SOSIOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu :
2019
KATA PENGANTAR
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kelebihan atau banyak kekurangan.
Kami mohon untuk saran dan kritiknya. Terimakasih.
Penyusun,
i
DAFTAR ISI
Daftar Isi.............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan ............................................................................................................. 27
B. Saran ....................................................................................................................... 27
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemikiran pendidikan sangat berperan penting dalam sosiologi, sehingga
pada abad ke-20 lahirlah sebuah ilmu yang membahas tentang sosiologi
pendidikan. Dalam hal ini sosiologi dan psikologi sangat berhubungan erat,
karena psikologi memahami tentang perilaku individu seseorang sedangkan,
sosiologi memahami apa pengaruh besar dalam masyarakat atau pun kelompok-
kelompok. Dan pada akhir abad ke-19 psikologi mempunyai pengaruh besar
dalam dunia pendidikan, sehingga lahirlah suatu ilmu baru yang disebut psikologi
pendidikan.
Sosiologi pendidikan dan psikologi pendidikan mempunyai peranan yang
melengkapi satu sama lain bagi pemikiran pendidikan. jika sosiologi pendidikan
melihat atau memandang segala pendidikan dari sudut sosial masyarakat, maka
psikologi pendidikan memandang apa saja gejala pendidikan dari sudut
perkembangan pribadi atau perilaku seseorang. Dengan adanya ilmu sosiologi dan
segala komponen konsepsionalnya mendapat sambutan positif dari kalangan dunia
pendidikan, sehingga dapat memperkuat ketahanan sosial melalui pendidikan.
Masalah-masalah pendidikan dari sudut keseluruhan lingkup sosial
kebudayaan, politik dan ekonomisnya bagi masyarakat juga dibahas oleh sosiologi
pendidikan, dan juga mementingkan keadaan dan akibat sosial dari pendidikan.
Dilihat dari objeknya sosiologi pendidikan adalah bagian dari ilmu sosial yang
secara umum juga merupakan bagian dari kelompok ilmu sosial. Sedangkan yang
termasuk dalam lingkup ilmu sosial antara lain: ilmu sosiologi, ilmu hukum,
ekonomi, ilmu pendidikan, psikolog antropologi. Dari berbagai macam ilmu
terlihat jelas kedudukan sosiologi dan ilmu pendidikan.
1
B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud sosiologi pendidikan ?
b. Apa saja objek sosiologi pendidikan ?
c. Apa itu social groups dan stratifikasi social ?
d. Bagaimana perubahan dan perilaku social ?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian sosiologi pendidikan ?
b. Untuk mengetahui objek sosiologi pendidikan ?
c. Untuk mengetahui apa itu social groups ?
d. Untuk mengetahui bagaimana perubahan dan perilaku sosial ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ali Maksum, Sosiologi Pendidikan,(Malang : Government of Indonesia (GoI) dan
Islamic Development Bank (IDB), 2013), hlm. 2.
3
Sociology which aims to reveal the connections at all points between the
educative process and the social process).2
Dalam melakukan proses interaksi antara satu dengan yang lainnya maka
akan timbul produk - produk interaksi itu sendiri, misalnya nilai- nilai sosial
(social values), norma-norma yang dianut oleh anggota masyarakat tersebut. Perlu
diketahui sosiologi adalah ilmu yang menjadikan kehidupan masyarakat sebagai
objek kajiannya, sehingga terdapat pola- pola hubungan antar manusia baik secara
individu dan maupun kelompok yang menimbulkan nilai-nilai dan norma sosial
yang dianut oleh anggota masyarakat tersebut.
2
Abu Ahmadi, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta : PT Rineka Cipta, 1991), hlm. 7.
4
dibatasi dengan batasan mudah diamati. Dengan demikian, masyarakat yang
dimaksud adalah masyarakat yang berinteraksi dengan sistem adat istiadat tertentu
yang bersifat menyeluruh dan terikat oleh rasa identitas bersama. Hadirnya nilai
nilai sosial dan norma disebabkan oleh adanya interaksi sosial. Seperti yang kita
ketahui interaksi sosial adalah hubungan antar kelompok manusia. Dan yang
dibahas dalam sosiologi antara lain :
3
Syahrial Syarbaini, Dasar-Dasar Sosiologi,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2009), hlm. 40.
4
Herabudin, pengantar sosiologi, (Bandung: Pustaka setia, 2015), hlm. 160.
