Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

“Objek Sosiologi Pendidikan, Social groups, Stratifikasi, Perubahan dan Perilaku


Manusia’’

Dosen Pengampu :

Dr. Sukarno, S.Pd, M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok 2 :

Shelomita Amelia (NIM:201172415)

Siti Mariam Putri (NIM:201172419)

Nanda Putra (NIM:201172344)

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

UIN STS JAMBI

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah mendorong hambanya menyelesaikan


makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa dorongan dia mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Makalah Sisiologi Pendidikan
ini disusun agar pembaca dapat memperluas tentangpendekatan dalam Objek
sosiologi pendidikan, social groups, stratifikasi, perubahan dan perilaku manusia
yang penyusun sajikan berdasarkan pengetahuan dari berbagai sumber.

Makalah ini disusun oleh penyusun dengan berbagai rintangan.Baik itu


yang datang dari penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh
kesabaran dan pertolongan dari Allah akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Penyusun juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen Sssiologi Pendidikan
yang telah membimbing kami agar dapat menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan atau banyak kekurangan.
Kami mohon untuk saran dan kritiknya. Terimakasih.

Penyusun,

Jambi, 15 Februari 2019

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... i

Daftar Isi.............................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan ..................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian sosiologi pendidikam ............................................................................ 3


B. Objek sosiologi pendidikan ..................................................................................... 4
C. Social groups dan stratifikasi sosial ........................................................................ 5
D. Perubahan sosial dan perilaku sosial ....................................................................... 16

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................................. 27
B. Saran ....................................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 28

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemikiran pendidikan sangat berperan penting dalam sosiologi, sehingga
pada abad ke-20 lahirlah sebuah ilmu yang membahas tentang sosiologi
pendidikan. Dalam hal ini sosiologi dan psikologi sangat berhubungan erat,
karena psikologi memahami tentang perilaku individu seseorang sedangkan,
sosiologi memahami apa pengaruh besar dalam masyarakat atau pun kelompok-
kelompok. Dan pada akhir abad ke-19 psikologi mempunyai pengaruh besar
dalam dunia pendidikan, sehingga lahirlah suatu ilmu baru yang disebut psikologi
pendidikan.
Sosiologi pendidikan dan psikologi pendidikan mempunyai peranan yang
melengkapi satu sama lain bagi pemikiran pendidikan. jika sosiologi pendidikan
melihat atau memandang segala pendidikan dari sudut sosial masyarakat, maka
psikologi pendidikan memandang apa saja gejala pendidikan dari sudut
perkembangan pribadi atau perilaku seseorang. Dengan adanya ilmu sosiologi dan
segala komponen konsepsionalnya mendapat sambutan positif dari kalangan dunia
pendidikan, sehingga dapat memperkuat ketahanan sosial melalui pendidikan.
Masalah-masalah pendidikan dari sudut keseluruhan lingkup sosial
kebudayaan, politik dan ekonomisnya bagi masyarakat juga dibahas oleh sosiologi
pendidikan, dan juga mementingkan keadaan dan akibat sosial dari pendidikan.
Dilihat dari objeknya sosiologi pendidikan adalah bagian dari ilmu sosial yang
secara umum juga merupakan bagian dari kelompok ilmu sosial. Sedangkan yang
termasuk dalam lingkup ilmu sosial antara lain: ilmu sosiologi, ilmu hukum,
ekonomi, ilmu pendidikan, psikolog antropologi. Dari berbagai macam ilmu
terlihat jelas kedudukan sosiologi dan ilmu pendidikan.

1
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud sosiologi pendidikan ?
b. Apa saja objek sosiologi pendidikan ?
c. Apa itu social groups dan stratifikasi social ?
d. Bagaimana perubahan dan perilaku social ?

C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian sosiologi pendidikan ?
b. Untuk mengetahui objek sosiologi pendidikan ?
c. Untuk mengetahui apa itu social groups ?
d. Untuk mengetahui bagaimana perubahan dan perilaku sosial ?

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sosiologi Pendidikan

Secara etimologis (asal-usul kata), “sosiologi pendidikan” berasal dari kata


‘sosiologi’ dan ‘pendidikan.’ ‘Sosilogi’ berasal dari bahasa Latin dan Yunani,
yakni kata ‘socius’ dan ‘logos’. ‘Socius’ (Yunani) yang berarti ‘kawan’,
‘berkawan’, ataupun ‘bermasyarakat’, sedangkan ‘logos’ berarti ‘ilmu’ atau bisa
juga ‘berbicara tentang sesuatu’. Dengan demikian secara istilah “sosiologi” dapat
diartikan ilmu tentang masyarakat. Sosiologi adalah ilmu yang membahas tentang
hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya.1

Jadi sosiologi dapat dipahami sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana


manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan
bagaimana susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta
kaitannya satu dengan yang lain. Sementara istilah pendidikan, secara etimologis
mempunyai padanan kata education dalam bahasa Inggris, dan al-tarbiyah,
alta’lîm, al-ta’dîb, dan al-riyādah, dalam bahasa Arab. Walau setiap term tersebut
mempunyai makna yang berbeda, karena perbedaan teks dan konteks kalimatnya,
namun dalam beberapa hal, term-term tersebut mempunyai kesamaan makna.
Dalam definisi ini buku ini diambil sisi kesamaannya. Pengertian ‘pendidikan’,
secara sederhana, adalah proses pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau
kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan.

Charles A. Ellwood : Sosiologi pendidikan adalah ilmu pengetahuan yang


mempelajari/menuju untuk melahirkan maksud hubungan-hubungan antara semua
pokok-pokok masalah antara proses pendidikan dan proses sosial. (Education

1
Ali Maksum, Sosiologi Pendidikan,(Malang : Government of Indonesia (GoI) dan
Islamic Development Bank (IDB), 2013), hlm. 2.

3
Sociology which aims to reveal the connections at all points between the
educative process and the social process).2

Dari beberapa definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sosiologi


pendidikan adalah sosiologi yang membahas dan diterapkan dalam memecahkan
segala masalah yang ada dalam pendidikan, terutama dalam interaksi sosial antara
peserta didik dengan lingkungan, guru, dan sesamanya, begitu juga dalam melihat
gejala-gejala sosial yang berkembang dalam sistem pendidikan, sehingga aspek-
aspek sosiologi yang ada dapat dijadikan pijakan dalam menetapkan segala suatu
yang berhubungan dengan pendidikan, sehingga tercapainya kemajuan dalam
bidang pendidikan.

