Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“Model dan Pengembangan Kurikulum “

Dosen Pengampu :
Dr.Karya Sinulingga,M.Si

Disusun Oleh :
Kelompok 09

01.Fandy Ocwando Riyanto    (4203321016)


02. Muhammad Azhari Zulmi (4201121006)
03. Kristina triany mandalahi (4203121044)

PRODI :S-1 PENDIDIKA FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kepada tuhan yang maha esa atas ijin dan kesempatan yang
diberikan dalam rangka penulisan makalah yang bertajuk “model dan pengembangan kurikulum”

,terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen pengampu atas arahan dan bimbingan nya dan
juga saran dan masukan yang diberikan kepada kami dan juga kami ucapkan terimakasih atas
dukungannya dalam penulisan makalah ini.Tanpa adanya arahan dan bimbingan dari dosen dan
juga dukungan dari teman sekalian penulisan ini mungkin tidak akan selesai .

Model dan pengembangan kurikulum merupakan komponen yang sangat penting bagi kurikulum
kita yaitu kurikulum 2013 .pengembangan kurikulum dilakukan untuk memperbaharui dan
meregenerasikan kurikulum dari yang lama ke yang baru.,Regenerasi pada perkembangan dan
model kurikulum terus –menerus dilakukan sesuai dengan perkembangan jaman dan
perkembangan pendidikan kita dimasa sekarang ini.model dan pengembangan kurikulum
tentunya akan terus mengalami regenerasi dan perubahan dimasa mendatang

Penulis juga menyadari bahwa setiap penulisan terdapat kekurangan dalam penulisan makalah
ini.maka dari itu penulis akan melakukan penyempurnaan dan revisi makalah ini di pertemuan
yang akan datang

SEKIAN

Medan,08 April 2021

Kelompok 09
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………4

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………4

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………………..4

1.3 Tujuan…………………..………………………………………………………4

BAB II Pembahasan ……………………………………………………6

BAB III PENUTUP…………………………………………………..11

Kesimpulan …………………………………………………………………….11

Saran …………………………………………………………………………..11

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………….20
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan program pendidikan yang diberikan oleh suatu
lembaga penyelenggara pendidikan yang berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada
peserta pelajaran dalam satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran
ini disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut serta kebutuhan lapangan kerja. Pengembangan kurikulum
berkenaan dengan model kurikulum yang  dikembangkannya. Minimal ada empat model
kurikulum yang banyak diacu dalam pengembangan kurikulum, yaitu model kurikulum subjek
Akademis, Humanistik, Rekonstruksi Sosial dan Kompetensi (Sukmadinata, 2009).

Masing-masing model sejalan dengan teori yang mendasarinya, bertolak dari asumsinya atau
keyakinan dasar yang  berbeda sehingga menimbulkan pandangan yang berbeda pula tentang
kedudukan dan peranan pendidik, peserta didik, isi maupun proses pendidikan. Keempat model
kurikulum tersebut memiliki acuan teori atau konsep pendidikan yang berbeda.

1.2 Rumusan Masalah

01.Apa saja model dan pengembangan dalam kurikulum 2013 ?

02.Bagaimana Model Kurikulum Menurut Taba ?

1.3 Tujuan

01.Mengetahui Model model Kurikulum

02.Menganalisis Model dan Pengembangan Kurikulum


BAB II

PEMBAHASAN

A.Model Kurikulum

Model adalah pola-pola penting yang berguna sebagai pedoman untuk melakukan suatu
tindakan. Model dapat ditemukan dalam hampir setiap bentuk kegiatan pendidikan, seperti
model pengajaran, model adtninistrasi, model evaluasi, model supervisi dan model lainnya.
Menggunakan model pada perkembangan kurikulum dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas. Banyak sekolah/fakultas mempunyai rancangan untuk satu tahun, mereka telah
memikirkan polanya untuk memecahkan masalah pendidikan atau prosedur yang tidak dapat
dihindari, walaupun begitu mereka tidak mempunyai lebel kegiataanya sebagai rancangan.

Pengembangan kurikulum berkenaan dengan model kurikulum yang  dikembangkannya.


Minimal ada empat model kurikulum yang banyak diacu dalam pengembangan kurikulum, yaitu
model kurikulum subjek Akademis, Humanistik, Rekonstruksi Sosial dan Kompetensi
(Sukmadinata, 2009).

Masing-masing model sejalan dengan teori yang mendasarinya, bertolak dari asumsinya atau
keyakinan dasar yang  berbeda sehingga menimbulkan pandangan yang berbeda pula tentang
kedudukan dan peranan pendidik, peserta didik, isi maupun proses pendidikan. Keempat model
kurikulum tersebut memiliki acuan teori atau konsep pendidikan yang berbeda.

