Anda di halaman 1dari 23

TUGAS MAKALAH

LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN ATURAN-ATURAN

Di Susun Oleh :

EKA ARLI MULIARTI


NIM 191302037

JURUSAN D4 KEBIDANAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR
2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan
karunianya saya dapat menyelesaikan makalah tentang ‘LANDASAN
PENGEMBANGAN KURIKULUM DAN ATURAN-ATURAN’ ini dengan baik
meskipun banyak kekurangannya.
Terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan

memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah

wawasan serta pengetahuan kita mengenai Pengerian kurikulum. Dan juga saya

menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari

kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap kritik, saran, dan usulan demi perbaikan

makalah yang telah saya buat, yang bersifat membangun. Semoga makalah sederhana

ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.

Makassar, November 2019

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

Bab I Pendahuluan ................................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Rumusan Masalah…………………………………………..... ....................
C. Tujuan Pembahasan………………………………………........... ................

Bab II Pembahasan………………………………………………………........

A. Pengertian ......................................................................................................

B. Unsur dan landasan Konsep Kurikulum ........................................................

C. Landasan Yuridis KTSP Madrasah/Sekolah .................................................

Bab III Penutup………………………………………………………………….

A. Kesimpulan............................................................ ........................................
B. Saran………………………............…………........... ...................................

DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum sebagai acuan dalam proses pembelajan memiliki sifat yang bisa
berubah-ubah beriringan dengan kemajuan pola fikir, teknologi,dan waktu.
Kurikulum yang dianggap sebagai kerangka pendidikan memiliki beberapa
macam isi didalamnya yaitu bahan ajar, waktu, silabus, rpp, tujuan, pembelajaran
dan evaluasi selalu mengalami adaftifitas dalam penyusunan dan praktik
kurikulum itu sendiri.
Perkembangan kurikulum ini bersifat menyeluruh dengan landasan-landasan
yang menjadi sandaran dalam berdirinya kurikulum dimulai dengan pengaruh
landasan kemasyarakatan, landasan individual humanistik, landasan teknologis
dan landasan budaya. Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum bisa berdiri dan
berkembang sehingga menghasilakan beberapa model pengembangannya yang
menyesuaikan pada perkembangan landasan kurikulum itu sendiri.
Mulai dari tahun 60-an sudah ada kurikulum kemudian berkembang secara
terus menerus beriringan dengan kemajuan zaman sampai saat ini dengan ditandai
dengan adanya perkembangan kurikulum dari kurikulum KTSP ke pada
kurikulum K13.
Oleh sebab itu pada pembahasan ini pemakalah mengulas teori dan model
pengembangan kurikulum, yang sebagai hasil dari pengaruh dan landasan-
landasan yang di bahasa pada pembahasan landasan kurikulum pada pertemuan
sebelumnya.
B. Rumusan Masalah
Dengan latar belakang diatas tadi dapat ditarik beberapa permasalah yang
dapat dirumuskan sebagai berikut;
1. Bagaimana model perkembangan kurikulum sebagai acuan dalam
kesuksesan pembelajaran?
2. Unsur dan landasan Konsep Kurikulum?
3. Landasan Yuridis KTSP Madrasah/Sekolah

4
C. Tujuan
Tujuan makalah ini disusun ialah agar mengetahui;
1. Mengetahui model perkembangan kurikulum sebagai acuan dalam
kesuksesan pembelajaran
2. Unsur dan landasan Konsep Kurikulum
3. Mengetahui Landasan Yuridis KTSP Madrasah/Sekolah

5
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian
Pengembangan kurikulum pada hakikatnya adalah proses penyusunan
rencana tentang isi dan bahan pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara
mempelajarinya Kurikulum dan pendidikan merupakan dua konsep yang harus
dipahami terlebih dahulu sebelum membahas mengenai pengembangan kurikulum.
Sebab, dengan pemahaman yang jelas atas kedua konsep tersebut diharapkan para
pengelola pendidikan, terutama pelaksana kurikulum, mampu melaksanakan
tugasnya dengan sebaik-baiknya. Kurikulum dan Pendidikan bagaikan dua keping
uang, antara yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan dan tak bisa
terpisahkan.
Perkembangan kurikulum terjadi karena ada beberapa landasan yang menjadi
pijakan serta menjadi sandaran bagi pendidikan, yang mengacu pada tiga unsur yaitu:
1. Nilai dasar yang merupakan falsafah dalam pendidikan manusia secara utuh.
2. Fakta empirik baik secara pelaksanaan atau penilaian, dan
3. Landasan teori yang menjadi orientasi perkembangan seperti; Landasan filosofis,
Landasan Sosial-Budaya-Agama, Landasan Ilmu Pengetahuan,Landasan
Kebutuhan Masyarakat, Landasan Perkembangan Masyarakati.