B. Objek Sosiologi Pendidikan


Sosiologi pendidikan membahas tentang manusia. Dalam hal ini, tingkah
laku manusia dan kelompok sebagai objek kajian sosiologi. Manusia dari aspek
sosialnya yaitu masyarakat dan institusi sosial yang berkaitan dengan
pendididikan misalnya pandangan tentang kelas, keluarga, sekolah, kelompok-
kelompok masyarakat, masyarakat desa dan lain-lain. Para ilmuwan telah
menyepakati bahwa manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi
atau berhubungan dengan manusia lain dalam suatu kelompok.

Dalam melakukan proses interaksi antara satu dengan yang lainnya maka
akan timbul produk - produk interaksi itu sendiri, misalnya nilai- nilai sosial
(social values), norma-norma yang dianut oleh anggota masyarakat tersebut. Perlu
diketahui sosiologi adalah ilmu yang menjadikan kehidupan masyarakat sebagai
objek kajiannya, sehingga terdapat pola- pola hubungan antar manusia baik secara
individu dan maupun kelompok yang menimbulkan nilai-nilai dan norma sosial
yang dianut oleh anggota masyarakat tersebut.

Selanjutnya, masyarakat yang menjadi objek kajian sosiologi adalah


kesatuan hidup manusia dengan kesatuan masyarakat desa, masyarakat kota atau

2
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991), hlm. 7.

4
dibatasi dengan batasan mudah diamati. Dengan demikian, masyarakat yang
dimaksud adalah masyarakat yang berinteraksi dengan sistem adat istiadat tertentu
yang bersifat menyeluruh dan terikat oleh rasa identitas bersama. Hadirnya nilai
nilai sosial dan norma disebabkan oleh adanya interaksi sosial. Seperti yang kita
ketahui interaksi sosial adalah hubungan antar kelompok manusia. Dan yang
dibahas dalam sosiologi antara lain :

1. Hubungan timbal balik antara manusia dengan manusia lainnya.


2. Hubungan antara individu dengan kelompok.
3. Hubungan antara kelompok satu dengan kelompok lain.
4. Sifat-sifat dari kelompok-kelompok sosial yang bermacam-macam coraknya.

C. Social Group (Kelompok Sosial) dan Stratifikasi Sosial


Kelompok sosial yang terdiri dari kumpulan orang yang hidup bersama
dalam kesatuan sosial dengan mengadakan hubungan timbal balik yang dilakukan
secara terus-menerus dan teratur, sehingga diharapkan adanya pembagian tugas,
struktur, serta norma-norma tertentu yang berlaku. Kelompok sosial merupakan
sekelompok orang yang melakukan ineraksi sesuai dengan pola-pola yang telah
mapan.3
Sedangkan secara sosiologis, istilah kelompok sosial adalah kesatuan dari
manusia yang hidup bersama, mempunyai tujuan yang sama, keingininan sama,
dan berperasaan sama. Jadi , perasaan persatuan dalam kelompok mempunyai
pandangan yang sama tentang masa depan bersama, dan secara sadar mengetahui
tugas-tugas dan syarat-syarat untuk memuwujudkan masa depannya.4

1. Jenis-jenis kelompok sosial


a. Kelompok primer
Kelompok primer sendiri adalah kelompok yang interaksi sosialnya
lebih instensif dan lebih erat antar anggotanya daripada kelompok sosial

3
Syahrial Syarbaini, Dasar-Dasar Sosiologi,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 40.
4
Herabudin, pengantar sosiologi, (Bandung: Pustaka setia, 2015), hlm. 160.

5
sekunder. Kelompok sekunder ini juga bisa di sebut sebagai kelompok face-
to-face group, yaitu kelompok sosial yang sering bertatapan muka dan saling
mengenal dari dekat. Dalam kehidupan, kelompok primer mempunyai peran
besar sekali karena di dalam kelompok primer manusia di didik sebagai
makhluk sosial. Contohnya adalah keluarga , rukun tetangga, dan sebagainya.
b. Kelompok sekunder
Dalam kelompok sekunder sendiri berbeda dengan kelompok primer,
yaitu interaksi dalam kelompok sekunder terdiri atas saling hubungan yang
tidak langsung, jauh dari formal, dan kurang bersifat kekeluargaan. Hubungan
dalam kelompok ini biasanya lebih objektif dan Peranannya sendiri yaitu
untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam masyarakat dengan bersama
objektif dan rasional. Contoh dari kelompok sekunder adalah partai politik dan
serikat pekerja.
c. Kelompok formal dan kelompok informal
Kelompok formal merupakan kelompok yang lebih terstruktur Inti
perbedaannya adalah bahwa kelompok informal tidak berstatus resmi dan
tidak di dukung oleh peraturan-peraturan anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga tertulis seperti kelompok formal. Dalam kedua kelompok ini juga
mempunyai tugas masing-masing serta pedoman tinggkah laku anggotanya.
Kelompok formal misalnya perusahaan, anggota militer, kantor kecamatan.
Sedangkan kelompok non-formal contohnya kelompok belajar, geng, teman-
teman bermain golf.

2. Ciri-ciri kelompok sosial


a. Interaksi
Interaksi adalah saling mempengaruhi individu satu dengan individu
yang lain dan dapat berlangsung secara fisik, emosional, non-verbal, dan
sebagainya, yang merupakan salah satu sifat dari kehidupan kelompok.
Mengenai interaksi akan dapat dijumpai adanya berbagai macam teori yang
dikemukakan oleh beberapa orang ahli.

6
b. Tujuan
Orang yang bergabung dalam kelompok mempunyai beberapa tujuan
ataupun alasan.
c. Struktur
Kelompok itu mempunyai struktur, (a stable pattern of relationship
among members), yang berarti adanya peran (roles), norma, dan hubungan
antar anggota. Peran dari masing-masing anggota kelompok, yang
berkaitandengan posisi individu dalam kelompok.
d. Groupness
Kelompok adalah merupakan suatu enity (kesatuan), merupakan
objek yang unifed . Menurut Campbell, orang mempersepsi kelompok lebih
sebagai suatu unified whole dari pada sekelompok orang yang saling
berdekatan satu dengan yang lain. Jadi satu dengan yang lain tidak saling
lepas, tetapi kelompok merupakan satu kesatuan dari para anggotanya,
merupakan kesatuan yang bulat. Karena itu dalam menganalisis perilaku
kelompok, unit analisisnya adalah perilaku kelompok tersebut, bukan
individu-individu.