Kurikulum subjek akademis mengacu pada pendidikan klasik, yaitu perenialisme dan
esensialisme; kurikulum humanistic mengacu pada pendidikan pribadi; kurikulum rekonstruksi
social mengacu pada pendidikan interaksional dan kurikulum kompetensi mengacu pada
teknologi pendidikan.

A. Kurikulum Subjek Akademis


Kurikulum subjek akademis merupakan salah satu model kurikulum yang paling tua. Kurikulum
ini menekankan isi atau materi pelajaran yang bersumber dari disiplin ilmu. Kurikulum subjek
akademis bersumber dari pendidikan klasik, yang berorientasi pada masa lau, bahwa semua ilmu
pengetahuan, teknologi, dan nilai-nilai budaya telah ditemukan oleh para ahli di masa lalu.

Fungsi pendidikan adalah memelihara dan mewariskanya kepada generasi baru. Kurikulum ini
sangat mengutamakan isi pendidikan. Ukuran keberhasilan peserta didik dalam belajar adalah
yang menguasai seluruh atau sebagian besar dari isi pendidikan yang diajarkan guru.
Para pengembang kurikulum tinggal memilih bahan-bahan materi ilmu yang telah dikembangkan
oleh para ahli disiplin ilmu, kemudian mengorganisasinya secara sistematis, sesuai dengan tujuan
pendidikan dan tahap perkembangan peserta didik. Guru sebagai penyampai bahan ajar harus
menguasai semua pengetahuan yang menjadi isi kurikulum. Ada beberapa pola organisasi isi
(materi pelajaran) kurikulum subjek akademis. Pola-pola organisasi yang terpenting menurut
Sukmadinata (2009) di antaranya sebagai berikut.
A. Correlated curriculum
Pola organisasi materi atau konsep yang dipelajari dalam suatu peajaran dikorelasikan denga
pelajaran lainnya.

B. Unfied atau concentrated curriculum


pola organisasi bahan peajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup
materi dari berbagai pelajaran disiplin ilmu.

C. Integrated curriculum
Kalau dalam unified masih tampak warna disiplin ilmunya, maka dalam pola yang integrated
warna disiplin ilmu tersebut sudah tidak kelihatan lagi. Bahan ajar diintegrasikan dalam suatu
persoalan, kegiatan atau segi kehidupan tertentu.

D. Problem solving curriculum


Pola organisasi yang berisi topik pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan
dengan menggunakan pengetahuan dan keterampian yang diperoleh dari berbagai mata pelajaran
atau disiplin ilmu

B. Kurikulum humanistic
Model kurikulum humanistic menekankan pengembangan kepribadian peserta didik secara utuh
dan seimbang, antara perkembangan segi intelektual (kognitif), afektif, dan psikomotor.
Kurikulum humanistic menekankan pengembangan potensi dan kemampuan dengan
memperhatikan minat dan kebutuhan peserta didik.

Pembelajaran segi-segi social, moral, dan afektif mendapat perhatian utama dalam model
kurikulum ini. Pembelajarannya berpusat pada peserta didik (student centererd).
Model kurikulum ini bersumber dari pendidikan pribadi.

Kurikulum humanistic dikembangkan oleh pata ahli pendidikan humanistic, didasari oleh
konsep-konsep pendidikan pribadi (personalized education), yaitu John Dewey (progressive
education) dan J.J. Rousseau (Romantic Education).

C. Kurikulum rekonstruksi social


Kurikulum rekontruksi social lebih memusatkan perhatiannya pada pemersalahan yang dihadapi
peserta didik dalam masyarakat kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan intruksional.
Pendidikan merupakan kegiatan bersama, interaksi dan kerja sama. Kerja sama atau interaksi
bukan hanya terjadi pada peserta didik dan guru melainkan juga antara peserta didik dengan
peserta didik, peserta didik dengan orang-orang lingkungannya dan sumber-sumber belajar
lainnya. Melalui interasi kerjasama ini, peserta didik berusaha memecahkan permasalahan yang
dihadapinya dengan masyarakat, menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik.
Kurikulum rekonstruksi social memiliki kompenen-kompenen yang sama dengan model
kurikulum lain, tetapi isi dan bentuk-bentuknya berbeda. Setiap tahun program pendidikan
mempunyai tujuan yang berbeda. Tujuan utama dari rekonstruksi social adalah menghadapkan
para peserta didik dengan tantangan, ancaman, hambatan, atau gangguan yang biasanya dihadapi
manusia. Tantangan merupakan bidang garapan dari studi social yang perlu didekati dari bidang-
bidang lain, seperti ekonomi, sosialogi, spikologi, estetika, bahkan pengetahuan alam dan
matematika. Masalah-masalah masyarakat bersifat universal dan hal ini dapat dikaji dalam
kurikulum.