B. Unsur dan landasan Konsep Kurikulum


Dengan beberapa unsur dan landasan diatas lah lahir beberapa konsep dan
teori kurikulum yang nantinya menghasilkan model kurikulum yang selalu
berkembang, diantaranya adalah:
1. Konsep kurikulum sebagai substansi yang berarti sebuah rencana kegiatan
belajar atau perangkat yang tujuan yang ingin dicapai.
2. Konsep kurikulum sebagai sistem yang berarti seperangkat acuan, aturan atau
prosedur yang menjadi sistem pendidikan, sistem persekolahan dan sistem
masyarakat.

6
3. Konsep kurikulum sebagai bidang studi yang berarti seperangkat pengetahuan
untuk para ahli kurikulum, pendidikan dan pengajaran yang mana memiliki
tujuan untuk mengembangkan ilmu tentang kurikulum dan sistem kurikulumii.
Dengan beberapa konsep diatas munculah beberapa teori yang digunakan
dalam pengembangan kurikulum, teori yang merupakan pernyataan-pernyataan yang
bertalian satu sama lain, yang disusun sedemikian rupa yang memiliki makna
fungsional terhadap serangkaian kejadiaiii, dalam artian teori merupakan
sekumpulan pernyataan yang memiliki arti fungsi untuk kemudian diaplikasikan
dalam mengatasi problem yang dihadapi.
Sebelum ke teori kurikulum menurut Beuchamp komponen kurikulum itu
terbagi atas enam komponen kurikulum sebagai bidang setudi yaitu landasan
kurikulum, isi kurikulum, desain kurikulum, rekayasa kurikulum, evaluasi dan
penelitian, dan pengembangan teori. Kemuadian menurut Alizabeth S, Maccia
yang dikutip oleh Sukmadinata bahwa ada beberpa teori dalam pengembangan
kurikulum yaitu 1). Teori Kurikulum, 2). Teori kurikulum formal, 3). Teori Valuasi,
dan 4). Teori praksiologiiv.
Teori kurikulum(subteori) merupakan pernyataan yang bertujuan dalam
menyusun dan menentukan tujuan, isi, pembelajaran, dan evaluasi dalam
membentuk acuan pendidikan dan pemisahan serta pemilihan atas kurikulum
dengan yang bukan.
Teori kurikulum formal merupakan pernyataan yang membahas lebih pada
teknik, prosedur, aturan-aturan dan konsekuensi dalam kurikulum dan
pengembangan kurikulum, yang memusatkan pada struktur isi kurikulum.
Teori Valusional Merupakan pengkajian yang lebih mendalami pada
pemantauan dan evaluasi atas praktek kurikulum untuk proses pengembangan
kurikulum tersebut, intinya mengkaji masalah-masalah pengajaran atau praktek
kurikulum.
Teori Pragsiologi Merupakan pengkajian yang memusatkan pada proses
untuk mencapaitujuan-tujuan kurikulumv.
Dari beberapa teori diatas akan melahirkan beberapa model pengembangan
kurikulum, dalam hal ini pemakalah membaginya dalam beberapa aspek, karena

7
setiap model memiliki dan dipengaruhi oleh aspek, diantaranya: Aspek kebutuhan
dan Aspek empiris.
Seperti gambar di bawah ini:

Model akademik
dualistik (pendidikan Klasik)

kebutuhan berkaitan Rekonstruksi sosial

Teknologi
Empirik
konsentris
Humanistik
siklus
Gambar diatas merupakan keterkaitan atas aspek dan model pengembangan
kurikulum, penjelasan sebagai berikut:
1. Model Subyek Akademik (Perenialisme dan Esensialisme)
Model Subyek akademik masuk dalam aspek kebutuhan dan
keterkaitan dengan hubungan pengajaran dan kurikulum yang dualistik
artinya perencanaan dan pelaksanaan terpisah karena ketidak sesuaian antara
keduanya, jadi model ini lebih konsen pada pendekatan subyek akademik
yang selalu berpegang teguh pada sistem pendidikan klasik, Kurikulum ini
lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar adalah berusaha menguasai ilmu
sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar adalah orang yang
menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang diberikan atau
disiapkan oleh guruvi.
Dalam pengertian tradisional, kurikulum adalah Sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh peserta didik untuk memperoleh ijazahatau

