Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KONSEP DAN TEORI BELAJAR VYGOTSKY


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Belajar

Dosen Pengampu:

Bapak Wasis Purwo Wibowo, S.Psi., M.Si.

Disusun oleh:

Wanda Dwi Permata Sari (220541100044)

Busstommi RP. Agnes Madrem (220541100065)

Divka Nurcahyani (220541100168)

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


JURUSAN ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat ALLAH SWT karena telah melimpahkan


rahmat, taufik, dan inayahnya sehingga tugas makalah ini dapat tersusun guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Psikologi Belajar dengan judul
“Konsep dan Teori Belajar Vygotsky”.

Dalam makalah yang telah tersusun ini masih banyak sekali kekurangan,
baik materi yang tidak lengkap, penulisan yang kurang jelas atau kurang tepat.
Oleh karena itu, segala bentuk saran, masukan, ataupun kritik yang membangun
dari berbagai pihak akan sangat membantu mengembangkan untuk penyusunan
makalah-makalah berikutnya.

Diharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan


juga pembaca. Akhir kata, ucapan terimakasih disampaikan kepada semua pihak
yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.

Bangkalan, 24 Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah.................................................................................. 1
1.3. Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 3
2.1. Biografi Tokoh Vygotsky ...................................................................... 3
2.2. Konsep dan Teori Belajar Sosiokultural Konstruktivis ........................... 4
A. Tiga Fokus Teori Vygotsky.................................................................... 5
B. Tahapan Konsep ZPD ............................................................................ 7
C. Tiga Tugas Penerapan ZPD.................................................................... 9
D. Scaffolding ............................................................................................ 9
E. Pembelajaran Kooperatif...................................................................... 10
2.3. Penerapan Teori Vygotsky dalam Pembelajaran ................................... 11
BAB III PENUTUP ........................................................................................... 13
3.1. Kesimpulan.......................................................................................... 13
3.2. Saran ................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 15

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembelajaran merupakan hal penting yang harus diperhatikan, karena ada
suatu saat dimana seorang siswa akan merasa kesulitan dalam memahami
pembelajaran. Pada dasarnya pengetahuan dan kemampuan setiap anak tidaklah
sama, sehingga tingkat kesulitannya pun tidaklah sama. Sebaiknya sebagai
seorang guru atau yang lebih ahli harus memahami kesulitan yang mereka
hadapi. Maka jika kita acuh, kesulitan tersebut dapat menghambat intelektual
anak.
Makalah ini membahas mengenai teori pembelajaran menurut Vygotsky.
Teori belajar merupakan teori terdapat tata cara pengaplikasian kegiatan belajar
mengajar antara guru dan siswa di dalamnya. Adapun beberapa jenis metode
pembelajaran yang dikemukakan oleh Vygotsky yaitu : Budaya, Bahasa, ZPD.
Teori belajar bertujuan untuk memudahkan guru dalam proses kegiatan
pembelajaran. Sehingga siswa dapat lebih memahami pembelajaran yang telah
diberikan oleh guru. Teori belajar juga merupakan sarana untuk memperoleh
dan menyampaikan informasi pengetahuan melalui proses belajar mengajar
antara siswa dan guru.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah yang muncul yaitu :
1. Siapa kah seorang Vygotsky itu dan apa saja karya serta penelitian
miliknya?
2. Bagaimana konsep dan teori belajar sosiokultural konstruktivis menurut
pandangan Vygotsky?
3. Apa saja tahapan dari konsep ZPD serta apa hubungannya dengan
Scaffolding?
4. Bagaimana penerapan teori Vygotsky dalam pembelajaran?

1
1.3. Tujuan
Dibentuknya makalah ini pun memiliki tujuan, yaitu :
1. Memecahkan rumusan masalah yang ada.
2. Sebagai bentuk pemenuhan tugas kelompok yang telah diberikan.
3. Sebagai sumber informasi materi mengenai biografi Vygotsky dan teori-
teori pembelajaran menurut Vygotsky serta penerapannya dalam
pembelajaran.

