Anda di halaman 1dari 22

PIHAK-PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PENGEMBANGAN

KURIKULUM

(Makalah Ini Memenuhi Tugas Kelompok Matakuliah Pengembangan


Kurikulum)

Dosen Pengampu: Mulyati, M. Pd

Disusun Oleh :

Mailinda Suri (1811060198)

Umar Sahid (1811060072)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN

LAMPUNG 2020/2021

2
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa


Ta’ala karena dengan rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan
makalah ini sesuai dengan harapan dan waktu yang telah diberikan.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita Nabi besar
Muhammad Shallalahu Alaihi Wassalam, keluarga, dan para sahabatnya.

Semoga makalah ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan,


petunjuk, maupun pedoman bagi pembaca. Makalah ini disusun dalam
rangka untuk melaksanakan tugas dari dosen kami, Ibu Mulyati, M. Pd selaku
pengampu mata kuliah Pengembangan Kurikulum. Harapan kami semoga
makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para
pembaca.

Makalah ini kami akui masih banyak terdapat kekurangan, karena


pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Pantas kita ketahui bahwa
kesempurnaan hanyalah milik-Nya semata. Oleh karena itu kami harapkan
kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Bandar Lampung, 10 November


2020

Penulis,

Kelompok VIII

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

ii BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang 1

1.2. Rumusan Masalah 2

1.3. Tujuan

2 BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Pengembangan

Kurikulum3 BAB III. PENUTUP

3.1. Kesimpulan

14 DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua
pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dalam kurikulum
terintegrasi filsafat nilai-nilai pengetahuan, dan perbuatan pendidikan.
Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan atau ahli kurikulum, ahli bidang
ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat
lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada
para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan
peserta didik, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh peserta didik,
keluarga, dan masyarakat.
Kelas merupakan tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum.
Di sana semua konsep, prinsip, nilai, pengetahuan, metode, alat, dan
kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan yang akan mewujudkan
bentuk kurikulum yang nyata dan hidup. Oleh karena itu, gurulah pemegang
kunci pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum. Pengembangan kurikulum
merupakan suatu proses yang merencanakan, menghasilkan suatu alat yang
lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang
telah berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi belajar mengajar yang
lebih baik.
Pengembangan kurikulum merupakan bagian yang esensial dalam
proses pendidikan. Sasaran yang ingin dicapai bukan semata-mata
memproduksi bahan pelajaran melainkan lebih dititik beratkan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan. Pengembangan kurikulum merupakan
proses yang menyangkut banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, antara
lain pertimbangan akan pernyataan tentang kurikulum, siapa yang terlibat
dalam pengembangan kurikulum, bagaimana prosesnya, apa tujuannya

1
kepada siapa kurikulum ditujukan. Dalam makalah ini kami
hanya memfokuskan pada siapa yang terlibat dalam
pengembangan kurikulum.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian tersebut, maka timbul suatu permasalahan yaitu,
siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum?

1.3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka terdapat tujuan dari
makalah ini yaitu, untuk mengetahui pihak-pihak yang terlibat dalam
pengembangan kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pihak-pihak yang Terlibat dalam Pengembangan Kurikulum


Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum yaitu
sebagai beriku:1
1. Peranan Para Administrator Pendidikan
Peranan para administrator di tingkat pusat dalam pengembangan
kurikulum adalah menyusun dasar-dasar hukum, menyusun kerangka dasar
serta program inti kurikulum. Kerangka dasar dan program inti tersebut akan
menentukan minimum course yang dituntut. Atas dasar kerangka dasar dan
program inti tersebut para administrator daerah dan administrator lokal
mengembangkan kurikulum sekolah bagi daerahnya yang sesuai dengan
kebutuhan daerah. Administrator pendidikan terdiri dari:
 Administrator pusat yaitu, direktur dan kepala pusat
 Administrator daerah yaitu, kepala kantor wilayah
 Administrator loka yaitu, kepala kantor kabupaten, kecamatan dan
kepala sekolah.
2. Peranan Para Ahli
Pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli,
baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi atau disiplin