8
sertifikat.implikasinya dari kurikulum ini harus menyediakan seperangkat
mata pelajaran yang terpisah-pisah antara satu dengan yang lain, isi mata
pelajaran itu adalah pengetahuan,yang mana pengetahuan merupakan warisan
budaya pada masa lampau dan akan tetap diwariskan kepada generasi yang
akan datangvii. Akan tetapi dalam model pengembangan akademik
pengetahuan itu telah disusun oleh para ahli secara sistematis,logis dan solid
dalam bentuk mata pelajaran, yang mana tujuannya adalah agar peserta didik
menguasai pengetahuan tersebut dengan demikian pendidikan lebih bersifat
pada pengembangan intelektual.
Ditinjau dari kerangka dasar kurikulum, konsepkurikulum ini
memiliki karakteristik seperti: a). Tujuan, yaitu mengembangkan kemampuan
intelektual anak melalui penguasaan disiplin ilmu; b). Isi/Materi, yaitu
mengambil dari berbagai disiplin ilmu yang telah disusun oleh para
ahli,kemudian diorganisasikanviii sesuai kebutuhan pendidikan; c). Metode,
yaitu menggunakan metode ekspositori, inkuiri diskoveri, dan pemecahan
masalah; dan d). Evaluasi, yaitu mengunakan bentuk dan jenis evaluasiix
yang bervariasi. Evaluasi lebih cenderung pada hasil yang sesuai dengan
kriteria pencapaian.
Komsep Model pengembangan ini mendapatkan sorotan tajam dari
berabagai aliran pendidikan, yang mana sorotan itu sekaligus menjadi
kelemahan dari model pengembangan ini, diantaranya; a). Konsep kurikulum
ini menonjolkan pada lokus kognitif-akademis sehingga lokus
afektif,psikomotorik, sosial dan emosional terabaikan; b). Konsep yang
dikembangkan oleh para ahli belum tentu sesuai dengan minat dan kebutuhan
anak; c). Tidak semua peserta didik dapat memahami dan menggunakan
metode ilmiah untuk mempelajari disiplin ilmu; d). Tidak semua anak akan
menjadi seorang ilmuwan profesional; e). Guru tidak atau jarang terlibat
dalam penelitian karena tidak menguasai metode ilmiah(scientific method).x

9
2. Model pengembangan rekonstruksi sosial
Model pengembangan ini banyak diwarnai oleh pemikir-pemikir
sosialis seperti john Dewey, George counts, dan Othanel smith, John Dewey
memandang pendidikan sebagai alat rekonstruksi sosial, pendidikan dianggap
sebagai alat yang ampuh untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dan
membina masa depan ang lebih baik, bahkan George Counts memandang
pendidikan sebagai alat social engineering, menurutnya pendidikan dapat
mengorganisasikan dan mengendalikan perubahan sosial.Othanel Smith
menjadikan pendidikan sebagai soscial mission, yaitu membawa misi sosial.
Pendidikan dapat mengontrol perkembangan sosial, pendidikan juga dapat
mengarahkan transformasi atau perubahan masyarakat.
Konsep yang dimulai sejak tahun 1920-an ketika Harold rug
menegaskan bahwa selama ini terdapat kesenjangan antara kurikulum dan
kebutuhan masyarakat harapannya adalah agar siswa memiliki pengetahuan
yang luas, ide-ide yang cemerlang tentang kemasyarakatan termasuk
memecahkan masalah-masalah sosial, pada giliran ini siswa dan stakeholder-
nya dapat menciptakan masyarakat yang stabil pendidikannya, stabil
ekonominya, lingkungan yang sehat, keluarga yang sejahtera, dan
mempunyai wawasan masa depan. Pada awal 1950-an, Theodore Brameld
juga mengemukakan gagasannya tentang rekonstruksi sosial melalui prosedur
demokrasi yang mana dia sangat menentang intimidasi dan kompromi semu.
Dan pada tahun 1960-an muncul pemikiran Hilda Taba melalui salah satu
fungsi kurikullumnya sebagai transformasi, yaitu melakukan rekonstruksi
sosial.
Tujuan kurikulum ini adalah bagaimana pendidikan mencetak siswa
atau peserta didik sebagai agen perubahan sosial (Agen of social change)
yang mana rekonstruksi sosial harus diletakkan diatas kepentingan pribadi
atau golongan, Asumsinya adalah; a) perubahan sosial merupakan tanggung
jawab masyarakat, dan b) masih ada kesenjangan kurikulum dengan
masyarakat. Oleh karena itu kurikulum ini ingin mengembangkan
kemampuan siswa dalam menghadapi masalah-masalah sosial yang ada

