Anda di halaman 1dari 16

Konsep dan Penerapan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dalam

Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM)

MAKALAH

Dosen Pengampu :

Dr. Saepudin Mashuri, S.Ag., M.Pd.I.

Di susun oleh kelompok 1:

Moh Iyadz Kumape 211010068

Hulwah Qurratu Aini 211010070

Achmad Dirham 211010080

Ita Nur Aini 211010081

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI DATOKARAMA PALU

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah yang telah memberi kepada kita
begitu banyak nikmat yang tak terhingga di setiap harinya dan memberikan
kemampuan kepada kami. Sehingga makalah dengan judul “Konsep dan
Penerapan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dalam Implementasi
Kurikulum Merdeka (IKM)” dapat terselesaikan.

Harapan kami semoga dengan adanya malakah ini maka kita sama-sama
bisa meningkatkan pengertahuan dan wawasan dan dapat menjadi alasan kita
dalam berperiaku serta berakhlak mulia.

Kami menyadari dalam makalah kami ini masih banyak terdapat


kesalahan, maka dari itu kami mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberi masukan atau kritikan yang membangun agar kedepannya kami dapat
membuat makalah yang lebih baik dan sesuai dengan pedoman penulisan karya
ilmiah yang ada di UIN datokarama palu.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………..…………….
1
A. Latar belakang………………………………………………………………….
1
B. Rumusan masalah……………………………………………………………....
1
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………....…
2
A. Kebijakan pemerintah terkait kurikulum merdeka……………………………..
2
B. Pendekatan pembelajaran berdiferensiasi…………………………………..…. 3
C. Pengertian implentasi kurikulum merdeka……………………………………..
5
D. Konsep dan penerapan pendekatam pembelajaran berdiferensiasi dalam IKM..
7
E. Kelebihan dan kekurangan pendekaran berdiferensiasi……….………………..
9
BAB III PENUTUP…………………………………………………………..…
12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...
13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Mengutip laman Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan


Teknologi (Kemendikbudristek), Kurikulum Merdeka adalah kurikulum dengan
pembelajaran intrakurikuler yang beragam. Di mana konten pembelajaran akan
lebih optimal agar peserta didik memiliki cukup waktu untuk mendalami konsep
dan menguatkan kompetensi. Di sisi lain, guru memiliki keleluasaan untuk
memilih berbagai perangkat ajarnya. Sehingga, pembelajaran dapat disesuaikan
dengan kebutuhan belajar dan minat peserta didik. Mulai tahun 2022/2023, satuan
pendidikan dapat memilih untuk mengimplementasikan kurikulum berdasarkan
kesiapan masing-masing. Mulai dari TK B, Kelas I, Kelas IV, VII, dan X.
kurikulum merdeka menekankan pada skill atau keterampilan peserta didik untuk
kemudian dikembangkan dengan berbagai model pembelajaran agar skill yang
peserta didik miliki berkembang serta dapat berguna dalam dunia pekerjaan.
Pembelajaran melalui kegiatan proyek memberikan kesempatan lebih luas kepada
peserta didik untuk secara aktif mengeksplorasi isu-isu aktual misalnya isu
lingkungan, kesehatan, dan lainnya. Sehingga, dapat mendukung pengembangan
karakter dan kompetensi Profil Pelajar Pancasila.

B. Rumusan masalah

1. Apa saja kebijakan pemerintah terkait kurikulum merdeka?


2. Apa itu pendekatan pembelajaran berdiferensiasi?
3. Jelaskan pengertian IKM?
4. Bagaimana konsep dan penerapan pendekatan pembelajaran
berdeferensiasi dalam IKM?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan pendekatan pembelajaran
berdiferensiasi?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebijakan pemerintah terkait kurikulum merdeka

Implementasi Kurikulum Merdeka untuk pemulihan pembelajaran dilakukan


berdasarkan kebijakan-kebijakan berikut ini:
1. Permendikbudristek No. 5 Tahun 2022:
Standar Kompetensi Lulusan pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah. Standar kompetensi lulusan
merupakan kriteria minimal tentang kesatuan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan yang menunjukkan capaian kemampuan peserta didik dari hasil
pembelajarannya pada akhir jenjang pendidikan. SKL menjadi acuan untuk
Kurikulum 2013, Kurikulum darurat dan Kurikulum Merdeka.