3. Norma-norma kelompok
Norma yaitu peraturan dalam kelompok yang mengindikasikan
bagaimana anggota kelompok harus atau tidak harus berbuat. Norma
merupakan suatu aturan yang disepakati bersama tentang apa yang seharusnya
dan tidak seharusnya dilakukan oleh anggota kelompok. Norma sangat penting
bagi anggota kelompok karena ia mengatur kedisiplinan dan bagaimana
anggota kelompok bertindak. Tanpa norma, kelompok akan sulit bekerja untuk
mencapai tujuannya. Norma dapat berbentuk formal, yakni dinyatakan dalam
bentuk peraturan tertulis, dan informal, yakni yang tidak tertulis. Contoh
norma berbentuk formal adalah UUD 1945 di Indonesia. Contoh norma
informal adalah musyawarah mufakat. Norma memiliki beberapa fungsi yaitu:

7
a. Mengatur tingkah laku anggota kelompok sehingga kelompok dapat berfungsi
secara efisien dalam mencapai tujuan;
b. Mengurangi ketidakpastian karena individu tahu apa yang diharapkan dari
dirinya di dalam kelompok; dan
c. Membedakan kelompok dengan kelompok lain, termasuk anggota kelompok
dengan non anggota, sehingga memudahkan terbentuknya identitas
kelompok.5

Norma kelompok merupakan norma yang tidak tetap, dalam arti bahwa
norma kelompok itu dapat berubah sesuai dengan keadaan yang dihadapi oleh
kelompok. Sesuai dengan perkembangan keadaan kemungkinan norma kelompok
akan mengalami perubahan, sehingga norma kelompok yang dahulu berlaku,
kemudian tidak berlaku lagi. Misal dalam suatu kelompok adanya norma bahwa
setiap anggota berambut panjang. Tetapi karena perkembangan keadaan norma
tersebut dapat berubah menjadi “bahwa setiap anggota kelompok tidak perlu
berambut panjang tetapi memakai kucir”6

4. Norma-norma sosial
Norma Sosial adalah hasil dari interaksi sosial antar individu didalam
kelompok sosial. Norma sosial senantiasa terjadi bersamaan dengan adanya
interaksi manusia antar kelompok. Norma sosial atau aturan sosial merupakan
meliputi bermacam-macam hasil interaksi kelompok, baik hasil-hasil interaksi
dari kelompok-kelompok yang telah lampau maupun hasil interaksi kelompok
yang sedang berlangsung. Termasuk padanya semua nilai sosial, adat istiadat,
tradisi, kebiasaan, konvensi, dan lain-lain.

5
Sarlito W Sarwono, Psikologi Sosial, (Jakarta:Salemba Humanika, 2009, hlm. 177-178.
6
Ibid, hlm. 90.

8
5. Kelompok sosial dalam dunia pendidikan
a. Masyarakat Ajang Pendidikan
Masyarakat di ciptakan sebagai makhluk individu, akan tetapi juga
homosocius (makhluk sosial) di mana mereka tidak dapat hidup sendiri tanpa
adanya bantuan dari orang lain. Sejumlah orang dalam kelompok tertentu
yang membentuk perikehidupan yang berbudaya di sebut masyarakat. Proses
pendidikan dapat berlangsung karena adanya “sarana” yang dapat
mendukung dan menjadi ajang berlangsungnya pendidikan.
Yang di maksud dengan sarana dan ajang tersebut adalah masyarakat.
Masyarakat dapat di pandang dalam arti makro dan mikro. Kedua jenis ini
perlu mendapatkan perhatian dalam pendidikan karena peserta didik di
dalamnya. Yang di maksud dengan masyarakat dalam arti mikro adalah
keluarga. Masyarakat makro meliputi seluruh negara sampai pada masyarakat
global. Masyarakat global perlu mendapat perhatian untuk di telaah karena
dewasa ini telah berlangsung peristiwa-peristiwa ini baru yang di rangkum
yang di namakan globalisasi.

b. Keluarga
Keluarga merupakan tempat bagi masing-masing dari kita belajar
bagaimana berinteraksi dengan manusia lain. Ketika kita datang ke dunia kita
sudah siap untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Selama satu tahun
pertama hidup,ketika kisaran dari perilaku-perilaku yang nyata dan terbatas,
bayi manusia sangat sensitif terhadap suara-suara tertetu, ekspresi wajah dan
7
gerakan tubuh yang di lakukan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.
Keluarga juga lingkungan pertama bagi anak yang membentuk
perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisiknya.
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama di kenalkan pada
anak, atau dapat di katakan bahwa seorang anak itu mengenal kehidupan
sosial itu pertama-tama di lingkungan keluarga. Adanya interaksi antara
anggota keluarga yang satu dengan keluarga yang lain menyebabkab bahwa
seorang anak menyadari akan dirinya bahwa ia berfungsi sebagai individu

7
H. Khairuddin, SOSIOLOGI KELUARGA, LIBERTY, Yogyakarta, 2002 hal. 4
9
dan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai individu dia harus memenuhi
segala kebutuhan hidupnya demi untuk kelangsungan hidupnya di dunia ini.
Sebagai makhluk sosial ia menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama
yaitu saling menolong dan mempelajari adat istiadat yang berlaku dalam
masyarakat ini yang memperkenalkan adalah orang tuanya, yang akhirnya di
miliki oleh anak-anak itu.
Dalam pendidikan, keluarga adalah salah satu pusat pendidikan.
Bahkan di sebut sebagai pusat pendidikan pertama dan utama. Tugas dan
kewajiban keluarga adalah memberikan pendidikan nilai-nilai spiritual
keagamaan, pengetahuan, dan ketrampilan dasar kepada peserta didik (anak).