5
sekunder. Kelompok sekunder ini juga bisa di sebut sebagai kelompok face-
to-face group, yaitu kelompok sosial yang sering bertatapan muka dan saling
mengenal dari dekat. Dalam kehidupan, kelompok primer mempunyai peran
besar sekali karena di dalam kelompok primer manusia di didik sebagai
makhluk sosial. Contohnya adalah keluarga , rukun tetangga, dan sebagainya.
b. Kelompok sekunder
Dalam kelompok sekunder sendiri berbeda dengan kelompok primer,
yaitu interaksi dalam kelompok sekunder terdiri atas saling hubungan yang
tidak langsung, jauh dari formal, dan kurang bersifat kekeluargaan. Hubungan
dalam kelompok ini biasanya lebih objektif dan Peranannya sendiri yaitu
untuk mencapai suatu tujuan tertentu dalam masyarakat dengan bersama
objektif dan rasional. Contoh dari kelompok sekunder adalah partai politik dan
serikat pekerja.
c. Kelompok formal dan kelompok informal
Kelompok formal merupakan kelompok yang lebih terstruktur Inti
perbedaannya adalah bahwa kelompok informal tidak berstatus resmi dan
tidak di dukung oleh peraturan-peraturan anggaran dasar dan anggaran rumah
tangga tertulis seperti kelompok formal. Dalam kedua kelompok ini juga
mempunyai tugas masing-masing serta pedoman tinggkah laku anggotanya.
Kelompok formal misalnya perusahaan, anggota militer, kantor kecamatan.
Sedangkan kelompok non-formal contohnya kelompok belajar, geng, teman-
teman bermain golf.
6
b. Tujuan
Orang yang bergabung dalam kelompok mempunyai beberapa tujuan
ataupun alasan.
c. Struktur
Kelompok itu mempunyai struktur, (a stable pattern of relationship
among members), yang berarti adanya peran (roles), norma, dan hubungan
antar anggota. Peran dari masing-masing anggota kelompok, yang
berkaitandengan posisi individu dalam kelompok.
d. Groupness
Kelompok adalah merupakan suatu enity (kesatuan), merupakan
objek yang unifed . Menurut Campbell, orang mempersepsi kelompok lebih
sebagai suatu unified whole dari pada sekelompok orang yang saling
berdekatan satu dengan yang lain. Jadi satu dengan yang lain tidak saling
lepas, tetapi kelompok merupakan satu kesatuan dari para anggotanya,
merupakan kesatuan yang bulat. Karena itu dalam menganalisis perilaku
kelompok, unit analisisnya adalah perilaku kelompok tersebut, bukan
individu-individu.
3. Norma-norma kelompok
Norma yaitu peraturan dalam kelompok yang mengindikasikan
bagaimana anggota kelompok harus atau tidak harus berbuat. Norma
merupakan suatu aturan yang disepakati bersama tentang apa yang seharusnya
dan tidak seharusnya dilakukan oleh anggota kelompok. Norma sangat penting
bagi anggota kelompok karena ia mengatur kedisiplinan dan bagaimana
anggota kelompok bertindak. Tanpa norma, kelompok akan sulit bekerja untuk
mencapai tujuannya. Norma dapat berbentuk formal, yakni dinyatakan dalam
bentuk peraturan tertulis, dan informal, yakni yang tidak tertulis. Contoh
norma berbentuk formal adalah UUD 1945 di Indonesia. Contoh norma
informal adalah musyawarah mufakat. Norma memiliki beberapa fungsi yaitu:
7
a. Mengatur tingkah laku anggota kelompok sehingga kelompok dapat berfungsi
secara efisien dalam mencapai tujuan;
b. Mengurangi ketidakpastian karena individu tahu apa yang diharapkan dari
dirinya di dalam kelompok; dan
c. Membedakan kelompok dengan kelompok lain, termasuk anggota kelompok
dengan non anggota, sehingga memudahkan terbentuknya identitas
kelompok.5
Norma kelompok merupakan norma yang tidak tetap, dalam arti bahwa
norma kelompok itu dapat berubah sesuai dengan keadaan yang dihadapi oleh
kelompok. Sesuai dengan perkembangan keadaan kemungkinan norma kelompok
akan mengalami perubahan, sehingga norma kelompok yang dahulu berlaku,
kemudian tidak berlaku lagi. Misal dalam suatu kelompok adanya norma bahwa
setiap anggota berambut panjang. Tetapi karena perkembangan keadaan norma
tersebut dapat berubah menjadi “bahwa setiap anggota kelompok tidak perlu
berambut panjang tetapi memakai kucir”6
4. Norma-norma sosial
Norma Sosial adalah hasil dari interaksi sosial antar individu didalam
kelompok sosial. Norma sosial senantiasa terjadi bersamaan dengan adanya
interaksi manusia antar kelompok. Norma sosial atau aturan sosial merupakan
meliputi bermacam-macam hasil interaksi kelompok, baik hasil-hasil interaksi
dari kelompok-kelompok yang telah lampau maupun hasil interaksi kelompok
yang sedang berlangsung. Termasuk padanya semua nilai sosial, adat istiadat,
tradisi, kebiasaan, konvensi, dan lain-lain.
