Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Model, kelebihan, kekurangan dan kategori kurikulum ABK


dalam teknik inklusif”
Mata Kuliah: Pendidikan Inklusif

Disusun oleh:

KELOMPOK 4
M21.8

1. Siti Salsabila Tirana 210407502127


2. Nurul Annisa Ramadhani 210407562024
3. Asmelinda 210407500058
4. Armaeni Maulidia Mustafa 210407500055

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2022/2023
Jalan Tamalate I Tidung, Makassar KP. 90222
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah ini berjudul “Model, kelebihan, kekurangan dan kategori


kurikulum ABK dalam teknik inklusif”. Makalah ini berisikan uraian mengenai
model-model pengembangan kurikulum inklusif ,kelebihan dan kekurangan dari
model pengembangan kurikulum serta kategori kurikulum dari ABK dalam
teknik inklusif.

Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari masih banyak


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dan mendidik untuk perbaikan
selanjutnya.Walaupun demikian penulis tetap berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi semua yang membacanya. Terima kasih.

Makassar, 20 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................

A. Latar Belakang.........................................................................................
B. Rumusan Masalah....................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................

A. Pengertian Pengembangan Kurikulum....................................................


B. Model Pengembangan Kurikulum Inklusif.............................................
C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pengembangan
Kurikulum Inklusif.................................................................................
D. Kategori Kurikulum dari ABK Dalam Teknik Inklusif..........................

BAB III PENUTUP...........................................................................................

A. Kesimpulan.............................................................................................
B. Saran.......................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperluka dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan menjadi
investasi paling strategis di masa depan. Pendidikan yang diharapkan
mengubah bangsa yang berkembang ini menjadi bangsa yang maju dengan
inovasi ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir.
Pendidikan inklusi merupakan suatu pendidikan yang inovatif dan strategis
untuk memperluas akses pendidikan bagi semua anak berkebutuhan khusus.
Sehingga anak berkebutuhan khusus juga mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan. Di Indonesia, inklusi memberi kesempatan kepada
anak berkebutuhan khusus dan anak-anak lain yang selama ini tidak bisa
mengenyam pendidikan karena berbagai hal yang menghambat mereka untuk
memperoleh kesempatan bersekolah, seperti letak sekolah yang terlalu jauh
dari rumah, harus bekerja membantu orang tua mereka, dan sebab –sebab
lainnya, sehingga diperlukan adanya sekolah inklusi.
Kurikulum merupakan komponen yang tidak bisa terlepas dari peran
sekolah untuk mencapai suatu tujuan yang berguna bagi peserta didik. Secara
singkat kurikulum adalah suatu perangkat yang menunjang bahan ajar pada
mata pelajaran di sekolah. Namun,Pengertian Kurikulum Menurut UU No. 20
Tahun 2003: Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional.
Adapun peran lain dari kurikulum, sebagai pedoman bagi para guru
untuk mengukur ketercapaian tujuan dari proses pembelajaran yang telah
ditempuh oleh peserta didik. Oleh sebab itu kami membahas permasalahan
mengenai kurikulum ini untuk mengetahui dan memahami tentang
permasalahan kurikulum serta memberi wawasan baru untuk menjadi bekal
dimasa depan untuk masuk dunia pendidikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengembangan kurikulum
2. Bagaimana model pengembangan kurikulum inklusif
3. Apa kelebihan dan kelemahan model pengembangan kurikulum inklusif
4. Bagaimana kategori kurikulum ABK dalam teknik inklusif
C. Tujuan
Adapun tujuan dan manfaat yang ingin diperoleh dari penyusunan
makalah ini ialah antara lain :
1. Mahasiswa dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksud dengan
pengembangan kurikulum.
2. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja jenis model pengembangan
kurikulum inklusif.
3. Mahasiswa dapat mengetahui kelebihan model pengembangan kurikulum
inklusif.
4. Mahasiswa dapat mengetahui kelemahan model pengembangan kurikulum
inklusif.
5. Mahasiswa dapat mengkategorikan kurikulum ABK dalam teknik inklusif.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pengembangan Kurikulum

