Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH KURIKULUM ISSU

MODEL KONSEP DAN MODEL


PENGEMBANAGAN KURIKULUM DI
TINGKAT SEKOLAH DASAR
Dosen Pengampu: Dr. H. Lukman, S.S., M.Ag.

Oleh:

JUMRIANAH
200407550022

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah ini dengan semestinya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Kurikulum Issu. Kami
mengucapkan terima kasih kepada bapak Dr. H. Lukman, S.S., M.Ag selaku dosen
Kurikukum Issu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan kami sesuai dengan mata kuliah yang saya tempuh.
Saya menyadari makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga dapat
digunakan untuk pengembangan lebih lanjut dan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat berguna bagi pembacanya.

Parepare, 05 Juli 2023

Jumrianah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................1
BAB II...............................................................................................................................2
PEMBAHASAN................................................................................................................2
A. Pengertian Model Konsep Kurikulum dan Model Pengembangan Kurikulum.......2
B. Model Konsep Kurikulum......................................................................................3
C. Model-Model Pengembangan Kurikulum..............................................................8
BAB III............................................................................................................................13
PENUTUP........................................................................................................................13
A. Kesimpulan..........................................................................................................13
B. Saran....................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................14

iii
A. Latar Belakang BAB I
PENDAHULUAN

Model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam


kegiatan pengembangan kurikulum. Sungguh sangat baik bagi para pelaku
pendidikan di lapangan terutama gutu, kepala sekolah, pengawas bahkan anggota
komite sekolah jika tidak memahami dengan baik keberadaan, kegunaan dan
urgensi setiap model-model pengembangan kurikulum.

Salah satu fungsi pendidikan dan kurikulum bagi masyarakat adalah


menyiapkan peserta didik untuk kehidupan di kemudian hari. Pemahaman tentang
kurikulum sendiri merupakan salah satu unsur kompetensi paedagogik yang harus
memiliki seorang guru. Kompetensi paedagogik merupakan kemampuan guru
dalam pengelolaan pembelajaran pada peseta didik yang salah satunya
kemampuan pengembangan kurikulum.

Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang melaju cepat,


menuntut kemajuan masyarakat sebagai pelaku pendidikan juga berkembang,
untuk itu pemerintah melalui guru berusaha mewujudkan sumber daya manusia
yang kompeten sebagai produk hasil dari proses pendidikan. Maka dari itu perlu
adanya pengembangan kurikulum sebagai modal dasar agar pembelajaran dapat
berjalan lancar dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model konsep kuikulum dan model pengembangan kurikulum?
2. Bagaimana model konsep kurikulum?
3. Bagaimana model pengembangan kurikulum?

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model Konsep Kurikulum dan Model Pengembangan Kurikulum
Model adalah konstruksi yang bersifat teoritis dari konsep. Kurikulum merupakan
seperangkat susunan rencana kegiatan pendidikan mengenai tujuan, pokok, isi, bahan,
metode, dan strategi pembelajaran sebagai acuan penyelenggaraan kegiatan proses
pembelajaran. Jadi, model konsep kurikulum merupakan dasar untuk pengembangan
kurikulum. atau dengan kata lain, pendekatan pengembangan kurikulum didasarkan
atas konsep-konsep kurikulum yang ada.
Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai aspek yang
mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai moral, kegamaaan, politik,
budaya, dan sosial), proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan
masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi
bahan yang perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Model
pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka
mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan mengevaluasi (evaluation)
suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus dapat
menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang memenuhi
berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan.
Dalam praktik pengembangan kurikulum sering terjadi cenderung hanya
menekankan pada pemenuhan mata pelajaran. Artinya, isi atau materi yang harus
dipelajari peserta didik hanya berpusat pada disiplin ilmu yang terstruktur, sistematis,
dan logis, sehingga mengabaikan pengetahuan dan kemampuan aktual yang
dibutuhkan sejalan perkembangan masyarakat.
Agar dapat mengembangkan kurikulum secara baik, pengembangan kurikulum
semestinya memahami berbagai jenis model pengembangan kurikulum. Yang
dimaksud dengan model pengembangan kurikulum dalam tulisan ini yaitu langkah
atau prosedur sistematis dalam proses penyusunan suatu kurikulum. Dengan
memahami esensi model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif model
pengembangan, para pengembang kurikulum diharapkan akan bisa bekerja secara
lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga harapan ideal terwujudnya suatu
kurikulum yang akomodatif dengan berbagai kepentingan, teori dan praktik, bisa
diwujudkan.

2
B. Model Konsep Kurikulum
1. Kurikulum Subjek Akademis
Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan
esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu, semua ilmu pengetahuan dan nilai-
nilai telah ditemukan oleh para pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan memelihara dan
mewariskan hasil-hasil budaya masa lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan
isi pendidikan. Belajar adalah berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang
yang berhasil dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar
isi pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru.
Kurikulum subjek akademis tidak berarti hanya menekankan pada materi yang
disampaikan, dalam perkembangannya secara berangsur memperhatiakan proses
belajar yang dilakukan siswa.
a. Ciri-ciri kurikulum subjek akademis
Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan tujuan,
metode, organisasi isi, dan evaluasi. Tujuan kurikulum subjek akademis adalah
pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para siswa menggunakan ide-ide dan
proses “penelitian”. Dengan berpengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu, para siswa
diharapkan memilik konsep-konsep dan cara-cara yang dapat terus dikembangkan
dalam masyarakat yang lebih luas. Para siswa harus belajar menggunakan pemikiran
dan dapat mengontrol dorongan-dorongannya. Sekolah harus memberikan
kesempatan kepada para siswa untuk merealisasikan kemampuan mereka menguasai
warisan budaya dan jika mungkin memperkayanya.
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademis adalah
metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi
(dilaksanakan) siswa sampai mereka kuasai. Konsep utama disusun secara sistematis,
dengan ilustrasi yang jelas untuk selanjutnya dikaji. Dalam materi disiplin ilmu yang
diperoleh, dicari berbagai masalah penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara
pemecahannya.
Melalui proses tersebut para siswa akan menemukan, bahwa kemampuan berpikir
dan mengamati digunakan dalam ilmu kealaman, logika digunakan dalam
matematika, bentuk dan perasaan digunakan dalam seni dan koherensi dalam sejarah.
Mereka mempelajari buku-buku standar untuk memperkaya pengetahuan, dan untuk
memahami budaya masa lalu dan mengeti keadaan masa kini.
b. Penyesuaian mata pelajaran dengan perkembangan anak

3
Para pengembang kurikulum subjek akademis, lebih mengutamakan penyusunan
bahan secara logis dan sistematis daripada menyelaraskan urutan bahan dengan
kemampuan berpikir anak. Mereka umumnya kurang memperhatikan bagaimana
siswa belajar dan lebih mengutamakan susunan isi, yaitu apa yang akan diajarkan.
Proses belajar yang ditempuh oleh siswa sama pentingnya sama dengan penguasaan
konsep, prinsip-prinsip, dan generalisasi. Para ahli kurikulum subjek akademik juga
memandang materi yang akan diajarkan bersifat universal, mereka mengabaikan
karakteristik siswa dan kebutuhan masyarakat setempat.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan di atas dalam perkembangan selanjutnya
dilakukan beberapa penyempurnaan.
1) untuk mengimbangi penekanannya pada proses berpikir, mereka mulai mendorong
penggunaan intuisi dan tebak-tebakan.
2) adanya upaya-upaya untuk menyesuaikan pelajaran dengan perbedaan individu dan
kebutuhan setempat.
3) pemanfaatan fasilitas dan sumber yang ada pada masyarakat.

2. Kurikulum Humanistik
a. Konsep dasar
Kurikulum humanistik dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistik.
Kurikulum ini berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi (personalized education)
yaitu John Dewey (progressive Education) dan J.J. Rousseau (Romantic Education).
Aliran ini lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi
bahwa anak atau siswa adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Ia adalah
subjek yang menjadi pusat kegiatan pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa
mempunyai potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Para
pendidik humanis juga berpegang pada konsep Getsalt, bahwa individu atau anak
merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan kepada membina
manusia yang utuh bukan saja segi fisik dan intelektual tetapi juga segi sosial dan
efektif (emosi, sikap, perasaan, nilai, dan lain-lain).
Pandangan mereka berkembang sebagai reaksi terhadap pendidikan yang lebih
menekankan segi intelektual dengan peran utama dipegang oleh guru. Pendidikan
humanistik menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk
menciptakan situasi yang permisif, rileks, akrab. Berkat situasi tersebut anak
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.

4
Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana mengajar siswa (mendorong siswa),
dan bagaimana merasakan atau bersikap terhadap sesuatu. Tujuan pengajaran adalah
memperluas kesadaran diri sendiri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan
dari lingkungan. Ada beberapa aliran yang termasuk dalam pendidikan humanistik
yaitu pendidikan Konfluen, Kritikisme Radikal, dan Mitikisme modern.
Pendidikan konfluen menekankan kebutuhan pribadi, individu harus merespons
secara utuh (baik segi pikiran, perasaan, maupun tindakan), terhadap kesatuan yang
menyeluruh dari lingkungan.
Kritikisme Radikal bersumber dari aliran naturalisme atau romantisme Rousseau.
Mereka memandang pendidikan sebagai upaya untuk membantu anak menemukan
dan mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya. Pendidikan merupakan
upaya untuk menciptakan situasi yang memungkinkan anak berkembang optimal.
Pendidik adalah ibarat petani yang berusaha menciptakan tanah yang gembur, air dan
dan udara yang cukup, terhindar dari berbagai hama, untuk tumbuhnya tanaman yang
penuh dengan berbagai potensi. Dalam pendidikan tidak ada pemaksaan, yang ada
adalah dorongan dan rangsangan untuk berkembang.
Mitikisme modern adalah aliran yang menekankan latihan dan pengembangan
kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti, melalui sensitivity training, yoga,
meditasi, dan sebagainya.
b. Kurikulum konfluen
Kurikulum konfluen dikembangkan oleh para pendidikan konfluen, yang ingin
menyatukan segi-segi afektif (sikap, perasaan, nilai) dengan segi-segi kognitif
(kemampuan intelektual). Pendidikan konfluen kurang menekankan pengetahuan
yang mengandung segi afektif). Menurut mereka kurikulum tidak menyiapkan
pendidikan tentang sikap, perasaan, dan nilai yang harus dimiliki murid-murid.
Kurikulum hendaknya mempersiapkan berbagai alternatif yang dapat dipilih murid-
murid dalam proses bersikap, berperasaan dan member pertimbangan nilai. Murid-
murid hendaknya diajak untuk menyatakan pilihan dan mempertanggungjawabkan
sikap-sikap, perasaan- perasaan, dan pertimbangan-pertimbangan nilai yang telah
dipilihnya.
c. Beberapa ciri kurikulum konfluen
Kurikulum konfluen mempunyai beberapa cirri utama yaitu :
1) Partisipasi
2) Integrasi

5
3) Relevansi,

6
4) Pribadi anak
5) Tujuan
d. Metode-metode belajar konfluen
Para pengembang kurikulum konfluen telah menyusun kurikulum untuk berbagai
bidang pengajaran. Kurikulum tersebut mencakup tujuan, topik-topik yang akan
dipelajari, alat-alat pelajaran, dan buku teks. Pengajaran konfluen juga telah tersusun
dalam bentuk rencana-rencana pelajaran, unit-unit pelajaran yang telah diujicobakan.
Kebanyakan bahan tersebut diajarkan dengan teknik afektif. George Issac Brown
telah memberikan sekitar 40 macam teknik pengajaran konfluen, diantaranya dyads
yang merupakan latihan komunikasi afektif antara dua orang, fantasy body trips
merupakan pemahaman tentang badan dan diri individu, rituals yaitu suatu kegiatan
untuk menciptakan kebiasaan, kegiatan atau ritual baru.

3. Kurikulum Rekonstruksi Sosial


Kurikulum rekontruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya.
Kurikulum ini lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang
dihadapinya dalam masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan
interaksional. Menurut mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan
bersama, interaksi, kerja sama. Kerja sama atau interaksi bukan hanya terjadi antara
siswa dengan guru, tetapi juga antara siswa dengan siswa, siswadengan orang-orang
dilingkungannya, dan dengan sumber belajar lainnya. Melalui interaksi dan kerja
sama ini siswa berusaha memecahakan problema-problema yang dihadapinya dalam
masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Pandangan rekonstruksi sosial di dalam kurikulum dimulai sekitar tahun 1920-an.
Harold Rug mulai melihat dan menyadarkan kawan-kawannya bahwa selama ini
terjadi keseimbangan antara kurikulum dengan masyarakat. Ia menginginkan para
siswa dengan pengetahuan dan konsep-konsep baru yang diperolehnya dapat
mengidentifikasikan dan memecahkan masalah-masalah sosial. Setelah diharapkan
dapat menciptakan masyarakat baru yang lebih stabil.
a. Desain kurikulum rekontruksi social
Ada beberapa ciri dari desan kurikulum ini.
1) Asumsi
2) Masalah-masalah sosial yang mendesak
3) Pola-pola organisasi

7
4) Komponen-komponen kurikulum
5) Tujuan dan isi kurikulum
6) Metode
7) Evaluasi
b. Pelaksanaan pengajaran rekontruksi social
Pengajaran rekontruksi sosial banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong
belum maju dan tingkat ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini
diarahkan untuk meningkatkan kondisi kehidupan mereka. Sesuai dengan potensi
yang ada dalam masyarakat, sekolah mempelajari potensi-potensi tersebut, dengan
bantuan biaya dari pemerintahan sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut.
Di daerah pertanian umpamanya sekolah mengembangkan bidang pertanian dan
peternakan, di daerah industri mengembangkan bidang-bidang industri.

4. Kurikulum Teknologi
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, di bidang pendidikan
berkembang pula teknologi pendidikan. Aliran ini ada persamaannya dengan
pendidikan klasik, yaitu menekan isi kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada
pemeliharaan dan pengawetan ilmu tersebut tetapi pada penguasaan kompetensi.
Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih sempit/khusus
dan akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang dapat diamati atau diukur.
Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam
dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).
Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi alat
(tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut juga
teknologi sistem (system technology).
a. Beberapa ciri kurikulum teknologis
Kurikulum yang dikembangkan dari konsep teknologi pendidikan, memiliki beberapa
ciri khusus, yaitu:
1) Tujuan. Tujuan diarahkan pada penguasaan kompetensi, yang dirumuskan dalam
bentuk perilaku.
2) Metode. Metode yang merupakan kegiaatn pembelajaran sering dipandang sebagai
proses mereaksi terhadap perangsang-perangsang yang diberikan dan apabila terjadi
respons yang diharapkan maka respons tersebut diperkuat.
3) Organisasi bahan ajar

8
4) Evaluasi
Pelaksanaan pengajaran mengikuti langkah-langkah sebagai berikut.
a) Penegasan tujuan
b) Pelaksanaan pengajaran
c) Pengetahuan tentang hasil
b. Pengembangan kurikulum
Inti dari pengembangan kurikulum teknologis adalah penekanan pada kompetensi.
Pengembangan dan penggunaan alat dan media pengajaran bukan hanya sebagai alat
bantu tetapi bersatu dengan program pengajaran dan ditujukan pada penguasaan
kompetensi tertentu.

C. Model-Model Pengembangan Kurikulum


Berbagai model dalam pengembangan kurikulum secara garis besar diutarakan
sebagai berikut:
1. Model Administratif
Model administratif diistilahkan juga garis staf atau top down, dari atas kebawah.
Artinya pengembangan kurikulum ini ide awal dan pelaksanaanya dimulai dari para
pejabat tingkat atas pembuat keputusan dan kebijakan berkaitan dengan
pengembangan kurikulum. Tim ini sekaligus sebagai tim pengarah dalam
pengembangan kurikulum.
Dengan wewenang administrasinya membentuk suatu komisi atau tim pengarah
pengembangan kurikulum. Anggotanya terdiri dari pejabat di bawahnya, para ahli
pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dan para tokoh dari dunia kerja dan
perusahaan. Tugas tim ini adalah merumuskan konsep-konsep dasar, landasan-
landasan, kebijaksanaan dan strategi utama dalam pengembangan kurikulum.
Selanjutnya administrator membentuk tim kerja terdiri dari para ahli pendidikan,
ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi, dan guru-guru senior, yang
bertugas menyusun kurikulum yang sesungguhnya yang lebih operasional
menjabarkan konsep- konsep dan kebijakan dasar yang telah digariskan oleh Tim
pengarah seperti merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional, memilih sekuen
materi, memilih strategi pembelajaran dan evaluasi, serta menyusun pedoman-
pedoman pelaksanaan kurikiulum bagi guru. Setelah Tim kerja selesai melaksanakan
tugasnya, hasilnya dikaji ulang oleh Tim Pengarah serta para ahli lain yang
berwenang atau pejabat yang kompeten.

9
Setelah mendapatkan beberapa penyempurnaan dan dinilai telah cukup baik,

1
administrator pemberi tugas menetapkan berlakunya kurikulum tersebut. Karena
datangnya dari atas, maka model ini disebut juga Model top-down. Dalam
pelaksanaannya, diperlukan monitoring, pengawasan dan bimbingan. Setelah berjalan
beberapa saat perlu dilakukan evaluasi. Model model pengembangan kurikulum ini
sering mendapat kritikan, karena dipandang tidak demokratis, dan kurang
memperhatikan inisiatif para guru. Di Indonesia model ini digunakan alam penerapan
kurikulum 1968 dan kurikulum 1975.

2. Model dari Bawah (Grass-Roats)


Model pengembangan kurikulum yang pertama, digunakan dalam sistem
pengelolaan pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi sedangkan model grass
roots akan berkembang dalam sistem pendidikan yang bersifat desentralisasi.
Langkah-langkahnya:
a. Inisiatif pengembangan datangnya dari bawah (para pengajar).
b. Tim pengajar dan beberapa sekolah ditambah narasumber lain dari orang tua peserta
didik atau masyarakat luas yang relevan.
c. Pihak atasan memberikan bimbingan dan dorongan.
d. Untuk pemantapan konsep pengembangan yang telah dirintisnya diadakan lokakarya
untuk mencari input yang diperlukan.

3. Model Demonstrasi
Model pengembangan kurikulum idenya datang dari bawah (grass roots). Semula
merupakan suatu upaya inovasi kurikulum dalam skala kecil yang selanjutnya
digunakan dalam skala yang lebih luas, tetapi dalam prosesnya sering mendapat
tantangan atau ketidak setujuan dari pihak-pihak tertentu. Menurut Smith, Stanley,
dan Shores, ada dua bentuk model pengembangan ini.
a. Sekelompok guru dari satu sekolah atau beberapa sekolah yang diorganisasi dan
ditunjuk untuk melaksanakan suatu uji coba atau eksperimen suatu kurikulum. Unit-
unit ini melakukan suatu proyek melalui kegiatan penelitian dan pengembangan untuk
menghasilkan suatu model kurikulum. Hasil dari kegiatan penelitian dan
pengembangan ini diharapkan dapat digunakan pada lingkungan sekolah yang lebih
luas. Pengembangan model ini biasanya diprakarsai oleh pihak Departemen
Pendidikan dan dilaksanakan oleh kelompok guru dalam rangka inovasi dan
perbaikan suatu kurikulum.

1
b. Dari beberapa orang guru yang merasa kurang puas tentang kurikulum yang sudah
ada, kemudian mereka mengadakan eksperimen, uji coba, dan mengadakan
pengembangan secara mandiri. Pada dasarnya guru-guru tersebut mencobakan yang
dianggap belum ada, dan merupakan suatu inovasi terhadap kurikulum, sehingga
berbeda dengan pengembangan kurikulum yang berlaku, dengan harapan akan
ditemukan pengembangan kurikulum yang lebih baik dari yang ada.
Hal penting dari model demontrasi adalah adanya keterbukaan komunikasi antara
percobaan yang dilakukan guru dengan percobaan-percobaan yang dilakukan secara
lembaga. Di samping itu model demontrasi dapat dikembangkan oleh setiap guru
dalam bentuk penelitian tindakan kelas (classroom action research).

4. Model Beaucham
Model ini dikembangkan oleh G.A. Beauchamp (1964). Langkah-langkahnya sebagai
berikut:
a. Suatu gagasan pengembangan kurikulum yang telah dilaksanakan di kelas, diperluas
disekolah, disebarkan disekolah-sekolah didaerah tertentu baik berskala regional
maupun nasional yang disebut arena.
b. Menunjuk tim pengembangan yang terdiri atas ahli kurikulum, para ekspert, staf
pengajar, petugas bimbingan, dan nara sumer lain.
c. Tim menyusun tujuan pengajaran, materi, dan pelaksanaan proses belajar mengajar.
d. Melaksanakan kurikulum di sekolah.
e. Mengevaluasi kurikulum yang berlaku.

5. Model Terbalik Hilda Taba


Model terbalik ini dikembangkan oleh Hilda Taba atas dasar data induktif yang
disebut model terbalik, karena biasanya pengembangan kurikulum didahului oleh
konsep- konsep yang datangnya dari atas secara deduktif. Sebelum melaksanakan
langkah- langkah lebih lanjut,terlebih dahulu mencari data dari lapangan dengan cara
mengadakan percobaan, kemudian disusun teori atas dasar hasil nyata, baru diadakan
pelaksanaan.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Mendiagnosis kebutuhan, merumuskan tujuan, menentukan materi, menemukan
Penilaian, memperhatikan antara luas dan dalamnya bahan, kemudian disusunlah
suatu unit kurikulum.

1
b. Mengadakan try out.
c. Mengadakan revisi atas dasar try out.
d. Menyusun kerangka kerja teori.
e. Mengemukakan adanya kurikulum baru yang akan didesiminasikan.

6. Model Hubungan Interpersonal dari Rogers


Menurut Roger’s manusia berada dalam proses perubahan (becoming, developing,
changing), sesungguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi untuk berkembang
sendiri, tetapi karena ada hambatan-hambatan tertentu ia membutuhkan orang lain
untuk membantu memperlancar atau mempercepat perubahan tersebut. Pendidikan
juga tidak lain merupakan upaya untuk membantu memperlancar dan mempercepat
perubahan tersebut. Guru serta pendidik lainnya bukan pemberi informasi apalagi
penentu perkembangan anak, mereka hanyalah pendorong dan pemelancar
perkembangan anak.
Langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Diadakannya kelompok untuk dapatnya hubungan interpersonal di tempat yang tidak
sibuk
b. Kurang lebih dalam satu minggu para peserta mengadakan saling tukar pengalaman,
dibawah pimpinan staf pengajar.
c. Kemudian diadakan pertemuan dengan masyarakat yang lebih luas lagi dalam satu
sekolah, sehingga hubungan interpersonal akan menjadi lebih sempurna.
d. Selanjutnya penemuan diadakan dengan mengikutsertakan anggota yang lebih luas
lagi, yaitu dengan mengikutsertakan para pegawai administrasi dan orang tua peserta
didik. Dalam situasi yang demikian diharapkan masing-masing person akan saling
menghayati dan lebih akrab, sehingga memudahkan berbagai pemecahan problem
sekolah yang dihadapi.

7. Model penelitian tindakan


Model ini dikembangkan oleh Smith, Stanley, dan Shores, berdasarkan asumsi
bahwa perubahan kurikulum adalah perubahan sosial, yaitu proses yang melibatkan
berbagai kepribadian orang tua, peserta didik, guru, struktur sistem sekolah, dan
hubungan individu serta kelompok, baik di sekolah maupun di masyarakat.
Kurikulum muncul dalam konteks pengharapan dari masyarakat. Setiap orang
berharap bahwa setiap perilaku haruslah sesuai dengan profesinya, apa itu dokter,

1
pengusaha, ibu, wiraswastawan, maupun seorang guru. Dalam hal terakhir, setiap
orang mempunyai sesuatu ide tentang apa dan bagaimana seharusnya anak didik, serta
peran apa yang harus dijadikan kurikulum. Jadi program pengembangan kurikulum
yang efektif berusaha memperhatikan berbagai perasaan, pengharapan, dan ide yang
dimiliki orang terhadap kurikulum serta selalu dikaitkan dengan kepentingan dan
kebutuhan masyarakat.
Langkah-langkah yang perlu diambil dalam model ini ialah:
a. Penelaahan berbagai masalah kurikulum, dengan cara: menemukan fakta-fakta secara
luas untuk dijadikan sesuatu masalah, mengidentifikasi berbagai faktor, kekuatan
serta syarat yang harus diambil jika masalah tersebut perlu dipecahkan.
b. Penerapan berbagai keputusan yang berhubungan dengan masalah pertama. Kegiatan
ini dilaksanakan dengan mencari data atau fakta. Untuk itu, perlu menyediakan data
untuk penilaian, memberi pandangan baru untuk suatu perencanaan kurikulum,
menemukan data tambahan untuk perubahan.

1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka


mendesain (designing), menerapkan (impelementation), dan mengevaluasi
(evaliation) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model pengembangan kurikulum harus
dapat menggambarkan suatu proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat
memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan dalam pendidikan. Yang
dimaksud dengan model pengembangan kurikulum yaitu langkah atau prosedur
sistematis dalam proses penyususnan suatu kurikulum.
Model konsep kurikulum dikembangkan oleh para ahli dikaji empat macam model
konsep kurikulum berdasrakan pada urutan kajian paling tradisional sampai dengan
kajian yang dianggap cukup modern yaitu kurikulum subjek akademis, humanistik,
rekonstruksi sosial dan teknologis.
Model pengembangan kurikulum yang dapat digunakan meliputi model
administrasi, model grass root, model demonstrasi, model Beauchamp, model
hubungan Interpersonal dari Roger, model Tyler, serta model Inverted dari Taba.
Model administrasi rencananya berasal dari pejabat, model grass root serta
demonstrasi memiliki kemiripan dengan rencana yang berasal dari pendidik, model
Beauchamp menelaah erdasarkan langkah-langkah tertentu, model hubungan
Interpersonal dari Roger menitikberatkan pada kegiatan kelompok campuran, model
Tyler berdasar pada empat pertanyaan pendidikan, dan model Inverted dari Taba
menekankan pada kesederhanaan prosedur

B. Saran
Kami menyadari makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun, sehingga dapat
digunakan untuk pengembangan lebih lanjut dan demi kesempurnaan makalah ini.

1
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Iif Khoiru, dkk. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi KTSP. Jakarta.
Prestasi Pustaka.
Dakir. 2004. Perencanan dan Pengembangan Kurikulum. Jakarta. Rineka Cipta.
Hamid, Hamdani, dkk. 2013. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung.
Pustaka
Setia.
Mulyasa, E. 2006. Kurikulum yang Disempurnakan. Bandung. Remaja Rosdakarya.
Nurgiyanto, Burhan. 2008. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: Sebuah
Pengantar Teoretis dan Pelaksanaan. Yogyakarta. BPFE Yogyakarta. cet. ke-2.
Sukmadinata, Nana Syaodih . 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktik.
Bandung. Remaja Rosdakarya. cet. ke-7.
Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran. 2011. Kurikulum dan
Pembelajaran . Jakarta. Rajawali Press. Ed. 3.

Anda mungkin juga menyukai