Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Model Kurikulum KTSP

Diajukan untuk memenuhi Mata Kuliah Telaah dan Pengembangan Kurikulum

Dosen Pengampu: Rusdi, S.Ag., M.Si

Disusun Oleh:

Norhidayah 2111101029

Winda Ariyani 2111101091

Lutfi Nurmala 2111101093

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN AJI MUHAMMAD IDRIS


SAMARINDA

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat,
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa ada halangan
apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Sholawat serta salam kami
haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah mengantarkan
kita dari masa kegelapan menuju masa yang terang benderang hingga saat ini.

Pada kesempatan ini, kami menyampaikan terima kasih yang


sebesarbesarnya kepada Bpk Rusdi S,.Ag M.Si selaku dosen mata kuliah Telaah
Pengembangan Kurikulum yang telah memberikan kepercayaan, arahan dan
bimbingan kepada kami sehingga dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan
tepat pada waktunya. Adapun makalah berjudul “Model Kurikulum KTSP” ini
kami sadari sepenuhnya bahwa masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki, oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan.

Samarinda, 25 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB II .................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Pengertian Model Kurikulum KTSP .......................................................... 3

B. Hubungan KTSP dengan kebijakan otonomi sekolah .............................. 4

C. Model Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


yang Dikembangkan di Sekolah/Madrasah .................................................... 5

BAB III ................................................................................................................. 13

PENUTUP ............................................................................................................ 13

A. Kesimpulan ................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peran penting dalam membentuk generasi


penerus bangsa yang berkualitas. Salah satu aspek penting dalam
penyelenggaraan pendidikan adalah kurikulum, yang menjadi panduan dalam
proses pembelajaran. Pada masa sebelum diperkenalkannya Kurikulum 2013,
Indonesia menerapkan Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Latar belakang penerapan KTSP dapat dipahami melalui beberapa faktor
berikut:

1. Kebutuhan untuk Mengdemokrasikan Keberagamaan, Indonesia sebagai


negara dengan keberagaman budaya dan suku bangsa membutuhkan suatu
model kurikulum yang dapat mengakomodasi keunikan setiap satuan
pendidikan.
2. Relevansi dengan Kondisi Lokal, KTSP dikembangkan dengan tujuan agar
kurikulum lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, menggali potensi
lokal, dan menciptakan pembelajaran yang lebih kontekstual.
3. Fokus Pada Pengembangan Keterampilan, KTSP tidak hanya menekankan
aspek pengetahuan, tetapi juga memberikan perhatian khusus pada
pengembangan keterampilan dan sikap siswa, sesuai dengan tuntutan global.

Dalam konteks tersebut, mengenai Model Kurikulum KTSP menjadi


relevan untuk dipahami lebih lanjut. Dengan mengeksplorasi latar belakang dan
prinsip-prinsip yang mendasari KTSP, diharapkan kita dapat memahami
kontribusinya dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)?


2. Bagaimana Hubungan KTSP dengan kebijakan otonomi sekolah?
3. Apa Model Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yang dikembangkan di Sekolah/Madrasah?

C. Tujuan

1. Mengetahui Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).


2. Mengetahui Hubungan KTSP dengan kebijakan otonomi sekolah.
3. Mengetahui Model Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) yang dikembangkan di Sekolah/Madrasah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Kurikulum KTSP

Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah suatu


pendekatan dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum di tingkat
sekolah. KTSP memberikan keleluasaan kepada setiap satuan pendidikan,
seperti sekolah atau madrasah, untuk merancang kurikulum sesuai dengan
kebutuhan, potensi, dan karakteristik siswa di lingkungan mereka. Pendekatan
ini menekankan pada kontekstualisasi kurikulum, di mana isi pembelajaran
disesuaikan dengan realitas dan kebutuhan lokal.1 Maksud disesuaikan dengan
realitas dan kebutuhan lokal ini yang mana kurikulum tersebut memberikan
fleksibilitas bagi sekolah untuk menyesuaikan materi pembelajaran dengan
konteks sosial, budaya, dan ekonomi di sekitar mereka. Ini memungkinkan
pendidikan menjadi lebih relevan dan dapat memenuhi kebutuhan unik peserta
didik di lingkungan tertentu. Berikut adalah beberapa contoh konkret:

1. Materi Pembelajaran Berbasis Budaya Lokal: Sebuah sekolah di daerah


pedesaan mungkin menyesuaikan kurikulum dengan memasukkan materi
pembelajaran yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari masyarakat
setempat, seperti pertanian, kerajinan lokal, atau tradisi adat.
2. Pengajaran Bahasa dengan Pendekatan Kontekstual: Pengajaran bahasa bisa
mencakup penggunaan dialek atau ungkapan lokal dalam pembelajaran bahasa,
menjadikannya lebih bermakna bagi siswa.
3. Pembelajaran Berbasis Masalah Lokal: Menggunakan pendekatan pembelajaran
berbasis masalah yang mendorong siswa untuk mencari solusi untuk masalah

