Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ANALISIS SOSIOKULTURAL VYGOTSKY DALAM PERSPEKTIF


PSIKOLOGI

Untuk memenuhi salah satu Tugas Kelompok mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Syamsyurijal, M.T

Oleh : Kelompok 4

Mar’atus Shalihah (200209500018)

La Ode Ardan (200209501071)

Muh Awaluddin ZA (200209502092)

Jurusan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknik

Universitas Negeri Makassar

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karuniaNya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini
yang Alhamdulillah tepat pada waktunya. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik.

Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal
tentang Analisis Sosiokultural Vygostky Dalam Perspektif Psikologi” yang kami
sajikan berdasarkan informasi dari berbagai sumber. Kami sadar, sebagai seorang
mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih
banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat positif, guna penulisan makalah yang lebih baik lagi di masa
yang akan datang. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Bapak Dr. Syamsurijal, M.T. selaku dosen mata kuliah “Psikologi
Pendidikan’dan kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta
arahan selama penulisan Makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Makassar, 29 Agustus 2021

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................ i

Daftar Isi .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 2


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II ANALISIS SOSIOKULTURAL VYGOSTKY DALAM PERSPEKTIF 3


PSIKOLOGI

2.1 Pokok-Pokok Teori Vygotsky ................................................................... 3

2.2 Aplikasi Teori Vygotsky Dalam Pendidikan ............................................ 10

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 13

3.1 Kesimpulan ................................................................................................ 13

3.2 Saran ........................................................................................................... 13

Daftar Pustaka ................................................................................................. 14

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lev Semyonovich Vygotsky lahir pada tahun 1896 di kota Orsha Rusia, dari
keluarga kelas menengah keturunan Yahudi. Setelah menyelesaikan pendidikannya di
Gymnasium, Vygotsky memperoleh beasiswa untuk studi hukum di Universitas
Negeri Moskow. Namun perhatian pemuda cemerlang, bersemangat, dan penuh rasa
ingin tahu ini meluas ke bidang-bidang lain, seperti psikologi, filsafat, kritik seni,
sastra, dan bahkan kedokteran (Solso, 1991:383). Penelitiannya sebagian besar di
bidang-bidang linguistik, bahasa, dan psikologi (Taylor, 1993:4). Vygotsky
melakukan banyak penelitian mengenai proses berpikir anak antara tahun 1920 –
1934 (Ormrod, 1995:179). Dalam pengantar buku The Collected Works of L. S.
Vygotsky (1987), Bruner mengemukakan bahwa Vygotsky bukan hanya seorang ahli
psikologi, tetapi juga teoretisi kebudayaan. Bagi Vygotsky, teori pendidikan adalah
teori tentang transmisi kebudayaan dan juga teori tentang perkembangan (Taylor,
1993:4). Selama hidupnya Vygotsky mendapat tekanan yang begitu besar dari
pemegang kekuasaan dan para penganut ideologi politik di Rusia untuk mengadaptasi
dan mengembangkan teorinya.
Setelah dia meninggal pada usia yang masih dibilang sangat muda (38 tahun),
pada tahun 1934 akibat menderita penyakit tuberculosis (TBC), barulah seluruh ide
dan teorinya diterima oleh pemerintah dan tetap dianut dan dipelajari oleh
mahasiswanya. Kepeloporannya dalam meletakkan dasar tentang psikologi 128
Widya Warta No. 02 Tahun XXXIV / Juli 2010 ISSN 0854-1981 perkembangan telah
banyak mempengaruhi pendidikan di Rusia yang kemudian teorinya berkembang dan
dikenal luas di seluruh dunia hingga saat ini. Berkat karyanya yang luar biasa di
bidang psikologi, bangsa Rusia menjulukinya “Mozartnya psikologi” (Solso,
1991:383). Dalam masa hidupnya yang sangat singkat tetapi sangat produktif itu,

1
Vygotsky menghasilkan banyak teori psikologi mengenai perkembangan intelektual
(Confrey, 1995:38).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari sekian banyak materi yang ada dalam system Operasi, dalam makalah ini
pembuatan mencoba menguraikan mengenai :

1. Apa pokok-pokok Teori Vygotsky


2. Bagaimana Aplikasi tentang Teori Vygotsky

1.3 TUJUAN PENULISAN

Adapun Tujuan Penulisan Makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Psikologi Pendidikan, dan juga untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang
kehiduapn pendidikan psikologi Pendidikan.