Pengembangan kurikulum adalah proses perencanaan dan penyusunan


kurikulum oleh pengembang kurikulum (curriculum developer) dan kegiatan
yang dilakukan agar kurikulum yang dihasilkan dapat menjadi bahan ajar dan
acuan yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Definisi
yang dikemukakan terdahulu menggambarkan pengerian yang membedakan
antara apa yang direncanakan (kurikulum) dengan apa yang sesungguhnya
terjadi di kelas (instruction/pengajaran). Memang banyak ahli kurikulum yang
menentang pemisahan ini, tetapi banyak pula yang menganut pendapat adanya
perbedaan antara keduanya. Kelompok yang menyetujui pemisahan itu
beranggapan bahwa kurikulum adalah rencana yang mungkin saja terlaksana
tapi mungkin juga tidak, sedangkan apa yang terjadi di sekolah /kelas adalah
sesuatu yang benar – benar terjadi yang mungkin berdasarkan rencana tetapi
mungkin juga berbeda atau bahkan menyimpang dari apa yang direncanakan.
Perbedaan titik pandang ini tidak sama dengan perbedaan cara pandang antara
kelompok ahli kurikulum dan ahli pengajaran. Baik ahli kurikulum maupun
ahli pengajaran mempelajari fenomena kegiatan kelas, tetapi dengan latar
belajang teoretis dan tujuan yang berbeda. Sementara itu, Unruh dan Unruh
(1984: 97) mengatakan bahwa proses pengembangan kurikulum adalah “a
complex process of assessing needs, identifying desired learning outcomes,
preparing for instruction to achieve the outcomes, and meeting the cultural,
social, and personal needs that the curriculum is to serve.”

Kurikulum, sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi


yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada
kurikulum. Begitu pentingnya kurikulum sebagai sentra kegiatan pendidikan
maka harus benar-benar dikembangkan. Pengembangan kurikulum dilakukan
karena sifat kurikulum yang dinamis, selalu berubah, menyesuaikan diri
dengan kebutuhan mereka yang belajar.Disamping itu, masyarakat dan mereka
yang belajar mengalami perubahan maka langkah awal dalam perumusan
kurikulum ialah penyelidikan mengenai situasi (situation analysis) yang kita
hadapi, termasuk situasi lingkungan belajar dalam artian menyeluruh, situasi
peserta didik, dan para calon pengajar yang diharapkan melaksanakan kegiatan.

B. Model Pengembangan Kurikulum Inklusif

Model Kurikulum Pendidikan Inklusif

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) perlu memerlukan pelayanan


pendidikan secara khusus. Hal ini dikarenakan mengingat mereka memiliki
hambatan internal antara lain fisik, kognitif dan sosial emosional. Pendidikan
bagi anak tersebut dapat di lakukan baik dalam system segregatif di sekolah
luar biasa (SLB) maupun system inklusif pada sekolah umum atau regular yang
menyelenggarakan pendidikan inklusif.

Kategori ABK disini adalah peserta didik yang mengalami hambatan


visual impairments, hearing impairment, mental retardation, physical and
health disabilities, communication disorders, slow learner, learning disabilities,
gifted and talented, ADHD, autis dan multiply handicapped.

Pendidikan inklusif memiliki ciri-ciri antara lain:

1. ABK belajar bersama-sama dengan anak rata-rata lainnya


2. Setiap anak memperoleh layanan pendidikan yang layak, menantang dan
bermutu
3. Setiap anak memperoleh layanan pendidikan sesuai dengan kemampuan dan
kebutuhannya
4. Sistem pendidikan menyesuaikan dengan kondisi anak.

Pendidikan inklusif memiliki keuntungan antara lain:

1. Dapat memenuhi hak pendidikan bagi semua orang (education for all);
2. Mendukung proses wajib belajar;
3. Pembelajaran emosi-sosial bagi ABK;
4. Pembelajaran emosi-sosial-spiritual bagi anak rerata lainnya;
5. Pendidikan ABK lebih efisien.

Dalam pembelajaran inklusif, model kurikulum bagi ABK dapat


dikelompokan menjadi empat, yakni:

