Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MODEL MODEL KURIKULUM

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Alwen Bentri, M.Pd

Dr. Mutiara Felicita Amsal, M.Pd

Disusun Oleh :

Nailah Gina Khairunnisa (23004141)

Nofitra Herman (23004144)

Salsabila (23004153)

DEPARTEMEN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT. atas rahmat dan karunianya penulis mampu
menyelesaikan makalah ini untuk melengkapi tugas mata kuliah dasar dasar
kurikulum.

Dalam penulisan ini penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran agar
dapat memperbaiki kekurangan dan menyempurnakan dalam penulisan makalah
tersebut kedepannya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca terutama bagi penulis sendiri. Bahkan kami berharap lebih
jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari

Padang, 13 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang .............................................................................................1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................1
C. Tujuan ..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................2

A. Konsep Model Kurikulum ...........................................................................2


B. Model-Model Kurikulum .............................................................................2
C. Kelebihan dan Kekurangan Model-Model Kurikulum ................................7

BAB III PENUTUP ..............................................................................................10

A. Kesimpulan .................................................................................................10
B. Saran ............................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................11

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kegiatan pembelajaran pasti disusun oleh kurikulum yang terus berusaha
dikembangkan supaya bisa menyesuaikan dengan para peserta didik, dan tentunya
pada pengembangan kurikulum ini menmpunyai model-model yang berperan penting
sehingga para warga sekolah selain peserta didik diharuskan memahami dengan baik
terkait keberadaan, kegunaan dan urgensi setiap model-model ini.

Pemahaman tentang kurikulum sendiri merupakan salah satu unsur kompetensi


paedagogik yang harus dimiliki seorang guru. Kompetensi paedagogik merupakan
kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran pada peserta didik yang salah
satunya kemampuan pengembangan kurikulum.

Perkembangan yang maju dan cepat pada bidang teknologi dan ilmu pengetahuan
membuat tuntutan terhadap kemajuan masyarakat sebagai pelaku pendidikan yang
juga berkembang, dengan melalului guru atau peendidik maka akan diupayakan
membentuk sumber daya manusia yang kompeten. Sehingga dengan begitu
diperlukannya model-model ini dalam kurikulum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa konsep model kurikulum?
2. Apa saja model-model kurikulum?
3. Apa saja kelebihan dan kekurangan model-model kurikulum?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari model-model kurikulum
2. Mengetahui model-model kurikulum
3. Mengetahui kelebihan dan kekurangan model-model kurikulum

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Model Kurikulum

Secara umum pengertian kurikulum adalah alat atau pedoman yang berisikan
tujuan, isi, proses dan hasil, yang dijadikan sebagai acuan dalam melaksanakan
proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan pendidikan tertentu. Dari
pengertian diatas dapat diambil kesimpulan jika bagimanapun bentuk kurikulum
haruslah sesuai dengan tujuan awal pendidikan dan perkembangan zaman.

Model merupakan konstruksi yang bersifat teoritis diri konsep. Sehingga model
konsep kurikulum merupakan dasar untuk pengembangan kurikulum atau dijelaskan
bahwa Jadi, model konsep kurikulum merupakan dasar untuk pengembangan
kurikulum. atau dengan kata lain, pendekatan pengembangan kurikulum didasarkan
atas konsep-konsep kurikulum yang ada.

Kehidupan manusia yang kian lama kian maju dan semakin canggih, oleh
karenanya akan tidak relevan menggunakan kurikulum tradisional ditengah zaman
modern seperti sekarang ini. Untuk itu terbentuklah model kurikulum berdasarkan
perkembangan zaman. Minimal ada empat model kurikulum yang banyak diacu
dalam pengembangan kurikulum, yaitu model kurikulum subjek Akademis,
Humanistik, Rekonstruksi Sosial dan Kompetensi (Sukmadinata, 2009).

B. Model –Model Kurikulum


1. Kurikulum subjek akademis

Kurikulum subjek akademis merupakan salah satu model kurikulum yang


paling tua. Kurikulum ini menekankan isi atau materi pelajaran yang bersumber dari
disiplin ilmu. Kurikulum subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik, yang

2
berorientasi pada masa lau, bahwa semua ilmu pengetahuan, teknologi, dan nilai-nilai
budaya telah ditemukan oleh para ahli di masa lalu.
Kurikulum subjek akademis mempunyai beberapa ciri berkenaan dengan
tujuan, metode, organisasi isi, dan evaluasi. Yang mana pada tujuan ini yaitu
memberikan sebuah pengetahuan dan ide-ide dengan begitu para siswa akan memiliki
cara-cara yang dapat dikembangkan bagi masyarakat luas.
Metode yang paling banyak digunakan dalam kurikulum subjek akademis
adalah metode ekspositori dan inkuiri. Ide-ide diberikan guru kemudian dielaborasi
(dilaksanakan) siswa sampai mereka kuasai. Konsep utama disusun secara sistematis,
dengan ilustrasi yang jelas untuk selanjutnya dikaji. Dalam materi disiplin ilmu yang
diperoleh, dicari berbagai masalah penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara
pemecahannya.
Melalui proses tersebut para siswa akan menemukan, bahwa kemampuan
berpikir dan mengamati digunakan dalam ilmu kealaman, logika digunakan dalam
matematika, bentuk dan perasaan digunakan dalam seni dan koherensi dalam sejarah.
Mereka mempelajari buku-buku standar untuk memperkaya pengetahuan, dan untuk
memahami budaya masa lalu dan mengeti keadaan masa kini.
Sebagai pengembang kurikulum tinggal memilih bahan-bahan materi ilmu yang
telah dikembangkan oleh para ahli disiplin ilmu, kemudian mengorganisasinya secara
sistematis, sesuai dengan tujuan pendidikan dan tahap perkembangan peserta didik.
Guru sebagai penyampai bahan ajar harus menguasai semua pengetahuan yang
menjadi isi kurikulum.
Ada beberapa pola organisai isi (materi pelajaran) kurikulum subjek akademis.
Pola-pola organisasi yang terpenting menurut Sukmadinata (2009) diantaranya
sebagai berikut.
a. Correlated curriculum, merupakan pola organisasi materi atau konsep yang
dipelajari dalam suatu peajaran dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.

3
b. Unfied atau concentrated curriculum, merupakan pola organisasi bahan
peajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup materi
dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.
c. Integrated curriculum, kalau dalam unified masih tampak warna disiplin
ilmunya, maka dalam pola yang integrated warna disiplin ilmu tersebut sudah
tidak kelihatan lagi. Bahan ajar diintegrasikan dalam suatu persoalan, kegiatan
atau segi kehidupan tertentu.
d. Problem solving curriculum, merupakan pola organisasi yang berisi topik
pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan dengan
menggunakan pengetahuan dan keterampian yang diperoleh dari berbagai
mata pelajaran atau disiplin ilm

2. Kurikulum humanistic

Model ini lebih menekankan kepada pengembangan kepribadian peserta didik


secara utuh dan seimbang, dimana yang menjadi prioritas adalah pengalaman belajar
terhadap minat, kebutuhan dan kemampuan siswa. Model kurikulum humanistic
menekankan pengembangan kepribadian peserta didik secara utuh dan seimbang,
antara perkembangan segi intelektual (kognitif), afektif, dan psikomotor.

Pembelajaran segi-segi social, moral, dan afektif mendapat perhatian utama dalam
model kurikulum ini. Pembelajarannya berpusat pada peserta didik (student
centererd). Kurikulum humanistik merupakan kurikulum yang lebih mementingkan
proses dari pada hasil. Sasaran utama kurikulum jenis ini adalah bagaimana
memaksimalkan perkembangan anak supaya menjadi manusia yang mandiri.

Kurikulum humanistic dikembangkan oleh pata ahli pendidikan humanistic,


didasari oleh konsep-konsep pendidikan pribadi (personalized education), yaitu John
Dewey (progressive education) dan J.J. Rousseau (Romantic Education).

4
3. Kurikulum rekonstruksi social

Pada kurikulum ini lebih memusatkan kepada problem yang dihadapi dalam
masyarakat. Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan instruksional. Menurut
mereka pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, sehingga
adanya interaksi, kerja sama antara keseluruhan masyarakat atau orang-orang yang
berada dilingkugan yang sama atau sekitarnya. Dengan adanya interaksi dan kerja
sama maka akan teebentuknya usaha untuk memecahkan masalah dalam masyarakat.

Kurikulum rekonstruksi social memiliki kompenen-kompenen yang sama dengan


model kurikulum lain, tetapi isi dan bentuk-bentuknya berbeda. Setiap tahun program
pendidikan mempunyai tujuan yang berbeda. Tujuan utama dari rekonstruksi social
adalah menghadapkan para peserta didik dengan tantangan, ancaman, hambatan, atau
gangguan yang biasanya dihadapi manusia. Tantangan merupakan bidang garapan
dari studi social yang perlu didekati dari bidang-bidang lain, seperti ekonomi,
sosialogi, spikologi, estetika, bahkan pengetahuan alam dan matematika. Masalah-
masalah masyarakat bersifat universal dan hal ini dapat dikaji dalam kurikulum.
Dalam pembelajaran rekonstruksi social, para pengembangan kurikulum berusaha
mencari keselarasan antara tujuan nasional dengan tujuan peserta didik. Guru-guru
berusaha membantu para peserta didik menemukan minat dan kebutuhannya. Para
peserta didik sesuai dengan minatnya masing-masing, berusaha memecahkan masalah
social yang dihadapinya.
Kerja sama yang terbentuk baik antara individu dalam kegiatan kelompok,
maupun antarkelompok dalam kegiatan pleno, sangat mewarnai metode rekonstruksi
social. Kerja sama ini juga terjadi antara peserta didik dengan tokoh masyarakat. Bagi
rekontruksi social, belajar merupakan kegiatan bersama, ada ketergantungan antara
seorang dengan yang lainnya. Dalam kegiatan belajar mereka tidak ada kompetesi,
yang ada adalah kerja sama, saling pengertian dan consensus. Oleh karena itu,

5
pendekatan pembelajaran yang cocok adalah pendekatan pembelajaran kooperatif,
bukan kompetitif (Widyastono, 2000).
Apabila ingin mengetahui kurikulum rekonstruksi sosial ini lihat saja apakah ada
asumsi tujuan utamanya yang menghadapkan para siswa pada tantangan, ancaman,
hambatan- hambatan atau gangguan- gangguan yang dihadapi manusia, atau adanya
masalah-masalah sosia yang mendesak, dan juga pola-pola organisasi yang nantinya
tema terpilih akan dibahas secara pleno yang kemudian di rangkum menjadi satu
kesatuan sebagai bingkai.
Pada kurikulum rekonstruksi sosial ini juga memiliki komponen-komponen
yangsama dengan model kurikulum lain, namun isi dan bentuk-bentuknya berbeda.
Komponen-komponen tersebut adalah :
a. Tujuan dan isi kurikulum, bahwa tujuan serta isi kurikulum selalu mengalami
perubahan setiap tahunnya hal ini disebabkan demi mengikuti perkembangan
jaman serta kecanggihan teknologi yang ada.
b. Metode, digunakan mementingkan minat dan bakat alami yang dimiliki oleh
siswanya
c. Evaluasi, pelibatan siswa dalam memilih, menyusun, dan menilai bahan yang
akan diujikan

4. Kurikulum kompetensi

Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan kompetensi menjadi suatu


keharusan. Setiap orang dituntut kompeten dibidangnya. Kompetensi dapat
didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak (depdiknas, 2004.).
sementara itu, menurut spencer dan spencer (1993) kompetensi merupakan
karakteristik mendasar seseorang yang berhubungan timbal balik dengan suatu
criteria efektif atau kecakapan terbaik seseorang dalam pekerjaan atau keadaan.

6
Selanjutnya, berdasarkan kajian dari literature. Widyastono (2013) merumuskan
kompetensi adalah pengetahuan (kognitif) yang setelah dimiliki seseorang, harus
diwujudkan dalam bertindak (spikomotor) dan bersikap (afektif). Seseorang
dikatakan kompeten dibidang tertentu, apabila ia memiliki pengetahuan dibidang itu,
kemudian pengetahuan tersebut diwujudkan dalam bertindak dan bersikap dalam
kehidupan sehari-hari.

Misalnya, kita tau bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan, tetapi masih ada
diantara kita hobi nya merokok. Nah, orang yang hobi nya merokok itu, dapat
dikatakan baru sekadar memiliki pengetahuan dibidang kesehatan, tetapi belum
memiliki kompetensi atau belum kompeten dibidang kesehatan karena
pengetahuannya belum diwujudkan dalam bertindak dan bersikap.

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan tekonologi , dibidang pendidikan


berkembang pula teknologi pendidikan. Aliran ini ada persamaannya dengan
pendidikan klasik, yaitu menekankan isi kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada
pemelihararaa dan pengawetan ilmu tersebut, melainkan pada penguasaan
kompetensi. Suatu kompetensi yang benar diuraikan menjadi kompetensi yang lebih
spesifik dan menjadi perilaku yang dapat diamati atau diukur. Penerapan tekonologi
dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum ada dalam dua bentuk, yaitu bentuk
perangkat keras (teknologi alat) dan perangkat (teknologi system).

C. Kelebihan dan kekurangan model-model kurikulum

Dalam pemilihan model kurikulum yang tepat harus mempertimbangkan tujuan


pendidikan, karakteristik siswa, dan konteks sekolah atau institusi pendidikan. Dan
juga memperhatikan kelebihan dan kekurangan dari model-model kurikulum, yaitu
sebagai berikut :

7
1. Model Tradisional

- Kelebihan: Memiliki struktur yang jelas dan terorganisir, memudahkan guru


dalam mengajar dan siswa dalam belajar. Memiliki evaluasi yang objektif
melalui tes dan ujian.

- Kekurangan: Kurang mendorong pengembangan keterampilan siswa selain


penguasaan materi. Kurang fleksibel dan kurang relevan dengan kehidupan
nyata siswa.

2. Model Berbasis Kompetensi

- Kelebihan: Menekankan pada pengembangan keterampilan dan kompetensi


siswa yang relevan dengan kehidupan nyata. Memiliki evaluasi yang sesuai
dengan kompetensi yang diharapkan.

- Kekurangan: Membutuhkan waktu dan sumber daya yang cukup untuk


merancang dan mengimplementasikan kurikulum berbasis kompetensi.
Evaluasi yang dilakukan mungkin lebih subjektif.

3. Model Berbasis Proyek:

- Kelebihan: Mendorong pembelajaran aktif dan kolaboratif melalui proyek


atau tugas nyata. Mengembangkan keterampilan siswa dalam bekerja dalam
kelompok dan menyelesaikan masalah.

- Kekurangan: Membutuhkan waktu dan sumber daya yang cukup untuk


merancang dan mengimplementasikan proyek atau tugas. Evaluasi yang
dilakukan mungkin lebih subjektif.

4. Model Berbasis Masalah:

- Kelebihan: Mendorong pemikiran kritis, analisis, dan pemecahan masalah


siswa. Mengembangkan keterampilan berpikir yang tinggi.

8
- Kekurangan: Membutuhkan waktu dan sumber daya yang cukup untuk
merancang dan mengimplementasikan pembelajaran berbasis masalah.
Evaluasi yang dilakukan mungkin lebih subjektif.

5. Model Berbasis Pemecahan Masalah:

- Kelebihan: Mendorong siswa untuk mengidentifikasi masalah nyata dan


mencari solusi yang relevan. Mengembangkan keterampilan pemecahan
masalah yang berguna dalam kehidupan nyata.

- Kekurangan: Membutuhkan waktu dan sumber daya yang cukup untuk


merancang dan mengimplementasikan pembelajaran berbasis pemecahan
masalah. Evaluasi yang dilakukan mungkin lebih subjektif.

6. Model Berbasis Keterampilan:

- Kelebihan: Mendorong pengembangan keterampilan siswa yang penting


dalam kehidupan nyata, seperti berpikir kritis, berkomunikasi, bekerja sama,
dan berpikir kreatif.

- Kekurangan: Membutuhkan waktu dan sumber daya yang cukup untuk


merancang dan mengimplementasikan kurikulum berbasis keterampilan.
Evaluasi yang dilakukan mungkin lebih subjektif.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Model kurikulum adalah merupakan dasar untuk pengembangan kurikulum. atau


dengan kata lain, pendekatan pengembangan kurikulum didasarkan atas konsep-
konsep kurikulum yang ada. Model-model kurikulum yaitu ada kurikulum subjek
akademis, yang memiliki pola pola pengemabangannya yaitu Correlated curriculum,
Unfied atau concentrated curriculum, Integrated curriculum dan Problem solving
curriculum. Kemudian kurikulum humanistic yang lebih menekankan kepada
pengembangan kepribadian siswa. Tiga kurikulum rekonstruksi sosial berpusat pada
problematic dalam masyarakat dan kurikulum kompetensi menuntut orang-orang
untuk kompeten dalam bidangnya masing-masing.

B. Saran

Para pengembang kurikulum diharuskan mampu memahami model-model


kurikulum ini supaya bisa mengembangkan kurikulum menjadi lebih baik sehingga
bisa menyesuaikan dengan situasi siswa atau permasalahan yang sedang terjadi
dengan solusi yang tepat.

10
DAFTAR PUSTAKA

Model–Model Kurikulum. (2018, April 16). Retrieved from


https://www.rijal09.com/2018/04/model-model-kurikulum.html

Anggraeni, N. F. (n.d.). Model-model Kurikulum. Retrieved from


https://www.academia.edu/26646271/Model_model_Kurikulum

Ardiansyah, R. (2020, Juni 2). Model- model kurikulum. Retrieved from


https://idsejarah.net/2020/06/model-model-kurikulu.html

nurkholis, m. (2015, November 3). Model-Model Kurikulum. Retrieved from


https://muhammadnurkholiss345.blogspot.com/2015/11/model-model-
kurikulum.html

Pantai, A. (2015, Juni 13). Makalah Model-Model Kurikulum. Retrieved from


http://mujahidahalbatakani.blogspot.com/2015/06/babi-pendahuluan-a.html

11

Anda mungkin juga menyukai