2. Permendikbudristek No. 7 Tahun 2022:


Standar Isi pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan
Pendidikan Menengah. Standar isi dikembangkan melalui perumusan ruang
lingkup materi yang sesuai dengan kompetensi lulusan. Ruang lingkup materi
merupakan bahan kajian dalam muatan pembelajaran yang dirumuskan
berdasarkan: 1) muatan wajib sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan; 2) konsep keilmuan; dan 3) jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
Standar isi menjadi acuan untuk Kurikulum 2013, Kurikulum darurat dan
Kurikulum Merdeka.

3. Permendikbudristek No. 56 Tahun 2022:


Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran. Memuat
tiga opsi kurikulum yang dapat digunakan di satuan pendidikan dalam rangka
pemulihan pembelajaran beserta struktur Kurikulum Merdeka, aturan terkait
pembelajaran dan asesmen, serta beban kerja guru.

4. Keputusan Kepala BSKAP No.008/H/KR/2022 Tahun 2022:

2
Capaian Pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan
Dasar, dan Pendidikan Menengah, pada Kurikulum Merdeka. Memuat Capaian
Pembelajaran untuk semua jenjang dan mata pelajaran dalam struktur Kurikulum
Merdeka.

5. Keputusan Kepala BSKAP No.009/H/KR/2022 Tahun 2022:


Dimensi, Elemen, dan Sub Elemen Profil Pelajar Pancasila pada Kurikulum
Merdeka. Memuat penjelasan dan tahap-tahap perkembangan profil pelajar
Pancasila yang dapat digunakan terutama untuk projek penguatan pelajar
Pancasila.

B. Pendekatan pembelajaran berdiferensiasi

Diferensiasi adalah suatu proses atau bentuk aplikasi yang membedakan satu
hal dari hal lainnya. Dalam konteks pendidikan, diferensiasi dalam pembelajaran
mengacu pada membawa perbedaan dalam pengajaran di kelas agar dapat
menangani kebutuhan belajar yang berbeda-beda dari masing-masing siswa.
Diferensiasi dapat mencakup penggunaan alat bantu pembelajaran yang berbeda,
materi pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa, serta
penekanan pada metode pengajar yang berbeda sesuai dengan gaya belajar siswa.
Tujuan dari diferensiasi adalah untuk menciptakan lingkungan belajar yang dapat
memenuhi kebutuhan belajar masing-masing siswa secara individu, dan
meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

Pendekatan pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu pendekatan dalam


pembelajaran yang mengakomodasi kebutuhan belajar siswa-siswa secara
individual dan memperhatikan perbedaan pengalaman, kemampuan, minat, dan
gaya belajar siswa. Hal ini dilakukan dengan cara menyusun rencana
pembelajaran yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan individual siswa. Pada
dasarnya, pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan setiap guru untuk bertemu
dan berinteraksi dengan siswa pada tingkat yang sebanding dengan tingkat
pengetahuan mereka untuk kemudian menyiapkan preferensi belajar mereka.

3
Penting untuk dicatat, bahwa beberapa siswa pasti memiliki tingkat
pengetahuan yang baik tentang suatu topik belajar tertentu, sedangkan siswa yang
lain tidak karena siswa tersebut memiliki pengetahuan yang sama sekali baru
dengan topik tersebut. Selain itu, beberapa orang siswa juga memiliki kemampuan
pemahaman yang lebih baik dan lebih cepat jika ia mendengarkan penjelasan
gurunya secara langsung atau melalui audio, sedangkan beberapa orang siswa lagi
dapat belajar secara efektif apabila ia berpartisipasi aktif dalam proses
pembelajaran, dan beberapa orang siswa lainnya harus menghabiskan waktunya
untuk membaca sendiri guna mendapatkan pengetahuan secara utuh dan lebih
lengkap. Selain itu, kita juga mungkin memiliki anak-anak yang senang belajar
dan berkolaborasi dalam sebuah kelompok kecil, sementara beberapa anak lainnya
lebih suka belajar secara mandiri. Untuk itulah maka pembelajaran berdiferensiasi
ini memiliki tujuan untuk menciptakan kesetaraan belajar bagi semua siswa dan
menjembatani kesenjangan belajar antara yang berprestasi dengan yang tidak
berprestasi. Singkatnya, pembelajaran berdiferensiasi adalah proses pembelajaran
yang dibuat sedemikian rupa sehingga siswa merasa tertantang untuk belajar.

Contohnya yaitu seperti ketika Anda ingin mengajarkan pelajaran


Matematika, Anda bisa meminta siswa untuk mencari benda-benda di sekitar
mereka yang berbentuk simetri dan membawa benda-benda tersebut ke sekolah.
Setelah siswa telah membawa benda-bendanya masing-masing, Anda dapat
menunjuk beberapa siswa untuk memberikan penjelasan tentang benda yang
mereka bawa ke sekolah. Mintalah penjelasan atau alasan mengapa siswa
membawa benda tersebut ke sekolah.

Dengan diterapkannya model pembelajaran berdiferensiasi di kelas, setiap siswa


akan merasa disambut dengan baik oleh guru. Bisa dikatakan bahwa setiap siswa
dengan karakteristik yang berbeda-beda memiliki potensi yang sama untuk
menjadipusat dan merasa dihargai. Dengan begitu, mereka akan memiliki harapan
terhadap meningkatkan kemampuan akademik.1

1
Marlina. Panduan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdiferensiasi di Sekolah
Inklusif.(Jakarta, 2019) 1–58.

4
C. Pengertian Implementasi Kurikulum Merdeka (IKM)

Merdeka Belajar merupakan program kebijakan baru Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang
dicanangkan oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet
Indonesia Maju Nadiem A Karim. Esensi kemerdekaan berfikir menurut Bapak
Menteri harus didahului oleh para guru sebelum mereka mengajarkannya pada
siswa-siswi. Menurut Bapak Nadiem menyebutkan dalam kompetensi guru level
apapun, tanpa ada proses penerjemahan dari kompetensi dasar dan kurikulum
yang ada, maka tidak akan pernah ada pembelajaran terjadi.

Sistem pengajaran akan berubah dari yang awalnya bernuansa di dalam


kelas dapat berdiskusi menjadi di luar kelas pada tahun yang akan datang. Murid
dapat berdiskusi lebih dengan guru sehingga nuansa pembelajaran akan lebih
nyaman, belajar denga outing class, dan tidak hanya guru saja yang menjelaskan,
tetapi lebih membentuk karakter peserta didik yang berani, mandiri, cerdik dalam
bergaul, beradap, sopan, berkompetensi, dan tidak hanya mengandalkan sistem
rangking yang menurut beberapa survei hanya meresahkan anak dan orang tua
saja. Sebenarnya setiap anak memikili bakat dan kecerdasannya dalam bidang
masing-masing, sehingga akan terbentuk para pelajar yang siap kerja dan
kompeten, serta berbudi luhur di lingkungan masyarakat (Widya,2020).

Nadiem A Karim membuat kebijakan merdeka belajar bukan tanpa alasan.


Pasalnya, penelitian Programme for Internasional Student Assesment (PISA)
tahun 2019 menunjukkan hasil penilaian pada siswa Indonesia hanya menduduki

5
posisi keenam dari bawah untuk bidang matematika dan literasi, Indonesia
menduduki posisi ke 74 dari 79 Negara.

Menyikapi hal itu, Nadiem pun membuat gebrakan penilaian dalam kemampuan
minimum, meliputi literasi, numerasi, dan kurvei karakter. Literasi bukan hanya
mengukur kemampuan menganalisis isi bacaan beserta memahami konsep
dibaliknya. Untuk kemampuan numerasi, yang dinilai bukan pelajaran
matematika, tetapi penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menerapkan
konsep numerik dalam kehidupan nyata.

Konsep Merdeka Belajar ala Nadienm A Karim terdorong karena


keinginannya menciptakan suasana belajar yang bahagia tanpa dibebani dengan
pencapaian skor atau nilai tertentu. Pokok-pokok kebijakan Kemendikbud RI 73
tertuang dalam paparan Mendikbud RI di hadapan para dinas pendidikan provinsi,
kabupaten/kota se-Indonesia, Jakarta pada 11 Desember 2019.2

Ada 4 pokok kebijakan baru Kemendikbud RI, yaitu:

a. Ujian Nasional (UN) akan digantikan oleh Assesment Kompetensi Minimum


dan Survei Karakter. Asssesment ini menekankan kemampuan penalaran literasi
dan numerik yang didasarkan pada praktik terbaik tes PISA. Hasilnya diharapkan
menjadi masukan bagi sekolah untuk memperbaiki proses pembelajaran
selanjutnya sebelum peserta didik menyelesaikan pendidikannya.

b. Ujian Sekolah Bersatandar Nasional (USBN) akan diserah kepada sekolah.


Menurut Kemendikbud, sekolah diberi keleluasan dalam menentukan bentuk
penilaian, seperti portofolio, karya tulis, atau bentuk penugasan lainnya.

c. Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP cukup dibuat


satu lembar saja, menurut Nadiem A Karim. Melalui penyederhanaan
administrasi, diharapkan waktu guru dalam pembuatan administrasi dapat
dialihkan untuk kegiatan pembelajaran dan pemingkatan kompetensi.

2
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. (2022). Kurikulum
Merdeka sebagai opsi satuan Pendidikan dalam rangka pemulihan pembelajaran tahun. 2022 s.d.
2024. https://kurikulum-demo.simpkb.id/detail-ikm/

6
d. Dalam penerimaan peserta didik baru (PBDB), sistem zonasi diperluas (tidak
termasuk daerah 3T). bagi peserta didik yang melaui jalur afirmasi dan prestasi,
diberikan kesempatan yang lebih banyak dari sistem PPDB. Pemerintah daerah
diberikan kewenangan secara teknis untuk menentukan daerah zonasi ini.

D. Konsep dan penerapan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dalam


IKM

Dalam implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), pendekatan pembelajaran


berdiferensiasi sangat relevan dilakukan karena di dalam kurikulum terdapat
pengakuan terhadap keberagaman siswa dan perbedaan kondisi belajar di masing-
masing sekolah. Oleh karena itu, penerapan pendekatan pembelajaran
berdiferensiasi harus dilakukan agar sesuai dengan tujuan dari IKM yang
diterapkan.

Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi dalam IKM,


diharapkan setiap siswa dapat merasakan kesenangan belajar dan mencapai
prestasi yang maksimal sesuai dengan kemampuan masing-masing. Hal ini akan
meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih baik dan berkesinambungan untuk
masa depan generasi bangsa. Penerapan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi
dalam IKM perlu didukung dengan perangkat lunak atau software yang mampu
membagi materi pembelajaran dengan berdasarkan tingkat kemampuan siswa
serta memberikan feedback atau umpan balik yang tepat waktu. Dalam hal ini,
penggunaan teknologi informasi dapat memudahkan proses penerapan pendekatan
pembelajaran berdiferensiasi dalam IKM.3

Beberapa konsep yang harus diperhatikan dalam penerapan pendekatan


pembelajaran berdiferensiasi dalam IKM antara lain:

1. Mengetahui kebutuhan belajar siswa secara individual, seperti minat, gaya


belajar, kemampuan, dan pengalaman. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan
observasi, wawancara, dan tes kemampuan belajar.

3
A. Faiz, A. Pratama, and I. Kurniawaty, “Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Program
Guru Penggerak pada Modul 2.1,” J. Basicedu, vol. 6, no. 2, pp. 2846–2853, 2022.

7
2. Menentukan strategi pembelajaran yang tepat untuk memenuhi kebutuhan
belajar siswa. Strategi pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan belajar siswa,
seperti memberikan tugas berbeda-beda, menghadirkan pembelajaran yang
dikemukakan guru dengan cara yang berbeda, atau memanfaatkan teknologi.

3. Menyiapkan materi pembelajaran dalam bentuk materi pelajaran, soal ujian,


dan kuis yang beragam sesuai dengan kemampuan dan minat siswa.

4. Menggunakan metode pembelajaran yang inovatif dan kreatif seperti


pembelajaran berbasis proyek, teknologi, dan pembelajaran outdoor.