2
BAB II
ANALISIS SOSIOKULTURAL VYGOSTKY DALAM PERSPEKTIF
PSIKOLOGI

2.1 Pokok-Pokok Teori Vygotsky


Menurut Vygotsky, setiap individu berkembang dalam konteks sosial. Semua
perkembangan intelektual yang mencakup makna, ingatan, pikiran, persepsi, dan
kesadaran bergerak dari wilayah interpersonal ke wilayah intrapersonal. Mekanisme
yang mendasari kerja mental tingkat tinggi itu merupakan salinan dari interaksi sosial
(Confrey, 1995:38; Taylor, 1993:3). Dalam pandangan Vygotsky, semua kerja
kognitif tingkat tinggi pada manusia mempunyai asal-usul dalam interaksi sosial
setiap individu dalam konteks budaya tertentu (Brunning, 1995:218). Atau dengan
meminjam istilah Wilson dkk. (1993:80), kognisi merupakan internalisasi dari
interaksi sosial. Teori kognisi sosial dari Vygotsky ini mendorong perlunya landasan
sosial yang baru untuk memahami proses pendidikan.
Vygotsky sangat menekankan pentingnya peranan lingkungan kebudayaan dan
interaksi sosial dalam perkembangan sifat-sifat dan tipetipe manusia (Slavin,
2000:46). Vygotsky (dalam Ormrod, 1995:178) menyatakan bahwa, children’s
cognitive development is promoted and enchanced through their interaction with
more advanced and capable individuals. Menurut Vygotsky siswa sebaiknya belajar
melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu.
Interaksi sosial ini memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan
intelektual siswa. Konsep ini oleh Vygotsky dinamakan pemagangan kognitif
(cognitive apprenticeship). Pemagangan kognitif mengacu pada proses di mana
seseorang yang sedang belajar tahap demi tahap memperoleh keahlian melalui
interaksinya dengan pakar. Pakar yang dimaksud di sini adalah orang yang menguasai
permasalahan yang dipelajari. Jadi, dapat berupa orang dewasa atau kawan sebaya.

3
Teori kognitif bermaksud memahami aktivitas perilaku manusia seperti
perhatian, rekognisi, pembuatan keputusan, pemecahan masalah, pengetahuan
konseptual, belajar, penalaran, prinsip- prinsip dan mekanisme perkembangan,
inteligensi, interpretasi, atribusi, penilaian, memori, dan imajinasi (Bordwell, 1989;
Feerick, 1995). Konsep dasar teori kognitif mengacu pada tingkat aktivitas mental
yang tidak dapat diubah begitu saja dalam menjelaskan tindakan sosial dengan
postulat yang sesunggguhnya, seperti persepsi, pikiran, intensi, perencanaan,
keterampilan, dan perasaan (Bordwell, 1989).
Vygotsky percaya bahwa hidup merindukan proses perkembangan dan hal ini
sangat tergantung pada interaksi sosial dan belajar sosial itu secara aktual
berpengaruh terhadap perkembangan kognitif. Vygotsky menjelaskan bahwa jarak
antara tingkat perkembangan aktual ditentukan oleh pemecahan masalah secara
independen dan tingkat perkembangan potensial ditentukan melalui pemecahan
masalah melalui kolaborasi antara guru pembimbing dan arahan orang dewasa dan
atau antar teman sebaya yang lebih mampu. Dengan kata lain, seorang siswa dapat
melaksanakan suatu tugas di bawah bimbingan orang dewasa atau kerja sama dengan
teman sebaya yang lebih mampu.
Proses belajar menurut Vygotsky terjadi dalam wilayah Zone Proximal
Development (ZPD), yakni wilayah antara apa yang diketahui dengan apa yang
belum diketahui. Oleh karena itu, Vygotsky berfokus pada koneksi antara orang-
orang dan konteks budaya di mana mereka bertindak dan saling berhubungan atau
saling berbagi pengalaman. Menurut Vygotsky, manusia menggunakan tools yang
bersumber dari suatu kultur, termasuk bahasa lisan dan tulisan yang dimediasi oleh
lingkungan sosial. Vygotsky percaya bahwa pada awalnya anak-anak
mengembangkan tools ini untuk melayani fungsi sosial, dan mengomunikasikan
kebutuhan-kebutuhannya. Internalisasi nilai- komputer atau Computer Supported
Collaborative Learning (CSCL) (Hsiao, 2004).
Teori sosiokultural Vygotsky menekankan pentingnya perkembangan
kecerdasan/inteligensi melalui kultur atau masyarakat. Perkembangan individu terjadi