1. Duplikasi Kurikulum
Yakni ABK menggunakan kurikulum yang tingkat kesulitannya sama
dengan siswa rata-rata atau regular. Model kurikulum ini cocok untuk
peserta didik tunanetra, tunarungu wicara, tunadaksa, dan tunalaras.
Alasannya peserta didik tersebut tidak mengalami hambatan intelegensi.
Namun demikian perlu memodifikasi proses, yakni peserta didik tunanetra
menggunkan huruf Braille, dan tunarungu wicara menggunakan bahasa
isyarat dalam penyampaiannya.
2. Modifikasi Kurikulum
Yakni kurikulum siswa rata-rata atau regular disesuaikan dengan
kebutuhan dan kemampuan atau potensi ABK. Modifikasi kurikulum ke
bawah diberikan kepada peserta didik tunagrahita dan modifikasi
kurikulum ke atas (eskalasi) untuk peserta didik gifted and talented.
3. Substitusi Kurikulum
Yakni beberapa bagian kurikulum anak rata-rata ditiadakan dan diganti
dengan yang kurang lebih setara. Model kurikulum ini untuk ABK dengan
melihat situasi dan kondisinya.
4. Omisi Kurikulum
Yaitu bagian dari kurikulum umum untuk mata pelajaran tertentu
ditiadakan total, karena tidak memungkinkan bagi ABK untuk dapat
berfikir setara dengan anak rata-rata.

Model Pendidikan Inklusif

Pendidikan inklusif pada dasarnya memiliki dua model. Pertama yaitu


model inklusi penuh (full inclusion). Model ini menyertakan peserta didik
berkebutuhan khusus untuk menerima pembelajaran individual dalam kelas
reguler.Kedua yaitu model inklusif parsial (partial inclusion). Model parsial ini
mengikutsertakan peserta didik berkebutuhan khusus dalam sebagian
pembelajaran yang berlangsung di kelas reguler dan sebagian lagi dalam kelas-
kelas pull out dengan bantuan guru pendamping khusus.

Model lain misalnya dikemukakan oleh Brent Hardin dan Marie Hardin.
Brent dan Maria mengemukakan model pendidikan inklusif yang mereka sebut
inklusif terbalik (reverse inclusive). Dalam model ini, peserta didik normal
dimasukkan ke dalam kelas yang berisi peserta didik berkebutuhan khusus.
Model ini berkebalikan dengan model yang pada umumnya memasukkan
peserta didik berkebutuhan khusus ke dalam kelas yang berisi peserta didik
normal.

Model inklusif terbalik agaknya menjadi model yang kurang lazim


dilaksanakan. Model ini mengandaikan peserta didik berkebutuhan khusus
sebagai peserta didik dengan jumlah yang lebih banyak dari peserta didik
normal. Dengan pengandaian demikian seolah sekolah untuk anak
berkebutuhan khusus secara kuantitas lebih banyak dari sekolah untuk peserta
didik normal, atau bisa juga tidak. Model pendidikan inklusif seperti apapun
tampaknya tidak menjadi persoalan berarti sepanjang mengacu kepada konsep
dasar pendidikan inklusif.

Model pendidikan inklusif yang diselenggarakan pemerintah Indonesia


yaitu model pendidikan inklusif moderat. Pendidikan inklusif moderat yang
dimaksud yaitu:Pendidikan inklusif yang memadukan antara terpadu dan
inklusi penuh. Model moderat ini dikenal dengan model mainstreaming.

Model pendidikan mainstreaming merupakan model yang memadukan


antara pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (Sekolah Luar Biasa)
dengan pendidikan reguler. Peserta didik berkebutuhan khusus digabungkan ke
dalam kelas reguler hanya untuk beberapa waktu saja.

Filosofinya tetap pendidikan inklusif, tetapi dalam praktiknya anak


berkebutuhan khusus disediakan berbagai alternatif layanan sesuai dengan
kemampuan dan kebutuhannya. Anak berkebutuhan khusus dapat berpindah
dari satu bentuk layanan ke bentuk layanan yang lain, seperti:

1. Bentuk kelas reguler penuh


Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) sepanjang
hari di kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama.
2. Bentuk kelas reguler dengan cluster
Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) di kelas
reguler dalam kelompok khusus.
3. Bentuk kelas reguler dengan pull out
Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) di kelas
reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas reguler ke
ruang sumber untuk belajar dengan guru pembimbing khusus.
4. Bentuk kelas reguler dengan cluster dan pull out
Anak berkebutuhan khusus belajar bersama anak lain (normal) di kelas
reguler dalam kelompok khusus, dan dalam waktu-waktu tertentu ditarik
dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar bersama dengan guru
pembimbing khusus.
5. Bentuk kelas khusus dengan berbagai pengintegrasian
Anak berkebutuhan khusus belajar di kelas khusus pada sekolah reguler,
namun dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama anak lain
(normal) di kelas reguler.
6. Bentuk kelas khusus penuh di sekolah regular
Anak berkebutuhan khusus belajar di dalam kelas khusus pada sekolah
regular.

Dengan demikian, pendidikan inklusif seperti pada model di atas tidak


mengharuskan semua anak berkebutuhan khusus berada di kelas reguler setiap
saat dengan semua mata pelajarannya (inklusi penuh). Hal ini dikarenakan
sebagian anak berkebutuhan khusus dapat berada di kelas khusus atau ruang
terapi dengan gradasi kelainannya yang cukup berat. Bahkan bagi anak
berkebutuhan khusus yang gradasi kelainannya berat, mungkin akan lebih
banyak waktunya berada di kelas khusus pada sekolah reguler (inklusi lokasi).
Kemudian, bagi yang gradasi kelainannya sangat berat, dan tidak
memungkinkan di sekolah reguler (sekolah biasa), dapat disalurkan ke sekolah
khusus (SLB) atau tempat khusus (rumah sakit).

1. Model kurikulum pada pendidikan inklusi dapat dibagi tiga, yaitu :


a) Model kurikulum reguler, yaitu kurikulum yang mengikutsertakan
peserta didik berkebutuhan khusus untuk mengikuti kurikulum reguler
sama seperti kawan-kawan lainnya di dalam kelas yang sama.
b) Model kurikulum reguler dengan modifikasi, yaitu kurikulum yang
dimodifikasi oleh guru pada strategi pembelajaran, jenis penilaian,
maupun pada program tambahan lainnya dengan tetap mengacu pada
kebutuhan peserta didik berkebutuhan khusus. Di dalam model ini bisa
terdapat siswa berkebutuhan khusus yang memiliki PPI.
c) Model kurikulum PPI yaitu kurikulum yang dipersiapkan guru program
PPI yang dikembangkan bersama tim pengembang yang melibatkan guru
kelas, guru pendidikan khusus, kepala sekolah, orang tua, dan tenaga ahli
lain yang terkait.Kurikulum PPI atau dalam bahasa Inggris Individualized
Education Program (IEP) merupakan karakteristik paling kentara dari
pendidikan inklusif. Konsep pendidikan inklusif yang berprinsip adanya
persamaan mensyaratkan adanya penyesuaian model pembelajaran yang
tanggap terhadap perbedaan individu. Maka PPI atau IEP menjadi hal
yang perlu mendapat penekanan lebih. Thomas M. Stephens menyatakan
bahwa IEP merupakan pengelolaan yang melayani kebutuhan unik
peserta didik dan merupakan layanan yang disediakan dalam rangka
pencapaian tujuan yang diinginkan serta bagaimana efektivitas program
tersebut akan ditentukan.

2. Perbedaan

Perbedaan dari ketiganya sudah nampak pada pengertiannya, yakni:


Model kurikulum regular penuh, Peserta didik yang berkebutuhan khusus
mengikuti kurikulum reguler ,sama seperti teman-teman lainnya di dalam kelas
yang sama. Program layanan khususnya lebih diarahkan kepada proses
pembimbingan belajar, motivasi dan ketekunan belajar.

Model kurikulum regular dengan modifikasi, kurikulum regular


dimodifikasi oleh guru dengan mengacu pada kebutuhan siswa berkebutuhan
khusus.Model kurikulum PPI, kurikulum disesuaikan dengan kondisi peserta
didik yang melibatkan berbagai pihak. Guru mempersiapkan Program
Pembelajaran Individual (PPI) yang dikembangkan bersama tim pengembang
Kurikulum Sekolah. Model ini diperuntukan bagi siswa yang tidak
memungkinkan mengikuti kurikulum reguler.

C. Kelebihan dan Kekurangan Model Pengembangan Kurikulum Inklusif


a) Model kurikulum regular penuh
Keunggulan:Peserta didik berkebutuhan khusus dapat mengoptimalkan
potensi yang dimilikinya. (Freiberg, 1995)
Kelemahan:Peserta didik berkebutuhan khusus harus menyesuaikan diri
dengan metode pengajaran dan kurikulum yang ada. Pada saat-saat tertentu
kondisi ini dapat menyulitkan mereka. Misalnya saat siswa diwajibkan
mengikuti mata pelajaran menggambar. Karena memiliki hambatan
penglihatan, tentu saja siswa disability tidak bisa menggambar. Tapi karena
mata pelajaran ini wajib dengan kurikulum yang ketat, tidak fleksibel, tidaklah
dimungkinkan bagi guru maupun siswa disability untuk melakukan adaptasi
atau subsitusi untuk mata pelajaran menggambar tersebut.
b) Model kurikulum regular dengan modifikasi
Keunggulan:Peserta didik berkebutuhan khusus dapat diberi pendidikan
yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelemahannya:Tidak semua guru di sekolah regular paham tentang
ABK. Untuk itu perlu adanya sosialisasi mengenai ABK dan kebutuhannya.
c) Model kurikulum PPI
Keunggulan: Peserta didik mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan.
Kelemahan: Guru kesulitan dalam menyusun IEP dan sangat
membutuhkan waktu yang banyak.
D. Kategori Kurikulum dari ABK dalam Teknik Inklusif
Sekolah inklusif merupakan perkembangan baru dari pendidikan terpadu.
Pada sekolah inklusif setiap anak sesuai dengan kebutuhan khususnya, semua
diusahakan dapat dilayani secara optimal dengan melakukan berbagai
modifikasi dan atau penyesuaian, mulai dari kurikulum, sarana dan prasarana,
tenaga pendidikan dan kependidikan, sistem pembelajaran sampai pada sistem
penilaiannya.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) perlu memerlukan pelayanan
pendidikan secara khusus. Hal ini dikarenakan mengingat mereka memiliki
hambatan internal antara lain fisik, kognitif dan sosial-emosional. Pendidikan
bagi anak tersebut dapat di lakukan baik dalam system segregatif di sekolah
luar biasa (SLB) maupun system inklusif pada sekolah umum/regular yang
menyelenggarakan pendidikan inklusif.Kategori ABK disini adalah peserta
didik yang mengalami hambatan visual impairments, hearing impairment,
mental retardation, physical and health disabilities, communication disorders,
slow learner, learning disabilities, gifted and talented, ADHD, autis dan
multiply handicapped.
Kurikulum adalah seperangkat rencana pembelajaran yang didalamnya
menampung pengaturan tentang tujuan, isi, proses, dan evaluasi.Dengan
demikian kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang
dirancang, diberlakukan dan diimplementasikan dalam satu lembaga atau
satuan pendidikan tertentu.Selanjutnya silabus merupakan rancangan
pembelajaran yang disusun oleh guru selama satu semester. Sedangkan RPP
sebagai rencana pembelajaran yang di susun guru untuk satu atau bebrapa
pertemuan dengan peserta didik.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Kurikulum merupakan rancangan pembelajaran yang berguna sebagai
pedoman ketercapaian guru terhadap tujuan yang telah ditentukan lewat proses
belajar mengajar. Adapun jenis kurikulum yang digunakan adalah kurikulum
reguler yang harus disesuaikan pada program pembelajaran, dikarenakan pada
anak berkebutuhan khusus memiliki hambatan yang cukup variatif.
Proses pengembangan kurikulum dari reguler, sangatlah berguna
membantu peserta didik dalam mengembangkan potensi dan mengatasi
hambatan belajar yang dialami siswa semaksimal mungkin dalam latar
inklusi.Pembelajaran inklusif menekankan pada siswa, agar memiliki
kesempatan yang sama dengan siswa non inklusif.
B. SARAN
Guru yang mengajarkan siswa pada sekolah inklusif, haruslah guru yang
memiliki keterampilan komunikasi dengan siswa nya. Hal lain yang perlu
diperhatikan oleh seorang guru yang kelak mengajar di sekolah inklusif adalah
guru yang kreatif dalam mengembangkan materi dari kurikulum reguler
tersebut, khususnya untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus.
Sebaiknya dalam pengelolaan kurikulum untuk siswa yang berkebutuhan
khusus, dikelola dengan lebih baik. Misalnya pemerintah yang fokus terhadap
dunia pendidikan, membuat petunjuk atau berupa soal yang dikhusukan untuk
siswa yang berkebutuhan khusus guna membantuk para guru pembimbing.
DAFTAR PUSTAKA

http://rinitarosalinda.blogspot.com/2015/10/4-kurikulum-jenis-tujuan-
model.html?m=1

https://gledysapricilia.files.wordpress.com/2012/06/pengembangan-kurikulum.pdf

https://www.kompasiana.com/andrian5928/5ff91acfd541df4fbe5e7902/kurikulum
-pendidikan
inklusif#:~:text=Pendidikan%20bagi%20anak%20tersebut%20dapat%20di%20la
kukan%20baik,gifted%20and%20talented%2C%20ADHD%2C%20autis%20dan
%20multiply%20handicapped.

Anda mungkin juga menyukai