Implementasi IKM menekankan pada pengembangan kompetensi siswa


melalui pembelajaran yang lebih menarik, bermakna, dan menyenangkan. Oleh
karena itu, pembelajaran berdiferensiasi merupakan pendekatan yang sangat
sesuai dalam implementasi kurikulum merdeka. Berikut adalah beberapa cara
penerapan pembelajaran berdiferensiasi dalam implementasi IKM:

a. Evaluasi Awal

Guru dapat melakukan evaluasi awal untuk mengidentifikasi kemampuan dan


kebutuhan siswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara pemberian pretest atau
observasi kelas. Evaluasi awal dapat membantu guru dalam merancang
pembelajaran yang lebih sesuai dengan karakteristik siswa.

b. Pengaturan Kelompok Belajar

Setelah melakukan evaluasi awal, guru dapat mengatur siswa dalam kelompok
belajar yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan mereka. Kelompok belajar
dapat dirancang berdasarkan kemampuan akademik, minat, gaya belajar, atau
karakteristik lainnya. Dalam kelompok belajar, siswa dapat bekerja sama dan
membantu satu sama lain dalam memahami materi pembelajaran.

c. Materi Pembelajaran yang Berbeda

Dalam pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat mengadaptasi materi


pembelajaran agar sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa. Guru dapat

8
menyajikan materi yang lebih sederhana untuk siswa dengan kemampuan yang
lebih rendah, atau materi yang lebih kompleks untuk siswa dengan kemampuan
yang lebih tinggi. Selain itu, guru juga dapat menyesuaikan metode dan strategi
pembelajaran yang lebih cocok dengan setiap siswa.

d. Pendekatan Inklusif

Pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan kesetaraan dalam pendidikan


melalui pendekatan inklusif. Sebagai contoh, guru dapat memfasilitasi
pembelajaran kelompok heterogen yang mencakup siswa dengan beragam
kemampuan dan kebutuhan. Hal ini dapat membantu meningkatkan partisipasi
siswa dalam pembelajaran dan menciptakan lingkungan pembelajaran yang
inklusif.4

Dalam keseluruhan, pembelajaran berdiferensiasi adalah pendekatan


pembelajaran yang sangat sesuai dalam implementasi kurikulum merdeka.
Pembelajaran berdiferensiasi dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan
membantu siswa mencapai potensi belajarnya. Oleh karena itu, guru perlu
mengembangkan kemampuan untuk melakukan pembelajaran berdiferensiasi agar
dapat memberikan pengalaman belajar yang efektif dan bermakna kepada siswa
dalam implementasi IKM.

E. Kelebihan dan kekurangan pendekatan berdiferensiasi

Di bawah ini adalah beberapa manfaat dari implementasi pembelajaran


berdiferensiasi bagi siswa, yaitu:

1. Pertumbuhan yang sama bagi semua siswa


Pada prinsipnya, pembelajaran berdiferensiasi diadopsi untuk mendukung
setiap siswa dalam perjalanan belajar mereka. Metode ini adalah cara
untuk menjangkau dan mempengaruhi setiap siswa di semua tingkatan.
Oleh karena itu, secara individu, seorang guru harus dapat meningkatkan

4
Y. Ratnasari, “Saintific Approach for Gifted Children and Underachievement to
Curriculum 2013 Implementation,” in International Seminar on Special Education for Southeast
Asia Region: 5th Series 5, 2015.

9
minat siswa dalam proses belajar dan mengarahkan mereka untuk
mewujudkan potensi belajar mereka secara optimal.
2. Pembelajaran yang menyenangkan
Ketika guru mengadopsi serangkaian strategi pembelajaran yang selaras
dengan tipe belajar siswa, maka siswa akan merasakan betapa belajar itu
terasa mudah dan menyenangkan.
3. Pembelajaran yang dipersonalisasi
Pembelajaran berdiferensiasi ini adalah pembelajaran yang berpusat pada
siswa. Guru hanya mengembangkan pelajaran mereka berdasarkan tingkat
pengetahuan, preferensi belajar, dan minat siswa.

Manfaat pembelajaran berdiferensiasi sudah sangat jelas, tetapi ada beberapa


tantangan yang terkait dengan pembelajaran ini, yaitu:

a) Faktor waktu
Meskipun pembelajaran berdiferensiasi adalah cara yang menyenangkan
untuk mengajar, namun hampir dipastikan para guru tidak memiliki waktu
yang cukup untuk fokus pada setiap siswa secara individual. Hal ini
dikarenakan setiap sekolah sudah mengalokasikan waktu untuk setiap guru
dan mata pelajarannya masing-masing. Dan untuk itu, sangat mungkin
bagi guru untuk tidak memiliki waktu yang cukup guna menilai tingkat
pengetahuan siswa atau mengelompokkannya sesuai dengan pengetahuan
dan preferensi belajar masing-masing siswa.
b) Tekanan tinggi
Implementasi pembelajaran berdiferensiasi ini melibatkan banyak proses,
mulai dari pra-penilaian hingga penilaian berkelanjutan, mulai dari
perencanaan konten hingga proses pengajaran, dan lain-lain. Hal ini tentu
saja dapat membuat guru merasa kewalahan. Selain itu, guru juga harus
melayani para siswa baik secara individual maupun kelompok. Kondisi
seperti ini tidak mungkin dilakukan oleh guru dengan jumlah siswa yang
begitu banyak di kelasnya.

10
c) Biaya tinggi
Untuk memfasilitasi pembelajaran berdiferensiasi, sekolah harus memiliki
akses ke berbagai sumber daya dan bahan ajar untuk mendukung
pembelajaran setiap siswanya. Selain itu, sekolah juga harus menyediakan
materi pelajaran untuk setiap topik. Jelas hal ini tentu akan membutuhkan
dukungan keuangan secara berkelanjutan yang mungkin tidak dapat
dipenuhi semua oleh banyak sekolah.

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran.


Memuat tiga opsi kurikulum yang dapat digunakan di satuan pendidikan
dalam rangka pemulihan pembelajaran beserta struktur Kurikulum
Merdeka, aturan terkait pembelajaran dan asesmen, serta beban kerja
guru.
2. Pendekatan pembelajaran berdiferensiasi adalah suatu pendekatan dalam
pembelajaran yang mengakomodasi kebutuhan belajar siswa-siswa secara
individual dan memperhatikan perbedaan pengalaman, kemampuan, minat,
dan gaya belajar siswa.
3. Merdeka Belajar merupakan program kebijakan baru Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) yang
dicanangkan oleh Bapak Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Kabinet
Indonesia Maju Nadiem A Karim. Esensi kemerdekaan berfikir menurut
Bapak Menteri harus didahului oleh para guru sebelum mereka
mengajarkannya pada siswa-siswi
4. Dalam implementasi Kurikulum Merdeka (IKM), pendekatan
pembelajaran berdiferensiasi sangat relevan dilakukan karena di dalam
kurikulum terdapat pengakuan terhadap keberagaman siswa dan perbedaan
kondisi belajar di masing-masing sekolah. Oleh karena itu, penerapan
pendekatan pembelajaran berdiferensiasi harus dilakukan agar sesuai
dengan tujuan dari IKM yang diterapkan.
5. Manfaat : Pertumbuhan yang sama bagi semua siswa, Pembelajaran yang
menyenangkan, Pembelajaran yang dipersonalisasi
Kekurangan : Faktor waktu, Tekanan tinggi, Biaya tinggi

12
DAFTAR PUSTAKA

A. Faiz, A. Pratama, and I. Kurniawaty, “Pembelajaran Berdiferensiasi


dalam Program Guru Penggerak pada Modul 2.1,” J. Basicedu, vol. 6, no. 2, pp.
2846–2853, 2022.
Marlina. Panduan Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdiferensiasi di
Sekolah Inklusif.(Jakarta, 2019) 1–58.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. (2022).


Kurikulum Merdeka sebagai opsi satuan Pendidikan dalam rangka pemulihan
pembelajaran tahun. 2022 s.d. 2024. https://kurikulum-demo.simpkb.id/detail-
ikm/
Y. Ratnasari, “Saintific Approach for Gifted Children and
Underachievement to Curriculum 2013 Implementation,” in International
Seminar on Special Education for Southeast Asia Region: 5th Series 5, 2015.

13

Anda mungkin juga menyukai