10
dimasyarakatxi. Menurut Nasutian kurikulum ini memiliki dua kelompok
yaitu bersifat adaptif dan reformatisxii. Yang mana kurikulum ini
mengutamakan keterkaitan kurikulum dengan masa depan masyarakat, bukan
dengan apa yang terjadi saat ini. Para penganut kurikulum ini perncaya bahwa
manusia itu sanggup membentuk masa depannya sendiri.
Para rekontruksionis sosial tidak mau menekankan kebebasan
individual, mereka ingin meyakinkan murid-murid bagaimana
masyarakatmembuat warganya seperti yang ada sekarang dan bagaimana
membuat masyarakat memenuhi kebutuhan mereka melalui konsensus sosial,
seperti diungkapkan Brameld “ saya ingin meyakinkan tentang perubahan
sosial,yang mana perubahan sosial harus melalui prosedur demokrasi xiii”.
Dalam artian para rekonstruksionis menginginkan peserta didik mempunyai
pengetahuan yang cukup tentang masalah-masalah sosial yang
mendesak(crucial) kemudian berbondong-bondong dan gotong royong
menyeleseikannyaxiv.
Kurikulum ini memiliki ciri seperti berikut; a). Asusmsi, dengan
tujuan menghadapkan peserta didik dalam masalah-masalah sosial sepertu
masalah ekonomi, masalah budaya, masalah agama, masalah ilmu
pengetahuan dan masalah masyarakat yang universal kemudian dikaji dalam
kurikulum ini; b). Masalah-masalah sosial yang mendesak; c). Ada pola-pola
organisasixv.
Komponen-komponen kurikulum ini sama dengan komponen dasar
kurikulum secara umum(Uuniversal) namun berbeda secara bentuk; a) tujuan
dan isi, mengadakan survei secar kritis terhadap masyarakat, mengadakan
analisa antara hubungan masalah lokal dengan masalah global yang dihadapi
masyarakat, mengkaji masalah-masalah dan mencari solusi, memantapkan
rencana, dan mengevaluasi semua rencana dengan menyesusaikan pada
kriteria; b) metode, dalam hal ini peran guru sangat jelas dalam membantu
peserta didik dalam menemukan bakat minat yang dibutuhkan, adanya
kerjasama antara individu peserta didik dengan kelompok masyarakat sebagai
sumber sosial, karna dalam kurikulum ini belajar adalah kegiatan bersama

11
dan kebergantungan antara seseorang dengan yang lainnya; c) Evaluasi,
dalam kegiatan ini peserta didik dilibatkan, keterlibatan merekan dalam hal
memilih, menyusun dan menilai bahan yang akan diujikanxvi. Kurikulum
Rekonstruksi Sosial ini lebih menekankan pada problem-problem yang
dihadapi murid dalam kehidupan masyarakat. Konsepsi kurikulum ini
mengemukakan bahwa pendidikan bukanlah merupakan upaya sendiri,
melainkan merupakan kegiatan bersama, interaksi, dan kerja sama. Interaksi
atan kerja sama dapat terjadi pada siswa dengan guru, siswa dengan siswa,
siswa dengan orang di lingkungannya. Dengan kerja sama semacam ini, para
siswa berusaha memecahkan problem-problem yang dihadapi dalam
masyarakat agar menjadi masyarakat yang lebih baik. Pendidikan, menurut
konsepsi kurikulum rekonstruksi sosial ini memiliki pengaruh, mengubah,
dan memberi corak baru kepada masyarakat dan kebudayaanxvii.
Pelaksanaan kurikulum ini diterapkan di daerah-daerah yang
tergolong belum maju dengan tingkat perekonomian dan keilmuan yang juag
belum tinggi, pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk meningkatkan
kondisi masyarakat tersebut dengan memandang kebutuhan lokal yang
berpotensi pastinya, secara praktek lebih pada lembaga sekolah menengah
kejuruan dalam tanda kutip yang memang betul-betul menyesuaiakan dengan
kebutuhan masyarakat, beberapa kritikus pendidikan menilai pandangan dan
praktik ini sukar diterapkan langsung dalam kurikulum(pendidikan),
penyebabnya adalah interpretasi para ahli tentang perkembangan dan maslah-
maslah sosial itu berbeda, kemampuan warga untuk ikut serta dalam
menyelesaikan maslah juga bervariatifxviii, disinilah peran toleransi mulai
terlihat dan pada akhirnya selesai pada musyawarah mufakat.