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1. Biografi Tokoh Vygotsky

Vygotsky memiliki nama lengkap Lev Semyonovich Vygosky. Vygotsky


adalah seorang psikolog yang berkebangsaan Rusia. Beliau lahir pada tanggal
17 November tahun 1896 di kota Tsarist, Rusia, dari keluarga kelas menengah
keturunan Yahudi. Lev Semyonovich Vygotsky tumbuh besar di Gomel,
sebuah kota pelabuhan yang di Rusia sebelah barat. Ayahnya bekerja sebagai
eksekutif bank dan ibunya bekerja sebagai guru atau pengajar. Saat usianya
mencapai remaja, Vygotsky dikenal oleh teman-temannya sebagai “professor
kecil” karena Vygotsky selalu mengarahkan percakapan mereka menuju arah
untuk berdiskusi, perdebatan, dan pembantahan.
Saat usianya menginjak 17 tahun, setelah menyelesaikan pendidikannya di
Gymnasium, Vygotsky memperoleh beasiswa untuk studi hukum di
Universitas Negeri Moskow. Namun, ia juga mengambil mata kuliah di
wilayah studi yang lain. Bahkan, ia juga mengikuti mata kuliah di Universitas
Rakyat Shanyavski, dimana di universitas tersebut sejumlah professor dari
Universitas Moskow mengajar setelah dikeluarkan karena pemikiran mereka
yang anti – Tzart.
Vygotsky melakukan banyak penelitian tentang proses berpikir anak di
tahun 1920 hingga 1934 (Ormod, 1995: 179). Vygotsky banyak menghasilkan
teori psikologi terkait perkembangan intelektual (Confrey, 1995:38). Gagasan
– gagasan orisinal Vygotsky tertuang dalam dua bukunya yang terbit pada

3
tahun 1934 dalam bahasa rusia, yaitu Mind in Society dan Trought and
Language. Pada tanggal 11 juni 1934, Vygotsky menjadi ahli psikologi
perkembangan di Soviet dan dia berkonsentrasi pada psikologi cultural-
historis. Vygotsky telah belajar privat pada Solomon Ashpiz dan lulus dari
Universitas Negeri Moskow pada tahun 1917. Setelah itu, ia mengajar studi
psikologi di Moskow pada tahun 1924. Yang mana ia bekerja secara khusus
pada ide atau pemikiran mengenai perkembangan pada kognitif, terutama
hubungan antara pikiran dan bahasa. Vygotsky mengajar sastra di SMP dan
Psikologi di Institut perguruan local, dia sangat tertarik untuk mengajar anak –
anak yang fisiknya cacat. Pada saat tersebut Vygotsky mulai terserang TBC.
Karena merasa hidupnya tak lama lagi, Vygotsky bekerja sangat keras, dia
mengajar di perguruan tinggi, dia juga melakukan perjalanan jauh untuk
membantu klinik- klinik yang menangani anak – anak dan orang dewasa
dengan gangguan Neurologis. Dan Lev Vygotsky meninggal di usia 38 tahun
pada tahun 1934 akibat menderita penyakit tuberculosis (TBC).

2.2. Konsep dan Teori Belajar Sosiokultural Konstruktivis


Menurut Vygotsky, seluruh kerja dari kognitif tingkat tinggi seperti
berkreasi, menganalisis, dan mengevaluasi pada manusia mempunyai latar
belakang dalam interaksi sosial tiap individu dalam konteks budaya tertentu.
Teori kognisi sosial dari Vygotsky ini mendorong perlunya landasan sosial
yang baru untuk memahami proses pendidikan. Vygotsky memandang bahwa
sebaiknya siswa belajar dari interaksi dengan teman sebaya yang lebih mampu
dan orang dewasa. Interaksi sosial ini membuat siswa mampu membentuk ide
baru dan menyempurnakan perkembangan intelektualnya. Konsep ini
dinamakan pemagangan kognitif (Cognitive Apprenticeship). Pemagangan
kognitif ini mengacu pada proses dimana seseorang yang sedang belajar tahap
demi tahap memperoleh keahlian melalui interaksinya dengan orang dewasa
atau teman sebaya.

4
Setiap anak akan melewati dua tingkat dalam proses belajar, pertama pada
level sosial, yang kedua pada level individual. Vygotsky mengklaim bahwa
sebagian besar dari apa yang dipelajari anak berasal dari budaya dimana
mereka tinggal. Ini menunjukkan bahwa bahasa adalah alat utama untuk
pendampingan karena menyediakan bekal untuk berpikir dan seiring
bertambahnya usia anak, ia berfungsi sebagai alat belajar yang paling penting.

A. Tiga Fokus Teori Vygotsky


Vygotsky memiliki fokus teori yang terdiri dari tiga faktor, yaitu :
1) Budaya (Culture)

Vygotsky mengatakan bahwa hal terpenting yang berpengaruh terhadap


pembentukan pengetahuan seorang anak adalah budaya dan lingkungan
sosialnya. Seperti lagu, bahasa, kesenian, dan permainan dapat menjadi sarana
belajar bagi anak. Melalui interaksi dan kerjasama dengan orang lain dan
lingkungannya sehingga budaya berpengaruh terhadap proses belajarnya.
Vygotsky memandang bahwa cara berpikir seseorang harus dipahami
berdasarkan latar sosial budaya dan sejarahnya. Setiap budaya mempunyai
makna dalam usaha untuk membuat kemampuan kognitif anak meningkat dan
bertujuan untuk menuntun anak untuk menjalani kehidupan agar lebih efisien
dan produktif. Penekanan pada peranan orang dewasa dan anak-anak lain
dalam memudahkan perkembangan si anak sangat ditekankan oleh Vygotsky.
Vygotsky memandang bahwa anak-anak lahir dengan fungsi mental yang
masih dasar, seperti memusatkan perhatian dan kemampuan untuk memahami
dunia luar.

Vygotsky menekankan level konteks sosial yang bersifat institusional


maupun level konteks sosial yang bersifat interpersonal. Pada level
institusional menyediakan organisasi dan alat-alat yang berguna untuk aktivitas
kognitif melalui instansi seperti sekolah. Interaksi institusional memberikan
anak norma-norma perilaku dan sosial yang luas untuk membimbingnya. Level
interpersonal memiliki pengaruh yang lebih langsung terhadap berfungsinya

5
mental anak. Menurut Vygotsky, keterampilan dalam berfungsinya mental
berkembang melalui interaksi sosial secara langsung.

2) Bahasa (language)
Pendapat Vygotsky terhadap bahasa yaitu bahwa bahasa berperan penting
dalam proses perkembangan kognitif seorang anak. Menurut Vygotsky,
perkembangan bahasa berkaitan erat dengan perkembangan kognitif. Vygotsky
juga menyatakan terdapat tiga tahap perkembangan yang dipaparkan, yaitu
Social Speech (external speech), Egocentric Speech, dan Inner Speech.

3) Zona Perkembangan Proksimal (zone of proximal development atau


ZPD)

Vygotsky mengembangkan konsep kognitif zona pembelajaran. Ia memiliki


pendapat bahwa ada dua tingkat perkembangan seseorang, yaitu tingkat
perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial. Zone of actual
development (ZAD) terjadi saat siswa dapat menyelesaikan tugas milik mereka
sendiri, dalam zona ini siswa mandiri. Selain itu, orang dewasa atau teman
sebaya diperlukan dalam zone of proximal development (ZPD) untuk
membantu siswa ketika mereka tidak dapat mengatasi dan menyelesaikan tugas
yang diberikan tanpa bantuan. Ketika siswa berada di zona ZPD ini, mereka
dapat berhasil dengan bantuan instruksional. Jika sebuah masalah atau tugas

6
dapat diselesaikan tanpa bantuan orang lain, maka siswa tersebut berada pada
zona kemampuan aktualnya. Tetapi, jika masalah tersebut baru dapat
diselesaikan oleh siswa dengan memerlukan bantuan orang lain yang lebih
memahami, maka siswa tersebut berada pada zona kemampuan potensial nya.
Tugas-tugas di dalam ZPD adalah sesuatu yang masih belum bisa
diselesaikan seorang anak seorang diri, tetapi dapat diselesaikan dengan
bantuan orang dewasa atau teman yang lebih kompeten. Maksudnya, zona
perkembangan proximal menjelaskan tugas-tugas yang belum dipelajari
seorang anak tetapi sanggup dia pelajari pada saat tertentu. Vygotsky percaya
bahwa, keberfungsian mental yang lebih tinggi sering kali terjadi saat adanya
percakapan dan kerjasama dengan orang lain sebelum hal tersebut terjadi pada
diri individu.
Interaksi sosial antara anak dan orang dewasa mempunyai peranan yang
sangat penting di dalam zona proximal development. Mengutip penjelasan
Brown dan Ferera (1985:282) mengenai interaksi ini sebagai berikut: pertama-
tama anak mengalami aktivitas memecahkan masalah secara aktif dengan
kehadiran orang lain, tetapi kemudian secara bertahap anak mampu
mengerjakannya dengan mandiri. Proses internalisasi berlangsung secara
bertahap, awalnya orang dewasa mengarahkan anak tersebut, tetapi secara
berangsur orang dewasa dan anak tersebut mulai bersama untuk menyelesaikan
permasalahan, dengan anak tersebut mengambil inisiatif, sedangkan orang
dewasa memonitori dan memandu saat anak terhenti atau tidak lancar.
Akhirnya, orang dewasa itu menyerahkan kendali pada anak tersebut dan
kemudian orang dewasa tersebut berperan sebagai pendengar yang bersifat
mendukung.

B. Tahapan Konsep ZPD


Konsep ZPD memiliki empat tahapan, yaitu :
1) Pertama, more dependence to other stage
Tahapan dimana anak mendapat banyak bantuan dari pihak lain seperti
teman sebayanya, orang tua, guru, masyarakat, dan lain-lain. Dari sinilah

7
muncul pembelajaran kooperatif atau kolaboratif dalam mengembangkan
kognisi anak secara konstruktif.
2) Kedua, less dependence external assistence stage
Pada tahap ini, pembelajaran menggunakan pengetahuan sebelumnya untuk
melaksanakan tugas tanpa bimbingan. Peserta didik berlatih sendiri yang
menunjukkan bahwa mereka melakukan aktivitas tertentu tanpa bantuan, tetapi
mereka belum cukup sempurna sehingga memerlukan beberapa bantuan. ZPD
ini terjadi yaitu di antara tahap satu dan dua.
3) Ketiga, internalization and automatization stage
Kinerja anak sudah lebih teryakinkan secara otomatis. Kesadaran akan
pentingnya pengembangan diri muncul dengan sendirinya tanpa paksaan.
Tetapi, anak pada tahap ini belum mencapai kematangan yang sesungguhnya.
Seorang peserta didik sudah tidak memerlukan banyak bantuan dari orang
dewasa dibandingkan pada tahap sebelumnya. Melakukan lebih banyak latihan
untuk memperkuat pengetahuan yang sudah ada.
4) Keempat, de-automatization stage
Yaitu tahap dimana kinerja anak telah mampu mengeluarkan perasaan dari
jiwa dan emosinya yang dilakukan secara berulang-ulang. Pada tahap ini,
keluarlah de-automatisation sebagai puncak dari kinerja yang sesungguhnya.

8
C. Tiga Tugas Penerapan ZPD
Menurut Eggen & Kauchak (1997) penerapan ZPD dalam
pembelajaran terdapat tiga tugas, yaitu :
1) Pengukuran
Pengukuran ZPD dilakukan dengan mengukur kemampuan siswa
dalam memahami masalah, proses ini disebut dengan assesment
dinamik. Hal yang diukur yakni pengetahuan yang dimiliki,
kemampuan dalam berpikir, toleransi terhadap ambigusitas serta minat.
2) Pemilihan Aktivitas Belajar
Tugas kedua adalah menyesuaikan tugas belajar dengan level
perkembangan siswa. Apabila tugas terlalu mudah, pembelajaran tidak
diperlukan, tetapi jika sulit siswa menjadi bingung dan frustrasi. Oleh
karena itu, diperlukan penyederhanaan tugas bagi siswa yang memiliki
kemampuan kurang dan peningkatan tantangan tugas bagi yang
memiliki kemampuan lebih.
3) Pemberian Dukungan Pembelajaran untuk Membantu Siswa
Melalui Zonanya dengan Berhasil
Tugas ketiga adalah memberikan dukungan pembelajaran.
Dilakukan dengan menerapkan konsep scaffolding.

D. Scaffolding
Gagasan kunci yang berasal dari pendapat Vygotsky tentang
pembelajaran sosial ialah penanggaan (scaffolding) : bantuan yang
disediakan teman atau orang dewasa yang lebih kompeten. Maksudnya,
penanggan berarti menyediakan banyak dukungan kepada seorang anak
selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi
dukungan dan meminta anak tersebut untuk bertanggung jawab yang
semakin besar hingga dia telah sanggup. Orang tua menggunakan
penanggan ketika mereka mengajari anak mereka menggunakan permainan
baru atau ketika mengikat tali sepatunya. Scaffolding dipahami sebagai
bantuan atau dukungan yang diberikan oleh orang yang lebih dewasa atau

9
lebih kompeten pada seorang anak agar mampu menyelesaikan tugas
dengan tingkat kerumitan yang lebih tinggi. Beberapa tipe dari scaffolding
yang dapat diterapkan, yakni :

1) Modelling, contohnya guru kesenian menunjukkan cara


menggambar dengan dua titik perspektif sebelum meminta siswa
mencoba menggambar sendiri.
2) Think Aloud, contohnya guru fisika mengungkapkan pemikirannya
saat ia memecahkan masalah daya gerak pada papan tulis.
3) Pertanyaan-pertanyaan, contohnya guru fisika menggiring siswa
melalui beberapa masalah dan meminta mereka menanyakan pada titik
waktu yang penting.
4) Mengadaptasi materi pembelajaran, guru fisika SD menurunkan dan
menaikkan keranjang saat mengajarkan teknik menembak atau
shooting.
5) Prompt dan cue (dorongan dan isyarat), anak prasekolah diajarkan
mengikat tali sepatu sambil berkata “Kelinci masuk ke lubang dan
melompat ke dalamnya”.

E. Pembelajaran Kooperatif
Teori-teori Vygotsky mendukung penggunaan strategi belajar yang
kooperatif dimana anak-anak bekerja sama untuk membantu belajar satu
sama lain (Slavin, Hurley, & Chamberlain, 2003). Karena biasanya teman
sebaya bekerja di dalam ZPD anak yang lainnya, anak-anak ini seringkali
menjadi teladan untuk anak-anak yang lain mengenai pemikiran yang
sedikit lebih maju. Selain itu, pembelajaran kooperatif memungkinkan
adanya percakapan batin anak-anak tersedia bagi yang lain, sehingga
mereka bisa mendapatkan pemahaman mengenai proses penalaran satu
sama lain. Maksudnya, anak-anak mendapatkan manfaat dengan mendengar
“pemikiran lantang” (thinking out loud) satu sama lain, terlebih saat teman
sekelompok mereka berbicara dalam mengatasi suatu persoalan. Vygotsky

10
mengakui bahwa interaksi dengan teman sebaya memiliki manfaat yang
besar dalam memajukan pemikiran anak-anak yang bersangkutan.

2.3. Penerapan Teori Vygotsky dalam Pembelajaran


Pandangan Vygotsky terhadap pendidikan yaitu bahwa pendidikan
memiliki peran yang penting dalam membantu anak untuk memelajari alat-
alat budaya. Teori-teori dari Vygotsky ini memiliki dua implikasi utama teori
pembelajarannya, yaitu :
1) Menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling interaksi
dan saling menemukan strategi-strategi memecahkan masalah yang efektif
dalam masing-masing ZPD mereka. Pengajaran pribadi oleh teman sebaya
yang lebih mahir dapat berjalan dengan efektif sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan pada ZPD mereka demikian juga interaksi di sekitar tugas-tugas
rumit.
2) Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran yaitu penekanan scaffolding.
Teori belajar milik Vygotsky yaitu salah satu teori belajar sosial sehingga
sesuai dengan model belajar yang kooperatif karena model pembelajaran
kooperatif terjadi interaksi sosial yaitu antara siswa dengan siswa lain serta
siswa dengan guru dalam upaya menemukan konsep untuk pemecahan
masalah.

Sedangkan menurut Byrnes (1996), teori Vygotsky memiliki empat


implikasi pendidikan utama, yaitu :

1) Guru harus bertindak sebagai scaffold yang memberi arahan dan bimbingan
yang cukup untuk membantu anak-anak dalam mencapai kemajuan.
2) Pembelajaran harus selalu berusaha “mempercepat” tingkat penguasaan
anak saat ini.
3) Untuk menghayati keterampilan pada anak-anak, pembelajaran harus
berkembang dalam empat fase. Fase pertama, guru menjadi model dan
memberikan komentar verbal terhadap apa yang siswa lakukan beserta
alasannya. Fase kedua, siswa berupaya mengimitasi apa yang dilakukan

11
gurunya. Fase ketiga, guru mengurangi intervensinya secara progresif
begitu saat siswa telah menguasai keterampilan tersebut. Fase keempat,
guru dan siswa berulang-ulang mengambil peran secara bergiliran.
4) Anak-anak perlu untuk berulang-ulang dihadapkan pada konsep ilmiah agar
konsep spontan mereka menjadi lebih tepat dan akurat.

12
BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Vygotsky, seorang psikolog berkebangsaan Rusia yang memiliki
banyak penelitian tentang bagaimana cara berpikir anak. Menurut
Vygotsky interaksi sosial berperan penting dalam perkembangan belajar
anak, dari interaksi sosial ini akan memacu terbentuknya ide baru dan
memperkaya perkembangan intelektual. Interaksi sosial ini dapat
didapatkan dari teman sebaya ataupun orang dewasa. Hal yang paling
dominan dari apa yang dipelajari anak berasal dari budaya dimana mereka
tinggal, karena anak akan lebih sering berinteraksi dengan lingkungannya.
Vygotsky berpendapat bahwa ada dua tingkat dalam perkembangan
anak, yaitu tingkat perkembangan aktual dan potensial. Ketika anak dapat
menyelesaikan tugasnya secara mandiri tanpa bantuan oranglain, maka
anak tersebut berada di zona kemampuan aktualnya yg disebut ZAD.
Kemudian ketika anak dapat menyelesaikan tugas tetapi memerlukan
bantuan dari teman sebaya yang lebih mampu atau orang dewasa, anak
tersebut berada pada zona kemampuan potensialnya yang dinamakan ZPD.
Teori berikutnya adalah Scaffolding. Scaffolding adalah bantuan
yang disiapkan oleh orang dewasa atau teman sebaya untuk membantu
menyelesaikan tugas yang diberikan kepada anak. Menyediakan banyak
dukungan di tahap awal belajar anak lalu mengurangi bantuan dan meminta
anak untuk bertanggung jawab dengan tugasnya sendiri hingga ia
bertanggung jawab penuh dengan tugasnya sendiri. Selanjutnya ada
pembelajaran kooperatif, pembelajaran ini akan menerapkan dimana setiap
anak akan bekerja sama untuk menyelesaikan tugasnya dan membantu satu
sama lain. Melalui pembelajaran ini anak anak dapat saling bertukar pikiran
dan berinteraksi yang dapat memajukan pemikiran anak.

13
3.2. Saran
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan pembaca dan penulis dapat
lebih memahami tentang konsep teori belajar Vygotsky. Dari makalah ini
pembaca dan penulis juga dapat menambah sumber materi belajar terkait
dengan teori-teori Vygotsky.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agustyaningrum, N., Pradanti, P., & Yuliana. (2022). Teori Perkembangan Piaget
dan Vygotsky: Bagaimana Implikasinya dalam Pembelajaran Matematika
Sekolah Dasar? Jurnal Absis: Jurnal Pendidikan Matematika Dan
Matematika, 5(1), 568-582.

Khodijah, N. (2014). Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Saputra, A., & Suryandi, L. (2020). Perkembangan kognitif anak usia dini dalam
perspektif Vygotsky dan implikasinya dalam pembelajaran. PELANGI:
Jurnal Pemikiran dan Penelitian Islam Anak Usia Dini, 2(2), 198-206.

Slavin, R. E. (2011). Psikologi Pendidikan : Teori dan Praktik. Jakarta Barat: PT


Indeks.

Yohanes, R. S. (2010). Teori Vygotsky dan Implikasinya terhadap Pembelajaran


Matematika. Widya Warta: Majalah Ilmiah Universitas Katolik Widya
Mandala Madiun, 34(02), 127-135.

15

Anda mungkin juga menyukai