4
melalui dua tahap, yaitu dimulai dengan pertukaran sosial antarpribadi (interaksi
dengan lingkungan sosial), kemudian terjadi internalisasi intrapersonal. Selanjutnya,
keterampilan individu dapat dikembangkan melalui interaksi individu dengan bantuan
atau bimbingan orang dewasa (guru) dan kolaborasi dengan teman sebaya. Teori
sosiokultural Vygotsky pada awalnya diaplikasikan dalam konteks belajar bahasa
bagi anak. Namun, kemudian diaplikasikan dalam konteks perkembangan kognitif
dan proses belajar secara lebih luas. Sebagai contoh, Vygotsky memberikan suatu
isyarat dengan meng- gunakan jari jemari sebagai isyarat penting dalam
menghadirkan suatu koneksi hubungan antar-pribadi atau antar-individu.
Vygotsky berupaya menjelaskan kesadaran sebagai hasil akhir proses sosialisasi.
Sebagai contoh, dalam pelajaran bahasa, ucapan yang pertama dikenal melalui
lingkungan sosial. Berdasar teori sosiokultural.
Menurut Vygotsky (dalam Elliot, et al., 2000), bahasa berperan penting dalam
perkembangan kognitif. Perkembangan bahasa meliputi empat tahap, yaitu tahap pra-
intelektual, psikologi naif, bahasa egosen- trik, dan bahasa internal (inner speech).
Bahasa pra-intelektual mengacu pada proses dasar (elementary process) termasuk
tangisan, mendengkur, celoteh, gerak-gerik fisik (crying, cooing, babbling, bodily
movements), secara biologis dan bertahap mengarah pada perkembangan bahasa dan
perilaku yang lebih kompleks.
Perancah (scaffolding) dan hubungan timbal balik antara guru sebagai
pembimbing dan peserta didik adalah strategi efektif untuk mengakses zona
proksimal perkembangan. Guru berperan sebagai fasilitator yang memberi peluang
bagi anak untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Guru harus
memerhatikan minat anak, menyederhanakan tugas, mengontrol, dan memotivasi
anak. Selanjutnya, guru harus mencari solusi atas kemungkinan pertentangan antar-
usaha anak, dan mengontrol perilaku anak (frustrasi dan risiko), dan model suatu
tindakan yang diidealkan (Hausfather, 1996). Pengajaran timbal balik menciptakan
suatu dialog antara anak dan para guru. Komunikasi dua arah melalui diskusi dan
dialog terbuka ini menjadi suatu strategi yang efektif dalam meningkatkan interaksi

5
sosial. Suatu studi yang dilakukan oleh Brown dan Palincsar (Driscoll, 1994)
menunjukkan hubungan yang signifikan antara kemampuan membaca dengan metode
resiprokal.
secara singkat dikemukakan bahwa teori Vygotsky berfokus pada 4 hal pokok,
yakni pengaruh interaksi sosial dalam perkembangan, scaifolding (perancah atau
pemberian bantuan), modeling, zone of proximal development (perbedaan antara apa
yang dapat dikerjakan sendiri oleh anak dan apa yang dapat dikerjakan dengan
bantuan oranglain). Vygotsky memandang bahwa model pembelajaran kooperatif
yang sarat dengan nilai- nilai budaya, dan scajfolding atau pemecahan masalah yang
berfokus pada anak (Student centered education) merupakan faktor utama
perkembangan kognitif. Model pembelajaran kooperatif menekankan interaksi sosial
dalam upaya pengembangan kehidupan sosial dalam wilayah perkembangan
proksimal anak. Teori- teori belajar, sekalipun telah diuji secara empiris melalui
kajian ilmiah, namun tentu saja memerlukan penyesuaian dalam aplikasinya sesuai
karakteristik dan latar budaya peserta didik, Pembelajaran kooperatif berdasar teori
sosiokultural Vygotsky diharapkan memberikan kontribusi dalam perkembangan
bahasa, dan kepribadian anak. Perpaduan dengan teori perkembangan lainnya, tentu
saja akan lebih bermakna terhadap perkembangan dan pembinaan kepribadian anak
pada umumnya.

2.2 Aplikasi Tentang Teori Vygotsky


Model pembelajaran kolaboratif menurut pandangan Vygotsky dikembangkan
berdasar nilai-nilai budaya-sosiokultural. Dalam kaitan model pembelajaran
kolaboratif, nilai-nilai budaya siri’ yang sekiranya sesuai untuk dikembangkan dalam
lingkup persekolahan mencakup semangat sipakatau (saling menghormati dan saling
menghargai yang diiringi sikap rendah hati), pacce/pesse (empati/kesetiakawanan
terhadap sesama manusia), allempureng (kejujuran), kerelaan berkorban dan ketaatan
kepada Tuhan Yang maha Esa (Farid, 1989; Hamid, 1985; Mattulada, 1985; Rahim,
1992).

6
Model pembelajaran kooperatif dalam kaitannya dengan tugas- tugas perkembangan
bahasa (komunikasi pasif dan aktif) mencakup kemampuan mengerti isyarat dan
pembicaraan (komunikasi pasif), dan mengungkapkan dengan isyarat/kata-kata
(komunikasi aktif) (Marat, 2001). Kemampuan mengerti isyarat/pembicaraan adalah
kesanggupan untuk mengerti isyarat dan pembicaraan orang lain. Contoh, menengok
ke arah sumber suara, mengerti kalimat sederhana, senang mendengarkan cerita,
mengerti dan dapat melaksanakan perintah dari yang sederhana hingga yang lebih
sukar. Kemampuan mengerti isyarat dan pembicaraan dapat dilatihkan dengan tujuan
agar anak dapat lebih mudah menangkap, memahami maksud dan penjelasan orang
lain tanpa salah paham.
Kemampuan mengungkapkan dengan isyarat/kata-kata adalah kemampuan
menyatakan perasaan, keinginan, dan pikiran, baik melalui tangisan, gerakan
tubuh/isyarat maupun kata-kata. Contoh, menangis, mengucapkan kata-kata yang
mempunyai arti, menyebutkan nama, menyusun kalimat, dan bertanya. Kemampuan
mengungkapkan isyarat/kata-kata dapat dilatih dengan maksud agar anak sesuai
dengan usianya dapat mengungkapkan diri melalui isyarat maupun kata-kata supaya
dimengerti orang lain. Diharapkan dengan bertambahnya usia, anak akan lebih sering
memakai kata- kata/berbicara daripada memakai isyarat.
Vygotsky mengemukakan konsep tentang Zone of Proximal Development
(ZPD), yang dapat diartikan sebagai Daerah Perkembangan Terdekat (DPT). Menurut
Vygotsky, perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan ke dalam dua
tingkat, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial.
Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri.
Sedangkan tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan
orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten.
Vygotsky yakin bahwa pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau belajar
menangani tugas-tugas atau masalah kompleks yang masih berada pada jangkauan

7
kognitif siswa atau tugas-tugas tersebut berada pada Daerah Perkembangan Terdekat
(Zone of Proximal Development (ZPD)). Vygotsky (Taylor, 1993: 5) mendefinisikan
Zone of Proximal Development (ZPD) sebagai berikut.
Menurut Tharp & Gallimore (1988:35), tingkat perkembangan ZPD (DPT) terdiri
atas empat tahap, yaitu:
- Tahap Pertama:
More Dependence to Others Stage Tahapan dimana kinerja anak mendapat banyak
bantuan dari pihak lain, seperti teman-teman sebayanya, orang tua, guru, masyarakat,
ahli, dan lain-lain. Dari sinilah muncul model pembelajaran kooperatif atau
kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak secara konstruktif.
- Tahap Kedua:
Less Dependence External Assistence Stage Tahap dimana kinerja anak tidak lagi
terlalu banyak mengharapkan bantuan dari pihak lain, tetapi lebih kepada self
assistance, lebih banyak anak membantu dirinya sendiri.
- Tahap Ketiga:
Internalization and Automatization Stage Tahap dimana kinerja anak sudah lebih
terinternalisasi secara otomatis. Kasadaran akan pentingnya pengembangan diri dapat
muncul dengan sendirinya tanpa paksaan dan arahan yang lebih besar dari pihak lain.
Walaupun demikian, anak pada tahap ini belum mencapai kematangan yang
sesungguhnya dan masih mencari identitas diri dalam upaya mencapai kapasitas diri
yang matang.

- Tahap Keempat:

De-automatization Stage Tahap dimana kinerja anak mampu mengeluarkan


perasaan dari kalbu, jiwa, dan emosinya yang dilakukan secara berulang-ulang,
bolak-balik, recursion. Pada tahap ini, keluarlah apa yang disebut dengan de
automatisation sebagai puncak dari kinerja sesungguhnya

8
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut Vygotsky, setiap individu berkembang dalam konteks sosial. Semua


perkembangan intelektual yang mencakup makna, ingatan, pikiran, persepsi, dan
kesadaran bergerak dari wilayah interpersonal ke wilayah intrapersonal. Mekanisme
yang mendasari kerja mental tingkat tinggi itu merupakan salinan dari interaksi sosial
(Confrey, 1995:38; Taylor, 1993:3). Dalam pandangan Vygotsky, semua kerja
kognitif tingkat tinggi pada manusia mempunyai asal-usul dalam interaksi sosial
setiap individu dalam konteks budaya tertentu (Brunning, 1995:218). Atau dengan
meminjam istilah Wilson dkk. (1993:80), kognisi merupakan internalisasi dari
interaksi sosial. Teori kognisi sosial dari Vygotsky ini mendorong perlunya landasan
sosial yang baru untuk memahami proses pendidikan.
3.2 Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan Jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

9
DAFTAR PUSTAKA

Thalib, Syamsul Bakrie.(2010). Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris


Aplikatif. Anging Mamiri:Prenada Media Group.
Alliyu,Annur. (2018). “Teori Sosiokultural Lev Vygotsky”,
https://www.academia.edu/37941991/TEORI_SOSIOKULTURAL_LEV_VYGOTS
KY, diakses pada 29 Agustus 2021 pukul 20.30

10

Anda mungkin juga menyukai