3. Model pengembangan kurikulum teknologi


Pengembangan kurikulum yang menggunakan pendekatan kebutuhan
dengan konsep berkaitan ini lebih pada praktik setelah mamahami teori,
teknologi abad 20 ditandai dengan perkembangan teknologi yang sangat

12
pesat. Perkembangan teknologi ini membengaruhi pada segala aspek, salaha
satunya aspek pendidikan.
Sejalan dengan perkembangan ilmu dan teknologi, dibidang
pendidikan berkembang pula teknologi pendidikan. Aliran ini ada persamaan
antara pendidikan klasik yang lebih konsen pada isi kurikulum, akan tetapi
pada model ini lebih diarahkan pada kompetensi yang tidakhanya kompetensi
untuk pemeliharan dan pengawetan ilmu, akan tetapi kompetensi yang sempit
atau khusus sehingga dapat diamati dan diukur untuk dinilaixix. Penerapan
teknologi dalam pendidikan, khususnya kurikulum meliputi dua bentuk,
yakni; bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (handware).
Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai
teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat
lunak disebut juga teknologi sistem (system technology)xx.
Pendidikan berarti alat adalah lebih menekankan pada penggunaa alat-
alat teknologi menunjang efisiensi dan efektivitas pendidikan, ada
penggunaan alat dan media dalam pengajaran. Contoh; penggunakan slaid
dan proyektordalam diskusi pengembangan model dan teori perkembangan
kurikulum.
Sedang teknologi berarti sistem, teknologi menekankan kepada
penyusunan program pengajaran atau rencana pelajaran dengan menggunakan
pendekatan sistem. Dalam arti teknologi sebagai sistem, teknologi pendidikan
menekankan penyusunan program atau rencana pelajaran dengan
menggunakan sistem. Program pengajaran tersebut bisa semata-mata sistem,
dapat juga berupa program sistem yang ditunjang dengan alat dan media,
serta bisa juga program sistem yang dipadukan dengan alat dan media
pengajaran. Pada bentuk pertama, pengajaran tidak membutuhkan alat dan
media yang canggih. Sedangkan pada bentuk kedua, pengajaran tetap
berjalan, meski tanpa alat dan media yang canggih, tetapi lebih baik jika alat
dan media itu disediakan. Bentuk ketiga, pengajaran tidak berjalan tanpa alat
dan media yang canggih. Karena itu, alat dan media sebagai syarat yang
berpadu dengan programxxi.

13
Dengan teknologi diusahakan terjadinya proses belajar mengajar,
terutama dalam teknik mengajar dapat dikuasai sepenuhnya sehingga dapat
menjamin hasil yang sama. Teknologi pendidikan memberikan dasar ilmiah
dan empirik kepada proses belajar mengajar. Pengetrapan teknologi telah
dikenal dalam kurikulum 1975, setiap guru diharuskan menggunakan
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), Pengajaran Modul,
Evaluasi Belajar Tahap Akhir (EBTANAS), dan Sistem Penerimaan
Mahasiswa Baru (SIPENMARU), belajar-mengajar berbasis internet dan lain
sebagainyaxxii.