Dalam pembelajaran rekonstruksi social, para pengembangan kurikulum berusaha mencari


keselarasan antara tujuan nasional dengan tujuan peserta didik. Guru-guru berusaha membantu
para peserta didik menemukan minat dan kebutuhannya. Para peserta didik sesuai dengan
minatnya masing-masing, berusaha memecahkan masalah social yang dihadapinya.

Kerja sama yang terbentuk baik antara individu dalam kegiatan kelompok, maupun
antarkelompok dalam kegiatan pleno, sangat mewarnai metode rekonstruksi social. Kerja sama
ini juga terjadi antara peserta didik dengan tokoh masyarakat. Bagi rekontruksi social, belajar
merupakan kegiatan bersama, ada ketergantungan antara seorang dengan yang lainnya. Dalam
kegiatan belajar mereka tidak ada kompetesi, yang ada adalah kerja sama, saling pengertian dan
consensus. Oleh karena itu, pendekatan pembelajaran yang cocok adalah pendekatan
pembelajaran kooperatif, bukan kompetitif (Widyastono, 2000).

D. Kurikulum kompetensi
Seiring dengan perkembangan zaman, pendidikan kompetensi menjadi suatu keharusan. Setiap
orang dituntut kompeten dibidangnya. Kompetensi dapat didefinisikan sebagai pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
(depdiknas, 2004.).
sementara itu, menurut spencer dan spencer (1993) kompetensi merupakan karakteristik
mendasar seseorang yang berhubungan timbal balik dengan suatu criteria efektif atau kecakapan
terbaik seseorang dalam pekerjaan atau keadaan.

Selanjutnya, berdasarkan kajian dari literature. Widyastono (2013) merumuskan kompetensi


adalah pengetahuan (kognitif) yang setelah dimiliki seseorang, harus diwujudkan dalam
bertindak (spikomotor) dan bersikap (afektif). Seseorang dikatakan kompeten dibidang tertentu,
apabila ia memiliki pengetahuan dibidang itu, kemudian pengetahuan tersebut diwujudkan dalam
bertindak dan bersikap dalam kehidupan sehari-hari.

Misalnya, kita tau bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan, tetapi masih ada diantara kita
hobi nya merokok. Nah, orang yang hobi nya merokok itu, dapat dikatakan baru sekadar
memiliki pengetahuan dibidang kesehatan, tetapi belum memiliki kompetensi atau belum
kompeten dibidang kesehatan karena pengetahuannya belum diwujudkan dalam bertindak dan
bersikap.

Sejalan dengan perkembangan ilmu dan tekonologi , dibidang pendidikan berkembang pula
teknologi pendidikan. Aliran ini ada persamaannya dengan pendidikan klasik, yaitu menekankan
isi kurikulum, tetapi diarahkan bukan pada pemelihararaa  dan pengawetan ilmu tersebut,
melainkan pada penguasaan kompetensi. Suatu kompetensi yang benar diuraikan menjadi
kompetensi yang lebih spesifik dan menjadi perilaku yang dapat diamati atau diukur. Penerapan
tekonologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum ada dalam dua bentuk, yaitu bentuk
perangkat keras (teknologi alat) dan perangkat (teknologi system).
B.Model-Model Pengembangan Kurikulum

Model pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk mengembangkan suatu
kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari pemerintah
pusat, pemerintah daerah atau sekolah.

Untuk melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model pengembangan kurikulum yang
dapat dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya. Secara umum, pemilihan model
pengembangan kurikulum dilakukan dengan cara menyesuaikan sistem pendidikan yang dianut
dan model konsep yang digunakan.

Terdapat banyak model pengembangan kurikulum yang dikembangkan oleh para ahli.
Sukmadinata (2005:161) menyebutkan delapan model pengembangan kurikulum yaitu: the
administrative ( line staff ), the grass roots, Bechamp’s system, The demonstration, Taba’s
inverted model, Rogers interpersonal relations,Systematic action, dan Emerging technical model.
Idi (2007:50) mengklasifikasikan model-model ini ke dalam dua grup besar model
pengembangan kurikulum yaitu model Zais dan model Roger. Masing-masing kelompok
memuat beberapa model yang telah diklasif ikasikan oleh Sukmadinata di atas.