5
Sarlito W Sarwono, Psikologi Sosial, (Jakarta:Salemba Humanika, 2009, hlm. 177-178.
6
Ibid, hlm. 90.
8
5. Kelompok sosial dalam dunia pendidikan
a. Masyarakat Ajang Pendidikan
Masyarakat di ciptakan sebagai makhluk individu, akan tetapi juga
homosocius (makhluk sosial) di mana mereka tidak dapat hidup sendiri tanpa
adanya bantuan dari orang lain. Sejumlah orang dalam kelompok tertentu
yang membentuk perikehidupan yang berbudaya di sebut masyarakat. Proses
pendidikan dapat berlangsung karena adanya “sarana” yang dapat
mendukung dan menjadi ajang berlangsungnya pendidikan.
Yang di maksud dengan sarana dan ajang tersebut adalah masyarakat.
Masyarakat dapat di pandang dalam arti makro dan mikro. Kedua jenis ini
perlu mendapatkan perhatian dalam pendidikan karena peserta didik di
dalamnya. Yang di maksud dengan masyarakat dalam arti mikro adalah
keluarga. Masyarakat makro meliputi seluruh negara sampai pada masyarakat
global. Masyarakat global perlu mendapat perhatian untuk di telaah karena
dewasa ini telah berlangsung peristiwa-peristiwa ini baru yang di rangkum
yang di namakan globalisasi.
b. Keluarga
Keluarga merupakan tempat bagi masing-masing dari kita belajar
bagaimana berinteraksi dengan manusia lain. Ketika kita datang ke dunia kita
sudah siap untuk berinteraksi dengan manusia lainnya. Selama satu tahun
pertama hidup,ketika kisaran dari perilaku-perilaku yang nyata dan terbatas,
bayi manusia sangat sensitif terhadap suara-suara tertetu, ekspresi wajah dan
7
gerakan tubuh yang di lakukan oleh orang-orang yang ada di sekitarnya.
Keluarga juga lingkungan pertama bagi anak yang membentuk
perkembangan dan pertumbuhan mental maupun fisiknya.
Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama di kenalkan pada
anak, atau dapat di katakan bahwa seorang anak itu mengenal kehidupan
sosial itu pertama-tama di lingkungan keluarga. Adanya interaksi antara
anggota keluarga yang satu dengan keluarga yang lain menyebabkab bahwa
seorang anak menyadari akan dirinya bahwa ia berfungsi sebagai individu
7
H. Khairuddin, SOSIOLOGI KELUARGA, LIBERTY, Yogyakarta, 2002 hal. 4
9
dan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai individu dia harus memenuhi
segala kebutuhan hidupnya demi untuk kelangsungan hidupnya di dunia ini.
Sebagai makhluk sosial ia menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama
yaitu saling menolong dan mempelajari adat istiadat yang berlaku dalam
masyarakat ini yang memperkenalkan adalah orang tuanya, yang akhirnya di
miliki oleh anak-anak itu.
Dalam pendidikan, keluarga adalah salah satu pusat pendidikan.
Bahkan di sebut sebagai pusat pendidikan pertama dan utama. Tugas dan
kewajiban keluarga adalah memberikan pendidikan nilai-nilai spiritual
keagamaan, pengetahuan, dan ketrampilan dasar kepada peserta didik (anak).
3. Sekolah
Sekolah adalah pusat pendidikan setelah keluarga. Selain perlu
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan peserta didik secara umum,
sekolah juga perlu di anggap sebagai keluarga kedua. Jadi, sebagian dari
kehidupan sekolah adalah eksistensi dari kehidupan keluarga. Karena
kehiupan dalam keluarga di harapkan dapat sejalan dengan masyarakat yang
sifat antara para anggotanya homogen (sifat yang sama), maka pun perlu
mencerminkan adanya ekstensi masyarakat.
Oleh karena itu, di sekolah pun perlu adanya keterjalinan rasa cinta
dan rasa percaya antara guru atau pengajar dengan para siswanya. Hal ini
merupakan gambaran mengenai upaya agar pendidikan itu berhasil setelah
melewati interaksi pendidikan dan pengajaran sebagai proses yang positif
antara guru atau pengajar dengan para siswanya. Di sekolah anak berinteraksi
dengan guru-guru beserta bahan-bahan pendidikan dan pengajaran, teman-
teman peserta didik lainnya, serta pegawai tata usaha.
Dilingkungan sekolah anak memperoleh pendidikan berupa
pengetahuan, pembentukan nilai-nilai, ketrampilan, dan lain-lain akibat
bersosialisasi dengan pendidikan formal terbentuklah kepribadiannya untuk
tekun dan rajin belajar untuk meraih cita-cita akademis yang setinggi-
tingginya.
10
Sebalik nya akibat berinteraksi dengan teman-teman sekolahnya yang kurang
tertib, maka terpengaruhlah kepribadian nya menjadi kurang tidak produktif
dalam belajar.
6. Stratifikasi Sosial
Secara etimologis, istilah stratifikasi atau stratification berasal dari kata
strata atau stratum yang berarti “lapisan”. Karena itu social stratification
sering diterjemahkan dengan pelapisan masyarakat. Sejumlah individu yang
mempunyai kedudukan yang sama menurut ukuran masyarakatnya, dikatakan
berada dalam suatu lapisan atau stratum. Dalam kamus sosiologi dijelaskan
stratifikasi sosial adalah pelapisan sosial atau sistem hierarki kelompok di
dalam masyarakat.8
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah
pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal
(bertingkat). Definisi yang lain dikemukakan oleh Pitirim A.Sorokin bahwa
pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam
kelas-kelas secara bertingkat. Perwujudannya adalah adanya lapisan-lapisan di
dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di
bawahnya, setiap lapisan tersebut disebut strata sosial. Adapun kriteria
ataupun ukuran yang dominan sebagai dasar pelapisan sosial diantaranya
sebagai berikut :
1) Ukuran kekayaan
Misalnya materi atau benda yang dijadikan ukuran penempatan anggota
masyarakat ke dalam stratifikasi (lapisan-lapisan sosial) yang ada, hal ini bisa
dilihat dari siapa yang memiliki kekayaan paling banyak maka ia akan
termasuk lapisan teratas (stratifikasi teratas) dalam sistem pelapisan sosial,
dan begitu juga sebaliknya siapa yang tidak mempunyai kekayaan
digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. (stratifikasi rendah). Jadi ukuran
8
Suparlan, Kamus Istilah Pekerjaan Sosial (Bandung : Kanisius, 1990), 32.
11
kekayaan tersebut dapat dilihat dari bentuk tempat tinggal, cara
berpakaiannya, benda-benda tersier yang dimilikinya, dan kebiasaannya dalam
berbelanja.
3) Ukuran kehormatan
Stratifikasi juga dilihat dari ukuran kehormatan dan menempati lapisan
atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Biasanya ukuran kehormatan
dapat dilihat dari orang-orang yang disegani atau dihormati dimasyarakatnya,
mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada
masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berperilaku dan berbudi
luhur.
12
banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk
memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan cara menyuap, membeli
skripsi, ijazah palsu dan seterusnya.
13
Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lain terjadi karena anak dari
golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai perguruan
tinggi.
Sementara itu orang yang termasuk golongan atas beraspirasi agar anaknya
menyelesaikan pendidikan sampai perguruan tinggi. Orang yang berkedudukan
tinggi, bergelar akademis, yang mempunyai penapatan besar tinggal dirumah elite
dan merasa termasuk golongan atas akan mengusahakan anaknya masuk
universitas dan memperoleh gelar akademis. Sebaliknya anak yang orang tuanya
buta huruf mencari nafkahnya dengan mengumpulkan puntung rokok , tinggal
digubuk kecil, tak dapat diharapkan akan mengusahakan anaknya menikmati
perguruan tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan anak
yaitu:
a) Pendapatan orang tua,
b) Sedikitnya perhatian akan pendidikan dikalangan orang tua.
c) Minat si anak sangat sedikit sekali untuk melanjutkan ke perguruan
tinggi.
14
Pada lingkungan Sekolah, kualitas sekolah itu berbeda-beda dilihat dari
segimanapun, hal itu pun telah menjadi pengetahuan umum. Oleh karena
tuntutan atau persyaratan untuk memasuki suatu sekolah berlainan menurut
kualitas sekolah yang bersangkutan, dan kemampuan serta kemauan orang tua
untuk memenuhinya juga berbeda-beda menurut strata sosialnya, maka
terdapatlah kecendrungan bahwa orang dari strata rendah akan memasukan anak-
anaknya kesekolah yang persyaratannya tidak terlalu berat. Akan tetapi sekolah
yang demikian itu kurang bermutu. Dan begitupun sebaliknya orang yang dari
strata menengah selalu berusaha untuk bisa menyekolahkan anaknya ke sekolah
yang bermutu tinggi.
Apabila mutu sekolah berpengaruh terhadap mutu pendidikan dan
lulusannya seseorang, dan jika mutu pendidikan berpengaruh terhadap lapangan
kerja yang diperoleh dan upah atas penghasilan yang diterima, maka jelaslah
bahwa masa depan anak-anak dari lapisan socsial rendah akan kurang lebih cerah
jika dibandingkan anak-nak dari lapisan kelas sosial menengah dan lapisan sosial
tinggi.
Jika kita lihat dari fakta-fakta yang ada, pendidikan telah dijadikan sebagai
sarana komersialisasi (barang dagangan) atau memperdagangkan pendidikan.
Dengan munculnya sekolah-sekolah favorit dan sekolah-sekolah tersebut telah
banyak mendapat kepercayaan sangat besar dari orang tua dan pemuda, sehingga
banyak orang yang menginginkan untuk bisa memasukan anaknya atau dirinya
bersekolah disekolah favorit tersebut.
Dengan timbulnya sekolah favorit tersebut banyak mengandung segi-segi
positif dan negatif. Segi positifnya adalah persaingan untuk memperoleh
pendidikan yang baik, sedangkan segi negatifnya adalah bahwa hal tersebut
menunjukan adanya gejala yang kurang sehat didalam dunia pendidikan. Apalagi
jika dilihat persaingan tersebut sudah menjadi persaingan yang tidak sehat,
misalnya ada oknum yang menerima sejumlah uang untuk memasukan anaknya
pada sekolah favorit tersebut, hal ini sangat merugikan para keluarga atau
seseorang yang berada pada stratifikasi rendah.
15
Dimana stratifikasi rendah tersebut tergolong pada ekonomi rendah, jadi
situasi seperti ini dapat menimbulkan kecemburuan sosial dan terlihat juga
kesenjangan sosial yang mencolok. Melalui fungsi seleksi, alokasi dan distribusi
dalam sistem pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan
masyarakat yang semuanya berakibat pada terbentuknya atau terpeliharanya
stratifikasi sosial. Jadi secara langsung maupun tidak langsung sistem pendidikan
bersama dengan faktor-faktor lain diluar pendidikan melestarikan adanya sistem
stratifikasi sosial. Berbagai masalah yang menimpa didunia pendidikan maka tak
jarang juga banyak kalangan politisi yang memperjuangkan pemerataan
distribusi berbagai fasilitas sosial dikalangan masyarakat. Diantaranya
pemerataan dalam hal memperoleh pendidikan yaitu :
1) Setiap anak mendapatkan kesempatan belajar yang sama disekolah tanpa
harus menbeda-bedakan
2) Setiap anak memperoleh kesempatan belajar disekolah sesuai dengan bakat
dan minatnya. Setiap anak memperoleh kesempatan mengembangkan
pribadinya semaksimal mungkin.
17
sebagai pemimpin dalam perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Misalnya tokoh masyarakat, pemerintah, pejabat, dan mahasiswa.
Adapun cara yang dapat digunakan untuk memengaruhi masyarakat
ialah dengan social engineering (rekayasa sosial), yaitu melalui sistem yang
teratur dan direncanakan terlebih dahulu. Cara ini sering juga disebut
perencanaa sosial (social planning). Contohnya adalah pembangunan
berbagai sarana dan prasarana seperti bendungan, seperti kawasan industri
dan jalan raya.
18
6. Perubahan Sosial berdasarkan Arah Perkembangan
a. Perubahan sosial progress
Perubahan sosial progress adalah suatu perubahan sosial yang
menuju ke arah kemajuan, sehingga memberikan keuntungan bagi
kehidupan masyarakat. Misalnya dengan meningkatnya pembangunan
listrik hingga ke pelosok desa, semakin canggih dan berkembangnya
teknologi, dan lain-lain.
b. Perubahan sosial regress
Merupakan suatu perubahan sosial yang menuju ke arah
kemunduran, sehingga dapat merugikan kehidupan masyarakat.
Contohnya yaitu adanya terorisme atau pengeboman massal yang
menimbulkan kematian/korban jiwa dan rusaknya sarana infrastruktur
masyarakat, penyalahgunaan obat-obat terlarang atau narkotika, dan lain-
lain.
D. Perilaku sosial
1. Pengertian
Perilaku sosial adalah perbuatan yang ditunjukkan kepada masyarakat dan
juga suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk
menjamin keberadaan manusia. Sebagai bukti bahwa manusia dalam
memnuhi kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya
sendiri melainkan memerlukan bantuan dari orang lain. Adanya ikatan saling
ketergantungan antara satu orang dengan orang yang lainnya. Ini berarti
bahwa hidup manusia berlangsung dalam suasana saling mendukung dalam
kebersamaan. Untuk itu manusia dituntut mampu bekerja sama, saling
menghormati, tidak menggangu hak orang lain, toleran dalam hidup
bermasyarakat.
20
4. Faktor pembentuk perilaku sosial
Krech, Crutchfield dan Ballachey mengatakan bahwa perilaku sosial
seseorang itu tampak dalam pola respons antar orang yang dinyatakan dengan
hubungan timbal balik antar pribadi. Perilaku sosial juga identik dengan reaksi
seseorang terhadap orang lain. Jadi dengan sebuah perasaan, tindakan, sikap
keyakinan, kenangan, atau rasa hormat terhadap orang lain perilaku itu
ditunjukkan. Perilaku sosial seseorang dianggap sebagai sifat relatif untuk
menanggapi orang lain dengan cara-cara yang berbeda-beda.
Contohnya saja dalam melakukan kerja sama, ada orang yang sabar,
melakukannya dengan tekun, dan juga selalu mementingkan kepentingan
bersama diatas kepentingan pribadinya. Sementara di pihak lain, ada orang yang
tidak sabaran, bermalas-malasan dan hanya ingin mencari keuntungan sendiri.
Faktor-faktor pembentuk perilaku sosial Baron dan Byrne berpendapat bahwa
ada empat kategori utama yang dapat membentuk perilaku sosial seseorang, yaitu
a. Perilaku dan karakteristik orang lain
Dalam hal ini juga berpengaruh pada lingkungan, misalnya seseorang yang
sering bergaul dengan orang-orang yang memiliki karakter santun, besar juga
kemungkiannya ia akan berperilaku seperti kebanyakan orang-orang berkarakter
santun dalam lingkungan pergaulannya. Dan jika ia bergaul dengan orang-orang
berkarakter sombong, maka ia akan terpengaruh oleh perilaku seperti itu. Dalam
hal ini seorang guru memegang peranan penting sebagai sosok yang akan dapat
mempengaruhi pembentukan perilaku sosial siswa karena itu ia akan
memberikan pengaruh yang cukup besar dalam mengarahkan siswa untuk
melakukan suatu perbuatan.
b. Proses kognitif
Ide-ide yang membuat Ingatan dan pikiran, keyakinan dan pertimbangan
yang menjadi dasar kesadaran sosial seseorang akan berpengaruh terhadap
perilaku sosialnya. Misalnya seorang calon pelatih yang terus berpikir agar
kelak dikemudian hari menjadi pelatih yang baik, menjadi idola bagi atletnya
dan orang lain akan terus berupaya dan berproses mengembangkan dan
memperbaiki dirinya dalam perilaku sosialnya.
21
Dan contoh lainnya adalah seorang siswa karena selalu memperoleh
tantangan dan pengalaman sukses dalam pembelajaran penjas maka ia memiliki
sikap positif terhadap aktivitas jasmani yang ditunjukkan oleh perilaku sosialnya
sehingga mendukung teman-temannya untuk beraktivitas jasmani dengan benar.
c. Faktor lingkungan
Lingkungan alam terkadang dapat mempengaruhi perilaku sosial
seseorang. Misalnya orang yang berasal dari daerah pantai atau pegunungan yang
terbiasa berkata dengan keras, maka perilaku sosialnya seolah keras pula, ketika
berada di lingkungan masyarakat yang terbiasa lembut dan halus dalam bertutur
kata.
d. Tata Budaya sebagai tempat perilaku dan pemikiran sosial itu terjadi
Misalnya, seseorang yang berasal dari etnis budaya tertentu mungkin akan
terasa berperilaku sosial aneh ketika berada dalam lingkungan masyarakat yang
beretnis budaya lain atau berbeda.
22
a. Kecenderungan peranan (Role Disposition), yaitu kecenderungan yang
mengacu kepada tugas, kewajiban dan posisi yang dimiliki seorang
individu.
b. Kecendrungan sosiometrik (Sosiometric Disposition), yaitu kecenderungan
yang bertautan dengan kesukaan, kepercayaan terhadap individu lain.
c. Ekspresi (Expression Disposition), yaitu kecenderungan dengan ekspresi
diri dan menampilkan kebiasaan-kebiasaan khas (particular fashion).
23
6. Bentuk indikator perilaku sosial
Bentuk dan perilaku social seseorang dapat pula ditunjukkan oleh sikap
sosialnya. Sikap menurut Akyas Azhari adalah “suatu cara bereaksi terhadap
suatu rangsangan tertentu”. Sedangkan sikap social dinyatakan oleh cara kegiatan
yamg sama dan berulang terhadap obyek social yang menyebabkan terjadinya
cara tingkah laku yang dinyatakan berulang terhadap salah satu obyek social.
Berbagi bentuk perilaku social seseorang pada dasarnya merupakan
karakter atau ciri kepribadian yang dapat teramati ketika seseorang berinteraksi
dengan orang lain. Seperti dalam kehidupan berkelompok, kecenderungan
perilaku social seseorang yang menjadi anggota kelompok akan terlihat jelas di
antara anggota kelompok lainnya. Indikator perilaku social dapat dilihat melalui
sifat-sifat dan pola respon antar pribadi, yaitu:
24
emimpinan. Sedangkan sifat orang yang pasif secara sosial ditunjukkan oleh
perilaku yang bertentangan dengan sifat orang yang aktif.
25
c. Kecenderungan Perilaku Ekspresif
1). Sikap suka bersaing (tiak kooperatif) dan tidak suka bersaing (suka
bekerja sama)
26
BAB III
KESIMPULAN
B. Kesimpulan
Sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang membahas dan diterapkan
dalam memecahkan segala problematika yang ada dalam pendidikan, terutama
dalam interaksi sosial antara peserta didik dengan lingkungan, guru, dan
sesamanya, begitu juga dalam melihat gejala-gejala sosial yang berkembang
dalam sistem pendidikan. Objek sosiologi adalah manusia yang dalam hal ini,
manusia sebagai objek kajian sosiologi adalah manusia dari aspek sosialnya yaitu
masyarakat. Dalam interaksi tersebut akan timbul produk - produk interaksi itu
sendiri. Produk tersebut seperti nilai- nilai sosial (social values), norma-norma
(normes) yang dianut oleh anggota masyarakat.
Kelompok sosial adalah kesatuan sosial yang terdiri dari kumpulan
individu yang hidup bersama dengan mengadakan hubungan timbal balik yang
cukup intensif dan teratur, sehingga diharapkan adanya pembagian tugas, struktur,
serta norma-norma tertentu yang berlaku. Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial
(social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota
masyarakat secara vertikal (bertingkat).
Perubahan sosial adalah perubahan fungsi kebudayaan dan perilaku
manusia dalam masyarakat dari keadaan tertentu ke keadaan lain. Perilaku sosial
adalah suasana saling ketergantungan yang merupakan keharusan untuk
menjamin keberadaan manusia. Sebagai bukti bahwa manusia dalam memnuhi
kebutuhan hidup sebagai diri pribadi tidak dapat melakukannya sendiri melainkan
memerlukan bantuan dari orang lain.
B. Saran
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu
dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan
pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya manusia memberi reaksi dan
melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh
hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.
27
DAFTAR PUSTAKA
28