4. Model pengembangan humanistik (aktualisasi diri)


Humanistik yang berarti human atau kemanusiaan yang meliputi pola
fikir manusia, akal budinya, etika nilainya dan kebudayaannya. Dalam
pandangan humanisme, kurikulum adalah sesuatu yang dapat menunjang
perkembangan anak dalam aspek kepribadiannya. Kurikulum dapat dilihat
sebagai suatu proses yang mampu memenuhi kebutuhan individu untuk
mencapai integrasi perkembangan dalam menu ju aktualisasi (perwujudan)
diri.Pengikut dalam aliran ini meliputi pendidikan Konfluen, Kritisi Radikal,
Mistisi Baru. Pendidikan konfluen adalah pendidikan yang memandang anak
sebagai satu keseluruhan diri. Kritisi Radikal adalah pendidikan yang
bersumber dari aliran Naturalisme atau Romantisme, yang menekankan
pendidikannya pada upaya untuk membantu anak menentukan dan
mengembangkan sendiri segala potensi yang dimilikinya, dan menciptakan
situasi yang memungkinkan anak berkembang secara optimal. Mistikisme
Modem adalah aliran yang menekankan pada latihan dan kepekaan, perasaan,
dan keluhuran budi pekerti, atau menemukan nilai-nilai dalam latihan
sensitivitas, meditasi, atau teknik transpersonal lainnya.
Kurikulum humanistik bertolak dari asumsi bahwa anak adalah
pertama dan utama dalam pendidikan. Anak adalah subyek yang menjadi
sentral aktivitas pendidikan. Anak memiliki sejumlah potensi, kemampuan,
dan kekuatan untuk berkembang sendiri. Para pendidik humanis berpegang

14
juga pada konsep Gestalt. Artinya, anak merupakan satu kesatuan yang
menyeluruh. Pendidikan diarahkan pada pembinaan yang utuh, bukan pada
aspek fisik atau intelektual belaka, melainkan juga pada segi afektif (emosi,
perasaan, nilai, dan sejenisnya). Bertolak dari asumsi di atas, kurikulum
Humanisme menekankan pada pendidikan yang integratif (menyeluruh)
antara aspek afektif (emosi, sikap, dan nilai) dengan aspek kognitif
(pengetahuan dan kecakapan intelektual). Atau dengan kata lain, kurikulum
ini menambahkan aspek emosional ke dalam kurikulum yang berorientasi
pada subject matter (mata pelajaran).
Kurikulum ini menolak dan menentang pendidikan yang lebih
mengutamakan pada intelektual, dan menolak pada pendekatan yang bersifat
teacher-centered. Kurikulum ini mengutamakan pada aktualisasi diri (self-
Actualization) anak.seperti yang ditegaskan oleh Mc.Neil bahwa “The new
humanistsare self actualizers who see curriculum as a liberating process that
can meet for growth and personal integrity”. Konsep ini dapat diaplikasikan
jika dalam sistim pendidikan dapat mengembangkan kemampuan dan potensi
anak terutama imajinasinya sebagai modal akal budinya yang kreatif. Peserta
didik harus diberikan kebebasan, kemandirian, hak untuk menemukan diri
serta pengembangan kemampuan fisik dan emosionalnya. Karena kurikulum
harus memelihara keutuhan anak sebagai suatu keseluruhan khususnya
mengenai kreatifitas dan sepontanitasnyaxxiii.
Kurikulum humanistik bersifat Child-centeredxxiv yang menekankan
ekspresi dirisecara kreatif, individualitas, dan akativitas pertumbuhan dari
dalam, bebas paksaan dari luar, karena konsennya kurikulum ini kepada
domain kognitif dan domain efektif sehingga apa yang dipelajari anak itu
memiliki arti secara pribadi atau subyektif anak itu sendiri.
Ciri-ciri kurikulum ini ialah; a) Partisipasi, artinya peserta didik
terlibat secara aktif menentukan dan merundingkan apa yang akan dipelajari.
b) Integritas,artinya ada interpretasi dan integrasi antara pikiran, perasaan
dan tindakan (kognitif, afektif, dan psikomotorik). c) relevansi, artinya
terdapat kesesuaian antara materi pelajaran dan kebutuhan pokok serta

15
kehidupan anak ditinjau dari segi emosional dan intelektual. d) diri anak
merupakan sasaran utama yang harus dipelajari agar anak dapat mengenal
dirinya; dan e) tujuannya mengembangkan diri anak sebagai suatu
keseluruhan (pribadi yang utuh) dalam masyarakat manusiawixxv.
Sekolah harus menjadi tempat belajar yang kondusif, yang dapat
membangkitkan motifasi intristik karena materi pelajaran sesuai dengan
kebutuhan anak dan bermakna dari kalangan humanistik mengecah bahwa
sekolah yang tradisional, yaitu sekolah yang mematikan sepontanitas
keceriaan, dan kepribadian anak padahal sekolah tradisional lebih bisa
membangun kebebasan insting anak dalam mengaktualisasikan dirinya.