A. Model Pengembangan Kurikulum Menurut Robert S. Zais


Robert S. Zais (1976 dalam Arifin 2011: 137-143) mengemukakan delapan model
pengembangan kurikulum. Dasar teoretisnya adalah institusi atau orang yang menyelenggarakan
pengembangan, pengambilan keputusan, penetapan ruang lingkup kegiatan yang termuat dalam
kurikulum, realitas implementasinya, pendekatan permasalahan dengan cara pelaksanaannya,
penelitian sistematis tentang masalahnya, dan pemanfaatan teknologi dalam pengembangan
kurikulum. Model-model tersebut adalah sebagai berikut.

1. The Administrative (Line-Staff) Model


Model ini menggunakan prosedur “garis-staf” atau garis komando “dari atas ke bawah” (top-
down). Maksudnya, inisiatif pengembangan kurikulum berasal dari pejabat tinggi (Kemdiknas),
kemudian secara structural dilaksanakan di tingkat bawah. Dalam model ini pejabat pendidikan
membentuk panitia pengarah (steering commitee) yang biasanya terdiri atas pengawas
pendidikan, kepala sekolah, dan guru-guru inti. Panitia pengarah ini bertugas merumuskan
rencana umum, prinsip-prinsip, landasan filosofis, dan tujuan umum pendidikan.
Selanjutnya mereka membentuk kelompok-kelompok kerja sesuai keperluan. Anggota-anggota
kelompok kerja umumnya terdiri atas guru-guru dan spesialis-spesialis kurikulum. Tugasnya
adalah merumuskan tujuan kurikulum yang spesifik, menyusun materi, kegiatan pembelajaran,
sistem penilaian, dan sebagainya sesuai dengan kebijakan steering committee. Hasil
pekerjaannya direvisi oleh panitia pengarah. Jika dipandang perlu akan diadakan uji coba untuk
meneliti kelayakan pelaksanaannya. Hal ini dikerjakan oleh suatu komisi yang ditunjuk oleh
panitia pengarah dan keanggotaannya terdiri atas sebagian besar kepala-kepala sekolah. Apabila
pekerjaan itu telah selesai, diserahkan kembali kepada panitia pengarah untuk ditelaah kembali,
baru kemudian diimplementasikan.

2. The Grass-Roots Model


Inisiatif pengembangan kurikulum model ini berada di tangan guru-guru sebagai pelaksana
kurikulum di sekolah, baik yang bersumber dari satu sekolah maupun dari beberapa sekolah
sekaligus. Model ini didasarkan pada dua pandangan pokok. Pertama, implementasi kurikulum
akan lebih berhasil apabila guru-guru sebagai pelaksana sudah sejak semula terlibat secara
langsung dalam pengembangan kurikulum. Kedua, pengembangan kurikulum bukan hanya
melibatkan personel yang profesional (guru) saja, tetapi juga siswa, orang tua, dan anggota
masyarakat. Dalam kegiatan pengembangan kurikulum ini, kerja sama dengan orang tua murid
dan masyarakat sangat penting.
Model grass-roots ini didasarkan atas empat prinsip, yaitu (a) kurikulum akan bertambah baik
jika kemampuan profesional guru bertambah baik, (b) kompetensi guru akan bertambah baik jika
guru terlibat secara pribadi dalam merevisi kurikulum, (c) jika guru terlibat dalam merumuskan
tujuan yang ingin dicapai, menyeleksi, mendefinisikan dan memecahkan masalah, mengevaluasi
hasil, maka hasil pengembangan kurikulum akan lebih bermakna, (d) hendaknya di antara guru-
guru terjadi kontak langsung sehingga mereka dapat saling memahami dan mencapai suatu
consensus tentang prinsip-prinsip dasar, tujuan, dan rencana.

3. The Demonstration Model


Model ini dikembangkan untuk memperkenalkan suatu inovasi kurikulum dalam skala kecil.
Dalam pelaksanaannya, model ini menuntut sejumlah guru dalam satu sekolah untuk
mengorganisasikan dirinya dalam memperbarui kurikulum. Menurut Smith, Stanley, dan Shores,
model deminstrasi terdiri atas dua bentuk. Bentuk pertama yang cenderung bersifat formal.
Sekelompok guru diorganisasi dalam suatu sekolah secara terpisah untuk mengembangkan
projek percobaan kurikulum. Inisiatif dan organisasi kurikulum berasal dari atas. Bentuk kedua
yang dianggap kurang formal. Guru-guru yang kurang puas dengan kurikulum membuat
eksperimen dalam area tertentu. Mereka bekerja secara tidak terstruktur. Jika eksperimen
berhasil akan diadopsi penggunaannya di seluruh sekolah.
Keuntungan model ini adalah (a) karena kurikulum telah dilaksanakan secara nyata, maka dapat
memberikan alternative yang dapat bekerja, (b) perubahan kurikulum pada bagian tertentu lebih
muda disepakari dan diterima daripada perubahan secara keseluruhan, (c) mudah untuk
mengatasi hambatan, dan (d0 menempatkan guru sebagai pengambil inisiatif dan narasumber.
Kelemahan kurikulum ini adalah dapat menimbulkan antagonism guru-guru yang tidak terlibat
dalam proses pengembangan.