1
Kusnandar. (2011). Guru sebagai Pengelola Pembelajaran. Rajawali Pers.

3
nyata di lingkungan mereka, sehingga meningkatkan keterlibatan dan
pemahaman siswa terhadap situasi lokal.2

B. Hubungan KTSP dengan kebijakan otonomi sekolah

Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memiliki


keterkaitan erat dengan kebijakan otonomi sekolah. Otonomi sekolah adalah
konsep di mana sekolah diberikan kewenangan untuk mengambil keputusan
terkait dengan aspek-aspek tertentu pendidikan, seperti kurikulum, pengelolaan
sumber daya, dan pemilihan metode pengajaran. Berikut adalah hubungan antara
KTSP dan kebijakan otonomi sekolah yaitu:

1. Kewenangan Pengembangan Kurikulum: KTSP memberikan kewenangan


langsung kepada sekolah untuk merancang dan mengembangkan kurikulum
mereka sendiri, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi lokal.

2. Penyusunan Rencana Pembelajaran: Sekolah dapat secara mandiri menyusun


rencana pembelajaran berdasarkan karakteristik dan kebutuhan siswa mereka,
serta berdasarkan prinsip-prinsip KTSP.

3. Penilaian dan Evaluasi: Sekolah memiliki kewenangan untuk menentukan


sistem penilaian yang sesuai dengan prinsip KTSP, yang menekankan pada
penilaian berbasis kompetensi.

4. Pengembangan Aspek Karakter dan Nilai: Kemandirian dalam Pengelolaan


Sumber Daya Otonomi sekolah memungkinkan sekolah mengelola sumber daya
dengan lebih mandiri, termasuk sumber daya manusia, keuangan, dan fasilitas.

2
Anita Solihatul Wahidah, KTSP (KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN)DALAM PRESPEKTIF TEKNOLOGI PENDIDIKAN. Jurnal pendidikan Vol 02 No
05. 2018.

4
Dengan memahami hubungan antara KTSP dan kebijakan otonomi
sekolah, sekolah dapat lebih efektif mengelola proses pendidikan mereka sesuai
dengan kebutuhan dan karakteristik khusus masing-masing.3

C. Model Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


yang Dikembangkan di Sekolah/Madrasah

Model Pengembangan KTSP di Sekolah/Madrasah yang mencakup


langkah-langkah sebagai berikut:

1. Pembentukan dan penetapan kelompok model (pengembang) KTSP di


sekolah, meliputi kepala sekolah, waka kurikulum dan guru.

2. Penyelenggaraan focus group discussion (FGD) antara kelompok


pengembang untuk menyusun/mengembangkan draft KTSP, dengan mengacu
Permendiknas No.22/2006; Permendiknas No. 23/2006 dan panduan
penyusunan KTSP.

3. Dalam proses pengembangan draft KTSP, dilakukan supervisi oleh kepala


sekolah atau wakil kepala sekolah, baik dalam konteks proses maupun hasil
(draft)

4. Sebagai tindak lanjut hasil draft KTSP, kepala sekolah atau wakil bidang
kurikulum perlu melakukan validasi kepada komite sekolah dan legalisasi draft
kepada dinas pendidikan kota/kabupaten.

5. Draft KTSP yang telah disupervisi, divalidasi dan dilegalisasi, berikutnya


menjadi dokumen KTSP implementatif untuk sekolah.

Pengembangan KTSP sejatinya merupakan fase penting dalam


penyelenggaraan pendidikan, utamanya pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Sejalan dengan semangat penerapan kebijakan KTSP,

3
Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta .

5
pengembangan dan implementasi pada dasarnya memiliki dua dimensi, yakni
dimensi makro dan mikro. Dimensi makro mencakup perumusan tujuan umum
pendidikan dan pengembangan standar kompetesi (SK) dan kompetensi dasar
(KD). Dimensi ini menjadi ranah Kementerian Pendidikan dan Badan Standar
Nasional Pendidikan (BSNP). Dimensi mikro mencakup pengembangan silabus,
RPP dan perangkat penilaian hasil belajar. Dimensi ini menjadi tanggung jawab
sekolah. Dalam dimensi mikro, sekolah dan guru memiliki peran utama dalam
pengembangan dan implementasi kurikulum.

Pelaksanaan pengembangan KTSP membutuhkan peran dan partisipasi


guru serta kepala sekolah. Proses penyusunan KTSP meliputi dua tahap. Tahap
pertama, yaitu tahap musyawarah kerja tim yang melibatkan kepala sekolah
sebagai ketua tim, guru-guru, komite sekolah, dengan melibatkan pihak terkait
dari Departemen Pendidikan Nasional Tingkat Kecamatan, dan tenaga ahli
(narasumber). Tahap kedua, yaitu tahap musyawarah kerja antara narasumber,
kepala sekolah, dan guru-guru dan komite untuk menghasilkan dokumen yang
siap diterapkan dalam pembelajaran. Sekolah dan guru juga dapat memperkaya
konten pembelajaran agar sesuai dengan kebutuhan siswa dan potensi
lingkungan.
Sekolah dan guru pada dasarnya diberikan keleluasaan dan keluwesan
yang besar dalam pengembangan dan implementasi KTSP, penerapan kebijakan
Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) memberikan suasana baru dalam
pengelolaan dan pengembangan kurikulum sekolah/madrasah. Perubahan
tersebut meliputi pendelegasian tanggung jawab dalam pengambilan keputusan
atas pengembangan kurikulum dari yang bersifat terpusat oleh pemerintah
menjadi kewenangan yang ada pada masing-masing sekolah/madrasah. Para

6
guru dan seluruh komponen madrasah diberikan lebih banyak kebebasan dan
otonomi dalam menentukan kurikulum di sekolah/madrasah.4
KTSP dikembangkan dengan mengacu pada Standar Isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL), berpedoman pada panduan penyusunan kurikulum
yang disusun oleh BSNP, serta memerhatikan pertimbangan komite
sekolah/madrasah. Berdasarkan ketentuan tersebut, kurikulum dikembangkan
dengan prinsip sebagai berikut.
1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip
bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan
kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan
mandiri.
2. Beragam dan terpadu, kurikulum dikembangkan dengan memerhatikan
keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah dan jenjang, meliputi
substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal dan
pengembangan diri secara terpadu.
3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan
memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni tersebut.
4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan, pengembangan kurikulum dilakukan
dengan melibatkan pemangku kepentingan untuk menjamin relevansi di
pendidikan dengan kebutuhan kehidupan.
5. Menyeluruh dan berkesinambungan, substansi kurikulum mencakup
keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian, keilmuan dan mata

4
Samsudi, “Model Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Tingkat Pendidikan
(KTSP) Berbasis Dukungan Stakeholders pada Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah”,
dalam Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran edisi no. 1, Vol. XI, 2012.

7
pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antarsemua jenjang pendidikan.
6. Belajar sepanjang hayat, kurikulum diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.
7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah kurikulum
dikembangkan dengan memerhatikan kepentingan nasional dan kepentingan
daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi pembelajaran yang
ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai Kelas I
sampai dengan Kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan
standar kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan
ketentuan sebagai berikut.
a. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan lokal, dan
pengembangan diri :
1.1. Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk
mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas
dan potensi daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya
tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata pelajaran yang ada.
Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.
1.2. Pengembangan diri memiliki tujuan untuk memberikan
kesempatan kepada peserta didik dan mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat
setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh guru atau
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler meliputi pramuka dan komputer
b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan IPA
Terpadu dan IPS Terpadu. Mata pelajaran yang meliputi 8 pembagian
yaitu matematika, pendidikan keagamaan, pendidikan kewarganegaraan,

8
bahasa Indonesia, IPA, IPS, seni budaya dan keterampilan, pendidikan
jasmani, olahraga, dan kesehatan
c. Pembelajaran pada Kelas I–III dilaksanakan melalui pendekatan tematik,
sedangkan pada Kelas IV–VI dilaksanakan melalui pendekatan mata
pelajaran.
d. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana
tertera dalam struktur kurikulum.
e. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit.
Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan
kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam
mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh sekolah.
Sekolah dapat menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap
semester atau dua mata pelajaran muatan lokal dalam satu tahun. Muatan
lokal yang menjadi ciri khas daerah dan diterapkan di SD/MI :
a. Bahasa Jawa (contoh) muatan lokal Bahasa Jawa wajib bagi semua siswa
kelas I hingga kelas VI. Alokasi waktu adalah 1 jam pelajaran.
b. Aswaja (contoh) muatan lokal yang tidak wajib bagi seluruh siswa dan
hanya diajarkan di kelas IV, V, dan VI. Alokasi waktu yang diperlukan
adalah 1 jam pelajaran.
c. Bahasa Inggris muatan lokal Bahasa Inggris wajib bagi semua siswa
kelas I hingga kelas VI. Alokasi waktu yang diperlukan adalah 1 jam
pelajaran.5

Struktur kurikulum SMP/MTs meliputi substansi pembelajaran yang


ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas VII
sampai dengan kelas IX. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar

5
Karsidi, Model Kurikulum Tingkat Kesatuan Pendidikan (KTSP) SD/MI, (Solo: PT Tiga
Serangkai Pustaka Mandiri), h. 5-15

9
kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran dengan ketentuan
sebagai berikut.

1) Kurikulum SMP/MTS memuat 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan


pengembangan diri.

2) Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan


kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam mata
pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan pendidikan.

3) Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh
guru, melainkan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat,
dan minat peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan
pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan
kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik.

4) Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SMP/MTs merupakan "IPA

5) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana


menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara tertera
dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan keseluruhan.

6) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 40 menit.

7) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38
minggu.

Struktur kurikulum SMA/MA meliputi substansi pembelajaran yang


ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama tiga tahun mulai kelas X
sampai dengan kelas XII. Struktur kurikulum disusun berdasarkan standar

10
kompetensi lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran. Pengorganisasian
kelas-kelas pada SMA/MA dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu kelas X
merupakan program umum yang diikuti oleh seluruh peserta didik, dan kelas
XI dan XII merupakan program penjurusan yang terdiri atas empat program:
(1) Program Ilmu Pengetahuan Alam; (2) Program Ilmu Pengetahuan Sosial;
(3) Program Bahasa; dan (4) Program Keagamaan khusus untuk MA.

1) Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas X

a) Kurikulum SMA/MA kelas X memuat 16 mata pelajaran, muatan lokal,


dan pengembangan diri.

b) Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan


kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam
mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan.

c) Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh


oleh guru, melainkan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat,
dan minat peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan
pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan
kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik.

d) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana


tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan
menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara
keseluruhan.

e) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit.

11
f) Minggu afektif dalam satu tahun Pelajaran (dua semester) adalah 34-38
minggu.

2) Struktur Kurikulum SMA/MA Kelas XI dan XII

a) Kurikulum SMA/MA kelas XI dan kelas XII Program IPA, Program IPS,
Program Bahasa, dan Program Keagamaan memuat 13 mata pelajaran,
muatan lokal, dan pengembangan diri.

b) Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan


kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas dan potensi daerah, termasuk
keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat dikelompokkan ke dalam
mata pelajaran yang ada. Substansi muatan lokal ditentukan oleh satuan
pendidikan.

c) Pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh


oleh guru, melainkan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat,
dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan
pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau
tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan
pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan
kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta didik.

d) Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana


tertera dalam struktur kurikulum. Satuan pendidikan dimungkinkan
menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara
keseluruhan.

e) Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 45 menit.

f) Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38
minggu.

12
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah suatu


pendekatan dalam perencanaan dan pengembangan kurikulum di tingkat
sekolah. KTSP memberikan keleluasaan kepada setiap satuan pendidikan,
seperti sekolah atau madrasah, untuk merancang kurikulum sesuai dengan
kebutuhan, potensi, dan karakteristik siswa di lingkungan mereka. (KTSP)
memiliki keterkaitan erat dengan kebijakan otonomi sekolah. Otonomi sekolah
adalah konsep di mana sekolah diberikan kewenangan untuk mengambil
keputusan terkait dengan aspek-aspek tertentu pendidikan, seperti kurikulum,
pengelolaan sumber daya, dan pemilihan metode pengajaran.

Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang


Dikembangkan di Sekolah/Madrasah mencakup, Pembentukan dan penetapan
kelompok model (pengembang) KTSP di sekolah, meliputi kepala sekolah, waka
kurikulum dan guru, Penyelenggaraan focus group discussion (FGD) antara
kelompok pengembang untuk menyusun/mengembangkan draft KTSP, dengan
mengacu Permendiknas No.22/2006; Permendiknas No. 23/2006 dan panduan
penyusunan KTSP dan lainnya.

13
DAFTAR PUSTAKA

Anda Juanda, Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan Praktik KTSP dari Teori hingga
Implementasi Kurikulum, (Bandung: CONFIDENT, 2016)Anita Solihatul
Wahidah, KTSP (KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN)DALAM PRESPEKTIF TEKNOLOGI PENDIDIKAN.
Jurnal pendidikan Vol 02 No 05. 2018.

Dimyati & Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.

Karsidi, Model Kurikulum Tingkat Kesatuan Pendidikan (KTSP) SD/MI, (Solo: PT


Tiga Serangkai Pustaka Mandiri)

Kusnandar. (2011). Guru sebagai Pengelola Pembelajaran. Rajawali Pers.

14

Anda mungkin juga menyukai