C. Landasan Yuridis KTSP Madrasah/Sekolah

Landasan Yuridis/Hukum dalam Penyusunan dan Pengembangan KTSP

(BUKU I,II,III) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dalam menyusun dan

mengembangkan KTSP pada satuan pendidikan ada 4 (empat) Landasan harus

diketahui dan menjadi rambu-rambu satuan pendidikan. Keempat landasan tersebut

ialah: (1) Landasan Filosofis (2) Landasan Sosiologis (3) Landasan Psikopedagogis,

dan (4) Landasan Yuridis.

Dari keempat landasan penyusunan KTSP salah satunya landasan yuridis.

Landasan yuridis ialah sebagai payung hukum dalam penyusunan dan pengembangan

Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP). Didalamnya terdapat aturan, undang-

undang, peraturan pemerintah, peraturan Menteri Agama, peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan, keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam,

peraturan Gubernur, dan lainnya

16
Berikut ini isi dan aturan Landasan Yuridis dalam penyusunan KTSP

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional(Sisdiknas)
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah(Perda)
3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan
Nasional (SPN) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor
32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan sebagaimana diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan sebagaimana diubah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 66 Tahun 2010 tentang perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 17
Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan;
5. Peraturan Menteri Agama Nomor 13 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Instansi Vertikal Kementerian Agama;
6. Peraturan Menteri Agama Nomor 90 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Madrasah
7. Pemendikbud Nomor 23 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Pendidikan dan Dasar di Kabupaten/Kota;
8. Pemendikbud Nomor 57 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Dasar/Madrasah Ibtidaiyah;
9. Pemendikbud Nomor 58 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah;
10. Pemendikbud Nomor 59 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah;
11. Pemendikbud Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
12. Pemendikbud Nomor 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler;
13. Pemendikbud Nomor 63 Tahun 2014 tentang Kepramukaan;

17
14. Pemendikbud Nomor 64 Tahun 2014 tentang Standar Peminatan;
15. Pemendikbud Nomor 68 Tahun 2014 jo Permendikbud Nomor 45 Tahun 2015
tentang Peran Guru TIK dan Guru Keterampilan Komputer dan Pengelolaan
Informasi dalam Implementasi Kurikulum 2013;
16. Pemendikbud Nomor 79 Tahun 2014 tentang Muatan Lokal;
17. Pemendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentang Bimbingan dan Konseling pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah;
18. Peraturan Menteri Agama Nomor 207 Tahun 2014 tentang Kurikulum
Madrasah;
19. Pemendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Pendidikan Budi Pekerti;
20. Pemendikbud Nomor 53 Tahun 2015 tentang Penilaian Hasil Belajar Oleh
Pendidik dan Satuan Pendidikan Pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah;
21. Pemendikbud Nomor 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi Lulusan
Pendidikan Dasar dan Menengah;
22. Pemendikbud Nomor 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan
Menengah;
23. Pemendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah;
24. Pemendikbud Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan
Dasar dan Menengah;
25. Pemendikbud Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
dasar pada Kurkulum 2013;
26. Pemendikbud Nomor 35 Tahun 2018 tentang Struktur Kurikulum 2013 jenjang
Sekolah Menengah Pertama (SMP) /Madrasah Tsanawiyah (MTs).
27. Pemendikbud Nomor 36 Tahun 2018 tentang Struktur Kurikulum 2013 jenjang
Sekolah Menengah Ats (SMA)/Madrasah Aliyah (MA).
28. Pemendikbud Nomor 37 Tahun 2018 tentang Kompetensi Inti (KI) dan
Komptensi Dasar (KD) pada jenjang SD/MI, SMP/MTs, SMA.MA.
29. Pemendikbud Nomor 4 Tahun 2018 tentang Penilaian Hasil Belajar oleh Satuan
Pendidikan dan Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah.