3. Sekolah
Sekolah adalah pusat pendidikan setelah keluarga. Selain perlu
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara umum,
sekolah juga perlu di anggap sebagai keluarga kedua. Jadi, sebagian dari
kehidupan sekolah adalah eksistensi dari kehidupan keluarga. Karena
kehiupan dalam keluarga di harapkan dapat sejalan dengan masyarakat yang
sifat antara para anggotanya homogen (sifat yang sama), maka pun perlu
mencerminkan adanya ekstensi masyarakat.
Oleh karena itu, di sekolah pun perlu adanya keterjalinan rasa cinta
dan rasa percaya antara guru atau pengajar dengan para siswanya. Hal ini
merupakan gambaran mengenai upaya agar pendidikan itu berhasil setelah
melewati interaksi pendidikan dan pengajaran sebagai proses yang positif
antara guru atau pengajar dengan para siswanya. Di sekolah anak berinteraksi
dengan guru-guru beserta bahan-bahan pendidikan dan pengajaran, teman-
teman peserta didik lainnya, serta pegawai tata usaha.
Dilingkungan sekolah anak memperoleh pendidikan berupa
pengetahuan, pembentukan nilai-nilai, ketrampilan, dan lain-lain akibat
bersosialisasi dengan pendidikan formal terbentuklah kepribadiannya untuk
tekun dan rajin belajar untuk meraih cita-cita akademis yang setinggi-
tingginya.

10
Sebalik nya akibat berinteraksi dengan teman-teman sekolahnya yang kurang
tertib, maka terpengaruhlah kepribadian nya menjadi kurang tidak produktif
dalam belajar.

6. Stratifikasi Sosial
Secara etimologis, istilah stratifikasi atau stratification berasal dari kata
strata atau stratum yang berarti “lapisan”. Karena itu social stratification
sering diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat. Sejumlah individu yang
mempunyai kedudukan yang sama menurut ukuran masyarakatnya, dikatakan
berada dalam suatu lapisan atau stratum. Dalam kamus sosiologi dijelaskan
stratifikasi sosial adalah pelapisan sosial atau sistem hierarki kelompok di
dalam masyarakat.8
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah
pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal
(bertingkat). Definisi yang lain dikemukakan oleh Pitirim A.Sorokin bahwa
pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat. Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di
dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di
bawahnya, setiap lapisan tersebut disebut strata sosial. Adapun kriteria
ataupun ukuran yang dominan sebagai dasar pelapisan sosial diantaranya
sebagai berikut :

1) Ukuran kekayaan
Misalnya materi atau benda yang dijadikan ukuran penempatan anggota
masyarakat ke dalam stratifikasi (lapisan-lapisan sosial) yang ada, hal ini bisa
dilihat dari siapa yang memiliki kekayaan paling banyak maka ia akan
termasuk lapisan teratas (stratifikasi teratas) dalam sistem pelapisan sosial,
dan begitu juga sebaliknya siapa yang tidak mempunyai kekayaan
digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. (stratifikasi rendah). Jadi ukuran

8
Suparlan, Kamus Istilah Pekerjaan Sosial (Bandung : Kanisius, 1990), 32.

11
kekayaan tersebut dapat dilihat dari bentuk tempat tinggal, cara
berpakaiannya, benda-benda tersier yang dimilikinya, dan kebiasaannya dalam
berbelanja.

2) Ukuran kekuasaan dan wewenang


Biasanya orang yang menempati lapisan teratas di sistem pelapisan
sosial dalam masyarakat yang bersangkutan itu mempunyai kekuasaan atau
wewenang paling besar, misalnya orang yang kaya dalam masyarakat dapat
menguasai orang-orang lain yang tidak kaya, dan sebaliknya, kekuasaan dan
wewenang dapat mendatangkan kekayaan. Jadi kekuasaan sering tidak lepas
dari ukuran kekayaan.

3) Ukuran kehormatan
Stratifikasi juga dilihat dari ukuran kehormatan dan menempati lapisan
atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Biasanya ukuran kehormatan
dapat dilihat dari orang-orang yang disegani atau dihormati dimasyarakatnya,
mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada
masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berperilaku dan berbudi
luhur.

d. Ukuran ilmu pengetahuan


Biasanya ukuran ilmu pengetahuan ini dipakai oleh masyarakat yang
menghargai ilmu pengetahuan. Orang-orang yang sangat menguasai ilmu
pengetahuan dia akan menempati stratifikasi atau lapisan yang tinggi dalam
sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan, ilmu pengetahuan yang
dikuasai ini misalnya terdapat dalam gelar akademik atau kesarjanaan, atau
profesi yang disandang oleh seseorang, seperti dokter, doktor, insinyur,
doktorandus, dan gelar professional seperti professor.
Akan tetapi, dari berbagai gelar akademik ini, dapat menimbulkan
kondisi yang negatif seperti halnya jika gelar-gelar yang disandang tersebut
lebih dinilai tinggi dari pada ilmu yang dikuasainya, sehingga

12
banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk
memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan cara menyuap, membeli
skripsi, ijazah palsu dan seterusnya.

1) Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial

a) Stratifikasi sosial tertutup merupakan pelapisan (stratifikasi) yang dimana


tiap-tiap anggota masyarakat nya tidak dapat pandah ke strata atau
tingkatan sosial yang lebih tinggi ataupun rendah.
Contohnya yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada
golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Anak keturunan orang
biasa seperti petani miskin tidak mungkin bisa menjadi keturunana ningrat
ataupun bangsawan.
b) Stratifikasi sosial terbuka merupakan sistem stratifikasi dimana setiap
anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata atau
tingkatan yang satu ketingkatan yang lainnya. Contohnya seperti
kekayaan, tingkatan pendidikan, kekuasaan, jabatan dan lain sebagainya.
Orang yang tadinya bodoh dan miskin dapat merubah penampilan ataupun
strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga
ataupun dengan usahanya untuk mengubah diri menjadi pribadi lebih baik
lagi disekolah, kursus, kuliah dan banyak menguasai keterampilan
sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan bayaran atau
penghasilan yang tinggi.

2) Tingkat pendidikan dan tingkat golongan sosial


Tingkat pendidikan tertinggi yang didapatkan seeorang dapat
dipergunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya. Menurut penelitian
memang terdapat korelasi yang tinggi antara kedudukan sosial yang
seseorang dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya, meski
demikian pendidikan yang tinggi tidak dengan sendirinya menjamin
kedudukan sosial yang tinggi.

13
Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lain terjadi karena anak dari
golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai perguruan
tinggi.
Sementara itu orang yang termasuk golongan atas beraspirasi agar anaknya
menyelesaikan pendidikan sampai perguruan tinggi. Orang yang berkedudukan
tinggi, bergelar akademis, yang mempunyai penapatan besar tinggal dirumah elite
dan merasa termasuk golongan atas akan mengusahakan anaknya masuk
universitas dan memperoleh gelar akademis. Sebaliknya anak yang orang tuanya
buta huruf mencari nafkahnya dengan mengumpulkan puntung rokok , tinggal
digubuk kecil, tak dapat diharapkan akan mengusahakan anaknya menikmati
perguruan tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan anak
yaitu:
a) Pendapatan orang tua,
b) Sedikitnya perhatian akan pendidikan dikalangan orang tua.
c) Minat si anak sangat sedikit sekali untuk melanjutkan ke perguruan
tinggi.

3) Pengaruh Pendidikan Terhadap Kelas-Kelas Sosial


Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting melalui distribusi
lapangan kerja. Lowongan pekerjaan mencari orang-orang yang telah memiliki
dasar kemampuan dan keahlian. Kemampuan atau keahlian tersebut diperoleh
melalui pendidikan, latihan dan pengalaman dalam lingkungan keluarga, sekolah
maupun masyarakat. Mengenai hubungan antara status social keluarga dengan
pendidikan mempunyai perbedaan kedudukan dalam lapisan social berkaitan
dengan perbedaan persepsi dan sikap serta cita-cita dan rencana pendidikan.
Keberhasilan suatu pendidikan individu ini tidak terlepas dari dukungan dan
kemampuan orang tua dalam menyediakan fasilitas-fasilitas pendidikan yang
diperlukan. Akan tetapi pendidikan yang kurang memadai mungkin sangat sulit
didapatkan oleh masyarakat dari keluara lapisan kelas bawah.

14
Pada lingkungan Sekolah, kualitas sekolah itu berbeda-beda dilihat dari
segimanapun, hal itu pun telah menjadi pengetahuan umum. Oleh karena
tuntutan atau persyaratan untuk memasuki suatu sekolah berlainan menurut
kualitas sekolah yang bersangkutan, dan kemampuan serta kemauan orang tua
untuk memenuhinya juga berbeda-beda menurut strata sosialnya, maka
terdapatlah kecendrungan bahwa orang dari strata rendah akan memasukan anak-
anaknya kesekolah yang persyaratannya tidak terlalu berat. Akan tetapi sekolah
yang demikian itu kurang bermutu. Dan begitupun sebaliknya orang yang dari
strata menengah selalu berusaha untuk bisa menyekolahkan anaknya ke sekolah
yang bermutu tinggi.
Apabila mutu sekolah berpengaruh terhadap mutu pendidikan dan
lulusannya seseorang, dan jika mutu pendidikan berpengaruh terhadap lapangan
kerja yang diperoleh dan upah atas penghasilan yang diterima, maka jelaslah
bahwa masa depan anak-anak dari lapisan socsial rendah akan kurang lebih cerah
jika dibandingkan anak-nak dari lapisan kelas sosial menengah dan lapisan sosial
tinggi.
Jika kita lihat dari fakta-fakta yang ada, pendidikan telah dijadikan sebagai
sarana komersialisasi (barang dagangan) atau memperdagangkan pendidikan.
Dengan munculnya sekolah-sekolah favorit dan sekolah-sekolah tersebut telah
banyak mendapat kepercayaan sangat besar dari orang tua dan pemuda, sehingga
banyak orang yang menginginkan untuk bisa memasukan anaknya atau dirinya
bersekolah disekolah favorit tersebut.
Dengan timbulnya sekolah favorit tersebut banyak mengandung segi-segi
positif dan negatif. Segi positifnya adalah persaingan untuk memperoleh
pendidikan yang baik, sedangkan segi negatifnya adalah bahwa hal tersebut
menunjukan adanya gejala yang kurang sehat didalam dunia pendidikan. Apalagi
jika dilihat persaingan tersebut sudah menjadi persaingan yang tidak sehat,
misalnya ada oknum yang menerima sejumlah uang untuk memasukan anaknya
pada sekolah favorit tersebut, hal ini sangat merugikan para keluarga atau
seseorang yang berada pada stratifikasi rendah.
15
Dimana stratifikasi rendah tersebut tergolong pada ekonomi rendah, jadi
situasi seperti ini dapat menimbulkan kecemburuan sosial dan terlihat juga
kesenjangan sosial yang mencolok. Melalui fungsi seleksi, alokasi dan distribusi
dalam sistem pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat yang semuanya berakibat pada terbentuknya atau terpeliharanya
stratifikasi sosial. Jadi secara langsung maupun tidak langsung sistem pendidikan
bersama dengan faktor-faktor lain diluar pendidikan melestarikan adanya sistem
stratifikasi sosial. Berbagai masalah yang menimpa didunia pendidikan maka tak
jarang juga banyak kalangan politisi yang memperjuangkan pemerataan
distribusi berbagai fasilitas sosial dikalangan masyarakat. Diantaranya
pemerataan dalam hal memperoleh pendidikan yaitu :
1) Setiap anak mendapatkan kesempatan belajar yang sama disekolah tanpa
harus menbeda-bedakan
2) Setiap anak memperoleh kesempatan belajar disekolah sesuai dengan bakat
dan minatnya. Setiap anak memperoleh kesempatan mengembangkan
pribadinya semaksimal mungkin.

D. Perubahan dan perilaku sosial


1. Perubahan sosial
Merupakan perubahan situasi sosial yang mana di dalamnya terjadi
ketidak sesuaian diantara unsur-unsur sosial yang saling berbeda, sehingga
menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak serasi fungsinya bagi
masyarakat yang bersangkutan. Perubahan sosial adalah perubahan fungsi
kebudayaan dan perilaku manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke
keadaan lain.
Setiap kehidupan masyarakat manusia senantiasa mengalami suatu
perubahan. Dalam perubaha-perubahan tersebut akan tampak setelah tatanan
sosial dan kehidupan masyarakat yang lama dapat dibandingkan dengan
kehidupan masyarakat yang baru. Sebagai contoh kita lihat pada kehidupan
masyarakat desa antara sebelum dan sesudah mengenal lisstrik, surat kabar
dan televisi .
16
2. Perubahan Sosial Berdasarkan Waktu
a. Perubahan Sosial Lambat (Evolusi)
Perubahan evolusi atau perubahan lambat harus melalui tahapan-
tahapan dari sederhana menjadi maju, misalnya dalam hal pendidikan yang
terjadi pada Suku Anak Dalam atau Suku Kubu di Jambi. Dulu mereka sangat
menolak berbagai perubahan sosial yang ada. Tetapi, perlahan, mereka mulai
menerima ilmu pengetahuan dengan mengizinkan banyak relawan dan
peneliti untuk mengajarkan membaca, menulis, dan berhitung pada anak-
anak. Namun mereka masih mematuhi hukum adatnya sampai saat ini.
b. Perubahan sosial cepat (Revolusi)
Merupakan perubahan sosial yang begitu cepat, revolusi mengubah
dasar dari kehidupan pokok di masyarakat. Dapat dilihat pada salah satu
contohnya yang pernah mengubah dunia adalah Revolusi Industri di Eropa,
saat itu pabrik yang bekerja dengan alat tradisional digantikan dengan mesin-
mesin besar. Syarat terjadinya revolusi harus ada tujuan nyata yang dapat
dicapai. Berarti, tujuan itu dapat dilihat oleh masyarakat dan dilengkapi oleh
suatu pemikiran tertentu. Syarat terjadinya revolusi yaitu:
1) Seorang pemimpin
2) Ada keinginan dari masyarakat untuk mengadakan perubahan
3) Ada saat yang tepat untuk mengadakan perubahan, yaitu ketika keadaan
sudah tepat dan baik untuk melakukan suatu gerakan
4) Ada pemimpin yang dapat menampung keinginan atau aspirasi rakyat dan
merumuskan aspirasi tersebut menjadi suatu program kerja.

3. Perubahan Sosial berdasarkan Sudut Pandang Masyarakat

a. Perubahan yang dikehendaki

Perubahan yang dikendaki adalah perubahan yang sudah


direncanakan oleh berbagai pihak yang ada di dalam masyrakat tersebut,
agen of change merupakan agen perubahan yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang diberikan kepercayaan oleh masyarakat setempat

17
sebagai pemimpin dalam perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Misalnya tokoh masyarakat, pemerintah, pejabat, dan mahasiswa.
Adapun cara yang dapat digunakan untuk memengaruhi masyarakat
ialah dengan social engineering (rekayasa sosial), yaitu melalui sistem yang
teratur dan direncanakan terlebih dahulu. Cara ini sering juga disebut
perencanaa sosial (social planning). Contohnya adalah pembangunan
berbagai sarana dan prasarana seperti bendungan, seperti kawasan industri
dan jalan raya.

b. Perubahan sosial yang tidak dikehendaki


Berlangsung di luar jangkauan pengawasan masyarakat serta mampu
menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak diharapkan
masyarakat, perubahan ini disebut juga perubahan yang tidak direncanakan.
Misalnya penyalahgunaan teknologi internet. Teknologi internet yang
semula digunakan untuk mempermudah komunikasi serta berbagi informasi,
disalahgunakan untuk kepentingan-kepentingan negatif yang mampu
merusak moral.

5. Perubahan Sosial berdasarkan Pengaruh


a. Perubahan sosial kecil
Perubahan yang tidak menyangkut seluruh unsur masyarakat dan
tidak mengubah lembaga sosial yang ada di lingkungan sosial. Perubahan
ini tidak memberikan dampak yang besar bagi kehidupan sosial, contohnya
adalah perubahan mode pakaian.
b. Perubahan Sosial Besar
Merupakan perubahan yang menyangkut masyarakat secara luas dan
membawa pengaruh yang berarti bagi kehidupan sosial. Contohnya, adalah
pergeseran dari masyarakat agraris ke masyarakat industri.

18
6. Perubahan Sosial berdasarkan Arah Perkembangan
a. Perubahan sosial progress
Perubahan sosial progress adalah suatu perubahan sosial yang
menuju ke arah kemajuan, sehingga memberikan keuntungan bagi
kehidupan masyarakat. Misalnya dengan meningkatnya pembangunan
listrik hingga ke pelosok desa, semakin canggih dan berkembangnya
teknologi, dan lain-lain.
b. Perubahan sosial regress
Merupakan suatu perubahan sosial yang menuju ke arah
kemunduran, sehingga dapat merugikan kehidupan masyarakat.
Contohnya yaitu adanya terorisme atau pengeboman massal yang
menimbulkan kematian/korban jiwa dan rusaknya sarana infrastruktur
masyarakat, penyalahgunaan obat-obat terlarang atau narkotika, dan lain-
lain.

D. Perilaku sosial
1. Pengertian
Perilaku sosial adalah perbuatan yang ditunjukkan kepada masyarakat dan
juga suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk
menjamin keberadaan manusia. Sebagai bukti bahwa manusia dalam
memnuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya
sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Adanya ikatan saling
ketergantungan antara satu orang dengan orang yang lainnya. Ini berarti
bahwa hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam
kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling
menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup
bermasyarakat.

2. Teori perilaku sosial


a. Perilaku sosial ( social behavior)
Perilaku ini tumbuh dari orang-orang yang ada pada masa kecilnya
mendapatkan cukup kepuasan akan kebutuhan inklusinya. Ia tidak mempunyai
19
masalah dalam hubungan antar pribadi mereka bersama orang lain , bisa juga
tidak secara tidak disadari ia merasa dirinya berharga dan bahwa orang
lainpun mengerti akan hal itu tanpa ia menonjolkan diri. Dengan sendirinya
orang lain akan melibatkan dia dalam aktivitas mereka.
b. Perilaku yang kurang sosial (under social behavior)
Timbul jika kebutuhan kurang terpenuhi, misalnya : sering tidak tidak
diacuhkan oleh keluarganya pada masa kecilnya, kecenderungannya dari
orang in yaitu dia akan menghindari hubungan orang lain, menjaga jarak
anatara dirinya dengan orang lain, tidak mau ikut dalam kelompok-kelompok,
tidak mau tau, acuh tak acuh. Ada kecendrungan tidak mau tau dan seakan
menarik diri. Misalnya saja suatu bentuk tingkah laku yang ringan, terlambat
dalam pertemuan atau tidak sama sekali, tertidur dalam ruang diskusi.
Kecemasan yang ada dalam ketidaksadaranya adalah bahwa ia seorang yang
tidak berharga dan tidak ada orang lain yang mau menghargainya.
c. Perilaku terlalu sosial (over social behavior)
Biasanya orang yang terlalu sosial cenderung selalu menarik perhatian
orang, memamerkan diri berlebih-lebihan, bicaranya keras, memaksa dirinya
untuk diterima dikelompok, dan lain-lain.

