Stambuk : 21911026
Mata Kuliah : INOVASI KURIKULUM
Dosen : Asrul, S.Pd., M.Pd
Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh
suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan
diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan
perangkat mata pelajaran ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang
pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja.
1. Kurikulum 1947
Kurikulum yang mulai diaplikasikan pada 1950 ini dikenal dengan istilah leer plan yang
dalam bahasa Belanda artinya rencana pelajaran. Dikarenakan pada masa itu Indonesia
masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan, sistem pendidikannya pun masih
kental oleh pengaruh Belanda. Oleh karena itu, kurikulum ini meneruskan yang sudah
digunakan oleh Belanda sebelumnya. Ciri utama dari kurikulum ini adalah menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan
bangsa lain.
2. Kurikulum 1952
3. Kurikulum 1964
4. Kurikulum 1968
Ditujukan untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, sehat jasmani, mempertinggi
kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Oleh
karena itu mata pelajaran yang dibuat lebih bersifat teoritis. Kurikulum ini juga menekankan
pendekatan organisasi dalam materi pelajaran, seperti kelompok pembinaan Pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus.
5. Kurikulum 1975
Pengganti kurikulum 1968 ini memiliki tujuan agar pendidikan menjadi lebih efektif dan
efisien. Kurikulum ini dipengaruhi oleh konsep di bidang manajemen yang terkenal pada
masa itu, yaitu MBO (Management by Objective). Tujuan, materi, dan metode pengajaran
diatur secara rinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Masa ini
dikenal dengan istilah “Satuan Pelajaran”, yaitu rencana pelajaran dibuat untuk setiap
satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci lagi menjadi petunjuk umum, TIK (Tujuan
Instruksional Khusus), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar mengajar, dan
evaluasi. Kurikulum ini banyak mendapat kritik karena setiap guru menjadi sibuk karena
harus menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum ini sering disebut juga kurikulum 1975 yang disempurnakan. Salah satu tokoh
penting dibalik lahirnya kurikulum ini adalah Dr. Conny R. Semiawan, Kepala Pusat
Kurikulum Depdiknas tahun 1980-1986. Menggunakan process skill approach, di mana siswa
dibagi ke dalam beberapa kelompok lalu diperintahkan untuk mengamati sesuatu,
mendiskusikannya, setelah itu membuat laporan. Model ini disebut juga dengan Cara
Belajar Aktif Siswa (CBSA) atau SAL (Student Active Learning). Namun, banyak sekolah yang
merasa sistem ini kurang efektif karena suasana kelas dianggap tidak kondusif untuk belajar.
Penolakan CBSA pun banyak bermunculan.
Merupakan perpaduan antara kurikulum 1975 dan kurikulum 1984. Tujuannya agar siswa
lebih memahami konsep dan terampil dalam menyelesaikan soal dan masalah. Sistem
pembelajarannya satu tahun dibagi menjadi tiga caturwulan. Jadi, diharapkan agar siswa
dapat menerima materi pelajaran yang lebih banyak. Beban belajar siswa yang dianggap
terlalu berat menyebabkan bertebarannya berbagai macam kritik terhadap kurikulum ini.
8. Kurikulum 2004
Kurikulum ini dikenal dengan sebutan KBK (Kurikulum Berbasis Kompetisi). Menurut
Depdiknas, KBK adalah seperangkat rencana pengaturan tentang kompetensi dan hasil
belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan
sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah. Setiap mata pelajaran
memiliki rincian kompetensi apa yang harus dicapai oleh siswa. Namun, terdapat kerancuan
pada sistem ini. Alat ukur pencapaian kompetensi siswa hanya berupa Ujian Akhir Sekolah
dan Ujian Nasional yang jawaban dari soalnya adalah pilihan ganda. Jika tujuannya adalah
mengasah kompetensi siswa, seharusnya alat ukurnya lebih banyak praktik atau soal uraian
agar pemahaman lebih terlihat.
9. Kurikulum 2006
Pada tahun 2006, KBK dihentikan dan diganti oleh KTSP (Kurikulum Tingkat Stuan
Pendidikan). Jika dilihat, kurikulum ini tidak jauh berbeda dengan Kurikulum 2004. Hanya
saja KTSP lebih memberi kebebasan kepada guru untuk merencanakan pembelajaran sesuai
dengan lingkungan, kondisi siswa, dan kondisi sekolah. Depdiknas telah menetapkan
kerangka dasar (KD), standar kompetensi kelulusan (SKL), standar kompetensi dan
kompetensi dasar (SKKD) untuk setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan. Jadi, sistem
pembelajaran dan silabus merupakan wewenang dari sekolah dikoordinasikan dan
disupervisi oleh pemerintah Kabupaten/Kota. Pada akhir tahun 2012, KTSP akhirnya diganti
dengan kurikulum baru karena diangap kurang berhasil.
Kurikulum 2013 atau biasa disebut dengan Kurtilas merupakan peralihan pemerintahan
antara Presiden SBY dan Presiden Jokowi. Kurtilas memiliki empat aspek penilaian, yaitu
pengetahuan, sikap, keterampilan, dan perilaku. Anies Baswedan sempat menghentikan
pelaksanaan Kurtilas di beberapa sekolah untuk mengevaluasi ulang kurikulum ini. Pada
tahun 2016, kurikulum ini telah direvisi dan kembali diberlakukan di beberapa sekolah.