Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURAL

Disusun Oleh:
Kelompok 6
1) Dayana Andrela Bait (10420200040)
2) Yosua Lakapu (10420200064)
3) Anggun Mariana Kadtabal (10420200036)
4) Simon Petrus Malo (10420200060)
5) Marthyna Magdalena Angela Nemnay

JURUSAN BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
SEKOLAH TINGGI AGAMA KRISTEN NEGERI KUPANG
(STAKN KUPANG)
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat serta
penyertaanya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik.Dalam
penyusunan makalah ini, ada berbagai pihak yang telah membantu. Oleh karena itu,
saya mengucapkan limpah terimah kasih kapada Ibu Tince Dormalin Koroh, M.Pd
sebagai dosen pengasuh Mata Kuliah Teori Belajar yang telah memberikan arahan dan
petunjuk sehingga makalah ini bisa diselesaikan. Dan teman-teman semua tanpa
terkecuali, yang telah memberikan masukan dansaran sehingga makalah ini bisa
terselesaikan dengan sebaik-baiknya.
Demi kesumpurnaan makalah ini, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran
yang bersifat membangun kearah kebaikan demi kelancaran dan kesumpurnaan
penulisan ini.Akhir kata kami sekelompok mengucapkan limpah terimah kasih.

Kupang, 12 September 2020

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar....................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 2
A. Pengertian Teori Belajar Revolusi Sosiokultural Menurut Para Ahli ...........2
B. Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Revolusi Sosiokultural ............... 4
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 7
A. Kesimpulan .............................................................................................. 7
B. Saran ........................................................................................................ 7
Daftar Pustaka ....................................................................................... iv

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses yang komplek yang terjadi pada diri setiap orang
sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang
dengan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun sosial budayanya. Dalam proses
belajar bila kita hanya mengandalkan paradigma behavioristik maka kita akan mencetak
orang-orang yang mengagungkan kekerasan dan mengadalkan keseragaman, tapi tidak
menghargai adanya perbedaan. Hal ini terjadi karena siswa harus mempersiapkan diri
memasuki era demokrasi yang sebenarnya adalah era yang ditandai dengan keragaman
perilaku, adanya penghargaan terhadap saesuatu yang bebeda sehingga perlu adanya
perubahan dibidang pendidikan dan pembelajaran dengan teori belajar
sosiokultural.Sosiokultural berasal dari dua kata yaitu sosio dan kultural, sosio berarti
berhubungan dengan masyarakat dan kultural berarti berhubungan dengan kebudayaan.
Jadi, sosiokultural adalah berkenaan dengan segi sosial dan budaya masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagamaina pengertian teori belajar revolusi sosiokultural menurut para ahli ?
2. Bagaimana kelemahan dan kelebihan dari belajar revolusi sosiokultural ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami pengertian dari teori belajar revolusi sosiokultural menurut para
ahli
2. Untuk mengetahui apa saja kelemahan dan kelebihan dari teori belajar revolusi
sosiokultural

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Teori Belajar Revolusi Sosiokultural


a. Teori Belajar Piagetin
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik, yaitu
proses yang didasarkan atas mekanisme biologis dalam bentuk perkembangan syaraf.
Kegiatan belajar terjadi seturut dengan pola tahap-tahap perkembangan tertentu dan
umur seseorang. Perolehan kecakapan intelektual akan berhubungan dengan proses
mencari keseimbangan antara apa yang mereka rasakan dan ketahui pada satu sisi
dengan apa yang mereka lihat suatu fenomena baru sebagai pengalaman dan persoalan.
Untuk memperoleh keseimbangan atau equilibrasi, seseorang harus melakukan adaptasi
dengan lingkungannya. Proses adaptasi terdiri dari asimilasi dan akomodasi. Melalui
asimilasi siswa mengintegrasikan pengetahuan baru dari luar ke dalam struktur kognitif
yang telah ada dalam dirinya.sedangkan melalui akomodasi siswa memodifikasi
struktur kognitif yang ada dalam dirinya dengan pengetahuan yang baru.
Teori konflik-sosiokognitif Piaget ini mampu berkembang luas dan merajai
bidang psikologi dan pendidikan. Namun bila dicermati ada beberapa aspek dari teori
Piaget yang dipandang dapat menimbulkan implikasi kontraproduktif pada kegiatan
pembelajaran jika dilihat dari perspektif revolusi-sosiokultural saat ini. Dilihat dari asal
usul pengetahuan, Piaget cenderung menganut teori psikogenesis. Artinya, pengetahuan
berasal dari dalam diri individu. Dalam proses belajar, siswa berdiri terpisah dan
berinteraksi dengan lingkungan social. Ia mengkonstruksi pengetahuannya lewat
tindakan yang dilakukannya terhadap lingkungan sosial.
Di samping itu, dalam kegiatan belajar Piaget lebih mementingkan interaksi
antara siswa dengan kelompoknya. Perkembangan kognitif akan terjadi dalam interaksi
antara siswa dengan kelompok sebayanya dari pada dengan orang-orang yang lebih
dewasa. Pembenaran terhadap teori ini jika diterapkan dalam kegiatan pendidikan dan
pembelajaran akan kurang sesuai dengan perspektif revolusi-sosiokultural yang sedang
diupayakan saat ini.