1
Abdullah, Idi. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Jakarta: Ar-Ruz Media. 2007.
hlm. 210.
ilmu.2 Dengan mengacu pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditetapkan
pemerintah, baik kebijaksanaan pembangunan secara umum maupun
pembangunan pendidikan, perkembangan tuntutan masyarakat dan masukan
dari pelaksanaan pendidikan dan kurikulum yang sedang berjalan, para ahli
pendidikan memberikan alternative konsep pendidikan dan model kurikulum
yang dipandang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat.
3. Peranan Kepala Sekolah
Kepala sekolah merupakan tokoh kunci dalam manajemen sekolah.
Padanyalah kebijakan dan keputusan mengenai berbagai hal. Secara umum,
peran dan fungsi kepala sekolah adalah sebagai berikut:
a). Peran sebagai sebagai manajer
Sebagai manajer, kepala sekolah bertanggung jawab atas manajemen
sekolah. Kepala sekolah mengkoordinasikan kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, melaksanakan, memimpin, dan mengendalikan segenap
usaha pencapaian tujuan pendidikan. Dalam aspek perencanaan, kepala
sekolah merupakan pelaku yang selalu terlibat dan bahkan sering menjadi
tumpuan dalam kegiatan perencanaan dan pengembangan kurikulum, mulai
dari konsep hingga hal-hal yang lebih teknis. Bisa jadi ia tidak terlibat secara
fisik pada keseluruhan kegiatan perencanaan, namun kepala sekolah terus
melakukan pemantauan dari waktu ke waktu.3
Dalam aspek pengorganisasian, kepala sekolah mengorganisasikan
unsur-unsur, baik unsur manusia maupun unsur non-manusia. Unsur-unsur
itu diorganisasikan untuk membangun sinergi antarunsur. Dari sinergi
tersebut tercipta daya baru dengan kualitas yang lebih bernilai bagi
pengembangan kurikulum sekolah. Dalam aspek pelaksanaan, kepala
sekolah juga sebagai

2
Ibid., hlm. 212
3
Mulyasa, E. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006.
hlm. 114
pelaksana lapangan. Ia adalah orang yang mengkoordinasikan
pengembangan kurikulum, dan sekaligus menerjadikan atau menerapkan
kuirikulum. Kepala sekolah mengemban tugas memimpin. Dalam hal ini
kepala sekolah mengarahkan dan memberi komando. Hal yang mendasar di
sini adalah kepala sekolah harus berperan sebagai penanggung jawab atas
pengembangan kurikulum sekolah.

b). Peran sebagai inovator


Sebagai tokoh penting di sekolah, kepala sekolah harus mampu
melahirkan ide-ide baru yang kreatif. Pengembangan kurikulum sering kali
bermula dari gagasan kepala sekolah. Mengingat kedudukannya sebagai
pihak yang mengemban tanggung jawab atas sekolah yang dipimpinnya,
maka pada diri kepala sekolah cenderung muncul dorongan-dorongan untuk
terus memajukan sekolah. Karena kewenangan yang dimilikinya, ide-ide
barunya menjadi lebih terbuka untuk diimplementasikan di sekolah. Begitu
pula dalam konteks pengembangan kurikulum sekolah ini. Kepala sekolah
harus mampu manghadirkan inspirasi dan ide pembaharuan, sehingga
program sekolah (kurikulum) yang dijalankan senantiasa actual atau mutakhir.
c). Peran sebagai fasilitator
Dalam pengembangan kurikulum, pelaksana teknis pengembangan
biasanya tidak langsung oleh kepala sekolah, melainkan oleh tim khusus
yang ditunjuk. Namun demikian, kepala sekolah terus melakukan
komunikasi dengan tim itu dan memfasilitasinya untuk mengatasi
berbagai persoalan yang muncul. Kepala sekolah harus membantu
mengatasi persoalan, melayani konsultasi tim, dan sebagainya.4

4
Nasution. 1982. Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars. 1982. hlm. 43
Kepala sekolah mempunyai kedudukan strategis dalam pengembangan
kurikulum. Sebagai pemimpin professional, ia menerjemahkan perubahan
masyarakat dan kebudayaan, termasuk generasi muda, ke dalam kurikulum.
Dialah tokoh utama yang mendorong guru agar senantiasa melakukan
upaya- upaya pengembangan, baik bagi diri guru maupun tugas
keguruannya. Karena itu, kepala sekolah perlu mempunyai latar belakang
yang mendalam tentang teori dan praktik kurikulum. Perubahan kurikulum
hanya akan berjalan dengan dukungan dan dorongan kepala sekolah. Ia
dapat membangkitkan atau mematikan perubahan kurikulum di sekolahnya.