4. Beauchamp’s System Model


Ada lima langkah kritis dalam pengambila keputusan pengembangan kurikulum menurut
Beauchamp (1975 dalam Arifin 2011: 140), yaitu (a) menentukan arena pengembangan
kurikulum (bisa berupa kelas, sekolah, system persekolahan regional atau system pendidikan
nasional, (b) memilih dan mengikutsertakan pengembang kurikulum nyang terdiri atas spesialis
kurikulum, perwakilan kelompok-kelompok profesional dan guru-guru kelas yang terpilih,
semua tenaga profesional yang ada dalam system sekolah tersebut, dan kelompok masyarakat
yang representatif, (c) pengorganisasian dan penentuan prosedur perencanaan kurikulum yang
meliputi menetapkan tujuan kurikulum, memilih materi pelajaran, mengembangkan kegiatan
pembelajaran, dan mengembangkan desain, (d) pelaksanaan kurikulum secara sistematis, dan (e)
evaluasi kurikulum.

5. Taba’s Inverted Model


Model ini dimulai dengan melaksanakan eksperimen, diteorikan, kemudian diimplementasikan.
Hal ini dilakukan untuk menyesuaikan antara teori dan praktik, serta menghilangkan sifat
keumuman dan keabstrakan kurikulum sebagaimana sering terjadi apabila dilakukan tanpa
kegiatan eksperimental.
Ada lima langkah pengembangan kurikulum menurut Hilda Taba, yaitu (a) kelompok guru
terlebih dahulu menghasilkan unit-unit kurikulum untuk dieksperimenkan, (b) uji coba unit-unit
eksperimen untuk menemukan validitas dan kelayakan pembelajaran, (c) merevisi hasil uji coba
dan mengonsolidasikan unit-unit kurikulum, (d) mengembangkan kerangka kerja teoretis, dan (e)
pengasemblingan dan deseminasi hasil yang telah diperoleh.

6. Roger’s Interpersonal Relations Model


Model ini berasal dari seorang psikolog yaitu Carl Rogers. Dia berasumsi bahwa kurikulum
diperlukan dalam rangka mengembangkan individu yang terbuka, luwes, dan adaptif terhadap
situasi perubahan.
Langkah-langkah dalam model ini adalah (a) memilih suatu sasaran administrator dalam sistem
pendidikan dengan syarat bahwa individu yang terlibat hendaknya ikut aktif berpartisipasi dalam
kegiatan kelompok secara intensif agar mereka dapat berkenalan secara lebih akrab, (b)
mengikutsertakan guru-guru dalam pengalaman kelompok secara intensif, (c) mengikutsertakan
unit kelas dalam pertemuan lima hari, (d) menyelenggarakan pertemuan secara interpersonal
antara administrator, guru, dan orang tua peserta didik, (e) pertemuan vertical yang mendobrak
hierarki, birokrasi, dan status sosial.

7. The systematic Action-Research Model


Tiga faktor utama yang dijadikan bahan pertimbangan dalam model ini adalah adanya hubungan
antarmanusia, organisasi sekolah dan masyarakat, serta otoritas ilmu.
Langkah-langkah dalam model ini adalah (a) merasakan adanya masalah dalam kelas atau
sekolah yang perlu diteliti secara mendalam, (b) mengidentifikasi factor-faktor apa saja yang
memengaruhinya, (c) merencanakan secara mendalam bagaimana pemecahannya, (d)
menentukan keputusan-keputuasn apa yang perlu diambil sehubungan dengan masalah tersebut,
(e) melaksanakan keputusan yang telah diambil dan menjalankan rencana yang telah disusun, (f)
mencari fakta secara meluas, dan (g) menilai tentang kekuatan dan kelemahannya.

