditinjau dari dua segi efektifitas
mengajar guru dan efektifitas belajar murid.
a. Efektifitas mengajar guru
Efektifitas guru ini mencakup sejauh mana seorang guru melakaukan kegiatan belajar
mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik.
b. Efektifitas belajar murid
Efektifitas belajar ini menyangkut sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang
diinginkan telah dapat dicapai melalaui kegiatan belajar mengajar yang ditempuh. 20

macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri dengan mempertimbangkan


aspek penyadaran, pencerahan, pemberdayaan dan perubahan perilaku.
Menurut Ahmad D. marimba dalam buku dasar-dasar ilmu pendidikan
mendefinisikan pendidikan sebagai bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si
pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani Si terdidik menuju
terbentuknya kepribadian yang utama .
Ki Hajar Dewantara mendefinisikan pendidikan yaitu segala kekuatan
kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat telah mencapai kemaslahatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya.
Salah satu tokoh pendidikan pada masa awal kemerdekaan mengartikan sebagai: “usaha secara
sengaja dari orang dewasa untuk Untuk dengan pengaruhnya meningkatkan Siana kedewasaan
yang selalu diartikan mampu memikul tanggung Dr. Anselmus JE Toenlioe, M.Pd. TEORI DAN
FILSAFAT PENDIDIKAN. 2016. (Malang: Gunung Samudra), hal. 7-10
18
Aas Siti Sholichah. TEORI-TEORI PENDIDIKAN DALAM AL-QURAN. Jurnal Pendidikan Islam Vol.07,
No.1. 2018, hal 24-28
19
Abdullah Idi. 2007. Pengembangan kurikulum: Teori dan Praktik. Yogjakarta: Ar-Ruzz Media.
20
Soetopo, H., & Soemanto, W. 1986. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta : Bina Aksara
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN

 Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani yaitu curir yang artinya
pelari dan curare yang berarti tempat berpacu.
 Nasution menjelaskan sejumlah ahli teori kurikulum berpendapat bahwa
kurikulum bukan hanya meliputi semua kegiatan yang direncanakan melainkan
peristiwa- peristiwa yang terjadi di bawah pengawasan sekolah.
 Kurikulum adalah seperangkat rencana pembelajaran yang terdiri dari isi dan
materi-materi pelajaran yang terstruktur, terprogram dan terencana dengan baik
yang berkaitan dengan berbagai kegiatan dan interaksi sosial di lingkungan dalam
menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar dengan tujuan mencapai tujuan
pendidikan.
 Secara umum fungsi kurikulum adalah alat untuk membantu peserta didik untuk
mengembangkan pribabinya kea rah tujuan pendidikan.
 Menurut Alexander Inglis, fungsi kurikulum meliputi :
1. Fungsi Penyesuaian
2. Fungsi Integrasi
3. Fungsi Deferensiasi
4. Fungsi Persiapan
5. Fungsi Pemilihan
6. Fungsi Diagnostis
 Dalam kurikulum terdiri dari beberapa komponen yaitu tujuan,bahan ajar atau
materi, metode dan alat, serta penilaian. Dengan demikian, kurikulum menempati
kedudukan sentral karena komponen-komponennya merupakan bagian utama
dalam pendidikan.
B. SARAN
Mahasiswa diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
mengenai “Kurikulum, Fungsi dari Kurikulum dan Kedudukan Kurikulum dalam
Pendidikan” dengan mempelajari dari berbagai literatur, sehingga dengan begitu
wawasan dan kemampuan mahasiswa dalam “Pengembangan Kurikulum” dapat jauh
lebih luas dan mendalam.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abd. Mujib, dan Muhaimin.1993. Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Filosofis dan
Kerangka Dasar Operasionalnya. Bandung: Trigenda Karya
Chamisijatin, Dra. Lise , M.Pd dan Permana, Fendy Hardian , M.Pd. 2019. TELAAH
KURIKULUM. Universitas Muhamadiyah Malang.
Hamalik, Oemar. 1987. Pembinaan Pengembangan Kurikulum. Bandung: Pustaka
Martina.
Hasbullah. 2007. Otonomi Pendidikan, Kebijakan Otonomi daerah dan Implikasinya
Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
IM Kartika. 2010. PENGERTIAN PERANAN DAN FUNGSI KURIKULUM.
Denpasar : FKIP Universitas Dwijendra Denpasar, nd.
Langgulung, Hasan. 1986. Manusia dan Pendidikan suatu Analisa Psikologi
Pendidikan. Jakarta: Pustaka Al-Husna.
Lismina. 2017. Pengembangan Kurikulum. Ponorogo : Uwais Inspirasi Indonesia.
Miel, Alie. 1946. Changing The Curriculum a School Prosess. New York: D Appleton
Century Company.
Nasution, S. 1989. Kurikulum dan Pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Nata, Abuddin. 1987. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Prihantini. 2021. Strategi Pembelajaran SD. Jakarta Timur : Bumi Aksara.
Sanjaya, Prof. Dr. H. Wina , M.Pd. 2008. KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN.
Jakarta : KENCANA.
Saylor, and Alexander. 1960. Curriculum Planing for Better Teaching and Learning.
New York: Holt, Rinchat.

St, Romine. Building The High School Curriculum. New York: The Ronald Pres
Company.
Suhendar, Ade, S.Pd.I.,M.Pd.I. 2019. IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013
DALAM PEMBELAJARAN SD/MI. Jakarta : KENCANA
Suparman, Dr. Tarapan, M.Pd. 2020. KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN. CV.
Sarnu Untung.
Tarpan, Dr. Suparman. 2020. Kurikulum Pembelajaran. Purwodadi : CV Sarnu Untung.

13

Anda mungkin juga menyukai