DISUSUN OLEH :
Kelompok VI
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUMATERA UTARA
MEDAN
2020
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya kepada kita
sehingga dapat menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Telaah Kurikulum Matematika ini
yang berjudul “Selintas Mengenai Beberapa Perjalanan Kurikulum di Indonesia”.
Tujuan kami menulis makalah ini yang utama untuk memenuhi tugas dari dosen
pembimbing kami “Drs. Isran Rasyid Karo-Karo S, M.Pd” dalam mata kuliah “Telaah
Kurikulum Matematika”. Tugas makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kita. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman
kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dan pembaca demi kesempurnaan
makalah ini. Agar untuk kedepannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................... i
BAB I : PENDAHULUAN
BAB II : PEMBAHASAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari kurikulum
2. Mengetahui bagaimana sejarah perkembangan kurikulum di Indonesia
3. Mengetahui macam –macam perubahan kurikulum yang berkembang di Indonesia
2
BAB II
PEMBAHASAN
Istilah kurikulum mempunyai pengertian yang cukup beragam mulai dari pengertian
yang sempit hingga yang luar. Pengertian kurikulum secara sempit yang dikemukakan oleh
canter V. Good yang menyatakan "curriculum as a syscematic grop of courses or seguences
of subject reguired for gradution or certification in minoj field of study, for example,social
studies curriculum physical aducation curriculum" pengertian kurikum ini merupakan
pengertian yang sempit dan tradisional. Di sini, kurikulum sekedar memuat dan dibatasi pada
sejumlah mata pelajara yang diberikan guru/sekolah kepada peserta didik guna mendapatkan
Ijazah atau sertifikat.
Sedangkan pengertian secara luas dikemukakan oleh Hollis L. Caswell dan Dock S.
Campbell yang memandang kurikulum merupakan semua pengalaman yang diharapakan
dimiliki peserta didik dibawah bimbingan para guru ( call the expereentes childeen have
under the guindance of teachers) pengertian kurikulum ini sangat luas karena tidak hanya
dibatasi pada sejumlah mata pelajara, tetapi mencakup semua pengalaman ini bisa bersifat
interakuri kuler, kakurikuler maupun ekstra kurikuler, baik pengalaman didalam maupun
diluar kelas, pengertian kurikulum seperti ini memang cukup luas akan tetapi kurang
operasional sehingga akan menimbulkan kekaburan dalam pelaksanaan dilapangan
Pengertian kurikulum yang dipandang cukup operasional diberikan oleh Ronal C. doll
yang menyatakan "the curriculum of a scholl as the formal and informal content and prosses
by which learmers gain know cedge and understanding, develop skills, and later attitudes
appre citation, end yalues under the auspices of that scholl" sejalan pengertian ini, Nana
Sudjana mengartikan kurikulum sebagai program dan pengalaman belajar serta hasil-hasil
pelajara yang diharapkan, dan diformulasikan melalui pengetahuan dan kegiatan yang
tersusun secara sistematis, diberikan kepada peserta didik di bawah tanggung sekolah untuk
membantu pertumbuhan/perkembangan peribadi dan kopetensi sosial peserta didik. 1
1
Lismina. Pengembangan Kurikulum. (Sidoarjo: Uwais Inspirasi Indonesia. Cet. I. 2017). Hal. 1
3
2.2 Sejarah Perkembangan Kurikulum
Perkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu dewasa ini berkembang secara
pesat, baik secara teoritis maupun praktis. Jika dahulu kurikulum tradisional lebih banyak
terfokus pada mata pelajaran dengan sistem penyampaian penuangan, maka sekarang
kurikulum lebih banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi baru, sperti kecakapan hidup,
pengembangan diri, pembangunan ekonomi dan industri, era globalisasi dengan berbagai
permasalahannya, politik, bahkan dalam praktiknya telah menyentuh dimensi teknologi
terutama teknologi informasi dan komunikasi. Disiplin ilmu kurikulum harus membuka diri
terhadap kekuatan-kekuatan eksternal yang dapat memengaruhi dan menentukan arah dan
intensitas proses pengembangan kurikulum.
Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan adalah
kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya maka setiap kurun waktu tertentu
kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan dimensi-dimensi baru
seperti yang telah diungkapkan diatas.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi, pengetahuan dan metode
belajar semakin lama semakin maju pesat. Oleh karena itu, tidak mungkin dalam suatu
instansi pendidikan tetap mempertahankan kurukulum lama; hal ini dikhwatirkan akan
mengakibatkan suatu instansi sekolah tidak dapat sejajar dengan sekolah-sekolah yang lain.
Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang begitu pesat. Sementara di sisi lain,
prioritas kebijakan nasional ikut berubah. Begitu pun pola pembiayaan pendidikan serta
kondisi sosial, termasuk perubahan pada tuntutan profesi serta kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Semua itu ikut memberikan dorongan bagi penyelenggara pendidikan untuk
selalu melakukan proses perbaikan, modifikasi, dan evaluasi pada kurikulum yang
digunakan.
Di dalam proses pengendalian mutu, kurikulum merupakan perangkat yang sangat
penting karena menjadi dasar untuk menjamin kompetensi keluaran dari proses
pendidikan. Kurikulum harus selalu diubah secara periodik untuk menyesuaikan dengan
dinamika kebutuhan pengguna dari waktu ke waktu.
Dalam perjalanan sejarah sebelum kemerdekaan, kurikulum sering dijadikan alat
politik oleh pemerintah. Misalnya, ketika Indonesia masih di bawah penjajahan Belanda dan
Jepang, kurikulum harus disesuaikan dengan kepentingan politik kedua negara tersebut.
Bahkan ketika pemerintah Jepang berkuasa, kurikulum sekolah diubah sesuai dengan
4
kepentingan politiknya yang bersemangatkan kemiliteran dan kebangunan Asia Timur Raya.
Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, kurikulum sekolah diubah dan disesuaikan
dengan kepentingan politik bangsa Indonesia yang dilandasi oleh nilai-nilai luhur bangsa
sebagai cerminan masyarakat Indonesia.
Pasca kemerdekaan, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu
pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006 dan 2013. Perubahan
tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab, kurikulum sebagai
seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan secara dinamis sesuai dengan tuntutan
dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Semua kurikulum nasional dirancang berdasarkan
landasan yang sama, yaitu Pancasila dan UUD 1945, perbedaanya pada penekanan pokok
dari tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya. Pembaharuan kurikulum
perlu dilakukan mengingat kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan harus
menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah dan terus
berlangsung. 2
Perubahan kurikulum disertai dengan tujuan pendidikan yang berbeda –beda, karena
dalam setiap perubahan tersebut ada suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai untuk
memajukan pendidikan nasional.
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam bahasa
Belanda “Leer Plan” artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih populer dibanding istilah
“curriculum”.
Sistem pendidikan pada saat itu masih dipengaruhi oleh pendidikan kolonial Belanda
dan Jepang. Sekolah dibangun dengan membedakan layanan pendidikan bagi anak –anak
2
http://adamlaksono.blogspot.com/2015/05/makalah-sejarah-perkembangan-kurikulum.html?m=1
5
Belanda, anak –anak Timur Asing, dan anak pribumi. Golongan pribumi dibagi menjadi
golongan strata sosial bawah dan priyayi. 3
Konsep kurikulum ini relative sama dengan kurikulum 1947. Namun demikian,
kurikulum ini sudah mengarah pada suatu tujuan sistem pendidikan nasional. Kelahiran
3
Alhamuddin. Politik Kebijakan Pengembangan Kurikulum di Indonesia. (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019).
Hal. 46
6
kurikulum 1952 juga dipengaruhi oleh tuntutan UU No. 4 Tahun 1950 tentang dasar –dasar
pendidikan dan pengajaran di sekolah.
Hal yang paling menonjol dan sekaligus ciri khas dari kurikulum 1952 ini adalah setiap
rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran dan dihubungkan dengan kehidupan
sehari –hari dan kehidupan nyata di masyarakat. Dalam konteks Rentjana Pelajaran Terurai
1952, mata pelajaran diklasifikasi dalam lima kelompok bidang studi, yaitu : (1) molar (2)
kecerdasan (3) emosional/artistic (4) keterampilan dan (5) jasmani.
Kurikulum ini untuk kelas masyarakat lebih berorientasi pada kompetensi, seperti :
pertanian, pertukangan, dan perikanan. Hal ini bertujuan untuk setelah mereka menyelesaikan
pendidikan mereka bisa langsung bekerja. 4
Tujuan kurikulum 1952 adalah menciptakan masyarakat Indonesia sebagai peserta didik
yang mempunyai jati diri sesuai dengan nilai –nilai kebangsaan.
Kurikulum 1964 diberi nama “Rentjana Pendidikan 1964” pokok –pokok pikiran
kurikulum 1964 yang menjadi ciri dari kurikulum ini adalah bahwa pemerintahan mempunyai
keinginan agar rakyat mendapatkan pengetahuan akademik untuk pembekalan pada jenjang
sekolah dasar, sehingga pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana yaitu
pengembangan moral, kecerdasan, emosional dan jasmani.
4
Ibid. hlm 49
7
keprigelan, dan jasmani. Program pancawardhana adalah membuktikan nilai –nilai humanis
baik secara jasmani dan rohani seyogyanya ditampilkan dalam hidup dan kehidupan peserta
didik. Peserta didik diarahkan dan dibimbing memiliki nilai –nilai moral yang luhur seperti
mampu menghargai karya orang lain, mempunyai kerja sama yang utuh dan saling
menghormati. 5
Arah dan tujuan kurikulum 1964 adalah meningkatkan sikap nasionalisme dan cinta
tanah air. Tujuan ini diharapkan tercapai dengan melakukan beberapa hal, antara lain peserta
didik harus ditanamkan dengan program pancawardhana. Program ini diajarkan kepada setiap
peserta didik dalam setiap lembaga dan termasuk mata pelajaran ataupun materi pelajaran
kurikulum 1964. Mata pelajaran ini jelas mendidik bangsa Indonesia agar selalu
mempertahankan pancasila sebagai dasar negara dan menjadikan Undang –Undang Dasar
1945 sebagai landasan konstitusional bangsa.
Kelahiran kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti “Rentjana Pendidikan 1964” yang
dicitrakan sebagai hasil dari produk pemerintah “Orde Lama”.
Tahun 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu perubahan struktur
pendidikan dari pancawardhana menjadi pembinaan jiwa pancasila, pengetahuan dasar dan
kecakapan khusus. Pembelajaran diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan serta pengembangan fisik yang sehat dan kuat. Peserta didik sudah lebih dahulu
dituntut untuk menjiwai nilai –nilai luhur bangsa yang berketuhanan Yang Maha Esa,
berkemanusiaan yang adil dan beradab mempunyai rasa kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksaan dalam permusyawaratan perwakilan serta berkeadilan sosial.
5
Dr. Hj. Asfiati. Pendekatan Humanis dalam Pengembangan Kurikulum. (Medan: Perdana Publishing. Cet I
2016) hlm 29
8
b. Tujuan Kurikulum 1968
Arah dan tujuan kurikulum 1968 menitikberatkan kepada kecakapan bangsa yaitu
mencari jati diri bangsa. Jati diri tersebut tetap berlandasan pancasila dan UUD 1945. Adapun
alasan kenapa arah tujuan kurikulum 1968 ini disesuaikan dengan pancasila mengingat
bangsa Indonesia baru terbebas dari Gerakkan 30 S PKI sehingga rakyat diharapkan tetap
meningkatkan sikap patriotisme.
Latar belakang kelahiran kurikulum 1975 akibat dari banyaknya perubahan yang terjadi
sebagai dampak dari pembangunan nasional, terutama sejak tahun 1969. Dan hal –hal yang
mempengaruhi program maupun kebijakan pemerintah yang menyebabkan pembaharuan
tersebut. Dibentuknya kurikulum 1975 sebagai bentuk strategi pemerintah dalam
menyukseskan pembangunan nasional dalam bentuk program pelita dan repelita.
Tahun 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menekankan pada tujuan agar
pendidikan lebih efisien dan efektif. Metode materi dirinci pada prosedur pengembangan
sistem instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal dengan istilah satuan pelajaran yaitu pelajaran
setiap satuan bahasan. Setiap satuan dirinci lagi : petunjuk umum, tujuan instruksional khusus
(TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar dan evaluasi.
Pengembangan kurikulum secara humanis penting dievaluasi, setelah peserta didik
mendapatkan materi pelajaran diharapkan dapat diaplikasikan dalam kebermaknaan
kehidupan siswa. Kualitas peserta didik semakin diarahkan sesuai dengan materi dan kegiatan
pembelajaran.
Tujuan kurikulum 1975 menitikberatkan pada tujuan instruksional khusus dan umum.
Berdasarkan arah dan tujuan kurikulum 1975 dibuktikan bahwa pendekatan humanis
menekankan pada kemampuan dasar peserta didik. Peserta didik yang mempunyai potensi
dan kemampuan dibimbing sesuai dengan tujuan instruksional setiap mata pelajaran.
9
6. Kurikulum Tahun 1984
Tahun 1984 mengusung proses skill approach. Meski konsep kurikulum 1984
mengutamakan pendekatan proses. Kurikulum ini juga sering disebut dengan kurikulum 1984
yang disempurnakan. Posisi peserta didik ditempatkan sebagai subyek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini disebut
dengan model cara belajar siswa aktif (CBSA). Setiap yang diperoleh peserta didik harus
secara aktif diharapkan diamalkannya.
Tujuan dan arah yang hendak dicapai adalah peserta didik yang aktif . Aktif dalam
kategorisasi pendekatan humanis adalah peserta didik yang mempunyai keahlian sendiri
untuk dikembangkan dan diberdayakan sehingga dapat dijadikan format yang bagus bagi
peserta didik lainnya. Peserta didik yang aktif diharapkan menciptakan karya - karya yang
mendukung pembelajaran dan meningkatkan profesionalitas bangsa. Kurikulum 1984 ini
sekalipun aspek ilmu dan keahlian ataupun pengembangan pengetahuan lebih ditekankan
namun mata pelajaran yang mendukung keahlian tersebut diajarkan sesuai dengan nilai-nilai
moral bangsa. 6
Kurikulum l994 dibuat sebagai penyempurna kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai
dengan undang - undang No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional. Hal ini
berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran yaitu dengan mengubah dari sistem
semester ke sistem caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya dalam satu
tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi kesempatan bagi siswa untuk dapat
menerima materi pelajaran cukup banyak. 7
6
Dr. Hj. Asfiati. Pendekatan Humanis dalam Pengembangan Kurikulum. (Medan: Perdana Publishing. Cet I
2016). Hal. 31-32
7
Soleh Hidayat. Pengembangan Kurikulum. (Bandung: PT Risdakarya. 2013). Hal. 10
10
b. Tujuan Kurikulum Tahun 1994
Konsep kurikulum 1994 lebih cenderung merujuk kepada keikutsertaan peserta didik
dalam aktif berbuat di dalam proses pendidikan dan pengajaran. Peserta didik diberikan
kesempatan penuh dalam mengembangkan potensi dan keahliannya. Dari konsep proses
kurikulum 1994 bertujuan menggali potensi peserta didik sesuai dengan perkembangan
bangsa Indonesia.
Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama kurikulum berbasis
kompetensi (KBK). Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) adalah seperangkat rencana dan
pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar yang harus dicapai peserta didik, penilaian,
kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan
kurikulum sekolah. Kurikulum ini menitikberatkan pada pengembangan kemampuan
melakukan (Kompetensi) tugas-tugas dengan standar performasi tertentu, sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi
tertentu. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) diarahkan untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, kemampuan, nilai, sikap dan minat peserta didik, agar dapat
melakukan sesuatu dalam bentuk kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dengan penuh
tanggung jawab.
11
9. Kurikulum Tahun 2006 (KTSP)
Dalam standar nasional pendidikan (SNP pasal 1 ayat 15) dikemukakan bahwa
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan
berdasarkan standar kompetensi serta kompetensi dasar yang dikembangkan oleh badan
standar nasional pendidikan (BSNP).
Beberapa hal dipahami dalam kaitannya dengan KTSP adalah sebagai berikut :
• KTSP dikembangkan sesuai dengan kondisi satuan pendidikan potensi dan karakteristik
daerah, serta sosial budaya masyarakat setempat dan pererta didik.
• Sekolah dan komite sekolah mengembangkan KTSP dan silabusnya berdasarkan kerangka
dasar kurikulum dan standar kompetensi lulusan di bawah supervisi dinas pendidikan
kabupaten/kota dan Departemen Agama yang bertanggung jawab di bidang pendidikan.
• KTSP untuk setiap program studi di perguruan tinggi dikembangkan dan ditetapkan oleh
masing-masing perguruan tinggi dengan mengacu pada SNP.
12
• Meningkatkan kompetisi yang sehat antar satuan pendidikan tentang kualitas pendidikan
yang akan dicapai. 8
Diberlakukan kurikulum 2013 merupakan respons atas berbagai kondisi bangsa yang
terjadi akhir-akhir ini. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan menyebutkan bahwa
kurikulum 2013 adalah jawaban atas ancaman disintegrasi bangsa yang mewujud dalam
berbagai pertikaian, kerusuhan, demonstrasi anarkis, gerakan separatis, serta berbagai tragedi
lainnya. Upaya dalam mengejar ketertinggalan bangsa bidang pendidikan dipandang perlu
untuk memperbaharui kurikulum. Lahirlah kurikulum 2013, yang tidak terlepas dari
kenyataan bahwa mutu pendidikan di Indonesra masih relatif rendah dibanding beberapa
negara lain yang menjadi patok mutu (benchmark). Kondisi ini jelas menimbulkan
keprihatinan dan sekaligus dorongan untuk terus berupaya meningkatkan mutu pendidikan.
Untuk itu pemerintah melalui berbagai kebijaran baik terkait dengan sarana prasarana, tenaga
pendidikan, maupun kurikulum yang belakangan ini menjadi trend pendidikan persekolahan
di Indonesia memperbarki proses pendidikan dengan melahirkan kurikulum 2013.
8
E. Mulyasa. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. (Bandung: Rosdakarya. 2006). Hal. 20
9
Dr. Hj. Asfiati. Pendekatan Humanis dalam Pengembangan Kurikulum. (Medan: Perdana Publishing. Cet I
2016). Hal. 42
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Istilah kurikulum mempunyai pengertian yang cukup beragam mulai dari
pengertian yang sempit hingga yang luar. Pengertian kurikulum secara sempit yang
dikemukakan oleh canter V. Good sekedar memuat dan dibatasi pada sejumlah
mata pelajara yang diberikan guru/sekolah kepada peserta didik guna mendapatkan
Ijazah atau sertifikat. Sedangkan pengertian secara luas dikemukakan oleh Hollis L.
Caswell dan Dock S. Campbell yang memandang kurikulum merupakan semua
pengalaman yang diharapakan dimiliki peserta didik dibawah bimbingan para guru.
2. Perkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu dewasa ini berkembang
secara pesat, baik secara teoritis maupun praktis. Dahulu kurikulum tradisional
lebih banyak terfokus pada mata pelajaran dengan sistem penyampaian penuangan,
maka sekarang kurikulum lebih banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi baru,
sperti kecakapan hidup, pengembangan diri, pembangunan ekonomi dan industri,
era globalisasi dengan berbagai permasalahannya, politik, bahkan dalam
praktiknya telah menyentuh dimensi teknologi terutama teknologi informasi dan
komunikasi.
3. Macam - macam perubahan kurikulum yang berkembang di Indonesia yaitu :
Kurikulum 1947 “Rentjana Pelajaran 1947”, Kurikulum 1952 “Rentjana Pelajaran
Terurai 1952”, Kurikulum 1964 “Rentjana Pendidikan 1964”, Kurikulum Tahun
1968, Kurikulum Tahun 1975, Kurikulum Tahun 1984, Kurikulum Tahun 1994,
Kurikulum Tahun 2004, Kurikulum Tahun 2006 (KTSP), Kurikulum Tahun 2013
KPKB.
14
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Hj. Asfiati. Cet I 2016. Pendekatan Humanis dalam Pengembangan Kurikulum. Medan:
Perdana Publishing
http://adamlaksono.blogspot.com/2015/05/makalah-sejarah-perkembangan-
kurikulum.html?m=1
15