8. Emerging Technical Model


Model teknologis ini terdiri atas tiga variasi model, yaitu model analisis tingkah laku, model
analisis sistem, dan model berdasarkan komputer.
Model analisis tingkah laku memulai kegiatan dengan jalan melatih kemampuan anak mulai dari
yang sederhana sampai pada yang kompleks secara bertahap. Model analisis sistem memulai
kegiatannya dengan jalan menjabarkan tujuan-tujuan secara khusus (output), kemudian
menyusun alat-alat ukur untuk menilai keberhasilannya, selanjutnya mengidentifikasi sejumlah
factor yang berpengaruh terhadap proses penyelenggaraannya. Model berdasarkan komputer
memulai kegiatannya dengan jalan mengidentifikasi sejumlah unit kurikulum lengkap dengan
tujuan-tujuan pembelajaran khususnya. Setelah itu, guru dan murid diwawancarai tentang
pencapaian tujuan-tujuan tersebut dan data itu disimpan dalam komputer untuk dimanfaatkan
oleh semua murid.
B. Model Kurikulum yang Berorientasi pada Tujuan
Model kurikulum yang berorientasi pada tujuan (goal-oriented curriculum) telah digunakan di
Indonesia dan berlaku secara efektif sampai tahun 2003. Kebaikan-kebaikan model ini antara
lain (1) tujuan yang akan dicapai jelas bagi penyusun kurikulum, (2) tujuan-tujuan tersebut akan
memberikan arah yang jelas dalam menetapkan materi pelajaran, metode, jenis-jenis kegiatan,
dan alat yang diperlukan untuk mencapai tujuan, (3) tujuan-tujuan itu akan memberikan arah
dalam melakukan penilaian terhadap proses dan hasil yang dicapai, dan (4) hasil evaluasi yang
berorientasi pada tujuan tersebut akan membantu pengembang kurikulum dalam melakukan
perbaikan-perbaikan yang diperlukan.

C. Model Kurikulum Berbasis Kompetensi


Kurikulum Berbasis Kompetensi (competency-based curriculum) , yaitu suatu konsep kurikulum
yang menekankan pada pengembangan dan penguasaan kompetensi bagi peserta didik melalui
berbagai kegiatan dan pengalaman sesuai dengan standar nasional pendidikan sehingga hasilnya
dapat dirasakan oleh peserta didik, orang tua, dan masyarakat, baik untuk melanjutkan
pendidikan yang lebih tinggi, memasuki dunia kerja, maupun sosialisasi dengan masyarakat.
Dasar pemikiran penggunaan konsep kompetensi dalam kurikulum adalah (1) kompetensi
berkenaan dengan kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam berbagai konteks, (2) kompetensi
menjelaskan pengalaman belajar yang dilalui siswa untuk menjadi kompeten, (3) kompetensi
merupakan hasil belajar (learning outcomes) yang menjelaskan hal-hal yang dilakukan siswa
setelah melalui proses pembelajaran, (4) keandalan kemampuan siswa melakukan sesuatu harus
didefinisikan secara jelas dan luas dalam suatu standar yang dapat dicapai melalui kinerja yang
dapat diukur, (5) kompetensi berorientasi pada hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada
diri peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan keberagaman
yang dapat dimanifestasikan sesuai dengan kebutuhannya, dan (6) kompetensi merupakan
pernyataan apa yang diharapkan dapat diketahui, disikapi, atau dilakukan peserta didik dalam
setiap tingkatan kelas dan sekolah, sekaligus menggambarkan kemajuan peserta didik selama
mengikuti proses pembelajaran pada periode tertentu.

D. Model Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun oleh
dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. KTSP terdiri atas tujuan pendidikan
tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender
pendidikan, dan silabus. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu dan/atau kelompok
mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indicator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber belajar.
KTSP dikembangkan dengan prinsip-prinsip sebagai berikut.
(1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya
(2) Beragam dan terpadu
(3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
(4) Relevan dengan kebutuhan hidup
(5) Menyeluruh dan berkesinambungan
(6) Belajar sepanjang hayat
(7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah

E. Model Kurikulum Bermuatan Lokal


Kurikulum bermuatan lokal adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran yang disusun oleh satuan pendidikan sesuai dengan keragaman potensi
daerah, karakteristik daerah, keunggulan daerah, kebutuhan daerah, dan lingkungan masing-
masing serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pengembangan muatan lokal dilakukan dengan kriteria (1) sesuai dengan tingkat perkembangan
kemampuan fisik, sosial, dan mental peserta didik, (2) tidak bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila, (3) tidak bertentangan dengan upaya pelestarian lingkungan alam, sosial, dan budaya,
(4) berguna bagi kehidupan peserta didik dan pembangunan daerahnya, dan (e) perhitungan dan
perimbangan waktu yang diperlukan.

F. Model Kurikulum Berorientasi Kecakapan Hidup


Pengembangan kurikulum yang berorientasi kecakapan hidup harus menggambarkan aspek-
aspek (1) kompetensi yang relevan untuk dikuasai peserta didik, (2) materi pembelajaran sesuai
dengan tingkat perkembangan peserta didik, (3) kegiatan pembelajaran untuk menguasai
kompoetensi, (4) fasilitas, alat, dan sumber belajar yang menunjang dan memadai, dan (5)
kompetensi yang dapat diaktualisasikan dalam pola kehidupan peserta didik sehari-hari.
Kecakapan hidup akan memiliki makna yang luas apabila kegiatan pembelajaran yang dirancang
memberikan dampak positif bagi peserta didik dalam membantu memecahkan problematika
kehidupannya.

G.Model Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 tergolong model kurikulum campuran, secara eklektik terdiri dari kurikulum
humanistik, rekonstruksi sosial, teknologis dan subjek akademis.

Penjelasannya sebagai berikut:

a.      Kurikulum humanistik yaitu kurikulum yang dirancang untuk menyiapkan peserta didik
dengan berbagai pengalaman naluriah yang sangat berperan dalam perkembangan individu.
Tujuan pendidikan menurut kurikulum humanistik adalah suatu proses atas diri individu yang
dinamis yang berkaitan dengan pemikiran, integritas, dan otonomnya(Oemar Hamalik, 2008:
148). Sedangkan, Tim Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI memaparkan
karakteristik dari kurikulum ini sebagai berikut:

·         Peserta didik adalah subjek, punya peran utama.

·         Isi atau bahan sesuai minat atau kebutuhan peserta didik.

·         Menekankan keutuhan pribadi


·         Penyampaian materi dengan: discovery, inquiry, dan penekanan masalah.

Dari uraian di atas, jelas terlihat bahwa kurikulum 2013 menggunakan model kurikulum
humanistik yang sebagaimana tercantum dalam Dokumen Kurikulum 2013 (2013: 11) mengenai
prinsip pengembangan kurikulum, sebagai berikut:

1)      Kurikulum dikembangkan dengan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan perbedaan dalam kemampuan dan minat. Atas dasar prinsip perbedaan
kemampuan individual peserta didik, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk memiliki tingkat penguasaan di atas standar yang telah ditentukan (dalam sikap,
keterampilan dan pengetahuan). Oleh karena itu beragam program dan pengalaman belajar
disediakan sesuai dengan minat dan kemampuan awal peserta didik.

2)      Kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta
didik serta lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
berada pada posisi sentral dan aktif dalam belajar.

b.      Model kurikulum rekonstruksi sosial juga turut mewarnai pengembangan kurikulum 2013.
Menurut Oemar Hamalik (2008: 146), kurikulum ini sangat memerhatikan hubungan kurikulum
dengan sosial masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Tujuan kurikulum rekonstruksi
sosial yaitu untuk menghadapkan peserta didik pada berbagai permasalahan manusia dan
kemanusiaan.  Karakteristik kurikulum rekonstruksi sosial yang dipaparkan oleh Tim Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI, sebagai berikut:

·         Tujuan pemecahan masalah

·         Isi kurikulum; problema dalam masyarakat

·         Metode mengajar kooperatif/gotong royong/kerja kelompok

·         Guru dan siswa belajar bersama

Seperti kurikulum humanistik, kurikulum rekonstruksi sosial juga digunakan sebagai prinsip
pengembangan kurikulum 2013 sebagaimana tercantum dalam Dokumen Kurikulum 2013
(2013: 11), sebagai berikut: Kurikulum harus relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pendidikan
tidak boleh memisahkan peserta didik dari lingkungannya dan pengembangan kurikulum
didasarkan kepada prinsip relevansi pendidikan dengan kebutuhan dan lingkungan hidup.
Artinya, kurikulum memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari
permasalahan di lingkungan masyarakatnya sebagai konten kurikulum dan kesempatan untuk
mengaplikasikan yang dipelajari di kelas dalam kehidupan di masyarakat.
c.       Kurikulum teknologis, seperti kurikulum yang disebutkan sebelumnya juga memiliki
peranan dalam membentuk kurikulum 2013. Menurut Oemar Hamalik (2008: 147), perspektif
teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektivitas program metode dan material untuk
mencapai manfaat dan keberhasilan. Teknologi juga dapat meningkatkan kualitas kurikulum
dengan berkontribusi pada keefektifan instruksional, tahapan instruksional dan memantau
perkembangan peserta didik. Intinya dari kurikulum teknologi adalah keyakinan bahwa materi
kurikulum yang digunakan peserta didik seharusnya dapat menghasilkan kompetensi khusus bagi
mereka. Karakteristik kurikulum teknologi yang dipaparkan oleh Tim Jurusan Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan FIP UPI, sebagai berikut:

·         Berorientasi masa sekarang dan yang akan datang

·         Menekankan kompetensi

·         Kompetensi diuraikan menjadi perilaku yang dapat diamati

·         Peranan guru tidak dominan

·         Pendidikan bersifat ilmiah

·         Disain pengajar disusun sistemik (menggunakan analisis approach)

·         Isi disajikan dalam media tulis dan elektronik

Nilai-nilai dari kurikulum sebagai prinsip pengembangan kurikulum 2013 juga tercantum dalam
Dokumen Kurikulum 2013 (2013: 11), sebagai berikut; Kurikulum harus tanggap terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas
dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni berkembang secara
dinamis. Oleh karena itu konten kurikulum harus selalu mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan, budaya, teknologi, dan seni; membangun rasa ingin tahu dan kemampuan bagi
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat hasil-hasil ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni. Selain itu, munculnya pendekatan saintifik (ilmiah) pada proses
pembelajaran menunjukkan bahwa kurikulum teknologis juga mewarnai pengembangan
kurikulum 2013.

d.      Model selanjutnya yaitu kurikulum subjek akademis. Kurikulum ini bertujuan mengajak
peserta didik untuk masuk ke dunia pengetahuan, dengan konsep dasar dan metode untuk
mengamati, hubungan antar sesama, analisis data dan penarikan kesimpulan (Oemar Hamalik,
2008: 149). Kurikulum subjek akademis memiliki beberapa kelemahan yakni: lebih
mementingkan isi daripada proses pembelajaran, peranan guru sangat dominan, serta tidak
mampu membawa peserta didik menjawab permasalahan kehidupan modern yang kompleks, dll.
Meski memiliki banyak kelemahan tetapi ada nilai baik yang dapat diambil yakni dalam
kurikulum ini, tugas pendidikan adalah memelihara dan mewariskan ilmu dan nilai budaya masa
lalu. Kita mengetahui bahwa nilai-nilai budaya luhur masa lalu di negara kita sangatlah beragam
sehingga patut bagi kita untuk memelihara dan mewariskan agar tidak hilang di telan arus
globalisasi. Oleh karena itu, pada kurikulum 2013, terdapat prinsip pengembangan kurikulum
yang berkaitan dengan hal tersebut, sebagai berikut: Kurikulum dikembangkan dengan
memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dikembangkan melalui
penentuan struktur kurikulum, Standar Kemampuan/SK dan Kemampuan Dasar/KD serta
silabus. Kepentingan daerah dikembangkan untuk membangun manusia yang tidak tercabut dari
akar budayanya dan mampu berkontribusi langsung kepada masyarakat di sekitarnya. Kedua
kepentingan ini saling mengisi dan memberdayakan keragaman dan kebersatuan yang dinyatakan
dalam Bhinneka Tunggal Ika untuk membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia
(Dokumen Kurikulum 2013, 2013: 12). 
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Model pengembangan kurikulum merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan


pengembangan kurikulum dengan pilihan alternatif. Pengembangan kurikulum tidak dapat lepas
dari berbagai aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai, keagamaan,
politik, budaya, dan sosial, proses pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan
masyarakat maupun arah program pendidikan.

Berbagai model kurikulum terdiri dari kurikulum subjek ,humanistik ,rekonstruksi sosial dan
dinamis dan pengembangan model kurikulum menurut robert zais terdiri dari 8 .dan pada
pengembangan kurikulum sangat banyak mulai dari model kurikulum berorientasi tujuan hingga
kurikulum 2013 .Pada Model Ini terdapat sejumlah perbedaan kurikulum KBK 2004 ,Kurikulum
KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 .pada kurikulum 2013 ialah model kurikulum itu merupakan
model campuran ,sedangkan pada model kurikulum 2004 merpakan pengembangan pada
kompetensinya dan kurikulum 2006 terdiri dari tingkat satuan pendidikan dan juga materi
pembelajarannya

Saran

Ketika Menggunakan Model kurikulum yang akan digunakan disekolah ,para guru dan kepala
sekolah dianjurkan mengetahui terlebih dahulu model kurikulum mana yang akan digunakan
nantinya ,agar nanti ketika menggunakan model kurikulum yang akan digunakan tidak
mengalami kebingungan dan juga tidak ketinggalan nantinya
DAFTAR PUSTAKA

https://silabus.org/kurikulum/

https://www.rijal09.com/2018/04/model-model-kurikulum.html

https://niken65.wordpress.com/2014/10/28/model-model-pengembangan-kurikulum-dan-
pelaksanaannya/

https://smkbinainsanmandirikotabogor.sch.id/model-pembelajaran-k13/

Anda mungkin juga menyukai