18
30. Keputusan Menteri Agama Nomor 165 Tahun 2014 tentang Panduan Kurikulum
Madrasah 2013 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab;
31. Keputusan Menteri Agama Nomor 1023 Tahun 2016 tentang Panduan
Penyelenggaraan Program Keterampilan di Madrasah Aliyah;
32. Keputusan Menteri Agama Nomor 1293 Tahun 2016 tentang Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Program Keagamaan di Madrasah Aliyah;
33. Pemendikbud Nomor 46 tahun 2016 tentang linearitas mata pelajaran;
34. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5162 Tahun 2018 tentang
Petunjuk Teknis Penilaian Hasil Belajar pada Madrasah Tsanawiyah.
35. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5163 Tahun 2018 tentang
Petunjuk Teknis Pengembangan Pembelajaran pada Madrasah.
36. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5164 Tahun 2018 tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada
Madrasah.
37. Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 5164 Tahun 2018 tentang
Petunjuk Teknis Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada
Madrasah.
38. Peraturan Gubernur tentang Pembelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra
Daerah Pada Jenjang Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah;
39. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Tentang Penyesuaian Kode
Mapel Sertifikasi Guru dan Kewenangan Mengajar pada Madrasah.

Itulah landasan hukum/yuridis dalam penyusunan dan pengembangan KTSP

yang harus dipahami bahkan kalau bisa seorang kepala Madrasah atau siapapun

yang tergabung dalam tim pengembang kurikulum penyusunan KTSP harus hapal

satu persatu landasan hukum tersebut.

19
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kurikulum sebagai dasar acuan memiliki perkembangan dengan menghasilkan


output yang berupa kurikulum baru yang dijadikan acuan, pengembangan kurikulum
yang berisi beberapa model pengembangan sebagai langkah dan menghasilkan
kurikulum yang berkembang serta ditunjang dengan teori-teori pengembangan pula.
Dengan demikian kurikulum dapat beradaptasi dengan kemajuan zaman dengan
kurikulum yang berkembang maka semakin besar pula perkembangan yang ada dalam
peserta didik dan pelaku pendidikan. Secara kodrati, manusia sejak lahir telah
mempunyai potensi dasar (fitrah) yang harus ditumbuhkembangkan agar fungsional
bagi kehidupannya di kemudian hari. Untuk itu, aktualisasi terhadap potensi tersebut
dapat dilakukan usaha-usaha yang disengaja dan secara sadar agar mencapai
pertumbuhan dan perkembangan secara optimal.
Berbicara masalah kurikulum berarti berbicara pula masalah tujuan, materi,
pembelajaran, dan evaluasi. Kurikulum yang terdiri dari empat pokok diatas memiliki
sistem yang telah ditentukan sebagai acuan kesuksesan pendidikan yang secara yuridis
diataur dalam undang-undang pendidikan Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
tentang sistem pendidikan nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan di sana dijelaskan, bahwa
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (BSNP, 2008: 6).

B. Saran

Membahas dan mengupas tentang pengembangan kurikulum dalam hal ini konsen
pada Landasan pengembangan kurikulum dan aturan-aturan menjadi tantangan
tersendiri bagi penulis atau pemakalah, disamping literatur yang kurang lengkap juga
keterbatasan waktu dalam mempersiapkan dan menyusun makalah ini.

20
Daftar Pustaka

http://organisasi.org/definisi_pengertian_sentralisasi_dan_desentralisasi_iilm_ek
onomi_manajemen.
http://syahrudiforum.blogspot.com/2009/04/sentralisasi-dan-desentralisasi.html
, Depdikbud; Landasan kurikulum: program modul akta V (Jakarta: Dirjen Dikti,
1986
John D. Neil, Curriculum A Comprehensive Introduction (t.tp.: a Division of Scott
Foresman and Company, 1980),
Zainal arifin, Konsep dan Model Pengembangan kurikulum,(PT. Rosda karya
Bandung).
http://pengertiansumatifdanformatif.akademi pendidikan islam.blog spot.com
Nana Syaodih Sukmadinata, Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000),
http://pengembangankurikulum.Nurahid’.blogspot.com
http://surat.kuning@yahoo.com//teori-teorikurikulum.blogspot.com
A. Hamid Syarif, Pengembangan Kurikulum (Surabaya: Bina Ilmu, 1996

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai