Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA

“ANALISIS PERSAMAAN, PERBEDAAN, DAN KONTEN KURIKULUM


1994, KBK, KTSP, K-13, K-13 REVISI, SERTA KURIKULUM MERDEKA
BELAJAR.”

Dosen Pengampu : Citra Utami, S.Pd., M.Pd.

Disusun oleh :

Dini 11308502200003

SEMESTER/KELAS : 6/A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

KOTA SINGKAWANG

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
A. Latar Belakang........................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan Makalah.....................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................6
PEMBAHASAN....................................................................................................................6
A. Kurikulum 1994......................................................................................................6
B. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004.................................9
C. Kurikulum KTSP....................................................................................................13
D. Kurikulum 2013 (K-13)..........................................................................................16
E. Kurikulum 2013 Revisi..........................................................................................20
F. Kurikulum Merdeka..............................................................................................22
G. Analisis Persamaan, Perbedaan, dan Konten Kurikulum......................................25
BAB III...............................................................................................................................27
PENUTUP..........................................................................................................................27
A. KESIMPULAN........................................................................................................27
B. SARAN..................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................28
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karuni-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan salah
satu tugas Mata Kuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika. Kami
berterima kasih kepada dosen pengampu yang telah memberikan kepercayaan
kepada kami untuk menyusun makalah ini serta teman-teman yang mendukung
penyusunan makalah ini.

Makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan


Pembelajaran Matematika di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pengetahuan
kota singkawang. Makalah ini berjudul “ANALISIS PERSAMAAN,
PERBEDAAN, DAN KONTEN KURIKULUM 1994, KBK, KTSP, K-13, K-13
REVISI, SERTA KURIKULUM MERDEKA PELAJAR.” Makalah ini kami buat
agar para pembaca dapat menambah wawasan dan pengetahuan.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan makalah ini


masih jauh dari kata sempurna, sebab kami masih menemukan tantangan dan
hambatan dalam penyusunan makalah ini. Kami memohon maaf apabila
ditemukannya kesalahan dalam makalah ini. Kami penulis menerima kritik dan
saran dari pembaca.

Demikianlah kata pengantar yang kami berikan, akhir kata semoga


makalah ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada
khusunya. Sekian kata pengantar dari kami, atas perhatiannya kami ucapkan
terima kasih.

Singkawang, 14 Maret 2023

Penulis
3

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Saat ini banyak yang mengatakan bahwa kurikulum di Indonesia
selalu berubah-ubah seiring pergantian menteri sehingga banyak
masyarakat yang bertanya, jika kurikulum selalu diubah dan diganti maka
bagaimana tujuan pendidikan bisa dicapai dan pendidikan lebih maju
karena kurikulum yang sebelumnya belum tuntas dijalankan, diganti
dengan kurikulum baru. Pada hakikatnya awal sebenarnya manajemen
kurikulum sebagai salah satu substansi yang utama di sekolah karena
dengan adanya manajemen kurikulum menegaskan bahwa proses
pembelajaran dapat dipantau dan menjadi tolok ukur pencapaian tujuan
dari suatu sekolah atau pendidikan untuk mendorong guru terus
melakukan yang terbaik sebagai pendidik. (Bradley Setiyadi, 2020)
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan
kualitas sumber daya manusia yang pada umumnya wajib dilaksanakan
oleh setiap negara. Pendidikan merupakan program strategis jangka
panjang yang pada penyelenggaraannya harus mampu menjawab
kebutuhan serta tantangan secara nasional. Terwujudnya tujuan
pendidikan secara nasional tidak terlepas dari peran guru sebagai
pelaksana pembelajaran yang merupakan bagian dari sistem pendidikan
nasional. Guru sebagai tenaga profesional harus memiliki kompetensi
yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional.
Penguasaan kompetensi pedagogik pada dasarnya tidak dapat dilepaskan
dari pemahaman tentang konsep kurikulum dan pembelajaran. Setiap
pendidik dan tenaga kependidikan selain menguasai kemampuan teknis
yang relevan dengan tugasnya, harus memiliki pemahaman konseptual
mengenai kurikulum dan pembelajaran termasuk kemampuan
mengembangkan kurikulum di sekolah.
Kurikulum dan pembelajaran merupakan bagian integral dari
sistem pendidikan nasional. Seorang guru professional harus memahami
tentang konsep kurikulum dan pembelajaran dalam implementasi tugas
kesehariannya. Begitupun bagi mahasiswa pendidikan seni yang akan
menjadi calon pendidik dimasa yang akan datang, harus memiliki
kompetensi sebagai calon pendidik profesional yang salah satunya
mampu memahami konsep kurikulum dan pembelajaran.
Kurikulum adalah perangkat pengalaman belajar yang akan didapat
oleh peserta didik selama ia mengikuti suatu proses pendidikan.
Kurikulum dirancang untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
4

Keberhasilan dari suatu kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung


pada faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru. Artinya, guru
adalah orang yang bertanggung jawab dalam upaya mewujudkan segala
sesuatu yang telah tertuang dalam suatu kurikulum resmi. (Fujiawati,
2016)
Dikarenakan kemajuan dunia dan nasional terus berkembang dan
berubah-ubah, maka perlu adanya perubahan dalam kurikulum di
Indonesia. Hal ini dikarenakan, kurikulum sebagai pedoman dalam
menjalankan sistem pendidikan suatu bangsa harus relevan dengan
perkembangan zaman dan kebutuhan peserta didik agar pendidikan di
Indonesia sejalan dengan perkembangan zaman.
Sebagai pendidik yang menjadi salah satu kunci penting dalam
dunia pendidikan, pendidik harus memahami dengan baik apa saja
perbedaan maupun persamaan kurikulum-kurikulum yang berlaku di
Indonesia. Adanya beberapa perubahan kurikulum yang terjadi di dunia
pendidikan Indonesia menandakan adanya penyesuaian sistem kurikulum
dengan keadaan zaman.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan implentasi pembelajaran pada kurikulum
1994?
2. Bagaimana konsep dan implentasi pembelajaran, pada Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK)?
3. Bagaimana konsep dan implentasi pembelajaran pada kurikulum
KTSP?
4. Bagaimana konsep dan implentasi pembelajaran pada kurikulum
2013?
5. Bagaimana konsep dan implentasi pembelajaran pada kurikulum 2013
revisi?
6. Bagaimana konsep dan implentasi pembelajaran pada kurikulum
Merdeka Belajar?
7. Bagaimana Analisis persamaan, perbedaan dan konten yang terdapat
pada kurikulum 1994, kurikulum berbasis kompetensi, KTSP,
kurikulum 2013, kurikulum 2013 revisi, dan kurikulum Merdeka
Belajar?
C. Tujuan Penulisan Makalah
1. Memahami bagaimana konsep dan implentasi pembelajaran pada
kurikulum 1994.
5

2. Memahami bagaimana konsep dan implentasi pembelajaran pada


Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
3. Memahami bagaimana konsep dan mplentasi pembelajaran pada
kurikulum KTSP.
4. Memahami bagaimana konsep dan implentasi pembelajaran pada
kurikulum 2013.
5. Memahami bagaimana konsep dan implentasi pembelajaran pada
kurikulum 2013 revisi.
6. Memahami bagaimana konsep dan implentasi pembelajaran pada
kurikulum Merdeka Belajar.
7. Memahami bagaimana analisis persamaan, perbedaan dan konten yang
terdapat pada kurikulum 1994, kurikulum berbasis kompetensi, KTSP,
kurikulum 2013, kurikulum 2013 revisi, dan kurikulum Merdeka
Belajar.
6

BAB II
PEMBAHASAN
A. Kurikulum 1994
1. Konsep Kurikulum 1994
Kurikulum 1994 pada dasarnya dibuat sebagai penyempurnaan
kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai dengan Undang-
Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Hal ini berdampak pada sistem pembagian waktu pelajaran,
yaitu dengan mengubah dari sistem semester ke sistem
caturwulan. Dengan sistem caturwulan yang pembagiannya
dalam satu tahun menjadi tiga tahap diharapkan dapat memberi
kesempatan bagi siswa untuk dapat menerima materi pelajaran
cukup banyak.
Dalam kurikulum tahun 1994, pembelajaran matematika
mempunyai karakter yang khas, struktur materi sudah
disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi
keahlian seperti komputer semakin mendalam, model-model
pembelajaran matematika kehidupan disajikan dalam berbagai
pokok bahasan. Intinya pembelajaran matematika saat itu
mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal
kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi
sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan
dengan pertimbangan agar siswa mampu menyelesaikan
permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari.
Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya
disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan
perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada
pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari
hal yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana
ke hal yang komplek. Pengulangan-pengulangan materi yang
7

dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman


siswa.
Setelah sepuluh tahun berjalan dengan kurikulum 1994,
pola-pola lama bahwa guru menerangkan konsep, guru
memberikan contoh, murid secara individual mengerjakan
latihan, murid mengerjakan soal-soal pekerjaan rumah hanya
kegiatan rutin saja disekolah, sementara bagaimana keragaman
pikiran siswa dan kemampuan siswa dalam mengungkapkan
gagasannya kurang menjadi perhatian.
Para siswa umumnya belajar tanpa ada kesempatan untuk
mengkomunikasikan gagasannya, mengembangkan
kreatifitasnya. Jawaban soal seolah membatasi kreatifitas dari
siswa karena jawaban benar seolah-olah hanya otoritas dari
seorang guru. Pembelajaran seperti paparan di atas akhirnya
hanyamenghasilkan lulusan yang kurang terampil secara
matematis dalam menyelesaikan persoalah-persoalan sehari-
hari. Bahkan pembelajaran model di atas semakin
memunculkan kesan kuat bahwa matematika pelajaran yang
sulit dan tidak menarik. Dengan fakta-fakta tersebut dan
dengan semangat UU No. 22 dan 25 tahun 1999 tentang
Otonomi Daerah maka pada tahun 2004 pemerintah
melaunching kurikulum baru dengan nama kurikulum berbasis
kompetesi.
Ketentuan-ketentuan yang ada dalam kurikulum 1994
adalah: 1. Bersifat objective based curriculum, 2. Nama SMP
diganti menjadi SLTP (Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama) dan
SMA diganti menjadi SMU (Sekolah Menengah Umum) 3.
Mata pelajaran PSPB dihapus 4. Program pengajaran SD dan
SLTA disusun dalam 13 mata pelajaran 5. Program pengajaran
SMU disusun dalam 10 mata pelajaran, 6. Penjurusan SMA
dilakukan di kelas 2 yang terdiri dari program IPA, IPS, dan
Bahasa.
Kurikulum 1994 pada dasarnya dibuat sebagai
penyempurnaan kurikulum 1984 dan dilaksanakan sesuai
dengan Undang-Undang no. 2 tahun 1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Hal ini berdampak pada sistem
pembagian waktu pelajaran, yaitu dengan mengubah dari
sistem semester ke sistem caturwulan.
Sehingga dalam satu tahun, ada tiga tahapan belajar yaitu
caturwulan I, caturwulan II, dan caturwulan III. Hal ini
8

tentunya membuat proses belajar mengajar menjadi padat.


Sangat diharapkan dalam kurikulum ini siswa memiliki
kemampuan, potensi, serta prestasi yang tinggi.
Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum
1994, di antaranya sebagai berikut :
1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem
caturwulan.
2. Pembelajaran di sekolah lebih berorientasi kepada materi
pelajaran/isi, sehingga materi pelajaran cukup padat.
3. Memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa
di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti
sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan
pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat sekitar.
Tujuan dari kurikulum 1994 adalah untuk mempersiapkan
siswa agar sanggup menghadapi perubahan yang terjadi, karena
jika kurikulum sebelumnya dipertahankan maka siswa tidak
akan mengalami perubahan sehingga bisa dikatakan bahwa
siswa hanya jalan tempat dalam masalah prestasi. Namun
dengan adanya perubahan ke kurikulum 1994 hal ini akan
membuat perubahan pada siswa dan dalam kurikulum ini
sangat besar harapan agar nantinya dalam dunia pendidikan
tercetak siswa-siswa yang memiliki pemikiran logis, memiliki
kecermatan, kejujuran, keefektifan dan keefisienan dalam
proses belajar mengajar.
Pencapaian tujuan tersebut tentunya tidak semudah
membalikkan telapak tangan, melainkan pemerintah harus
membuat sesuatu hal yang dapat mewujudkan tujuan tersebut.
Pemerintah dalam hal pencapaian tujuan pada kurikulum 1994
ini membuat kompetisi dimana dengan kompetisi tersebut
dapat meningkatkan kemampuan siswa siswi tanah air.
Kompetisi merupakan persaingan secara sehat antara siswa satu
dengan yang lainnya agar dapat dilihat siswa mana yang paling
memahami materi dan siswa mana yang masih kurang
memahami materi. Kompetisi yang diberlakukan antara lain,
kompetisi sesama daerah, nasional, bahkan internasional.
Sangat besar manfaat dari sebuah kompetisi salah satunya
adalah dalam kompetisi ini seluruh siswa akan mengerahkan
kemampuannya untuk mencapai kemenangan dan akhirnya
mengetahui kemampuannya dan kemampuan orang lain.
9

2. Implementasi Kurikulum 1994 pada Pembelajaran


Matematika
a. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem
caturwulan.
b. Pembelajaran di sekolah lebih berorientasi kepada materi
pelajaran/isi, sehingga materi pelajaran cukup padat.
c. Memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa
di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat kurikulum inti
sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan
pengajaran sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan
kebutuhan masyarakat sekitar.
Dalam pelaksanaan kegiatan, guru dapat memilih dan
menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam
belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial. Dalam
mengaktifkan siswa, guru dapat memberikan bentuk soal yang
mengarah kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka,
dimungkinkan lebih dari satu jawaban), dan penyelidikan.
Dalam kurikulum tahun 1994, pembelajaran matematika
mempunyai karakter yang khas, struktur materi sudah
disesuaikan dengan psikologi perkembangan anak, materi
keahlian seperti komputer semakin mendalam, model-model
pembelajaran matematika kehidupan disajikan dalam berbagai
pokok bahasan. Intinya pembelajaran matematika saat itu
mengedepankan tekstual materi namun tidak melupakan hal-hal
kontekstual yang berkaitan dengan materi. Soal cerita menjadi
sajian menarik disetiap akhir pokok bahasan, hal ini diberikan
dengan pertimbangan agar siswa mampu menyelesaikan
permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari. (Imron,
2018)
Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya
disesuaikan dengan kekhasan konsep/pokok bahasan dan
perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada
pemahaman konsep dan pengajaran yang menekankan
keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal
yang mudah ke hal yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke
hal yang komplek. Pengulangan-pengulangan materi yang
10

dianggap sulit perlu dilakukan untuk pemantapan pemahaman


siswa.
B. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004
1. Konsep Kurikulum KBK
Kurikulum 2004 pada dasarnya dikembangkan berdasarkan
pendekatan berbasis kompetensi. Kompetensi diartikan sebagai
kecakapan individu berkenaan dengan pengetahuan,
keterampilan, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak yang terjadi secara terus-
menerus (Hatta:2004). Menurut hemat saya, kompetensi
seharusnya tidak hanya direfleksikan dalam kebiasaan berpikir
dan bertindak saja, melainkan juga dalam bersikap, sehingga
memungkinkan individu yang memiliki kompetensi itu mampu
menyesuaikan diri dengan tuntutan jaman dan tidak bersifat
sementara atau final.
Kurikulum 2004 yang dikembangkan ini lebih diarahkan
kepada pembentukan individu yang kompeten yang
dikembangkan berdasarkan kompetensi tertentu. Artinya bahwa
kurikulum ini sangat diwarnai oleh teori Essensialisme.
Padahal untuk menghadapi tantangan jaman kini dan
mendatang, seyogyanya individu yang seharusnya dihasilkan
dari pendidikan adalah di samping individu yang kompeten,
juga individu yang rasional dan bermoral, well-adjusted, dan
menjadi agen perubahan sosial. Artinya bahwa kurikulum yang
diinginkan adalah dibangun melalui integrasi secara fungsional
di antara empat teori pendidikan, yaitu perennialism,
essensialism, progressivism, dan socialreconstructionism
(Ornstein/Levine:1985). Dengan demikian kurikulum yang
dibangun secara konsisten dapat memanifestasikan apa yang
menjadi tujuan pendidikan nasional yang membentuk manusia
seutuhnya.
Kompetensi pada hakekatnya dapat dipahami sebagai
sesuatu yang tampak (kinerja sesuai dengan standar) dan tak-
tampak (sebagai suatu konstruk). Dengan demikian dapatlah
dikatakan bahwa untuk mengetahui kompetensi individu dapat
dilihat kinerjanya sesuai dengan standar yang telah ditetapkan
atau tidak. Namun ketika kompetensi sebagai suatu konstruk,
maka untuk mengetahui kompetensi individu dapat
11

menggunakan instrumen yang dapat mengukur gejala perilaku


yang mencerminkan konstruk kompetensi (Burke:1995).
Kurikulum 2004 merupakan sebagai sebuah konsep,
sekaligus sebagai sebuah program, Kurikulum Berbasis
Kompetensi menurut Siskandar (2003) memiliki ciri-ciri yaitu
menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara
individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil dan
keberagaman, penyampaian dalam pembelajaran menggunakan
pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar bukan
hanya guru tetapi sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif, penilaian menekankan pada proses dan hasil
belajar dalam upaya penguasaan suatu kompetensi.
Dalam pengembangan kurikulum perlu dipertimbangkan
tentang rentangan dan kedalaman materi pelajaran yang harus
dipelajari, urutan materi pelajaran yang harus dihadapi
(kontinyuitas atau kesinambungan dalam bahasa Hatta),
dukungan terhadap materi lain sehingga munculnya secara
simultan, keseimbangan antara kebutuhan anak dan tuntutan
masyarakat, dan konsistensi antara kinerja siswa yang
diinginkan dengan landasan filosofis yang mendasari
pengembangan kurikulum. Bertitik tolak dari konsep dasar
tersebut di atas, maka dapat dicermati bagaimana substansi
suatu bidang sejak SD sampai dengan SM misalnya dapat
dijamin cakupan dan urutannya, demikian pula antar tingkat
dalam suatu unit sekolah. Kurikulum 2004 pada awalnya
dikembangkan oleh dua pihak, pertama pihak Pusat Kurikulum
dan kedua pihak unit utama. Pada pihak pertama, Kurikulum
sejak dari awalnya diduga sudah dapat dikoordinasikan antara
jenjang pendidikan atau unit sekolah, bahkan antar tingkat pada
setiap unit sekolah, namun pada pihak kedua belum diketahui
benar koordinasi yang dilakukan antar jenjang pendidikan atau
unit sekolah. Semoga saja pada kedua belah pihak sudah
dilakukan kordinasi yang intensif dan fungsional.
Secara general tujuan KBK adalah memandirikan atau
memberdayakan sekolah dalam mengembangkan kompetensi
yang akan disampaikan kepada peserta didik, sesuai dengan
lingkungannya. Pemberian wewenang (otonomi) kepala
sekolah diharapkan dapat mendorong sekolah untuk melakukan
pengambilan keputusan secara partisipatif. Di samping itu,
penerapan KBK juga bertujuan memberikan peluang yang
12

lebih luas bagi sekolah, guru dan peserta didik, dan bahkan
masyarakat untuk melaksanakan inovasi dan improvisasi
berkaitan dengan masalah kurikulum, pembelajaran, manajerial
dan lain sebagainya yang tumbuh dari aktivitas, kreativitas dan
profesionalisme yang dimiliki. Perlibatan masyarakat dalam
pengembangan KBK mendorong sekolah untuk lebih terbuka,
demokratis dan memiliki akuntabilitas. Yang pada gilirannya
sekolah akan dapat melaksanakan proses pembelajaran secara
efektif dan sekaligus menghasilkan out put yang memiliki
kompetensi dasar yang diperlukan dalam menghadapi
kehidupannya. (Anarisa, 2020)

2. Implementasi Kurikulum KBK pada Pembelajaran


Matematika
Pelaksanaan Kurikulum 2004 sepenuhnya diserahkan
kepada sekolah sebagai ujung tombak implementasi kurikulum.
Hal ini merupakan konsekuensi logis dari kebijakan otonomi
pendidikan yang menjadikan sekolah sebagai institusi terdepan
dan paling bertanggung jawab dalam proses pendidikan. Model
manajemen pendidikan yang demikian memang berbeda secara
berarti bila dibandingkan dengan penyelenggaraan pendidikan
sebelumnya.
Dalam implementasi kurikulum, keterlibatan guru, kepala
sekolah, konselor sekolah, personil lain adalah penting, di
samping nara sumber lainnya dan orangtua. Kerjasama positif
di antara mereka dijamin dapat memberikan kontribusi bagi
keberhasilan penerapan kurikulum. Selanjutnya guru memiliki
posisi yang strategis dan peluang yang sangat besar dalam
mengembangkan kurikulum secara lebih bermakna. Kalau
dipahami benar bahwa keberhasilan membangun pendidikan
yang berkualitas pada hakekatnya sangat tergantung pada
kemampuan guru dalam mengembangkan kurikulum pada
tataran operasional. Hal ini dapat dilihat pada fakta di
lapangan, bahwa walaupun dokumen kurikulumnya sama
secara nasional, namun pada kenyataannya hanya ada sejumlah
sekolah yang mampu menghasilkan lulusan berkualitas.
Kondisi ini sebenarnya dapat diduga bahwa kualitas lulusan itu
dipengaruhi oleh kinerja guru yang optimal dan handal dalam
mengembangkan kurikulum di kelas.
13

Pengelolaan pembelajaran pada dasarnya juga merupakan


bagian yang penting dalam implementasi kurikulum, sehingga
tidak dapat lepas dari perhatian siapapun, karena efektivitas
pengelolaan pembelajaran dapat menentukan kualitas
kurikulumnya. Diversifikasi kurikulum juga sangat terkait
dengan diferensiasi manajemen kelas, di samping metode dan
teknik pembelajarannya. Dengan demikian penguasaan
keragaman peserta didik merupakan langkah awal yang
seharusnya dilalui oleh guru.
Pada kurikulum 2004 , dalam rambu-rambu pelaksanaannya,
dinyatakan bahwa beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
kegiatan pembelajaran Matematika adalah :
a. Mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus,
konsep, atau prinsip dalam matematika melalui bimbingan
guru agar siswa terbiasa melakukan penyelidikan dan
menemukan sesuatu.
b. Pendekatan pemecahan masalah merupakan focus dalam
pembelajaran matematika, yang mencakup masalah tertutup
atau mempunyai penyelesaian tunggal, masalah terbuka
atau masalah dengan berbagai cara penyelesaian.
c. Dalam setiap pembelajaran , guru hendaknya
memperhatikan penguasaan materi prasarat yang
diperlukan.
d. Dalam setiap kesempatan , pembelajaran matematika
hendaknya memulai dengan pengenalan masalah-masalah
kontekstual, siswa secara bertahap dibimbing untuk
menguasai konsep-konsep matematika. (Sugiyono, 2006)

C. Kurikulum KTSP
1. Konsep KTSP
Menurut ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, setiap
sekolah/madrasah diamanatkan untuk mengembangkan
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) berdasarkan
Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standar Isi (SI) dan
berpedoman kepada panduan yang ditetapkan oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Satuan Pendidikan yang
telah melakukan uji coba kurikulum 2004 secara menyeluruh
diperkirakan mampu secara mandiri mengembangkan
14

kurikulumnya berdasarkan SKL, SI dan Panduan. Oleh karena


itu Pemerintah menerbitkan Panduan Umum agar
memungkinkan satuan pendidikan tersebut, dan juga
sekolah/madrasah lain yang mempunyai kemampuan, dapat
mengembangkan KTSP mulai tahun ajaran 2006/2007.
Pemerintah juga menyediakan model KTSP yang diperlukan
bagi satuan pendidikan yang saat ini belum mampu
mengembangkan kurikulum secara mandiri. Bagi satuan
pendidikan ini, mempunyai waktu sampai dengan tiga tahun
untuk mengembangkan kurikulumnya, yaitu selambat-
lambatnya pada tahun ajaran 2009/2010.
KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan
dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP
terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
kalender pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana
pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi ,
kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan
sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan penjabaran
standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian.
Menurut BSNP (2007) KTSP dikembangkan sesuai dengan
relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan pendidikan di
bawah koordinasi dan supervisi dinas pendidikan atau kantor
Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk pendidikan dasar
dan provinsi untuk pendidikan menengah. Pengembangan
KTSP mengacu pada SI dan SKL dan berpedoman pada
panduan penyusunan kurikulum yang disusun oleh BSNP, serta
memperhatikan pertimbangan komite sekolah/madrasah.
Penyusunan KTSP untuk pendidikan khusus dikoordinasi dan
disupervisi oleh dinas pendidikan provinsi, dan berpedoman
pada SI dan SKL serta panduan penyusunan kurikulum yang
disusun oleh BSNP. KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-
prinsip (1) berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, (2) beragam
dan terpadu, (3) tanggap terhadap perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni, (4) relevan dengan kebutuhan
15

kehidupan, (5) menyeluruh dan berkesinambungan, (6) belajar


sepanjang hayat, (7) seimbang antara kepentingan nasional dan
kepentingan daerah.
Kurikulum untuk semua tingkat satuan pendidikan dapat
memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global.
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global adalah
pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dan
kebutuhan daya saing global dalam aspek ekonomi, budaya,
bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-
lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan
kompetensi peserta didik. Pendidikan berbasis keunggulan
lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata
pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal.
Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta
didik dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal
yang sudah memperoleh akreditasi.
Untuk pengembangan silabus dapat dilakukan oleh para
guru secara mandiri atau berkelompok dalam sebuah sekolah
atau beberapa sekolah, kelompok Musyawarah Guru Mata
Pelajaran (MGMP) pada atau Pusat Kegiatan Guru (PKG), dan
Dinas Pendikan.
KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada
pengembanangan individu. Hal ini dapat dilihat dari prinsip
pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa untuk
mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran melalui
berbagai pendekatan, dan juga kurikulum ini menekankan
kepada aspek pengembangan minat dan bakat siswa. KTSP
adalah kurikulum yang mengakses kepentingan daerah, hal ini
tampak pada salah satu prinsip KTSP yakni berpusat pada
potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya. Dengan demikian, maka KTSP
adalah kurikulum yang dikembangkan oleh daerah. KTSP
merupakan kurikulum teknologis. Hal ini dapat dilihat dari
adanya standar kompetensi, kompetensi dasar yang kemudian
dijabarkan pada indikator hasil belajar, yakni sejumlah perilaku
yang terukur sebagai bahan penilaian.
Sanjaya (2008: 130-131) menjelaskan bahwa KTSP
memiliki karakteristik sebagai berikut.
a. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi pada disiplin
ilmu.Hal ini dapat dilihat dari struktur program yang
16

memuat sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh


peserta didik. Keberhasilan KTSP lebih banyak diukur dari
kemampuan siswa menguasai materi pelajaran. Hal ini
dapat dilihat dari sistem kelulusan yang ditentukan oleh
standar minimal penguasaan isi pelajaran.
b. KTSP adalah kurikulum yang berorientasi. Pada
pengembanangan individu. Hal ini dapat dilihat dari prinsip
pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa untuk
mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran melalui
berbagai pendekatan, dan juga kurikulum ini menekankan
kepada aspek pengembangan minat dan bakat siswa.
c. KTSP adalah kurikulum yang mengakses kepentingan
daerah, hal ini tampak pada salah satu prinsip KTSP yakni
berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Dengan
demikian, maka KTSP adalah kurikulum yang
dikembangkan oleh daerah.
d. KTSP merupakan kurikulum teknologis. Hal ini dapat
dilihat dari adanya standar kompetensi, kompetensi dasar
yang kemudian dijabarkan pada indikator hasil belajar,
yakni sejumlah perilaku yang terukur sebagai bahan
penilaian.
2. Implementasi KTSP pada Pembelajaran Matematika
Dalam pembelajaran KTSP, posisi guru amat setral. Guru
memiliki kewenangan untuk menjabarkan kompetensi
berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang
terdapat dalam silabus, memilih strategi serta materi
pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan siswa dan situasi
lingkungan, serta menentukan sistem penilaian yang tepat
untuk mengukur kemampuan siswa.
Ukuran keberhasilan KTSP dilihat dari proses dan
pengalaman belajar yang diperoleh siswa. Keseluruhan proses
dan pengalaman belajar itu harus terwakili oleh butir soal yang
dikembangkan dari indicator. Disinilah sentralnya peran guru
dalam mengimplementasikan KTSP dalam pembelajaran,
termasuk juga pada mata pelajaran Matematika.

D. Kurikulum 2013 (K-13)


1. Konsep Kurikulum 2013
17

Kurikulum 2013 sering disebut juga dengan kurikulum


berbasis karakter. Kurikulum 2013 memiliki empat aspek
penilaian, yaitu aspek pengetahuan, aspek keterampilan, aspek
sikap dan perilaku. Pendekatan saintifik dalam Kurikulum 2013
merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian
rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksikan konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan 5 M yang meliputi
mengamati, menanya, mencoba, menalar dan
mengkomunikasikan.
Kurikulum 2013 membawa perubahan mendasar peran guru
dalam pembelajaran. Secara administratif, pemerintah pusat
telah menyiapkan perangkat pembelajaran yang tidak perlu lagi
disiapkan oleh guru. Namun demikian, guru dituntut berperan
secara aktif sebagai motivator dan fasilitator atau membantu
siswa agar siswa mampu menguasai berbagai kompetensi yang
diharapkan. Permasalahan yang dialami guru senantiasa
mendapat tempat tersendiri dan mendapat perhatian yang
sangat serius. Hal ini dikarenakan guru mengemban peran yang
sangat penting dalam keberhasilan proses pendidikan. Tujuan
kurikulum 2013 adalah mempersiapkan SDM Indonesia agar
memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi warga Negara
yang beriman, produktif, kreativ, inovatif, dan afektif serta
mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, bernegara, dan peradaban duniaa.
Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 merupakan
salah satu elemen dari standar proses yang mengalami
perubahan guna pencapaian keberhasilan pembelajaran dan
pembentukan kompetensi siswa. Perbedaan Kurikulum 2013
dengan KTSP diantaranya yaitu guru tidak lagi menyusun dan
mengembangkan silabus karena telah mendapat dari Dinas
Pendidikan Pusat. Hal ini dimaksudkan untuk menyeragamkan
tujuan pendidikan di sekolah menengah yang ada diseluruh
Indonesia karena mempertimbangkan karakteristik siswa di
setiap sekolah tidak sama. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan
pembelajaran peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi
Dasar (KD).
Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, terlebih
dahulu guru harus membuat persiapan pembelajaran yaitu
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), karena keberhasilan
18

dalam membuat perencanaan mengajar mencerminkan


keberhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran (Suherman,
2014). RPP berbasis pendekatan saintifik, penanaman karakter
dan konservasi yang dikembangkan mengacu kepada salinan
lampiran Permendiknas nomor 65 tahun 2013. Langkah-
langkah pembelajaran pada kegiatan inti mengacu pada
pendekatan saintifik, penanaman karakter dan konservasi.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang baru dan
dilaksankan secara bertahap pada satuan pendidikan mulai
tahun ajaran baru 2013/2014. Setelah satu tahun berjalan secara
bertahap, kurikulum baru dilaksanakan secara serentak di
seluruh satuan pendidikan mulai tahun ajaran baru 2014/2015.
(Yusuf, 2018)
Kurikulum 2013 adalah implementasi dari UU no. 32 tahun
2013. Kurikulum 2013 merupakan kelanjutan dan
penyempurnaan dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK)
dan KTSP. Namun, di dalam kurikulum 2013 lebih fokus pada
kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara
terpadu, sebagaimana yang tertulis pada UU 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional yang terdapat pada pasal
35, dimana kompetensi lulusan merupakan kualifikasi
kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan standar nasional yang telah
disepakati.
Materi Kurikulum pada hakikatnya adalah isi kurikulum.
Dalam undang-undang pendidikan yang tentang sistem
pendidikan nasional telah ditetapkan, bahwa “Isi kurikulum
merupakan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan
penyelenggara suatu pendidikan yang bersangkutan dalam
rangkan upaya pencapaian tujuan penyampaian pendidikan
nasional”
Dalam pengembangan kurikulum 2013 yang berbasis
karakter dan kompetensi perlu memperhatikan dan
mempertimbangkan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Pengembangan kurikulum dilakukan mengacu pada standar
nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional.
b. Kurikulum pada semua jenjang dan jenis pendidikan
dikembangkan dengan prinsip diverifikasi sesuai dengan
satuan pendidikan, potensi daerah dan peserta didik.
19

c. Mata pelajaran merupakan wahana untuk mewujudkan


pencapaian kompetensi.
d. Standar kompetensi lulusan dijabarkan dari tujuan
pendidikan nasional dan kebutuhan masyarakat, Negara
dan kebutuhan masyarakat, Negara serta perkembangan
global.
e. Standar isi dijabarkan dari standar kompetensi lulusan.
f. Standar Proses dijabarkan dari standar isi.
g. Standar penilaian dijabarkan dari Standar kompetensi
lulusan, standar isi dan standar proses.
h. Standar kompetensi lulusan dijabarkan ke dalam
kompetensi inti.
i. kompetensi inti dijabarkan ke dalam kompetensi dasar yang
dikontekstualisasikan dalam satu mata pelajaran.
j. Kurikulum satuan pendidikan dibagi menjadi kurikulum
tingkat nasional, daerah dan satuan pendidikan.
1) Tingkat nasioanal dikembangkan oleh pemerintah.
2) Tingkat daerah dikembangkan oleh pemerintah daerah.
3) Tingkat satuan pendidikan dikembangkan oleh satuan
pendidikan.
k. Proses pembelajaran diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang motivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi ruang yang
cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik.
l. Penilaian hasil belajar berbasis proses dan produk.
3.Implementasi Kurikulum 2013 pada Pembelajaran
Matematika
Implementasi kurikulum 2013 merupakan aktualisasi
kurikulum dalam pembelajaran dan pembentukan kompetensi
serta karakter peserta didik. Hal tersebut menuntut keaktifan
guru dalam menciptakan dan menumbuhkan berbagai kegiatan
sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan. Oleh karena
itu, pembelajaran menyenangkan, efektif, dan bermakna.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogic
modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan
ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam
pembelajaran sebagaimana yang dimaksud meliputi,
20

mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,


menyimpulkan, dan menciptakan untuk semua mata pelajaran.
Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangan
mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan
secara procedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses
pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat
ilmiah dan non ilmiah. (Permendikbud, 2013)

E. Kurikulum 2013 Revisi


1. Konsep Kurikulum 2013 Revisi
Disrupsi teknologi, khususnya teknologi informasi telah
mewarnai revolusi industri 4.0 sehingga mendorong perubahan
kebutuhan dan perkembangan masyarakat dalam berbagai
bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Pendidikan yang
hanya berorientasi pada pengembangan kemampuan intelektual
otak kiri tidak dapat dipertahankan lagi. Hal ini merupakan
salah satu pemicu perlunya dilakukan revisi terhadap
kurikulum 2013 sebagai antisipasi perkembangan dan
kebutuhan abad 21. Hal ini tentunya agar pendidikan dapat
menyiapkan lulusan-lulusan berkualitas yang mampu bersaing,
bersanding bahkan bertanding dalam era globalisasi yang
penuh dengan berbagai permasalahan dan tantangan yang
semakin rumit dan kompleks. Globalisasi telah merubah cara
hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat dan
sebagai warga bangsa. Tidak seorangpun yang dapat
menghindari dari arus globalisasi.
Kurikulum 2013 Revisi merupakan wujud penyempurnaan
kurikulum yang berbasis karakter sekaligus berbasis
kompetensi dan diberlakukan secara berangsur-angsur tahun
ajaran 2017/2018 yakni pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah. Dengan demikian secara bertahap Indonesia dapat
menyiapkan generasi emas yang berkualitas sehingga mampu
menanggalkan sekaligus meninggalkan status negara
berkembang menuju negara maju.Penyempurnaan kurikulum
perlu dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan
(continius quality improvement) untuk memperoleh hasil yang
21

optimal, terutama berkaitan dengan penerapan serta penjabaran


Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL).
Dalam kaitannya dengan Standar Nasional Pendidikan,
terdapat empat dari delapan standar yang dilakukan perubahan
dan penataan dalam rangka implementasi Kurikulum 2013
Revisi, yang perlu diperhatikan dan dikembangkan dalam
implementasi kurikulum 2013 di sekolah. Keempat standar
nasional pendidikan yang direvisi tersebut adalah standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan standar
penilaian pendidikan. Penataan empat standar nasional
pendidikan disesuaikan dengan karaktersitik sekolah, daerah,
dan karaktersitik setiap bidang studi terutama dalam kaitannya
dengan pekerjaan yang ada di masyarakat dan tuntunan
kehidupan nyata. Sebagai contoh: standar kompetensi, standar
isi, standar proses, dan standar penilaian pendidikan bahasa
perlu lebih ditekankan pada kemampuan berbicara, agar para
peserta didik mampu berkomunikasi secara aktif dan
menggunakan bahasa sebagai alat untuk memecahkan berbagai
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
Penekanan terhadap suatu karakter dan kompetensi akan
memberi warna terhadap sekolah yang satu akan berbeda
dengan sekolah yang berada di daerah lain. Meskipun
demikian, persamaan setiap sekolah itu tetap muncul dan diikat
oleh Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang dikembangkan
dan digariskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan
(BSNP).
Hakikat Kurikulum 2013 Revisi adalah kebebasan guru
dalam mengembangkan kurikulum sesuai dengan perubahan
terhadap empat standar yakni Standar Kompetensi Lulusan
(SKL), standar isi, standar proses dan standar penilaian
pendidikan. Jika sebelumnya guru diberi kebebasan dalam
mengembangkan dan menjabarkan kurikulum di sekolah maka
dalam kurikulum 2013 revisi, guru harus memperhatikan
perubahan pada empat standar nasional pendidikan dan
mengkaji berbagai pedoman seperti pedoman guru dan
pedoman peserta didik. Penilaian kurikulum 2013 Revisi lebih
ditekankan pada penilaian yang utuh dan menyeluruh atau
penilaian yang asli (authentic assesment) yang pelaporannya
dideskripsikan. Dalam hal ini, apa-apa yang dijadikan bahan
penilaian berangkat dari kegiatan kontekstual yang terjadi dan
22

berlangsung dalam pembelajaran secara utuh, menyeluruh dan


berkesinambungan. Di samping itu, penilaian juga dilengkapi
dengan portofolio, untuk menganalisis kemajuan dan
perkembangan tugas-tugas pembelajaran yang dilakukan oleh
peserta didik.

2. Implementasi Kurikulum 2013 Revisi pada Pembelajaran


Matematika
Dalam implementasinya, kurikulum 2013 Revisi menuntut
guru untuk mengembangkan pembelajaran Matematika dengan
mengintegrasikan empat hal penting, yaitu Penguatan
Pendidikan Karakter (PPK), Literasi, Keterampilan Abad ke-21
(4C) dan Higher Order Thingking Skill (HOTS) yang
memerlukan kreativitas guru dalam meramunya.
Dalam implementasi Kurikulum 2013 Revisi, guru, kepala
sekolah dan pengawas dituntut untuk senantiasa belajar agar
dapat mengembangkan dan memperkaya diri melalui informasi
baru yang berkaitan dengan pembelajaran dan peningkatan
kualitas pendidikan pada umumnya. Revisi kurikulum 2013
dilakukan sesuai dengan perubahan dan penataan Standar
Nasional Pendidikan (SNP) terutama berkaitan dengan empat
standar, yakni standar kompetensi lulusan, standar isi, standar
proses dan standar penilaian pendidikan. Perubahan tersebut
dilakukan berdasarkan hasil analisis dari berbagai kebutuhan
peserta didik, baik kebutuhan untuk hidup (bekerja) maupun
untuk mengembangkan diri sesuai pendidikan seumur hidup.
Oleh karena itu, pengembangan kurikulum dilakukan dengan
menempuh dan mencakup dua langkah berikut. Pertama,
merumuskan visi dan misi pendidikan nasional berdasarkan
Pancasila dan UUD 1945. Kedua, menjabarkan kompetensi-
kompetensi inti berdasarkan visi dan misi.
Kompetensikompetensi inti dirumuskan untuk mengakomodasi
kebutuhan berbagai pihak dalam berbagai dimensi masyarakat,
baik kebutuhan sekarang maupun masa depan tanpa melupakan
kebutuhan masa lalu yang tidak terealisasikan.

F. Kurikulum Merdeka
23

1. Konsep Kurikulum Merdeka


Pada Kurikulum Merdeka, kerangka pengembangan
pembelajaran merupakan siklus yang berkesinambungan.
Kurikulum Mereka mencakup pemetaan standar
kompetensi,merdeka belajar dan asesmen kompetensi minimal
sehingga menjamin ruang yang lebih leluasa bagi pendidik
untuk merumuskan rancangan pembelajaran dan asesmen
sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik. Pada
Kurikulum Merdeka, Profil Pelajar Pancasila berperan menjadi
penuntun arah yang memandu segala kebijakan dan pembaruan
dalam sistem pendidikan Indonesia, termasuk pembelajaran,
dan asesmen.
Kurikulum operasional dan ATP memiliki fungsi yang
sama dengan silabus,yaitu sebagai acuan perencanaan
pembelajaran. Jika satuan Pendidikan memiliki kurikulum
operasional dan ATP pengembangan perangkat ajar dapat
merujuk pada kedua dokumen tersebut. Modul ajar adalah
sejumlah alat atau sarana media, metode, petunjuk, dan
pedoman yang dirancang secara sistematis dan menarik.Modul
ajar disusun sesuai dengan fase atau tahap perkembangan
peserta didik, mempertimbangkan apa yang akan dipelajari
dengan tujuan pembelajaran, dan berbasis perkembangan
jangka panjang.
Kekuatan utama kurikulum ini yang mendorong pemulihan
pembelajaran yaitu pembelajaran berbasis proyek untuk
peningkatan karakter dan soft skill sesuai dengan profil pelajar
Pancasila, berkonsentrasilah pada hal-hal penting untuk
menyisakan cukup waktu untuk studi mendalam tentang
keterampilan dasar seperti melek huruf dan
berhitung,fleksibilitas bagi pendidik untuk menyesuaikan
konten dan situasi secara lokal dan memberikan instruksi yang
disesuaikan berdasarkan kemampuan siswa.
2. Implementasi Kurikulum Merdeka pada Pembelajaran
Merdeka
Implementasi pembelajaran matematika pada kurikulum
merdeka menuntut siswa untuk terlibat aktif dalam
pembelajaran. Pembelajaran lebih terpusat di siswa (student
center). Salah satu mata pelajaran intrakurikuler dalam
kurikulum merdeka adalah matematika. Salah satu ilmu yang
paling vital dalam semua aspek keberadaan manusia adalah
24

matematika. Salah satu disiplin ilmu yang diajarkan di sekolah,


matematika membantu pencapaian tujuan pendidikan nasional
dan mengembangkan manusia Indonesia yang produktif,
imajinatif, inovatif, dan afektif. Misalnya, fisika, kimia,
arsitektur, farmakologi, geografi, ekonomi, dan bidang studi
lainnya, siswa membutuhkan matematika untuk memenuhi
kebutuhan praktis, memecahkan masalah, dan memperoleh
pemahaman tentang mata pelajaran tersebut. Bahkan dengan
angka dan proses yang sangat mendasar, matematika digunakan
dalam aktivitas sehari-hari tanpa kita sadari. Karena siswa
sebelumnya sudah mengalami kecemasan, tidak mampu
belajar, dan tidak bisa menerima pelajaran dengan gembira,
akhirnya mereka menjadi malas belajar matematika. Hal inilah
yang menyebabkan masih banyak siswa yang beranggapan
bahwa matematika itu sulit. Oleh karena itu, guru harus
berinovasi di dalam kelas. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan pengetahuan siswa tentang topik matematika,
meningkatkan kebahagiaan dan kegembiraan mereka, membuat
mereka merasa nyaman, dan menghilangkan ketakutan yang
mungkin mereka miliki tentang belajar matematika.

Pengimplementasian kurikulum merdeka dalam


pembelajaran matematika harus memperhatikan karakteristik
materi dan siswanya. Konsep pembelajaran matematika yang
menyenangkan harus jadi pegangan guru. Sebaiknya siswa
diberikan kebebasan mengespresikan diri melalui program
pembelajaran mandiri. Kita sebagai guru harus memahami
keadaan siswa, bakat dan minatnya.
Pelaksanaan pembelajaran matematika di SMK Diponegoro
Banyuputih menerapkan pembelajaran yang beragam untuk
memecahkan masalah sesuai dengan kemampuan siswa. Hal ini
merupakan salah satu teknik untuk membuat pembelajaran
matematika menyenangkan dalam kurikulum merdeka.
Beberapa siswa memiliki preferensi untuk seni visual , audio,
atau audio visual. Misalnya, ketika belajar matematika dengan
operasi matematika, beberapa siswa dapat menjawab masalah
dengan menggunakan benda-benda nyata, sementara yang lain
lebih suka menggunakan gambar, dan yang lain lebih suka
berhitung. Siswa diberi kebebasan (kemandirian) untuk
mengekspresikan diri sesuai dengan kemampuannya dalam
25

program pembelajaran mandiri. Untuk mencapai tujuan belajar


mandiri, seorang guru harus benar-benar memahami keadaan
dan bakat siswa. Akan mudah untuk menggunakan model atau
strategi pembelajaran yang tepat untuk setiap siswa jika guru
sudah memiliki pemahaman yang baik tentang murid-
muridnya. Tujuan belajar mandiri akan tercapai jika
pendekatan dikembangkan dan siswa menikmatinya. Tidak
akan ada paksaan atau tekanan untuk belajar lagi karena siswa
akan menyukai sesuatu karena ia benar-benar menyukainya.

G. Analisis Persamaan, Perbedaan, dan Konten Kurikulum

Elemen Kurikulum 1994 KBK (2004) KTSP

Pengertian Kurikulum 1994 Kurikulum yang Kurikulum operasional


Kurikulum pada dasarnya dibuat menggunakan yang disusun,
sebagai kedekatan kompetensi dikembangkan dan
penyempurnaan yang menekankan pada dilaksanakan oleh setiap
kurikulum 1984 dan pemahaman, satuan pendidikan
dilaksanakan sesuai kemampuan, atau dengan memperhatikan
dengan Undang- kompetensi tertentu di standar kompetensi dan
Undang no. 2 tahun sekolah, yang berkaitan kompetensi dasar yang
1989 tentang Sistem dengan pekerjaan yang dikembangkan Badan
Pendidikan Nasional. ada di masyarakat. Standar Nasional
Pendidikan dan
berorinteasi pada
pengembangan individu.
Sistem Ceramah dengan Guru bukan satu- Menekankan pada
pembelajaran guru dipandang satunya sumber aktivitas siswa untuk
sebagai sumber pengetahuan dalam mencari dan
belajar dan artian siswa dapat menemukan sendiri
memperiotaskan belajar dari berbagai materi pelajaran melalui
26

aspek kognitif dan sumber serta lebih berbagai pendekatan,


lebih kepada menekankan terhadap dan juga pada kurikulum
pemahaman siswa kemampuan pemecahan ini menekankan kepada
tentang materi. masalah, dalam upaya aspek pengembangan
untuk mencapai minat dan bakat siswa.
kompetensi.
Pendekatan Pendekatan terhadap Pendekatan pada Pendekatan saintifik
isi/materi pelajaran pemahaman
kemampuan/kompetensi
tertentu
Standar isi Standar isi dirumuskan Standar isi dirumuskan
berdasarkan tujuan mata berdasarkan tujuan mata
pelajaran. pelajaran.
Evaluasi Menggunakan teknik Evaluasi dilakukan Menggunakan penilaian
paper dan pencil test terhadap informasi hasil kelas, tes kemampuan
pengukuran dan dasar, penilaian akhir
penilaian. dan penilaian program.
Silabus Disamakan dengan Silabus menjadi Untuk pengembangan
sekolah lain tanggung jawab guru silabus dapat dilakukan
oleh para guru secara
mandiri atau
berkelompok dalam
sebuah sekolah atau
beberapa sekolah,
elompok Musyawarah
Guru Mata
Pelajaran(MGMP) atau
Pusat Kegiatan Guru
(PKG), dan dinas
pendidikan.
Metode Keterampilan prosesTercipta metode Menggunakan metode
Pembelajaran pembelajaran PAKEM pembelajaran yang
(Pembelajaran Aktif, bervariasi agar siswa
kreatif, efektif, dan merasa tertarik untuk
menyenangkan) dan belajar.
CTL (Contekstual
Teacing Learning)
Standar Standar kompetensi Standar kompetensi Standar kompetensi
Kompetensi ditetapkan oleh diturunkan dari standar diturunkan dari standar
pemerintah pusat isi isi
27

sedangkan sekolah
dalam hal ini guru
dituntut untuk
mampu
mengembangkn
dalam bentuk silabus
dan penilainnya
dilakukan sesuai
dengan kondisi
sekolah.
28

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kurikulum adalah perangkat pengalaman belajar
yang akan didapat oleh peserta didik selama ia mengikuti
suatu proses pendidikan. Kurikulum dirancang untuk dapat
mencapai tujuan yang diharapkan. Keberhasilan dari suatu
kurikulum yang ingin dicapai sangat bergantung pada
faktor kemampuan yang dimiliki oleh seorang guru.
Artinya, guru adalah orang yang bertanggung jawab dalam
upaya mewujudkan segala sesuatu yang telah tertuang
dalam suatu kurikulum resmi.
Kurikulum mengalami perubahan sesuai dengan
perubahan zaman. Oleh sebab itu dari kurikulum 1994
hingga kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka
disesuaikan dengan kebutuhan zaman dan kebutuhan
kemampuan peserta didik untuk menghadapi tantangan
globalisasi.

B. SARAN
Adanya perubahan kurikulum yang terus bergilir
sesuai dengan kemajuan zaman, sebagai calon tenaga
pendidik sebaiknya kita memahami apa saja persamaan
maupun perbedaan antar kurikulum serta memahami isinya.
Hal ini bertujuan untuk mengurangi miskonsepsi guru
dalam menjalankan perannya.
29

DAFTAR PUSTAKA

Anarisa. (2020). KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI (KONSEP DAN IMPLEMENTASI) .


Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

Bradley Setiyadi, R. Y. (2020). Komponen Pengembangan Kurikulum. LIKHITAPRAJNA


Jurnal Ilmiah.

Darise, G. N. (2019). Implementasi Kurikulum 2013 Revisi Sebagai Solusi Alternatif


Pendidikan Di Indonesia Dalam Menghadapi Revolusi Industri 4.0 . Jurnal Ilmiah
Iqra’.

Fujiawati, F. S. (2016). PEMAHAMAN KONSEP KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN


DENGAN PETA KONSEP BAGI MAHASISWA PENDIDIKAN SENI . Jurnal Pendidikan
dan Kajian Seni .

Imron, M. (2018). PENGEMBANGAN KURIKULUM 1994. INTAJUNA: Jurnal Hasil


Penelitian .

Permendikbud. (2013). Kurikulum 2013. Jurnal Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan


dan Kebudayaan Republik Indonesia No.65, hal 21 Tentang Standart Proses
Pendidikan Dasar dan Menengah. .

Prof. Dr. H. Soedijarto,   Drs. Thamrin, M.,   Brs. Benny Karyadi, M., Dr. Siskandar, M., &


Dr. Sumiyati, M. (2010). Sejarah Pusat Kurikulum. Jakarta: PUSAT KURIKULUM 
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL.

Sugiyono, A. M. (2006). Keterlaksanaan Kurikulum 2004 pada Bidang Studi Matematika


SMP di Kabupaten Bantul Ditinjau dari Aspek Pembelajaran dan Penilaiannya .
Seminar Nasional MIPA 2006 .

Sumarsih, I., Marliyani, T., Hadiyansah, Y., A. H., & Prihantini. (2022). Analisis
Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah Penggerak Sekolah Dasar . JURNAL
BASICEDU .

Yusuf, W. F. (2018). Implementasi Kurikulum 2013 (K13) Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam Sekolah Dasar (SD). Jurnal Al-Murabbi.

Anda mungkin juga menyukai