3. Pentingnya pengalaman sosial


a. Pengalaman yang menyenangkan, yaitu mendorong anak untuk mencari
pengalaman semacam itu lagi.
b. Pengalaman yang tidak menyenangkan, yaitu pengalaman ini mendorong
anak menjadi tidak sosial.
c. Pengalaman dari dalam rumah (keluarga), Jika lingkungan rumah secara
keselurahan menjadikan sikap sosial yang baik, kemungkinan besar anak
akan menjadi pribadi yang sosial atau sebaliknya.
d. Pengalaman dari luar rumah, yaitu pengalaman sosial awal anak diluar
rumah melengkapi pengalaman didalam rumah dan merupakan penentu
penting bagi sikap sosial dan pola perilaku anak.

20
4. Faktor pembentuk perilaku sosial
Krech, Crutchfield dan Ballachey mengatakan bahwa perilaku sosial
seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan
hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi
seseorang terhadap orang lain. Jadi dengan sebuah perasaan, tindakan, sikap
keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain perilaku itu
ditunjukkan. Perilaku sosial seseorang dianggap sebagai sifat relatif untuk
menanggapi orang lain dengan cara-cara yang berbeda-beda.
Contohnya saja dalam melakukan kerja sama, ada orang yang sabar,
melakukannya dengan tekun, dan juga selalu mementingkan kepentingan
bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain, ada orang yang
tidak sabaran, bermalas-malasan dan hanya ingin mencari keuntungan sendiri.
Faktor-faktor pembentuk perilaku sosial Baron dan Byrne berpendapat bahwa
ada empat kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu
a. Perilaku dan karakteristik orang lain
Dalam hal ini juga berpengaruh pada lingkungan, misalnya seseorang yang
sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakter santun, besar juga
kemungkiannya ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang berkarakter
santun dalam lingkungan pergaulannya. Dan jika ia bergaul dengan orang-orang
berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu. Dalam
hal ini seorang guru memegang peranan penting sebagai sosok yang akan dapat
mempengaruhi pembentukan perilaku sosial siswa karena itu ia akan
memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan siswa untuk
melakukan suatu perbuatan.

b. Proses kognitif
Ide-ide yang membuat Ingatan dan pikiran, keyakinan dan pertimbangan
yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap
perilaku sosialnya. Misalnya seorang calon pelatih yang terus berpikir agar
kelak dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi idola bagi atletnya
dan orang lain akan terus berupaya dan berproses mengembangkan dan
memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya.
21
Dan contoh lainnya adalah seorang siswa karena selalu memperoleh
tantangan dan pengalaman sukses dalam pembelajaran penjas maka ia memiliki
sikap positif terhadap aktivitas jasmani yang ditunjukkan oleh perilaku sosialnya
sehingga mendukung teman-temannya untuk beraktivitas jasmani dengan benar.
c. Faktor lingkungan
Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial
seseorang. Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang
terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika
berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam bertutur
kata.
d. Tata Budaya sebagai tempat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi
Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin akan
terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan masyarakat yang
beretnis budaya lain atau berbeda.

5. Mulainya perilaku sosial


Perilaku sosial dimulai pada masa bayi bulan ketiga, karena pada waktu
lahir bayi tidak suka bergaul dengan orang lain. Selama kebutuhan fisik mereka
terpenuhi, maka mereka tidak mempunyai minat terhadap orang lain. Sedangkan
pada masa usia bulan ketiga bayi sudah dapat membedakan antara manusia dan
benda dilingkungannya dan mereka akan bereaksi secara berbeda terhadap
keduanya. Penglihatan dan pendengaran cukup berkembang sehingga
memungkinkan mereka untuk menatap orang atau benda juga dapat mengenal
suara. Perilaku sosial pada masa bayi merupakan dasar bagi perkembangan
perilaku sosial selanjutnya.
Krech et. al mengungkapkan bahwa untuk memahami sosial individu,
dapat dilihat dari kecendrungan-kecendrungan dan ciri-ciri respon
interpersonalnya yaitu :

22
a. Kecenderungan peranan (Role Disposition), yaitu kecenderungan yang
mengacu kepada tugas, kewajiban dan posisi yang dimiliki seorang
individu.
b. Kecendrungan sosiometrik (Sosiometric Disposition), yaitu kecenderungan
yang bertautan dengan kesukaan, kepercayaan terhadap individu lain.
c. Ekspresi (Expression Disposition), yaitu kecenderungan dengan ekspresi
diri dan menampilkan kebiasaan-kebiasaan khas (particular fashion).

Perilaku sosial individu dapat dilihat dari kecenderungan peranan dan


dapat dikatakan memadai, jika menunjukkan ciri-ciri respons interpersonal
sebagai berikut :
1) Yakin akan kemampuannya dalam bergaul secara sosial,
2) Memilik pengaruh yang kuat terhadap teman sebaya,
3) Mampu memimpin teman-teman dalam kelompok,
4) Tidak mudah terpengaruh orang lain dalam bergaul.
Sebaliknya pula perilaku sosial individu dikatakan kurang jika
menunjukkan ciri ciri respon interpersonal antara lain sebagai berikut :
1) Kurang mampu bergaul secara sosial,
2) Mudah menyerah dan tunduk pada perlakuan orang lain,
3) Pasif dalam mengelola kelompok,
4) Tergantung kepada orang lain jika akan melakukan suatu tindakan.

23
6. Bentuk indikator perilaku sosial
Bentuk dan perilaku social seseorang dapat pula ditunjukkan oleh sikap
sosialnya. Sikap menurut Akyas Azhari adalah “suatu cara bereaksi terhadap
suatu rangsangan tertentu”. Sedangkan sikap social dinyatakan oleh cara kegiatan
yamg sama dan berulang terhadap obyek social yang menyebabkan terjadinya
cara tingkah laku yang dinyatakan berulang terhadap salah satu obyek social.
Berbagi bentuk perilaku social seseorang pada dasarnya merupakan
karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi
dengan orang lain. Seperti dalam kehidupan berkelompok, kecenderungan
perilaku social seseorang yang menjadi anggota kelompok akan terlihat jelas di
antara anggota kelompok lainnya. Indikator perilaku social dapat dilihat melalui
sifat-sifat dan pola respon antar pribadi, yaitu:

a. Kecenderungan Perilaku Peran


1). Sifat pemberani dan pengecut secara sosial
Orang yang memiliki sifat pemberani, biasanya akan suka
mempertahankan dan membela haknya, tidak malu-malu atau tidak segan
melakukan suatu perbuatan yang sesuai norma masyarakat dalam
mengedepankan kepentingan diri sendiri sekuat tenaga. Sedangkan sifat
pengecut menunjukkan perilaku atau keadaan sebaliknya.

2). Sifat berkuasa dan sifat patuh


Orang yang memiliki sifat berkuasa dalam perilaku social, biasanya
ditunjukkan oleh perilaku bertindak tegas, berorientasi pada kekuatan, percaya
diri, berkemauan keras, suka memberi perintah dan memimpin langsung.
Sedangkan sifat yang patuh atau penyerah menunjukkan perilaku social yang
sebaliknya.

3). Sifat inisiatif secara social dan pasif


Orang yang memiliki sikap inisiatif biasanya suka mengorganisasi
kelompok, tidak suka mempersoalkan latar belakang, suka memberi masukkan
atau saran dalam berbagai pertemuan, dan biasanya suka mengambil alih kep-

24
emimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif secara sosial ditunjukkan oleh
perilaku yang bertentangan dengan sifat orang yang aktif.

4). Sifat mandiri dan tergantung


Orang yang memiliki sifat mandiri biasanya membuat segala sesuatunya
dilakukan oleh diri sendiri, seperti membuat rencana sendiri, melakukan
sesuatu dengan cara sendiri, tidak suka berusaha mencari nasihat atau
dukungan orang lain, dan secara emosional cukup stabil.sedangkan sifat orang
yang ketergantungan cenderung menunjukkan perilaku social sebaliknya.

b. Kecenderungan Perilaku Dalam Hubungan Sosial


1). Dapat diterima atau ditolak oleh orang lain
Orang yang memiliki sifat dapat diterima oleh orang lain biasanya
tidak berprasangka buruk terhadap orang lain, loyal, dipercaya, pemaaf dan
tulus menghargai kelebihan orang lain. Sementara sifat orang yang ditolak
biasanya suka mencari kesalahan dan tidak mengakui kelebihan orang lain.

2). Suka bergaul dan tidak suka bergaul


Orang yang suka bergaul biasanya memiliki hubungan social yang
baik, senang bersama dengan yang lain dan senang berpergian. Sedangkan
orang yang tidak suka bergaul menunjukkan sifat dan perilaku yang
sebaliknya.

3). Sifat ramah dan tidak ramah


Orang yang ramah biasanya periang, hangat, terbuka, mudah didekati
orang, dan suka bersosialisasi. Sedangkan orang yang tidak ramah cenderung
bersifat sebaliknya.

4). Simpatik dan tidak simpatik


Orang yang memiliki sifat simpatik biasanya pedulu terhadap
perasaan dan keinginan orang lain, murah hati dan membela orang yang
tertindas. Sedangkan orang yang tidak simpatik menunjukkan sifat-sifat yang
sebaliknya.

25
c. Kecenderungan Perilaku Ekspresif
1). Sikap suka bersaing (tiak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka
bekerja sama)

Orang yang suka bersaing biasanya manganggap hubungan social


sebagai perlombaan, lawan adalah saingan yang dikalahkan, memperkaya
diri sendiri. Sedangkan orang yang tidak suka bersaing menunjukkan sifat-
sifat sebaliknya.

2). Sifat agresif dan tidak agresif

Orang yang agresif biasanya suka menyerang orang lain baik


secara langsung ataupun tidak langsung, pendendam, menentang atau tidak
patuh pada penguasa, suka bertengkar dan suka menyangkal. Sifat orang
yang tidak agresif menunjukkan sifat-sifat yang sebaliknya.

3). Sifat kalem atau tenang secara social

Orang yang kalem biasanya tidak nyaman jika berbeda dengan


orang lain, mengalami kegugupan, malu, ragu-ragu, dan merasa terganggu
jika ditonton orang.

4). Sifat suka pamer atau menonjolkan diri

Orang yang suka pamer biasanya berperilaku berlebihan, suka


mencari pengakuan, berperilaku aneh untuk mencari perhatian orang lain.

26
BAB III
KESIMPULAN
B. Kesimpulan
Sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang membahas dan diterapkan
dalam memecahkan segala problematika yang ada dalam pendidikan, terutama
dalam interaksi sosial antara peserta didik dengan lingkungan, guru, dan
sesamanya, begitu juga dalam melihat gejala-gejala sosial yang berkembang
dalam sistem pendidikan. Objek sosiologi adalah manusia yang dalam hal ini,
manusia sebagai objek kajian sosiologi adalah manusia dari aspek sosialnya yaitu
masyarakat. Dalam interaksi tersebut akan timbul produk - produk interaksi itu
sendiri. Produk tersebut seperti nilai- nilai sosial (social values), norma-norma
(normes) yang dianut oleh anggota masyarakat.
Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan
individu yang hidup bersama dengan mengadakan hubungan timbal balik yang
cukup intensif dan teratur, sehingga diharapkan adanya pembagian tugas, struktur,
serta norma-norma tertentu yang berlaku. Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial
(social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota
masyarakat secara vertikal (bertingkat).
Perubahan sosial adalah perubahan fungsi kebudayaan dan perilaku
manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan lain. Perilaku sosial
adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk
menjamin keberadaan manusia. Sebagai bukti bahwa manusia dalam memnuhi
kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan
memerlukan bantuan dari orang lain.

B. Saran
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu
dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan
pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya manusia memberi reaksi dan
melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh
hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.

27
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Abu. 1991. Sosiologi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta


Herabudin. 2015. Pengantar sosiologi. Bandung: Pustaka Setia
H. Khairuddin. 2002. Sosiologi Keluarga. Yogyakarta : Liberty
Maksum,Ali. 2013. Sosiologi Pendidikan. Malang : Government of Indonesia
(GoI) dan Islamic Development Bank (IDB)
Syarbaini,Syahrial. 2009. Dasar-Dasar Sosiologi. Yogyakarta: Graha Ilmu
W Sarwono ,Sarlito. 2009. Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

28

Anda mungkin juga menyukai