Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MODEL KURIKULUM
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
Dosen Pengampu : Dr. Suwari, M.Pd.I.

Di Susun Oleh :

1. Dewi Lailatur Rohmah (2021100012332)


2. Siti Aminatus Zakiyah (2021100012211)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SYARIFUDDIN
WONOREJO-LUMAJANG

2022

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.
Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami beharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa
pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Lumajang,01 November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan Masalah.................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum Subjec Akademis.............................................. 2
B. Pengertian Kurikulum Humanistik....................................................... 3
C. Pengertian Kurikulum Teknologi......................................................... 4
D. Pengertian Kurikulum Rekonstruksi Sosial.......................................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 10
B. Saran .................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 12

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum memegang kedudukan kunci dalam pendidikan. Sebab berkaitan dengan
penentuan arah, isi dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan
kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan, kurikulum menyangkut rencana dan
pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional,
semua orang berkepentingan dengan kurikulum, sebab kita sebagai orang tua, sebagai warga
masyarakat, sebagai pemimpin formal ataupun informal selalu mengharapkan tumbuh dan
berkembangnya anak, pemuda dan generasi muda yang lebih baik, lebih cerdas, lebih
berkemampuan. Kurikulum mempunyai andil yang cukup besar dalm melahirkan harapan
tersebut.
Mengingat pentingnya peran dan fungsi kurikulum memang sudah sangat disadari
dalam sistem pendidikan nasional. Ini dikarenakan kurikulum merupakan alat yang mendesak
dalam merealisasikan program pendidikan. Sehingga gambaran ataupun tujuan dalam sistem
pendidikan dapat terlihat jelas dalam kurikulum tersebut. Pada hakikatnya sistem kurikulum
itu merupakan sistem pendidikan itu sendiri. Oleh karena itu, setiap guru dan tenaga
kependidikan lainnya harus memahami kurikulum sekolah tempat mereka bertugas, agar
sesuai dengan kurikulumnya.
Pada masalah ini, kelompok kami akan mencoba menjelaskan yang termasuk dalam
metode-metode kurikulum, ada empat metode yaitu kurikulum subjek Akademis, kurikulum
Humanistik, kurikulum Rekonstruksi sosial dan kurikulum Teknologi. Maka dari itu kami
mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan. Untuk kesempurnaan makalah ini, kami
menerima kritik dan saran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kurikulum Subject Akademis?
2. Apa Pengertian Kurikulum Humanistik?
3. Apa Pengertian Kurikulum Teknologi?
4. Apa Pengertian Kurikulum Rekonstruksi Sosial?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Apa itu Kurikulum Subjec Akademis.
2. Untuk Mengetahui Apa itu Kurikulum Humanistik.
3. Untuk Mengetahui Apa itu Kurikulum Teknologi.
4. Untuk Mengetahui Apa itu Kurikulum Rekonstruksi Sosial.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum Subjec Akademis


Kurikulum subjek akademis adalah model kurikulum yang bersumber dari pendidikan
klasik (perenialisme dan essensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua
pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. 1 Fungsi pendidikan
adalah memelihara dan mewariskan budaya masa lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi
pendidikan. Di sini guru harus menguasai materi pendidikan dan menjadi model bagi para
siswa. Kurikulum ini sangat mengutamakan pengetahuan, maka pendidikannya lebih bersifat
intelektual. Sasaran utama kurikulum ini adalah perkembangan kemampuan intelektual yaitu
membangkitkan penghargaan dan keyakinan akan kemampuan sendiri dan memberikan
serangkaian cara kerja yang memungkinkan anak mampu menganalisis kehidupan sosial
walau dengan cara sederhana.
Ada tiga pendekatan dalam pengembangan kurikulum subjek akademis, yaitu:
1. Melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan. Bagaimana belajar memperoleh dan
menguji fakta-fakta dan tidak sekedar mengingat-ingat.
2. Studi yang bersifat integrative. Mereka mengembangkan suatu model kurikulum yang
terintegrasi. Ciri-cirinya adalah unifying theme, menyatukan kegiatan belajar dari beberapa
disiplin ilmu, meyatukan berbagai metode belajar.
3. Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
Adapun karakteristik kurikulum subyek akademis diantaranya, yaitu:
1. Tujuan dan fungsi, melatih anak didik dalam menggunakan ide-ide, gagasan-gagasan dan
proses-proses untuk masalah-masalah secara ilmiah sehingga siswa memiliki konsep-
konsep dan cara-cara yang terus dikembangkan.
2. Metode exposition dan inquiri, setiap ide dejelaskan dan diuraikan sehingga dapat
dimengerti masalah yang timbul diantara berbagai disiplin ilmu.
3. Problem solving approach, anak didik dilatih dalam cara-cara pengamatan ilmiah,
membuat hipotesis dan pengujiannya, diberi disiplin ilmu sosial dan dibawa pada
kesenangan mendapat penemuan-penemuan baru untuk memecahkan masalah.2
Ada beberapa pola organisasi isi kurikulum subjek akademis, yaitu:
1. Unifed: topik-topik utama berperan dalam mengorganisasikan subjek matter dari berbagai
disiplin ilmu.
2. Integrated: mengintegrasikan subek matter dari berbagai macam pelajaran dan
memusatkannya pada masalah tersebut yang memerlukan solusinya dengan materi.
3. Correlated: pola organisasi materi/konsep yang dipelajari dalam suatu pelajaran
dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.
4. Comprehensive problem solving: subjek matter tetap ada, permasalahan dari masalah
sosial sehari-hari. Anak didik harus mendapat pengetahuan dan keterampilan agar
pemecahan masalah bisa optimal.