Masih banyak pihak lain, selain kepala sekolah, yang dapat membantu
pengembangan kurikulum. Namun demikian, kepala sekolah dan guru
merupakan pemeran utama, yang perlu menerima, mempertimbangkan, dan
memutuskan apa yang akan dimasukkan dalam kurikulum sekolah. Kepala
sekolah dan stafnya mesti bekerja dalam kerangka patokan yang ditetapkan
oleh Depdiknas. 5

4. Peranan Guru
Guru adalah sebagai perencanan, pelaksana dan pengembang
kurikulum bagi kelasnya. Sekalipun ia tidak mencetuskan sendiri konsep-
konsep tentang kurikulum, guru merupakan penerjemah kurikulum. Dia yang
mengolah, meramu kembali kurikulum dari pusat untuk disajikan dikelasnya.
Oleh karena itu guru bisa dikatakan sebagai barisan pengembangan
kurikulum yang terdepan. Adapun peran guru dalam mengembangkan
kurikulum antara lain:
 Guru sebagai perencana pengajaran. Artinya, guru harus membuat

5
Mulyasa, E, op. cit. hlm. 116
perencanaan pengajaran dan persiapan sebelum melakukan kegiatan
belajar mengajar.
 Guru sebagai pengelola pengajaran harus dapat menciptakan situasi
belajar yang memungkinkan tujuan belajar yang telah ditentukan.
 Guru sebagai evaluator. Artinya, guru melakukan pengukuran untuk
mengetahui apakah anak didik telah mencapai hasil belajar seperti
yang diharapkan.
Guru merupakan titik sentral suatu kurikulum berkat usaha guru, maka
timbul kegairahan belajar siswa. Sehingga memacu belajar lebih keras untuk
mencapai tujuan belajar mengajar yang bersumber dari tujuan kurikulum,
untuk itu guru perlu memiliki ketrampilan belajar mengajar. Penguasaan
ketrampilan tersebut bergantung pada bahan yang dimilikinya dan latihan
keguruan yang telah dialaminya.
Keberhasilan belajar mengajar antar lain ditentukan oleh kemampuan
kepribadiannya. Guru harus bersikap terbuka dan menyentuh kepribadian
siswa. Guru perlu mengembangkan gagasan secaa kreatif, memiliki hasrat
dan keinginan serta wawasan intelektual yang luas. Guru harus yakin
terhadap potensi belajar yang dimiliki oleh siswa.
Hal-hal yang perlu dikuasai guru; guru perlu memahami dan menguasai
banyak hal agar pelaksanaan pengajaran berhasil, guru juga harus mau dan
mampu menilai diri sendiri secara terus menerus dalam kaitannya dengan
tingkat keberhasilan dan pelaksanaan pengajarannya. Guru harus
menguasai bahan pengajaran sesuai jenjang kelas yang diajarnya,
menguasai strategi pembelajaran yang berguna untuk menyampaikan
pengetahuan kepada siswa dan guru juga harus menjadi suri tauladan bagi
siswanya dan memberikan hal
-hal yang bermakna bagi perkembangannya kelak.
Kemampuan yang harus dimiliki seorang guru, yaitu sebagai berikut: 6