2
b. Teori Belajar Vygotsky
Pandangan yang mampu mengakomodasi teori revolusi-sosiokultural dalam teori
belajar dan pembelajaran dikemukakan oleh Lev Vygotsky. Ia mengatakan bahwa jalan
pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-budaya dan sejarahnya. Artinya,
untuk memahami pikiran seseorang bukan dengan cara menelusuri apa yang ada di
balik otaknya dan pada kedalaman jiwanya, melainkan dari asal usul tindakan sadarnya,
dari interaksi social yang dilatari oleh sejarah hidupnya.
Mekanisme teori yang digunakan untuk menspesifikasi hubungan antara
pendekatan sosio-kultural dan pemfungsian mental didasarkan pada tema mediasi
semiotik, yang artinya adalah tanda-tanda atau lambang-lambang beserta makna yang
terkandung di dalamnya berfungsi sebagai penengah antara rasionalitas dalam
pendekatan sosio-kultural dan manusia sebagai tempat berlangsungnya proses mental.
Menurut Vygotsky, perolehan pengetahuan dan perkembangan kognitif seseorang
seturut dengan teori sociogenesis. Dimensi kesadaran social bersifat primer, sedangkan
dimensi individualnya bersifat derivative atau merupakan turunan dan bersifat
sekunder. Artinya, pengetahuan dan perkembangn kognitif individu berasal dari
sumber-sumber sosial di luar dirinya. Konsep-konsep penting teori sociogenesis
Vygotsky tentang perkembangan kognitif yang sesuai dengan revolusi-sosiokultural
dalam teori belajar dan pembelajaran adalah:
a. Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development)
Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumuh dan berkembang
melewati dua tataran, yaitu tataran sosial tempat orang-orang memebentuk
lingkungan sosialnya, dan tataran psikologis di dalam diri orang yang bersangkutan.
Pandang teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial sebagai faktor
primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta perkembangan
kognitif seseorang.
b. Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)
Menurut Vygotsky, perkembangan kemampuan seseorang dapat dibedakan ke
dalam dua tingkat, yaitu tingkat perkembangan aktual dan perkembangan potensial.
Tingkat perkembangan aktual tampak dari kemampuan seseorang untuk
menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri. Ini

3
disebut kemampuan intramental. Sedangkan tingkat perkembangan potensial
tampak dari kemampuan seseorang untuk menyelesaikan tugas-tugas dan
memecahkan masalah ketika di bawah bimbingan orang dewasa atau ketika
berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih kompeten, ini disebut kemampuan
itermental. Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan aktual dan potensial
ini disebut zona perkembangan proksimal. Zona perkembangan proksimal diartikan
sebagai fungsi-fungsi atau kemampuan-kemampuan yang belum matang yang
masih berada pada proses pematangan. Gagasan Vygotsky tentang zona
perkembangan proksimal ini mendasari perkembangan teori belajar dan
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas dan mengoptimalkan perkembangan
kognitif anak. Beberapa konsep kunci yang perlu dicatat adalah bahwa
perkembangan dan belajar bersifat interdependen atau saling terkait, perkembangan
kemampuan seseorang bersifat context dependent atau tidak dapat dipisahkan dari
konteks sosial, dan sebagai fundamental dalam belajar adalah partisipasi dalam
kegiatan sosial.
c. Mediasi
Ada dua jenis mediasi, yaitu mediasi metakognitif dan mediasi kognitif. Mediasi
metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk melakukan
regulasi diri, meliputi self planning, self-monitoring, self-checking, dan self-
evaluating. Sedangkan mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject-
domain problem serta berkaitan pula dengan konsep spontan (yang bisa salah) dan
konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya). Pendekatan kognitif dalam
belajar dan pembelajaran yang ditokohi oleh Piaget yang kemudian berkembang ke
dalam aliran konstruktivistik juga masih dirasakan kelemahannya. Teori ini bila
dicermati ada beberapa aspek yang dipandang dapat menimbulkan implikasi
kontraproduktif dalam kegiatan pembelajaran, karena lebih mencerminkan ideology.

4
B. Kelebihan Dan Kelemahan Teori Belajar Revolusi Sosiokultural
1. Kelebihan
a. Anak memperoleh kesempatan yang luas untuk mengembangkan zona
perkembangan proximalnya atau potensinya melalui belajar dan berkembang
b. Pembelajaran perlu lebih dikaitkan dengan tingkat perkembangan potensialnya
daripada tingkat perkembangan aktualnya
c. Pembelajaran lebih diarahkan pada penggunaan strategi untuk mengembangkan
kemampuan intermentalnya daripada kemampuan intramental
d. Anak diberi kesempatan yang luas untuk mengintegrasikan pengetahuan deklaratif
yang telah dipelajarinya dengan pengetahuan prosedural yang dapat dilakukan
untuk tugas-tugas atau pemecahan masalah
e. Proses belajar dan pembelajaran tidak bersifat transferal tetapi lebih merupakan
kokonstruksi, yaitu proses mengkonstruksi pengetahuan atau makna baru secara
bersama-sama antara semua pihak yang terlibat di dalamnya.
2. Kekurangan
Teori sosio-kultural yaitu terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses
belajar yang kurang tampak seperti pembentukan konsep, belajar dari berbagai sumber
belajar, pemecahan masalah dan kemampuan berpikir sukar diamati secara langsung
oleh karena itu diteliti oleh para teoriwan perilaku.

Aplikasi Teori Sosio-Kultural dalam pembelajaran


Aplikasi teori sosio-kultural dalam pendidikan. Penerapan teori sosio-kultural dalam
pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:
a. Pendidikan informal (keluarga)
Pendidikan anak dimulai dari lingkungan keluarga, dimana anak pertama kali melihat,
memahami, mendapatkan pengetahuan, sikap dari lingkungan keluarganya. Oleh karena
itu perkembangan prilaku masing-masing anak akan berbeda manakala berasal dari
keluarga yang berbeda, karena faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dalam
keluarga beragam, misalnya: tingkat pendidikan orang tua, faktor ekonomi keluarga,
keharmonisan dalam keluarga dan sebagainya.

5
b. Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus membatik.
Pendidikan ini diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang di
lingkungan sosial masyarakatnya.
c. Pendidikan formal
Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi
antara lain:
a) Kurikulum.
Khususnya untuk pendidikan di Indonesia pemberlakuan kurikulum pendidikan
sesuai Peraturan Menteri nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan KTSP, Peraturan
Menteri nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi, dan Peraturan Menteri
nomor 22 tahun 2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar, jelas bahwa
pendidikan di Indonesia memberikan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap
kepada anak untuk mempelajari sosio-kultural masyarakat Indonesia maupun
masyarakat internasional melalui beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan, di
antaranya: pendidikan kewarganegaraan, pengetahuan sosial, muatan lokal, kesenian,
dan olah raga.
b) Siswa
Dalam pembelajaran KTSP anak mengalami pembelajaran secara langsung ataupun
melalui rekaman. Oleh sebab itu pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap bukan
sesuatu yang verbal tetapi anak mengalami pembelajaran secara langsung.Selain itu
pembelajaran memberikan kebebasan anak untuk berkembang sesuai bakat, minat,
dan lingkungannya pencapaiannya sesuai standar kompetensi yang telah ditetapkan.
c) Guru
Guru bukanlah narasumber segala-galanya, tetapi dalam pembelajaran lebih
berperanan sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran
dan tutor. Masih banyak peran yang lain, oleh karenanya dalam pembelajaran ini
peran aktif siswa sangat diharapkan, sedangkan guru membantu perilaku siswa yang
belum muncul secara mandiri dalam bentuk pengayaan, remedial pembelajaran.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Piaget, perkembangan kognitif merupakan suatu proses genetik. Dalam kegiatan
belajar Piaget lebih mementingkan interaksi antara siswa dengan kelompoknya. Lev
Vygotsky mengatakan bahwa jalan pikiran seseorang harus dimengerti dari latar sosial-
budaya dan sejarahnya. Konsep-konsep teori sociogenesis Vygotsky tentang
perkembangan kognitif antara lain hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of
development),zona perkembangan proksimal (zone of proximal development), dan mediasi.
Kelebihan dari teori ini adalah siswa diberikan kesempatan yang besar untuk meningkatkan
perkembangan potensialnya, proses belajarnya tidak bersifat referal melainkan lebih
kokontruksi. Kelemahan dari teori ini terbatas pada perilaku yang tampak, proses-proses
belajar yang diterapkan kurang tampak
B. Saran
Menurut kami teori revolusi sosiokultur ini perlu diterapkan dalam pembelajaran siswa
dikarenakan teori ini lebih memberikan kesempatan yang luas bagi siswa untuk menggali
lebih jauh potensi mereka, sehingga tidak hanya berpaku pada teori semata.

7
DAFTAR PUSTAKA

Popo A.T, Dkk (2015). Teori Belajar Revolusi-Sosiokultural Dan Penerapannya Dalam
Pembelajaran. Sumba Barat Daya. Diakses pada 19:02, September 12,2020 melalui
http://delvianayatimalo.blogspot.com/2017/07/teori-belajar-revolusi-
sosiokultural_87.html

Mulyana, aina. (januari, 15 2020). Teori belajar revolusi sosiokultural. Diakses pada 19:06,
September 12,2020 melalui https://ainamulyana.blogspot.com/2012/09/teori-belajar-
revolusi-sosiokultural.html

iv

Anda mungkin juga menyukai