1
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja Rosda
Karya, 2007), 81.
2
Hamid Syarif, Pengembangan Kurikulum (Pasuruan : PT Garoeda Buana Indah, 1993), 29.

2
5. Evaluasi: menggunakan bentuk evaluasi yang bervariasi disesuaikan dengan tujuan dan
sifat mata pelajaran.
Masalah yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek akademis adalah
bagaimana memilih materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Bila disiplin
ilmu sedikit, maka penguasaan siswa akan sangat terbatas. Bila terlalu banyak, maka
penguasaannya akan mendangkal da membingungkan. Ada beberapa saran/ solusi untuk
mengatasinya, diantaranya yaitu:
1. Comprehensive, mengusahakan adanya penguasaan yang menyeluruh dengan menekankan
bagaimana cara menguji kebenaran/ mendapat pengetahuan.
2. Social utility, mengutamakan kebutuhan masyarakat.
3. Menekankan pengrtahuan dasar, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang menjadi dasar bagi
penguasaan displin-disiplin ilmu lain.
Secara tradisional isi telah diseleksi dalam bentuk MAPEL dan terdapat hal-hal yang
kurang mrnguntungkan, bahaya utamanya MAPEL yang bersifat tradisional mungkin
memiliki rahasia sendiri, yang memiliki disiplin mental yang tampaknya tidak mengindahkan
metode-metode yang digunakan karena lebih mementingkan isi. Materi yang diajarkan
bersifat universal yang mengabaikan karakteristik siswa dan kebutuhan masyarakat setempat
dan serta para pengembang kurikulum ini mengutamakan penyusunan bahan secara logis dan
sistematis mengabaikan kemampuan siswa.
Solusinya adalah dalam perkembangan selanjutnya dilakukan beberapa
penyempurnaan. Pertama, yaitu mendorong penggunaan intuisi dan tebak-tebakan. Kedua,
adanya upaya-upaya menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan individu dan kebutuhan
setempat. Ketiga, pemanfaatan fasilitas dan sumber yang ada pada masyarakat.3
B. Pengertian Kurikulum Humanistik
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik.
Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education), yaitu
John Dewey (progressive education) dan J.j Rousseau (romantic education). Aliran ini lebih
memberikan tempat utama kepada siswa. mereka bertolak dari asumsi bahwa anak/ siswa
adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah subjek yang menjadi pusat
kegiatan pendidikan.4
Pendidikan humanistic menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu
upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, dan akrab. Oleh karena itu, peranguru
yang diharapkan adalah sebagai berikut:
1. Mendengar pandangan realitas peserta didik secara komprehensif. 
2. Menghormati individu peserta didik,
3. Tampil alamiah, otentik, tidak dibuat-buat.
Kurikulum humanisik mempunyai beberapa karakteristik berkenaan dengan tujuan ,
metode, organisasi isi dan evaluasi. Menurut para humanis kurikulum berfungsi menyediakan
pengalaman atau pengetahuan berharga untuk membantumemperlancar perkembangan
pribadi murid. Bagi mereka tujuan pendidikan adalah proses perkembangan pribadi yang
dinamis yang diarahkan pada pertumbuhan, integritas, dan otonomi kepribadian, sikap yang
3
Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2007), 86.

4
Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007). Hal 144.

3
sehat terhadap diri sendiri, orang laindan belajar. Kurikulum humanistic menuntut hubungan
emosional yang baik antara guru dengan murid.Dalam evaluasi kurikulum humanistic
berbeda dengan yang biasa. Model lebih mengutamakan proses daripada hasil.
Ada tiga aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistik, yaitu:
1. Pendidikan Konfluen, menekankan keutuhan pribadi, individu harus merespons secara
utuh (baik segi pikiran, perasaan, maupun tindakan), terhadap kesaruan yang menyeluruh
dari lingkungan. kurikulum hendaknya mempersiapkan berbagai alternatif yang dapat
dipilih murid – murid dalam proses bersikap dan berperasaan dan memberi pertimbangan
nilai , yaitu dengan mengajak siswa untuk menyatakan pilihan dan mempertanggung
jawabkan sikap – sikap, perasaan – perasaan dan pertimbangan nilai yang telah dipilihnya.
Ciri utama kurikulum konfluen yaitu :
a) Partisipasi. Kurikulum ini menekankan partisipasi murid dalam belajar. Kegiatan
belajar adalah belajar bersama, melalui berbagai bentuk aktivitas kelompok. Melalui
partisipasi dalam kegiatan bersama, murid murid dapat mengadakan perundingan,
persetujuan, pertukaran kemampuan, bertanggung jawab bersama, dan lain-lain. Ini
menunjukkan cirri yang non otoriter dari pendidikan konfluen.
b) Integrasi. Melalui partisipasi dalam berbagai kegiatan kelompok tejadi interaksi,
interpenetrasi, dan integrasi dari pemikiran, perasaan, dan juga tindakan.
c) Relevansi. Isi pendidikan relevan dengan kebutuhan, minta dan kehidupan murid
karena diambil dari dunia murid oleh murid sendiri. Hal demikian sudah tentu akan
lebih berarti bagi murid baik secara intelektual maupun emosional.
d) Pribadi anak. Pendidikan ini memberi tempat utama pada pribadi anak. Pendidikan
adalah pengembangan pribadi, pengaktualisasian segala potensi pribadi anak secara
utuh.
e) Tujuan. Pendidikan ini bertujuan mengembangkan pribadi yang utuh, yang serasi baik
di dalam dirinya maupun dengan lingkungan secara menyeluruh.
2. Kritikisme Radikal, pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak menemukan dan
mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya. Pendidikan merupakan untuk
menciptakan situasi yang memungkinkan anak berkembang optimal. Dalam pendidikan
tidak ada pemaksaan, yang ada adalah dorongan dan rangsangan untuk berkembang.
3. Mistikisme Modern, yaitu aliran yang menekankan latihan dan pengembangan kepekaan
perasaan, kehalusan budi pekerti, melalui sensitivity training, yoga, meditasi, dan
sebagainya.
C. Pengertian Kurikulum Teknologi
Di kalangan pendidikan, teknologi sudah dikenal dalam bentuk pembelajaran berb
asis computer, system pembelajaran individu, kaset atau video pembelajaran. Banyak pihak
yang kurang menyadari bahwa teknologi sangat membantu menganalisi masalah kurikulum,
dalam hal pembuatan, implementasi, evaluasi dan pengelolaan instruksional. 5 Persepektif
teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas  program metode dan material untuk
mencapai suatu manfaat dan keberhasilan. Teknologi mempengaruhi kurikulum dalam dua
cara yaitu aplikasi dan teori.

5
Nana syaodik sukmadinata, Prinsip dan landasan pengembangan kurikulum.( Jakarta: PT Rosdakarya, 1998)
Hal 88.

4
Model kurikulum teknologis dikembangkan berdasarkan pemikiran teknologi
pendidikan. Model ini sangat mengutamakan pembentukan dan penguasaan kompetensi,
bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya dan ilmu seperti pada pendidikan klasik. Model
kurikulum teknolgi berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang. Kurikulum ini
juga menekankan pada isi kurikulum. Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi
kompetensi yang lebih kecil sehingga akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati
atau diukur.
Pada tahun 1960, B. F. Skimmer menganjurkan efesiensi dalam belajar, yaitu cara
mengajar yang memberikan lebih banyak subjek kepada peserta didik .Efesiensi ini adalah
tahapan belajar melalui terminal perilaku tertentu. Berdasarkan hal ini, teknologi
mengembangkan aturan-aturan untuk membangun kurikulumdalam bentuk latihan
terprogram.
Adapun ciri-ciri kurikulum teknologi, yaitu:
1. Tujuan. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi yang dirumuskan dalam bentuk
perilaku.
2. Metode. Metode yang merupakan kegiatan pembelajaran sering dipandang sebagai proses
mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi respon yang
diharapkan maka respon tersebut diperkuat. Tujuan-tujuan pengajaran telah ditentukan
sebelumnya. Pengajaran bersifat individual, tiap siswa menghadapi serentetan tugas yang
harus dikerjakannya, dan maju sesuai kecepatan masing-masing. Pada saat tertentu ada
tugas-tugas yang harus dikerjakan secara kelompok. Setiap siswa harus menguasai secara
tuntas tujuan-tujuan program pengajaran.
3. Organisasi bahan ajar. Bahan ajar atau isi kurikulum banyak diambil dari disiplin ilmu,
tetapi telah diramu sedemikian rupa sehingga mendukung penguasaan suatu kompetensi.
Bahan ajar yang besar disusun dari bahan ajar yang lebih kecil dengan memerhatikan
urutan-urutan penyajian materi dalam pengorganisasiannya.
4. Evaluasi. Kegiatan evaluasi dilakukan pada setiap saat, pada akhir suatu pelajaran, suatu
unit ataupun semester. Fungsi dari evaluasi ini adalah sebagai umpan balik peserta didik
dalam penyempurnaan penguasaan suatu satuan pelajaran, sebagai umpan balik bagi
peserta didik pada akhir suatu program atau semester, juga dapat menjadi umpan balik
bagi guru dan pengembangan kurikulum untuk penyempurnaan kurikulum.
Potensial keberhasilan pembelajaran berbasis teknologi sebenarnya masih sangat
diperdebatkan. Beberapa studi bahkan masih mendiskusikan apakah kurikulum pembelajaran
berbasis teknologi bisa efektif untuk digunakan. Adapun yang perlu digaris bawahi adalah
apakah ada efeknya ke lingkungan sosial dan pemahaman bagaimana cara
mengembangkannya dan mengintegrasikannya agar bisa lebih baik dari sebelumnya. Karena
berhasil atau tidaknya pengintegrasian teknologi dengan ilmu tergantung bagaimana
penggunaan dan pengembangannya, bagaimana kegunaannya terhadap proses pembelajaran,
apakah menghilangkan nilai-nilai pendidikan atau mempertahankan bahkan dapat
meningkatkan nilai akademis.
Konsep mengintegrasi teknologi ke kurikulum bertujuan melekatkan teknologi ke
pedagogik untuk mendukung proses pembelajaran. Ini berarti bahwa teknologi menjadi
bagian integral dari pengalaman pembelajaran dan sebuah pertimbangan yang penting
untuk pengajar, dari persiapan pengalaman belajar melalui mengajar dan belajar dengan

5
peserta didik. Peran penting teknologi di pendidikan memberi pengajar sebuah
kesempatan merancang pengalaman belajar yang melekatkan teknologi.6
Pengembangan kurikulum teknologis berpegang pada beberapa kriteria sebagai
berikut :
1. Prosedur pengembangan kurikulum teknologis dinilai dan disempurnakan oleh
pengembang kurikulum yang lain.
2. Hasil pengembangan ynag berbentuk model adalah yang bisa diuji coba ulang dan
memberikan hasil yang sama. Pengembangan kurikulum teknologis menekankan aspek
kompetensi. Pengembangan dan penggunaan alat dan media pembelajaran hanya sebagai
alat bantu tetapi bersatu dengan program pengajarannya. Pengembangan kurikulum ini
membutuhkan kerjasama dengan para penyusun program dan penerbit media elektronik
dan media cetak.
3. Pelaksanaan pembelajaran mengikuti langkah-langkah sebagai beikut:
Penegasan tujuan. Artinya peserta didik perlu memahami bahwa pembelajaran
diarahkan untuk mencapai tujuan. Pelaksanaan pembelajaran. Dalam pembelajaran, peserta
didik diberi kesempatan mempraktekkan kecakapan sesuai dengan tujuan. Pengetahuan
tentang hasil. Peserta didik perlu diberi tahu hasil yang talah dicapai. Oleh karena itu, peserta
didik menyadari apakah pembelajaran sudah dianggap cukup atau masih perlu bantuan.
Implementasi kurikulum teknologis dalam bidang teknologis mencakup dua hal
sebagai berikut :
1. Implementasi kurikulum yang menekankan pada teknologi alat.
Dalam perencanaan penyelenggaraan pendidikan (kurikulumnya) lebih menekankan
pada penggunaan alat-alat maupun media yang dapat membantu menyelesaikan masalah
pemahaman materi peserta didik maupun permasalahan administrasi. Penerapan
kurikulum yang seperti ini membutuhkan kerja sama dengan para penyusun program,
penerbit media elektronik dan media cetak. Membutuhkan biaya yang banyak untuk
pembelian alat-alat maupun medianya dan juga untuk perawatannya. Perlu diperhatikan
bahwa formulasi penggunaan alat-alat ataupun media yang digunakan dalam pembelajaran
benar-benar diperlukan atau tidak, agar tidak mubadzir nantinya. Lebih jauh lagi perlu
adanya spesifikasi alat atau media yang akan dikembangkan, baik dilihat dari segi
kegunaannya maupun ketepatan penggunaannya.
2. Implementasi kurikulum yang menekankan pada teknologi sistem.
Dalam perencanaan penyelenggaraan pendidikan (kurikulumnya) lebih menekan pada
sistem dimana biaya dapat ditekan pengeluarannya, disamping memberi kesempatan
kepada tenaga pendidik terutama guru-guru untuk mengembangkan sendiri program
pengajarannya. Sistem menjadi fokus utama yang berarti para tenaga pendidik mencari
solusi alternatif atas permasalahan pendidikan dengan cara mencari metode yang tepat
guna untuk memecahkannya. Model ini di Indonesia biasa dikenal dengan nama Satuan
Pelajaran dalam Pendidikan Dasar dan Menengah maupun Satuan Acara Perkuliahan pada
perguruan tinggi, sebagai bagian dari sistem instruksional atau desain instruksional.7
D. Pengertian Kurikulum Rekonstruksi Sosial
6
Rosdy & Ghavifek, Teaching and Learning with Technology: Effectiveness of ICT Integration in Schools
Simin. (International Journal of Research in Education and Science, 2015), hal 175-191.
7
Subandiah, Pengembangan dan Inovasi kurikulum (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996) 27.

6
Salah satu model kurikulum yang perlu diketahui adalah kurikulum rekonstruksi
sosial. Kurikulum rekonstruksi sosial dapat diartikan sebagai model kurikulum yang lebih
memusatkan perhatian pada problem-problem yang dihadapi dalam masyarakat. 8 Adanya
kurikulum ini dimulai sekitar tahun 1920-an yang dikemukakan oleh Herold Rug. Kurikulum
ini timbul karena Herold Rug memandang adanya kesenjangan antara kurikulum dengan
masyarakat.
Sebenarnya, kurikulum merupakan sesuatu yang hidup, dinamis, yang mengikuti
perkembangan masyaraka. Oleh karena itu, kurikulum tidak boleh lepas dari masyarakat.
Sehingga dengan adanya pengertian tersebut, maka keberadaan kurikulum harus dapat
mengakomodasi semua problem yang dihadapi masyarakat, sehingga pada dasarnya
kurikulum rekonstruksi sosial berpendapat bersama, interaksi, dan kerja sama. Adapun
bentuk interaksi dan kerja sama bisa saja terjadi antara guru dengan murid, siswa dengan
siswa, ataupun antara siswa dengan orang-orang di lingkungannya.
Kurikulum rekonstruksi sosial berharap dengan adanya kerja sama dan interaksi,
siawa atau peserta didik dapat berusaha memecahkan masalah, baik masalah yang ada pada
dirinya sendiri atau masalah-masalah sosial yang sehingga dapat membentuk dan
menciptakan masyarakat yang baik.
Kurikulum rekonstruksi sosial ini juga mempunyai fungsi seperti kurikulum pada
umumnya. Alexander Inglis, menyatakan bahwa fungsi kurikulum adalah:
1. Penyesuaian
2. Pengintegrasian
3. Referensiasi
4. Persiapan
5. Pemilihan
6. Diagnostik.
Dengan adanya beberapa fungsi kurikulum  tersebut, di harapkan implementasi di
kurikulum rekonstruksi soisal dapat menjawab persoalan-persoalan yang ada di masyarakat.
Seperti yang diungkapkan oleh Hasan Langgunung dalam buku Asas-Asas Pendidikan Islam,
beliau menyebutkan bahwa kurikulum semestinya mencakup pengalaman pendidikan,
kebudayaan, sosial, olah raga dan kesenian baik yang berada di dalam ataupun di luar kelas
yang dikelola oleh sekolah.
Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah dirancang sedemikian rupa sesuai
dengan kebutuhan peserta didik dan pendidikan saat ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi
pengajar agar dapat mengajar dengan secara maksimal sehingga dapat menghasilkan output
yang dapat bersaing dalam lingkungan sosial. Sekolah sebagai salah satu institusi sosial yang
bergerak dibidang pendidikan, setidaknya mempunyai peranan yang sangat penting, yakni:
peranan konservatif, peranan kritis dan evaluatif, dan peranan kreatif.
Sebagai sebuah pedoman bagi guru dalam kegiatan belajar mengajar,  kurikulum
merupakan rencana dan program yang tertulis. Karena merupakan pedoman tersebut, minimal
guru dapat menentukan beberapa hal yaitu:

8
Wina, Sanjaya, Kurikulum Dan Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009)

7
1. Merumuskan tujuan dan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa. Dengan adanya
perumusan tujuan dan kompetensi yang jelas dalam proses belajar mengajar, guru akan
mudah menentukan dan merencanakan berbagai macam program pembelajara
2. Menentukan isi atau materi pelajaran yang harus dikuasai untuk mencapai tujuan
penguasaan kompetensi
3. Menyusun strategi pembelajaran untuk guru dan siswa sebagai upaya pencapaian tujuan
4. Menentukan keberhasilan pencapaian tujuan atau kompetensi.
Kurikulum harus bersifat lebih fleksibel. Seharusnyakurikulum tidak hanya berkutat
pada persoalan pendidikan yang ada di sekolah saja, seharusnya kurikulum juga
memperhatikan problem dan masalah yang ada di masyarakat sebagai upaya kehidupan masa
datang yang semakin maju. Keberadaan problem dan masalah sosial harus dianggap sebagai
tuntutan dan masalah dalam penerapan kurikulum di lingkungan sekolah dan sekitarnya.
Adanya pertanyaan apakah kurikulum bersifat mengembangkan kualitas peserta didik yang
diharapkan dapat memperbaiki masalah dan tantangan masyarakat ataukah kurikulum
merupakan upaya pendidikan membangun masyarakat baru yang diinginkan bangsa
menempatkan kurikulum pada posisi yang berbeda.
Dengan adanya pandangan tersebut, maka adanya kurikulum rekonstruksi sosial
diharapkan dapat membantu masalah pendidik. Tujuan utama dari kurikulum rekonstruksi
sosial adalah menghadapkan para siswa pada tantangan yang ada pada diri manusia. Hal ini
merupakan bidang garapan pada studi sosial yang meliputi bidang ekonomi, sosialogi,
psikologi, estetika, dll.
Pada dasarnya kurikulum merupakan jantung pendidikan, artinya semua gerak
kehidupan pendidikan yang dilakukan sekolah didasarkan pada apa yang direncanakan oleh
kurikulum. Kehidupan disekolah adalah kehidupan yang di rancang berdasarkan apa yang
diinginkan kurikulum.
“Agent Of Change” adalah salah satu fungsi dari sekolah. Dengan adanya fungsi
tersebut maka sekolah harus dapat berperan untuk memajukan masyarakat dan dapat sebagai
media yang dapat merubah masyarakat. Perubahan tersebut hendaknya tidak hanya dalam hal
ilmu pengetahuan tetapi dalam berbagai aspek kehidupan. Sehingga sekolah merupakan alat
yang paling tepat dalam rangka untuk me-rekonstruksi atau merubah masyarakat. Tentunya
perubahan yang dibawa oleh sekolah sebagai lembaga pendidikan formal adalah perubahan
melalui pendidikan dan pengajaran.
Oleh sebab itu, tujuan inti dari kurikulum rekonstruksi sosial adalah agar dapat
merubah pandangan dan perilaku yang ada dimasyarakat menjadi lebih baik dan juga sebagai

8
wahana belajar dalam berusaha mengatasi masalah–masalah yang ada di msyarakat.
Keberadaan teknologi yang semakin maju merupakan hal yang sangat menggembirakan,
tetapi perlu diingat bahwa segala sesuatu perubahan menimbulkan efek positif dan negatif.
Jika efek positif akan membawa nilai lebih baik dan akan berdampak kemajuan, tetapi jika
menimbulkan efek negatif akan menimbulkan nilai lebih buruk dan akan berdampak
kemunduran sehingga menimbulkan masalah.
Efek negatif yang menimbulkan masalah inilah yang menjadi bidang garapan dari
kurikulum rekonstruksi sosial. Tetapi walaupun adanya kurikulum rekonstruksi sosial sangat
penting tetapi kurikulum ini tidak menuntut untuk di buat sebagai bidang mata pelajaran
tersendiri. Kurikulum rekonstruksi sosial ini dapat dimasukkan dalam bidang – bidang ilmu
pelajaran sosial seperti IPS, sejarah, antropologi, hukum, dll. Karena bidang mata pelajaran
sosial adalah interaksi dengan masyarakat, maka sangat cocok jika adanya kurikulum
rekonstruksi sosial ini dimasukkan dalam mata pelajaran sosial. Sehingga tidaklah berlebihan
jika dikatakan bahwa ‘kurikulum tidak boleh lepas dari masyarakat’. 

9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum subjek akademis adalah model kurikulum yang bersumber dari pendidikan
klasik (perenialisme dan essensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Semua
pengetahuan dan nilai-nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan
adalah memelihara dan mewariskan budaya masa lalu. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi
pendidikan. Masalah yang dihadapi oleh para pengembang kurikulum subjek akademis
adalah bagaimana memilih materi pelajaran dari sekian banyak disiplin ilmu yang ada. Bila
disiplin ilmu sedikit, maka penguasaan siswa akan sangat terbatas. Bila terlalu banyak, maka
penguasaannya akan mendangkal da membingungkan.
Pendidikan humanistic menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu
upaya untuk menciptakan situasi yang permisif, rileks, dan akrab. Kurikulum humanisik
mempunyai beberapa karakteristik berkenaan dengan tujuan , metode, organisasi isi dan
evaluasi. Menurut para humanis kurikulum berfungsi menyediakan pengalaman atau
pengetahuan berharga untuk membantu memperlancar perkembangan pribadi murid
Kurikulum humanistic menuntut hubungan emosional yang baik antara guru dengan murid.
Dalam evaluasi kurikulum humanistic berbeda dengan yang biasa. Model lebih
mengutamakan proses daripada hasil.
Model kurikulum teknologis dikembangkan berdasarkan pemikiran teknologi
pendidikan. Model ini sangat mengutamakan pembentukan dan penguasaan kompetensi,
bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya dan ilmu seperti pada pendidikan klasik. Model
kurikulum teknolgi berorientasi pada masa sekarang dan yang akan datang. Kurikulum ini
juga menekankan pada isi kurikulum. Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi
kompetensi yang lebih kecil sehingga akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati
atau diukur.
Kurikulum rekonstruksi sosial dapat diartikan sebagai model kurikulum yang lebih
memusatkan perhatian pada problem-problem yang dihadapi dalam masyarakat. Kurikulum
rekonstruksi sosial berharap dengan adanya kerja sama dan interaksi, siawa atau peserta didik
dapat berusaha memecahkan masalah, baik masalah yang ada pada dirinya sendiri atau
masalah-masalah sosial yang sehingga dapat membentuk dan menciptakan masyarakat yang
baik.

10
B. Saran
Demikianlah makalah berjudul “MODEL KURIKULUM” ini. Kami penyusun
membuat berdasarkan sumber yang ada sehingga perlulah bagi para pembaca untuk
memberikan saran yang membantu supaya makalah ini lebih baik untuk selanjutnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Sukmadinata, Nana Syaodih, (2007) Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek.


Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Syarif Hamid, (1996) Pengembangan Kurikulum. Pasuruan : PT Garoeda Buana Indah.

Hamalik Oemar, (2007) Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja


Rosdakarya.

Sukmadinata Nana Syaodik, (1998) Prinsip dan landasan pengembangan kurikulum.


( Jakarta: PT Rosdakarya.

Ghavifek & Rosdy , (2015) Teaching and Learning with Technology: Effectiveness of ICT
Integration in Schools Simin. International Journal of Research in Education and
Science.

Subandiah, (1996) Pengembangan dan Inovasi kurikulum. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sanjaya, Wina, (2009) Kurikulum Dan Pembelajaran, Jakarta: Kencana.

12

Anda mungkin juga menyukai