6
Sukmadinata, Nana Syaodih. Pengembangan Kurikulum dan Teori dan Praktek. Bandung:
Remaja Rosdakarya. 2004. hlm. 47
a) Kemampuan Profesional, yang mencakup:
 Penguasaan materi pelajaran.
 Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan.
 Penguasaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran.
b) Kemampuan Sosial
c) Kemampuan Personal, yang mencakup:
 Penampilan sikap.
 Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai yang seyogyanya
dimiliki guru.
 Penampilan upaya menjadikan dirinya sebagai contoh bagi siswanya.
Pengembangan kurikulum dari segi pengelolaannya dibedakan menjadi
sebagai berikut:
1) Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat
Sentralisasi. Disini guru tidak mempunyai peranan dalam perancangan, dan
evaluasi yang bersifat makro, mereka berperan dalam kurikulum mikro.
Kurikulum makro disusun oleh tim khusus, guru menyusun kurikulum dalam
jangka waktu 1 tahun, atau 1 semester. Menjadi tugas guru untuk menyusun
dan merumuskan tujuan yang tepat memilih dan menyusun bahan pelajaran
sesuai kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, memilih metode
dan media mengajar yang bervariasi, kurikulum yang tersusun sistematis dan
rinci
akan memudahkan guru dalam implementasinya.
2) Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum Desentralisasi
Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah
tertentu dalam suatu wilayah. Pengembangan kurikulum ini didasarkan atas
karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah
tersebut. Jadi kurikulum terutama isinya sangat beragam, tiap sekolah punya
kurikulum sendiri. Peranan guru lebih besar daripada dikelola secara
sentralisasi, guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaran
dalam program tahunan atau semester atau satuan pengajaran, tetapi
didalam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Di sini
guru juga bukan hanya berperan sebagai pengguna, tetapi perencana,
pemikir, penyusun, pengembang dan juga pelaksana dan evaluator
kurikulum.7
5. Peran Siswa
Pada umumnya siswa kurang dipertimbangan dalam pengembangan
kuriku-lum karena memang mereka belum mempunyai kompetensi dalam
bidang itu. Namun pada tingkat kegiatan kelas, bila guru bertanya,
bagaimana pendapatnya tentang pelajaran, apa yang ingin dipelajarinya
tentang suatu topik, atau bila guru mengajak siswa turut-serta dalam
perencanaan suatu kegiatan belajar, pada pokoknya mereka sudah dilibatkan
dalam kurikulum. Di sekolah progresif kepada murid diberikan peranan yang
lebih besar lagi tentang apa yang mereka harapkan dari pelajaran.
Partisipasi murid sama sekali tidak berarti bahwa keinginan mereka
harus selalu dituruti akan tetapi pandangan mereka dapat dimanfaatkan,
sekalipun keputusan berada di tangan guru. Memaksakan kurikulum yang
tidak mereka sukai, yang tidak disesuaikan dengan kebutuhan mereka, akan
menimbulkan rasa benci bahkan protes, sekalipun tersembunyi, terhadap
pelajaran dan sekolah yang mereka nyatakan dalam perbuatan yang tidak
diinginkan.
6. Peranan Orang tua Murid
Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal, pertama dalam
penyusunan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua
orang tua dapat ikut serta hanya terbatas kepada beberapa orang saja yang
cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai. Kedua, dalam
pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang sangat erat antara guru
dengan para orang tua murid. Sebagian kegiatan belajar yang dituntut

7
Sukmadinata, Nana Syaodih, loc. cit.
kurikulum dilaksanakan dirumah. Dan orang tua mengikuti atau mengamati
kegiatan belajar anakanya dirumah.
7. Peranan Komite Sekolah
Komite Sekolah merupakan nama baru pengganti Badan Pembantu
Penyelenggara Pendidikan (BP3). Secara substansial kedua istilah tersebut
tidak begitu mengalami perbedaan. Yang membedakan hanya terletak pada
pengoptimalan peran serta masyarakat dalam mendukung dan mewujudkan
mutu pendidikan. Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi
peran serta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan
efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan
pra sekolah, jalur pendidikan sekolah maupun jalur pendidikan di luar
sekolah. Tujuan pembentukan Komite Sekolah yaitu sebagai berikut:
 Mewadahi dan menyalurkan aspirasi serta prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan operasional dan program pendidikan di satuan
pendidikan.
 Meningkatkan tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan.
 Menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, dan
demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang
bermutu di satuan pendidikan (Kepmendiknas nomor: 044/U/2002
dalam Trimo, 2008).
Adapun fungsi Komite Sekolah, sebagai berikut:
 Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
 Melakukan kerjasama dengan masyarakat
(perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri) dan pemerintah
berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.
 Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai
kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat.
 Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan
10
pendidikan mengenai:
1) kebijakan dan program pendidikan
2) rencana anggaran pendidikan dan belanja sekolah (RAPBS)
3) kriteria kinerja satuan pendidikan
4) kriteria tenaga kependidikan
5) kriteria fasilitas pendidikan, dan
6) hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan
 Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan
guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan.
 Menggalang dana masyarakat dalam rangka
pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan
pendidikan.
 Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program,
penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan.
Secara kontekstual, peran Komite Sekolah sebagai:
a) Pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan
pelaksanan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan.
b) Pendukung (supporting agency), baik yang berwujud finansial,
pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di
satuan pendidikan.
c) Pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan
akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan
pendidikan.
d) Mediator antara pemerintah (mediate agency) dengan masyarakat di
satuan pendidikan.8
Mengacu pada peranan Komite Sekolah terhadap peningkatan mutu
pendidikan, sudah barang tentu memerlukan dana. Dana dapat diperoleh

8
Nurgiyantoro, Burhan. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah dan Sebuah
Pengantar Teoretis dan Pelaksanaan. Yogyakarta: BPFE. 1988. hlm. 321
melalui iuran anggota sesuai kemampuan, sumbangan sukarela yang tidak
mengikat, usaha lain yang tidak bertentangan dengan maksud dan tujuan
pembentukan Komite Sekolah. Sekolah bukanlah suatu lembaga yang
terpisah dari masyarakat. Sekolah merupakan lembaga yang bekerja dalam
konteks sosial. Sekolah mengambil siswanya dari masyarakat setempat,
sehingga keberadaannya tergantung dari dukungan sosial dan finansial
masyarakat. Oleh karena itu, hubungan sekolah dan masyarakat merupakan
salah satu komponen penting dalam keseluruhan kerangka penyelenggaraan
pendidikan.
Adanya hubungan yang harmonis antar sekolah dan masyarakat yang
diwadahi dalam organisasi Komite Sekolah, sudah barang tentu mampu
mengoptimalkan peran serta orang tua dan masyarakat dalam memajukan
program pendidikan, dalam bentuk:
 Orang tua dan masyarakat membantu menyediakan fasilitas
pendidikan, memberikan bantuan dana serta pemikiran atau saran
yang diperlukan sekolah.
 Orang tua memberikan informasi kepada sekolah tentang potensi
yang dimiliki anaknya.
 Orang tua menciptakan rumah tangga yang edukatif bagi anak.
Berkenaan dengan peningkatan hubungan sekolah dengan
masyarakat,
subtansi pembinaannya harus diarahkan kepada meningkatkan kemampuan
seluruh personil sekolah dalam:
 Memupuk pengertian dan pengetahuan orang tua tentang
pertumbuhan pribadi anak.
 Memupuk pengertian orang tua tentang cara mendidik anak yang baik,
dengan harapan mereka mampu memberikan bimbingan yang tepat
bagi anak-anaknya dalam mengikuti pelajaran.
 Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang program
pendidikan yang sedang dikembangkan di sekolah.
 Memupuk pengertian orang tua dan masyarakat tentang hambatan-
hambatan yang dihadapi sekolah.
 Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berperan serta
memajukan sekolah.
 Mengikutsertakan orang tua dan tokoh masyarakat dalam
merencanakan dan mengawasi program sekolah.
8. Peranan Pengusaha
Berkaitan dengan peranan masyarakat dalam pendidikan dalam UU
No.20/2005 Sisdiknas pasal 54 tentang Peran Serta Masyarakat Dalam
Pendidikan menyebutkan : (1) Peran serta masyarakat dalam pendidikan
meliputi peran serta perseorangan, kelompok, keluarga, organisasi profesi,
pengusaha, dan organisasi kemasyarakatan dalam penyelenggaraan dan
pengendalian mutu pelayanan pendidikan. (2) Masyarakat dapat berperan
serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. (3)
Ketentuan mengenai peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) dan ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. 9

Sebagai contoh, sebagaimana diungkapkan oleh Kadisdik Jabar,


Dadang Dally bahwa dunia usaha dan dunia industri merupakan bagian dari
masyarakat yang memiliki peranan penting dalam penyelenggaraan sistem
pendidikan nasional. Perihal kegiatan kerjasama dengan dunia usaha
sinergitas telah mulai dilakukan. Prosesnya telah memasuki tahap
inventarisasi. Implementasinya, dunia usaha didorong untuk membangun
sekolah, bukan menggalang dana dari dunia usaha.

9
Ibid,. hlm. 326
BAB III
KESIMPULAN

3.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut yaitu, pihak-pihak yang terlibat dalam pengembagan
kurikulum meliputi, administrator pendidikan, para ahli, kepala sekolah, guru,
siswa, komite sekolah, orangtua murid, dan para pengusaha. Pihak-pihak
tersebut terlibat secara langsung dalam pengembangan kurikulum ataupun
secara tidak langsung.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Idi. 2007. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Jakarta:


Ar- Ruzz Media.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nasution. 1982. Asas-asas Kurikulum. Bandung: Jemmars
Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah
dan Sebuah Pengantar Teoretis dan Pelaksanaan. Yogyakarta: BPFE.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2004. Pengembangan Kurikulum dan Teori dan
Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai